i
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM
PERSPEKTIF ISLAM DI SMP NEGERI 2 BANYUBIRU
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017
SKRIPSI
Disusun guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
DUROTUN NASIKAH
NIM: 111-13-166
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
vi
MOTTO
(...siapa yang menanam pikiran akan menuai kata, siapa menabur perkataan akan menuai perbuatan, siapa yang bertindak akan menuai kebiasaan, siapa
yang menabur kebiasaan akan menuai karakter, siapa yang menabur karakter akan menuai nasib)
vii
PERSEMBAHAN
Bismillahirahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah atas karunia Allah SWT. Karya ini kupersembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta (Bp. Muhamad Khamamin dan Ibu Mutamimah) yang selalu mendukung dalam belajar baik lahir dan batin, mengorbankan segala-galanya, selalu memberikan yang terbaik, mendoakan dan memberikan motivasi, mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada penulis.
2. Suami ku tercinta ( Bactiar Yudhi Setiawan) yang selalu mendampingi dan memberikan dukungan, semangat dalam belajar untuk mencapai hasil yang maksimal, selalu memberikan motivasi untuk slalu berkarya dan belajar untuk masa depan dan mendoakan sepenuh hati, perhatian kasih sayang kepada penulis.
3. kakak ku tersayang ( Muhammad Rouf Chanafi) yang senantiasa menjadi motivasi dan semangat ku untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan selalu mendoakan dan berjuang membahagiakan Bapak dan Ibu yang selalu menjadi sumber semangat dalam langkah kami.
4. Adikku tersayang, Yunita Chaifatul Alifah yang senantiasa menjadi partner berjuang dalam membahagiakan Bapak dan Ibu, menjadi sumber semangat dalam segala hal.
viii
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga serta guru-guruku semua yang telah memberikan limpahan ilmu kepada penulis.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.
4. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
x
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita.
7. Seluruh keluarga dan keluarga di luar keluarga yang selalu memberi dukungan, motivasi serta iringan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
8. Kepala SMP Negeri 2 Banyubiru beserta semua Guru, karyawan, dan seluruh siswa-siswinya yang telah membantu pencapaian keberhasilan dalam penelitian ini.
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Teriring doa semoga amal dan budi baik semua yang telah diberikan kepada penulis menjadi catatan amal baik di sisi Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 26 September 2017
Penulis,
xi
ABSTRAK
Nasikah, Durotun. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Dalam Perspektif Islam di SMP Negeri 2 Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.
Kata Kunci: Implementasi, Pendidikan Karakter
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Negeri 2 Banyubiru, (2) imlementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru, (3) faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, interview/wawancara dan dokumentasi. Subjek yang diteliti adalah kepala sekolah, kabid kurikulum, kabid kesiswaan, guru PAI, guru PKn, guru BK, wali kelas, pengampu ekstrakurikuler, dan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Negeri 2 Banyubiru adalah berkonsep kepada nilai dan ajaran agama Islam, unggah-ungguh dan budaya Jawa, visi dan misi sekolah, serta tata tertib sekolah; (2) implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru dilaksanakan oleh siswa dan semua warga sekolah termasuk kepala sekolah dan guru dengan cara mengimplementasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan belajar mengajar dan implementasi pendidikan karakter dalam pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar (pembiasaan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat, dan sistem reward and punishment) serta implementasi pendidikan karakter berbasis fikiran; (3) fakor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Banyubiru terbagi menjadi dua, yaitu faktor intern (keadaan siswa itu sendiri) dan faktor
ekstern (visi dan misi sekolah, kekuatan dari guru dan dukungan seluruh
xii
DAFTAR ISI
COVER ... i
LOGO IAIN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian... 10
D. Manfaat Penelitian... 10
E. Penegasan Istilah ... 11
xiii
G. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Karakter ... 20
B. Pengertian Pendidikan Karakter ... 22
C. Tujuan Pendidikan Karakter ... 26
D. Fungsi Pendidikan Karakter ... 28
E. Nilai-Nilai Karakter ... 29
F. Implementasi Pendidikan Karakter ... 34
G. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter ... 40
H. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter ... 42
