• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

7. Prestasi Siswa

Kaligrafi Rabu Pilihan

8

PMR Sabtu Pilihan

9

Rebana Jum‟at Pilihan

10

Paskibra Sabtu Pilihan

11

Bola volly Kamis Pilihan

(Dokumentasi, 29 Juli 2017)

57

Banyak sekali prestasi-prestasi siswa yang diperoleh siswa SMP Negeri 2 Banyubiru selama kurun waktu tiga tahun, hal ini membuktikan bahwa siswa-siswi SMP Negeri 2 Banyubiru tidak unggul dalam karakter saja tetapi juga unggul dalam bidang akademik/ prestasi. Berikut adalah rinciannya yang disajikan dalam tabel.

Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa

DAFTAR PRESTASI SISWA SMP NEGERI 2 BANYUBIRU

TAHUN 2016

No. Nama Kls Jenis

Lomba Tahun Tingkat Perin gkat Ka bu pat en Pro vin si Na sio nal 1 Yunita Cha Alifa 8 Lomba Tilawah 2016 V Juara I 2 Nirmala Novy Ardiana 8 Lomba Batik Jumputan 2016 V Juara I 3 Muhammad Ridwan 8 Osa Matematika 2015 V Juara I 4 Ma'ruf Nugroho 8 Lomba Mtq Tilawah Putra 2016 V Juara III

5 Yoga riyanto 8 Lomba Mtq Tilawah 2015 V Juara III 6 Nadia A 8 Osa FISIKA 2016 V Juara II

58

Tari III

8 Aini Rini Yara Fadillah Lomba 1 Juz Tilawah Putri 2016 V Juara 2

9 Aini Rini Yara Fadillah Lomba 1 Juz Tilawah Putra 2016 V Juara 3 10 Aisyah Tiara Rahmadhani 7 Lomba Kaligrafi putri 2016 V Juara I 11 Muhammad Rizki 7 Tilawah 2016 V Juara II 12 Dicky Irvan Naufal 9 Lomba BolaVolly 2016 V Juara II 13

Maulana Habibi 9 E Lomba Kaligrafi 2016 V Juara I 14 Rizky Nugroh Lomba tilawah 2015 V Juara I11

15 Muris kelas 9, 9 E Lomba Paskibra 2016 V Juara III 16 Murid Kelas 8, Rebana , Lomba Rebana 2016 V Juara II B. Temuan Penelitian

Di bawah ini akan dijabarkan mengenai pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru mulai dari konsep yang dikembangkan, implementasi pendidikan karakter yang dilaksanakan, dan fakor pendukung

59

serta faktor penghambat implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Banyubiru.

1. Konsep Pendidikan Karakter yang dikembangkan di SMP Negeri 2 Banyubiru

Terkait dengan konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Negeri 2 Banyubiru, A sebagai Kepala Sekolah menuturkan:

“Konsep pendidikan yang kami kembangkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter disini itu bermuara kepada ahlaqul karimah, sesuai dengan visi dan misi di sekolah kita mbak. Nanti bisa dibaca untuk visi dan misinya. Yang jelas, kami selalu menekankan kepada anak-anak bahwa pentingnya pendidikan karakter untuk menempuh kehidupan ke depan. Kami selalu menerapkan dengan pembiasaan-pembiasaan seperti senyum, salam dan sapa kepada siapapun saat bertemu. Mbak sendiri juga sudah melihat kan pembiasaan-pembiasaan yang diimplemantasikan disini” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017 dengan A, pukul 10.00 di ruang Kepala Sekolah).

Sedangkan E sebagai Guru PKN menyampaikan pendapat yang hampir sama, sebagai berikut:

“Pertama, konsep pelaksanaan pendidikan karakter di sini berkonsep dari visi misi sekolah umum , kedua dari panggilan hati bahwa mengajar itu adalah ibadah, dan yang ketiga adalah bahwa guru adalah motivator yang harus mengajar dengan baik, jika guru memberi motivasi dengan baik maka hasilnyapun akan baik juga” (Sumber: Wawancara, KAMIS, 27 Juli 2017 dengan Guru PKN E, pukul 13.00 WIB di Ruang Tamu)