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Banyubiru ... 47
1. Profil Sekolah ... 47
2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah ... 48
3. Data Ketenagaan dan Peserta Didik ... 49
4. Jumlah dan Luas Bangunan... 50
5. Sarana dan Prasarana ... 52
6. Kegiatan Ekstrakurikuler... 55
xiv
B. Temuan Penelitian ... 58 1. Konsep Pendidikan Karakter yang dikembangkan .... 58 2. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa... 62 3. Faktor Pendukung Implementasi
Pendidikah Karakter Siswa ... 72
BAB IV ANALISIS DATA
A. Konsep Pendidikan Karakter
yang Dikembangkan ... 76 B. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa... 79 C. Faktor-Faktor Pendukung Implementasi
Pendidikan Karakter Siswa ... 91 D. Faktor-Faktor Penghambat Implementasi
Pendidikan Karakter Siswa ... 93
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 96 B. Saran ... 97
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar Peserta Didik ... 50
Tabel 3.2 Jumlah dan Luas Bangunan ... 50
Tabel 3.3 Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran ... 52
Tabel 3.4 Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Lain ... 54
Tabel 3.5 Daftar Kegiatan Ekstrakurikuler ... 55
Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa ... 56
Tabel 4.1 Nilai-nilai Karakter dan Indikator di dalam KBM ... 79
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrumen Pedoman Penelitian Lampiran 2 : Data Informan
Lampiran 3 : Data Guru dan Karyawan Lampiran 4 : Tata Tertib Siswa
Lampiran 5 : Rincian Jenis Pelanggaran Lampiran 6 : Ikrar Siswa
Lampiran 7 : Gambar Dokumentasi Hasil Penelitian Lampiran 8 : Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 9 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 10 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 11 : Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 12 : Daftar Nilai SKK Lampiran 13 : Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sarana pembekalan ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan moral melalui kegiatan pembelajaran dan kegiatan lainnya yang terhubung dengan rencana pendidikan di suatu sekolah. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pendidikan dan mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, tetapi yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika serta perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter menjadi salah satu harapan, karena karakterlah yang menjadi penopang perilaku individu. Tanpa karakter seseorang dengan mudah melakukan suatu apapun yang dapat menyakiti atau menyengsarakan orang lain.
2
yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan karakter sangat penting dalam upaya membentuk insan muslim yang berkualitas, karena tidak akan sempurna iman seseorang tanpa adanya kebaikan akhlaknya.
Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan
(skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berfikir kritis dan alasan moral seperti berperilaku jujur dan bertanggungjawab (Naim, 2012: 36). Manusia berkarakter adalah manusia yang dalam perilaku dan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas hidupnya selalu dengan nilai-nilai kebaikan.
Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang, mentalitas, sikap, dan perilaku. Pendidikan karakter semacam ini lebih tepat sebagai pendidikan budi pekerti. Pembelajaran tentang tata krama, sopan santun, dan adat-istiadat, menjadikan pendidikan karakter semacam ini lebih tepat menekankan kepada perilaku-perilaku aktual tentang bagaimana seseorang dapat disebut kepribadian baik atau tidak baik berdasarkan norma-norma yang bersifat kontekstual dan kultural.
3
yang baik. Dilihat dari dunia pendidikan, karakter seseorang dapat diajarkan atau ditanamkan sejak dini dengan melalui pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter di setiap mata pelajaran, ekstrakurikuler maupun budaya atau kultur yang diciptakan di sekolah. Budaya sekolah dapat didefinisikan sebagai keyakinan, kebijakan, norma, dan kebiasaan di dalam sekolah yang dapat dibentuk, diperkuat, dan dipelihara dalam waktu yang lama oleh semua warga dalam kerja sama di sekolah (Daryanto, 2013: 18).
Ellen G. White (dalam Hidayatullah, 2010: 20) mengemukakan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Jika bukan mendidik dan mengasuh anak-anak untuk perkembangan tabiat luhur, tidak ada gunanya diadakan pendidikan. Orang yang pandai saja tetapi tidak baik akan menghasilkan orang yang berbahaya, karena dengan kepandaiannya seseorang bisa menjadikan sesuatu menjadi hancur dan rusak. Setidaknya pendidikan masih lebih bagus menghasilkan orang baik walaupun kurang pandai. Tipe ini paling tidak memberikan suasana kondusif karena seseorang itu memiliki akhlak yang baik.
4
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja, dan terarah. Mulai dari tingkat kanak-kanak (TK) sampai dengan pendidikan tinggi (PT). Sekolah melakukan pembinaan pendidikan kepada peserta didik yang dalam melaksanakan pendidikan (Kadir, 2012: 78-79). Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat (Hidayatullah, 2010: 3).
pendidikan nasional berfungsi dan bertujuan membentuk karakter (watak) peserta didik menjadi lebih baik. Oleh karena itu, upaya mencerdaskan anak didik yang menekankan pada intelektual perlu diimbangi dengan pembinaan karakter yang juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
5
sejak dini, sehingga nantinya akan menjadi suatu kebiasaan melakukan hal baik sesuai dengan nilai dan norma di kehidupan mendatang. Dalam dunia pendidikan, pendidikan karakter tersebut dapat diintegrasikan melalui proses pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan budaya yang diciptakan di sekolah. Walaupun pendidikan karakter termasuk dalam hidden curriculum,
tetapi pelaksanaannya secara menyeluruh di lingkungan sekolah.
Produk dari pendidikan karakter tidak bersifat permanen, akan tetapi terus tumbuh dan berkembang. Sangat mungkin seorang yang awalnya memiliki karakter yang baik, tetapi pada akhirnya kehilangan karakternya. Pengaruh lingkungan atau karena berbagai pengaruh lainnya menjadikan karakter tersebut sedikit demi sedikit bisa berubah. Sekolah yang merupkan lingkungan kedua setelah keluarga, sangat memegang pengaruh penting dalam rangka membentuk karakter pada siswa. Karena sekolah merupakan tempat belajar-mengajar, mendidik, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan pada siswa-siswinya.
6
yaitu tanggung jawab yang diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan pendidikan oleh para pendidik yang pelaksanaannya berdasarkan kurikulum (Kadir, 2012: 79).
Seiring berkembangnya teknologi informasi saat ini, ditandai dengan adanya arus globalisasi yang pesat, jelas sangat mempengaruhi setiap sektor kehidupan sehingga menyebabkan krisis multidimensi, salah satunya di bidang pendidikan sekolah menengah pertama. Dewasa ini marak sekali isu-isu moral dikalangan remaja, khususnya siswa usia SMP/SLTA. Banyak lulusan maupun peserta didik yang masih sekolah memiliki prestasi cemerlang, tatapi akhlak dan moralnya tidak sesuai sebagaimana tujuan pendidikan nasional. Kurangnya rasa sopan santun kepada orang tua, adanya tindak kekerasan, pergaulan bebas, rendahnya sikap tenggang rasa maupun saling menghormati dan tindakan kriminalitas di mana-mana. Perilaku-perilaku tersebut menunjukan keberadaan nilai-nilai moral dan karakter yang perlu dipertanyakan kembali.
7
memperhat ikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri (Daryanto, 2013: 61).
Perilaku siswa yang bermoral dipastikan lahir dari budaya sekolah yang bermoral dan budaya sekolah yang bermoral tumbuh dari pribadi-pribadi guru yang bermoral. Dalam hal ini budaya sekolah sangat berpengaruh terhadap karakter siswanya. Sekolah yang merupakan salah satu tempat pembentukan karakter yang paling tepat setelah di rumah, sekolah diamanahi para orang tua untuk mencerdaskan anak-anaknya, sekolah juga diharapkan untuk mendidik dan membina perilaku mereka dengan karakter baik dan mulia.
Penyelenggaraan pendidikan di suatu sekolah dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan potensi diri secara optimal, sehingga lulusan memiliki ketahanan dan keberhasilan dalam pendidikan lanjutan, serta kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
8
Setiap pagi, tepatnya pukul 06.30 WIB para guru dan siswa sudah berada di sekolah. Kegiatan yang dilakukan setiap pagi sebelum kegiatan belajar dimulai adalah ketika datang guru sudah berjajar dan siswa yang datang berjabat tangan kemudian semua siswa berbaris rapi dan membacakan ikrar siswa. Pada istirahat pertama siswa dan guru melakukan sholat dhuha dan siang hari ketika istirahat kedua melakukan sholat dzuhur berjamaah.
Sekolah yang menjadi tempat belajar para siswanya harus dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi sekolah yang bermutu. Sekolah dikatakan bermutu baik apabila mampu mengemban misinya dalam rangka mencapai tujuan kelembagaannya (Ibrahim, 2012: 13). Dari pernyaataan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMP negri 2 Banyubiru karena dirasa bahwa sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah bermutu baik yang menerapkan pendidikan karakter, dan judul yang penulis teliti adalah IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMP NEGERI 2 BANYUBIRU TAHUN 2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Negeri 2 Banyubiru tahun 2017?