P selaku Wali kelas VII A mengungkapkan bahwa konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Negri 2 Banyubiru bermuara kepada umum dan tetapi berbau keislaman sangat ditekankan yang bertujuan membentuk akhlak yang mulia. Data ini diperoleh dari P melaui wawancara singkat, beliau menjelaskan bahwa:

60

“Untuk pengembangan karakternya, dasarnya jelas dari tuntutan agama islam, dan cita-cita kami dalam penerapan pendidikan karakter adalah untuk membentuk generasi yang berakhlaqul karimah. Selain itu juga berkonsep kepada unggah-ungguh dalam masyarakat sekitar yang selalu menerapkan kesopanan dan santun dalam bersikap maupun bertuturkata kepada siapapun, semua ada unggah-ungguhnya mbak” (Sumber: Wawancara dengan P, pada hari Kamis, 27 July 2017 di Ruang Tamu pukul 09.00 WIB).

Sedangkan J selaku wali kelas 8 E menuturkan pendapat bahwa konsep pendidikan karakter yang dikembangkan dalam pengimplementasian pendidikian karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru sebagai berikut:

“Ya tentunya saya berusaha supaya anak saya itu ketika keluar dari sini ada karakter positif yang ditonjolkan, makanya pada saat pembelajaran tambahan motivasi dan keislaman selalu saya sisipkan, meskipun hanya waktu yang sebentar. Pokoknya pendidikan karakter yang saya terapkan berkonsep kepada iman dan taqwa” (Sumber: Wawancara, Jum‟at 28 Juli 2017 dengan J, pukul 09.00 WIB di ruang guru).

YA selaku Kabid Kurikulum yang bertugas mengatur dan memenej seluruh kurikulum di SMP Negri 2 Banyubiru, yang berkenaan dengan penenaman pendidikan karakter siswa, YA menjelaskan:

“Kalau konsep pendidikan karakter di sini itu adalah untuk membentuk karakter siswa, mengarahkan penanaman karakter secara menyeluruh, baik pengetahuan, maupun nilai hidup. Hal tersebut bertujuan untuk membentuk siswa sebagai insan kamil. Metodenya dengan memberikan keteladanan dan pembiasaan dalam proses pembelajaran ” (Sumber: Wawancara, Jum‟at 28 juli 2017 dengan YA, pukul 14.15 WIB di Ruang Kabid Kurikulum).

61

Sedangkan menurut X selaku Guru PAI yang merupakan guru yang sangat brperan dalam pembentukan karakter siswa-siswinya, karena PAI merupakan mata pelajaran moral yang banyak memuat dan mengajarkan banyak tentang afektif atau sikap pada siawa menjelakan:

“Dalam pembelajaran PAI, terus terang banyak sekali nilai -nilai religius yang diajarkan ke anak, itu semua diterapkan berdasarkan ajaran-ajaran agama islam, yang di sandarkan kepada sesuatu yang diakui kebenarannya, yaitu Al-Qur‟an. Didalam Pembelajaran PAI sangat berperan penting dalan Pendidikan Karakter ini juga berpengaruh pada pemikiran siswa yang positif dan memiliki sifat kepribadian yang baik dan insan yang mulia.” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 28 juli 2017 dengan X, pukul 08.30 WIB di Ruang Tamu).

Pendapat yang hampir sama juga dijelaskan beberapa narasumber berkaitan tentang konsep yang dikembangkan dalam implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Banyubiru, adapun pendapat-pendapat tersebut adalah :

“Yang menjadi ciri khas di SMP Negeri 2 Banyubiru itu adalah adanya muatan positif yang selalu dikaitkan dengan pembelajaran. SMP ini umum tetepi keislaman yang ditekankan pada siswa lebih banyak karena ini juga memnbentuk karaktek siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru. (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 28 Juli 2017 dengan N , pukul 12.10 WIB di Ruang Guru).

“Dalam ekstrakurikuler jelas yang menjadi dasar implementasi karakter adalah kedisiplinan yang di terapkan ke dalam proses pelaksanaan selama kegiatan itu berlangsung. Karena menurut saya kedisiplinan merupakan nilai utama dalam pendidikan karakter, baru kemudian nilai-nilai karakter yang lain bisa muncul dengan otomatis” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017 dengan G, pukul 15.0 WIB di Ruang Guru).

“Kalau itu ya mungkin dari afektif mbak, lebih kepada sikap. Jadi sekolah itu tujuannya bukan hanya membuat anak pintar saja akan tetapi agar lebih baik sikapnya. Kalau hanya pandai saja tanpa

62

diimbangi dengan sikap yang baik, maka itu belum disebut siswa yang baik dan belum sesuai dengan tujuan atau visi misi di Al-Azhar” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017, pukul 09.20 WIB di Ruang Guru).

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, peneliti menemukan beberapa konsep yang dikembangkan dalam implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negri 2 Banyubiru, terlihat bahwa di SMP Negeri 2 Banyubiru ini pelaksanaan pendidikan karakter berkonsep kepada ahlak mulia, penegakan aturan di sekolah, nilai dan norma agama, unggah-ungguh budaya jawa dan sesuai dengan visi misi yang ada.

Konsep pendidikan karakter yang didasarkan kepada akhlak mulia terlihat dari segala aktifitas dan pembiasaan siswa yang selalu menerapkan nilai kejujuran, sopan santun, amanah, kebersihan lingkungan, dan adab-adab yang dilakukan. Adab bertemu guru, adab-adab menuntut ilmu, adab-adab bertemu tamu dan masih banyak lagi.

Pengembangan konsep karakter di SMP Negri 2 Banubiru bermuara kepada nilai dan norma agama, ini artinya nilai dan norma agama menjadi nilai utama dan tertinggi yang harus diterapkan. Karena jika siswa, guru dan semua warga sekolah menerapkan nilai dan norma agama insyaa allah tidak ada siswa yang melanggar norma dan hukum. Karena jelas bahwa di dalam agama islam telah dijelaskan bahwa akhlak seorang muslim itu sempurna, dengan dibekali akal fikiran yang diharapkan mampu digunakan untuk berfikir dan bertindak dan diharapkan mampu untuk membedakan mana perbuatan yang haq dan perbuatan yang

63

bathil. Dalam Al-Qur‟an pun juga jelas, bahwa Rasulullah SAW diutus di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia.

2. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru Tahun 2017

Implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru, diperoleh dari keterangan beberapa narasumber sebagai berikut.

Selaku Kepala Sekolah di SMP Negeri 2 Banyubiru, A menegaskan implementasi pensisikan karakter di SMP Negeri 2 Banyubiru melalui kegiatan rutin atau pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan kepada siswa mulai datang di sekolah sampai siswa pulang, A menjelaskan:

“Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Banyubiru diwujudkan dalam pembiasaan sehari-hari siswa dan semua warga sekolah mulai dari pagi sampai pulang sekolah dan juga ada jam tambahan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Yang terkait dengan nilai-nilai karakter dilaksanakan secara integratif oleh semua lini sekolah, tidak hanya guru PAI atau PKN saja. Kalau pelaksanaan program harian kan otomatis penanaman karakter itu melekat kepada tata tertib sekolah, mulai dari kehadiran siswa tepat waktu, ikrar, sopan santun, senyum salam sapa, tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas di rumah, sholat dhuha, serta sholat dzuhur berjamaah. Banyak sekali pembiasaan-pembiasaan yang dapat menanamkan nilai-nilai karakter. Misalnya nilai karakter kesopanan bisa terlihat setiap kali bertemu siswa dan guru kami selalu menekankan dan mewajibkan untuk senyum, salam, dan sapa. Dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang dapat menanamkan pembiasaan karakter baik sehingga melahirkan siswa-siswa yang berakhlaqul karimah” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017 dengan A, pukul 08.10 WIB di Ruang Kepala Sekolah).

64

YA sebagai kabid kurikulum juga menjelaskan hal yang hampir sama, bahwa ada banyak sekali strategi atau cara yang dilakukan sekolah dan guru dalam implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru, diantaranya melalui program harian yang memang sudah menjadi program wajib di sekolah seperti bersalaman, membaca ikar, sholat dhuha,sholat dzuhur berjamaah, dan masih banyak lagi. YA menjelaskan implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Banyubiru sebagai berikut:

“Yang jelas kalau ranahnya kurikulum pendidikan karakter ,yang dimunculkan itu pertama dilewatkan dengan program harian, pembiasaan. Njenengan juga tahu sendiri to program pembiasaan mulai dari pagi sudah terlihat pendidikan karakter yang kita implementasikan dalam pembiasaan, mulai dari bersalaman, ikrar, , sholat dhuha, sholat dzuhur berjamaah, itu. Banyak pokoknya mbak. Belum lagi kalau yang mingguan itu ada upacara bendera hari senin, sholat dhuha berjamaah, membaca asmaul husna, kultum pada hari jum‟at. Yang satu bulan sekali ya insidental sesuai penjadwalannya. Misal penanaman nilai karakter nasionalisme ada peringatan hari besar nasional seperti 17 Agustus, Hardiknas, dan lain sebagainya. Terus kalau untuk PHBI ada peringatan 1 muharram, isro‟ miraj, maulid nabi. Biasanya diisi dengan pengajian dan kadangkala diselipkan lomba-lomba. Kalau kaitannya dengan pendidikan karakter jenis lombanya juga menumbuhkan karakter anak, disiplin itu. Seperti adzan, kaligrafi, kultum, hafalan Al-Qur‟an dan lain-lain” (Sumber: Wawancara, jum‟at, 28 julii 2017 dengan YA, pukul 13.15 WIB di Ruang Kabid Kurikulum).

Observasi yang dilakukan peneliti selama kurang lebih satu minggu juga menemukan beberapa kegiatan siswa yang dilakukan mulai datang sampai siswa pulang, bahwa seluruh siswa dan guru selalu menerapkan senyum, salam dan sapa setiap kali bertemu, pembiasaan-pembiasaan kesehaian yang sangat mendukung proses pembentukan karakter siswa

65

mulai dari datang tepat waktu kemudian bersalaman dengan bapak/ibu guru di depan gerbang sekolah, ikrar, dan lain sebagainya.

Lebih lanjut dijelaskan YA mengenai strategi implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru, YA mejelaskan:

“Strateginya ya upaya yang bisa kita lakukan adalah dengan pembiasaan itulah, anak itukan sebetulnya butuh pengulangan, pendidikan karakter itu butuh sebuah pengulangan dan terus menerus. kemudian kegiatan pembiasaan berkenaan dengan karakter itu porsinya banyak, dengan harapan, ketika pembiasaan itu lama-lama akan tertanam, jika sudah tertanam maka akan keluar. Anak-anak jika sudah terbiasa, tertanam dan akan keluar lewat aplikasi perilaku mereka sesuai dengan pembiasaan yang diajarkan disekolah, dimana sekolah swasta yang terpenting adalah pelayanan. Karena sekolah itu adl tempat utk mengubah sikap, dari belum bisa menjadi bisa, dari belum disiplin menjadi disiplin. Dan mengajar itu yang terpenting memahami dulu karakter anak. Jika guru sudah memahami karakter anak mau melangkah seperti apa itu mudah. Anak-anak sekolah di sini tujuan utamanya bukan nilai, tapi kan orang tua menitipkan di sini anaknya disini agar anaknya bisa ngaji, karakternya baik dsb. Jadi sebagai guru utamanya adalah pelayanan, jika mau mengasuh anaknya orang harus faham dulu karakter anaknya. Beda karakter beda penangannya” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017 dengan YA, pukul 13.15 WIB di Ruang Kabid Kurikulum).

Sedangkan J selaku wali kelas 8 mengungkapkan bahwa tugas wali kelas, selain menjadi guru mapel tetapi juga berperan sebagai pendidik yang bertugas pembimbing kepada siswa-siswinya menuju gerbang kesuksesan, bukan hanya mentransfer ilmu pengatahuan saja namun juga sebagai faktor penting dalam pembentukan karakter siswa. J mengungkapkan:

“Kalau tugas mengajar itu pasti, tapi untuk menanamkan pendidikan karakter ya biasanya membuat aturan dulu membuat kesepakatan awal, kalo anak begini sanksinya begini. Misalnya jika

66

anak-anak mengeluarkan kata-kata tidak sepantasnya, maksudnya tidak sopan atau mengejek temannya, maka saya pakai penghapus diusapkan sebagai pertanda bahwa oo kalo begini itu tidak boleh, paling seperti itu. Terus membuat kesepakatan lagi kalau nanti misalnya anak mau izin ke kamar mandi harus bagaimana, paling seperti itu untuk menanamkan karakter anak. Kalau sebagai wali kelas ya ini yang kadang-kadang berat juga. Karena setiap kali masuk pelajaran di kelas saya sendiri langsung peran ganda, selain menjadi guru mapel saya juga sebagai wali kelas. Biasanya mengambil beberapa menit dulu untuk memotivasi dan pembinaan. Ya sebisa mungkin terus mengingatkan, mengarahkan anak, dan yang penting itu tidak jueh. Meskipun ada waktu khusus, setiap hari sabtu tapi biasanya terbentur dengan jadwal lain. Akhirnya sebagai inisiatif wali kelas selalu mengambil jam mengajar itu sendiri”(Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017, pukul 09.20 WIB di ruang tamu).

Guru BK selain sebagai guru mata pelajaran juga sbagai guru yang bertugas membimbing dan membina siswa baik yang bermasalah maupun yang tidak. K sebagai guru BK di SMP Negeri 2 Banyubiru juga mengungkapkan bahwa menjadi guru BK itu susah-susah gampang, karena tugas guru BK di sini lumayan berat. K menuturkan:

“Ya, jadi BK itu kan bukan pembelajaran tapi pembimbingan, pembinaan. Pembimbingan kepada murid yang bermasalah, bermasalah pribadi, sosial, maupun sekolah. Di sekolah ketika saya masuk ke kelas selain menyampaikan materi, diawal pasti sudah saya sampaikan. Banyak hal yang saya sampaikan mengenai pendidikan karakter, baik yang di sekolah maupun di rumah, di lingkungan masyarakat sekitar, Dari awal saya masuk di kelas ketika melihat karakter yang tidak diharapkan, langsung kita tegur baiknya seperti ini. Anak yang berkarakter kurang baik itu, biasanya ada riwayat yang melatar belakanginya, jadi saya sebagai guru BK selalu mengcrosscek riwayat anak tersebut seperti apa. Mencari riwayat entah di rumah dan di sekolah lama. Karena tugas seorang guru tidak hanya tanggung jawab terhadap akademisnya saja, tapi justru ke karakternya itu. Kalau akademis itu anak bisa mempelajarinya di rumah, sedangkan karakter itu harus diterapkan di manapun (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 28 juli 2017 dengan K, pukul 09.45 WIB di Ruang Tamu).

67

Keterangan hampir sama diutarakan guru PAI sekaligus wali kelas, yang menjelaskan bahwa implementasi pendidikan karakter khususnya dalam mata pelajaran PAI Mereka menjelaskan:

“Ya kalau dalam pembelajaran PAI itu adalah pembelajarn yang banyak menekankan kepada religius dan menyangkut pendidikan moral atau karakter, pembiasaan kepada sikap-sikap yang baik sesuai dengan ajaran keagamaan. Jadi konsep pendidikan karakter yang diimplementasikan di sini ya sesuai dengan ajaran islam yang menyangkut norma dan moralitas. Yang merupakan norma tertinggi, kalau siswa dan guru bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma agama insyaa allah kita terhindar dari pelanggaran hukum”(Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017, pukul 14.20 WIB di Ruang Guru).

“Salah satunya kalau dalam pembelajaran itu berdoa sebelum KBM, disiplin. Pendidikan karakter di RPP pun sudah tertuang di situ, ada beberapa sikap ada religius, tanggung jawab, disiplin kemudian pembiasaan-pembiasaan yang terus dilakukan agar anak menjadi lebih baik. Kita realisasikan dalam pembelajaran, jadi include. Misalnya tugas-tugas, kita mengambil karakter disiplin, berarti dia mengumpulkan tugas tepat waktu apa tidak. Kalau dalam praktek-praktek di PAI seperti sholat, wudhu anak tanggung jawab tidak dalam pelaksanaannya. Kalau sebagai wali kelas, untuk pembinaan, pengarahan kita ada waktu khusus paling beberapa menit sekali, paling melihat presensi, disiplin tidak. Yang kedua piket, anak-anak sudah melaksanakan tugasnya apa belum. Memotivasi agar anak selalu berkarakter baik. Sebagai wali kelas saya juga tidak bisa bekerja sendiri, saya selalu menenyakan kepada temannya si anak yang bermasalah dan selalu koordinasi dengan guru mapel lain dan guru BK, bahkan orang tua” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 28 Juli 2017 dengan X, pukul 10.30 WIB di koridor sekolah).

Kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan kegiatan di luar jam sekolah menurut G dalam pendapatnya, sangat berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter siswa. Hal ini karena dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa memang benar-benar memilih sendiri jenis

68

ekstrakurikuler sehingga mereka dapat mengeksplor kegemaran mereka sesuai bakat. G mengungkapkan:

“Kemudian dalam kegiatan ekstrakurikuler sebenarnya sangat berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter anak, menurut saya kalau mereka jujur dari hati mereka yang paling dalam. Itu karena mungkin di ekstra mereka memilih sendiri, interestnya kan di situ. Misalnya ada anak yang suka vocal grup karena memang suka nyanyi, di situ anak sangat senang. Suka tampil, seneng karena terbiasa latihan bareng, kemudian dia menjadi baik di situ, akhirnya dia berani tampil jadi dia lebih percaya diri dibandingkan sebelumnya. Lebih suka di ekstrakurikuler, tanpa paksaan” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 28 Juli 2017 dengan X, pukul 07.30 WIB di ruang tamu).

J selaku wali kelas 8 menerangkan tentang bagaimana implementasi pendidikan karakter yang dilakukan kepada siswa, baik saat di kelas maupun di luar kelas, J menjelaskan:

“Pendidikan karakter saya dimulai dari pembiasaan ketika awal pembelajaran saya membiasakan anak untuk berdoa, membaca basmalah tujuannya adalah mengingat Allah. Jadi ketika belajar Allah selalu bersama mereka insyaa allah semua akan diberi kelancaran dan ilmu yang saya sampaikan bisa bermanfaat, yang kedua adalah mengecek kerapian kelas berarti mengecek kedisiplinan anak terlebih dahulu. Sebelum pembelajaran kelas harus bersih dan nyaman. Ketiga, pada saat KBM sya membiasakan anak utk jujur dan bertanggung jawab. Biasanya saya melihat di agenda pelajaran saya, dan saya bertanya apakan ada PR? Dan anak menjawab jujur, iya ada. Kemudian saya bertanya lagi apakah sudah dikerjakan?, itu termasuk nilai karakter tanggung jawab. Kemudian ketika pembelajaran saya juga menerapkan keaktifan bertanya dan menghargai pendapat orang lain. Disitu saya tidak membenarkan dan menyalahkan, biarkan anak-anak yang mengkritisi terlebih dahulu (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 juli 2017 dengan TM, pukul 11.00 WIB di Koridor Sekolah). Lebih lanjut diungkapkan H mengenai perannya sebagai wali kelas dalam mewujudkan pendidikan karakter. H menuturkan bahwa:

69

“Terus peran saya selaku wali kelas, setiap saya masuk kelas setiap itu pula saya melakukan pembinaan meskipun durasinya hanya 5 sampai 10 menit. Nanti kalau sekiranya ada hal yang penting saya akan masuk kelas untuk melakukan pembinaan. Dan juga pembinaan di luar kelas itu juga saya lakukan untuk anak-anak tertentu. Sebagai contoh pembinaan di luar kelas, misalkan ada laporan anak, baik dari anak yang bermasalah itu sendiri maupun dari teman-temannya nanti akan saya panggil, akan saya ajak

sharing. Jadi saya terbiasa menekankan kepada anak-anak bahwa wali kelas memanggil anak itu bukan karena ada masalah atau pelanggaran tetapi butuh komunikasi supaya tidak terjadi

misskomunikasi” (Sumber: Wawancara, Kamis, 27 Juli 2017 dengan H, pukul 12.10 WIB di ruang guru).

Dari hasil pengamatan peneliti hari Jum‟at, 28 Juli 2017 pukul 06.30 WIB terlihat bahwa pada pukul 06.30 WIB guru-guru sudah berdiri di gerbang SMP Negeri 2 Banyubiru menyambut dan menyalami siswa yang berangkat. Beberapa guru tersebut memeriksa siswa-siswi mulai dari rambut bagi yang laki-laki, kuku dan kerapian seragam. Saat itu ada beberapa siswa yang kukunya panjang, kemudian disuruh untuk memotong kukunya di gerbang sebelum diperbolehkan masuk.

Dokumen terkait