9
3. Apa saja faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru tahun 2017?
4. Apa saja faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negri 2 Banyubiru tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui:
1. Konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Negeri 2 Banyubiru tahun 2017.
2. Implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Negeri 2 Banyubiru tahun 2017.
3. Faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru tahun 2017.
4. Faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis
10 2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menggugah kesadaran siswa tentang pentingnya penanaman karakter agar dapat berupaya menjadi insan yang berkualitas.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan agar guru selalu menjadi suri tauladan yang baik bagi peserta didik dengan mengajarkan pendidikan karakter yang diintegrasikan melalui mata pelajaran, ekstrakurikuler maupun penciptaan budaya sekolah yang baik.
c. Bagi Orang Tua
Bagi orang tua, diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam menanamkan pendidikan karakter pada anaknya saat di rumah.
d. Bagi Pembaca
Dapat memberi gambaran tentang bagaimana implementasi pendidikan karakter yang dilakukan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
E. Penegasan Istilah
1. Implementasi
11
mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang
saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.”
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.
2. Karakter
Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan
(skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berfikir kritis dan alasan moral seperti berperilaku jujur dan bertanggungjawab (Naim, 2012: 36).
3. Pendidikan Karakter
12
dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Sedangkakan dam konteks kajian P3 mendefinisikan pendidikan karakter dalam setting sebagai “Pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”. Definisi ini mengadung makna:
a. pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran;
b. diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan;
c. penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah (lembaga) (Dharma, 2012: 24-25).
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
13
Penelitian ini dikonsentrasikan untuk menjelaskan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan dan dapat mengkomunikasikan lebih dari yang dapat dikatakan dengan bahasa yang proposional.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data yang ada di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat bantu dan dokumen yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian.
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi lokasi penelitian dan terjun langsung dalam mengikuti aktivitas akademika di sekolah.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Banyubiru. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan pada bulan juli 2017 sampai dengan selesai.
4. Sumber Data
Menurut Lofland dan Kofland dalam Moleong (2009: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain sebagainya. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
14
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dengan cara mengamati dan mewawancarai.
Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang konsep pendidikan karakter yang dikembangkan, implementasi pendidikan karakter siswa SMP Negeri 2 Banyubiru serta faktor pendukung dan penghambatnya. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, kabid kurikulum, kabid kemuridan, guru PAI, guru PKn, guru BK, wali kelas, pengampu ekstrakurikuler, siswa, serta pengamatan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan dari dokomentasi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan sebagai pelengkap informasi yang telah terkumpul melalui wawancara dan pengamatan. Sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-doukumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. 5. Teknik Pengumpulan Data
15
berdiri sendiri atau terpisah-pisah) secara relevan dengan fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi:
a. Metode Observasi
Menurut Indriantoro dan Supomo dalam Ruslan (2010: 34), observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati pola perilaku subyek (orang), obyek (benda-benda), atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi non partisipan, yaitu peneliti hanya sebagai penonton tidak sebagai pemain, tujuannya untuk memperoleh gambaran umum, konsep pendidikan karakter yang dikembangkan, implementasi pendidikan karakter, faktor pendukung serta fakror penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Negeri 2 Banyubiru Tahun 2017.
b. Metode Interview
16
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2010: 329). Dokumen dalam metode ini berupa keadaan geografis sekolah, foto kegiatan belajar di sekolah, foto kegiatan ekstrakurikuler, struktur organisasi dan prestasi yang diperoleh SMP Negri 2 Banyubiru. Metode ini diperlukan sebagai metode bantu dalam mengumpulkan data tentang implementasi pendidikan karakter di SMP Negri 2 Banyubiru.
6. Analisis Data
Analisis data dalam deskriptif kualitatif adalah memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya (Arikunto, 1995: 353). Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yang bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis tersebut selanjutnya dilengkapi dengan data pendukung kemudian disimpulkan (Sugiyono, 2010: 335).
Data yang terkumpul begitu banyak dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, serta dokumen berupa soft file
dan hard file. Pada tahapan ini, peneliti mengumpulkan dan menyusun data, kemudian dianalisis dan interpretasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut.
7. Pengecekan Keabsahan Data
17
menggabungkan berbagai teknik pengumpulan dan sumber data yang ada (Sugiyono, 2010: 330).
8. Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a. Tahap Pra Lapangan
Tahapan ini ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan, yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian (Moleong, 2009: 127).
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini peneliti harus memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta dalam mengumpulkan data (Kasiram, 2010: 287).
c. Tahap Analisis Data
18
G. Sistematika Penulisan
Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahasan tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya, sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN.
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang pengertian karakter, pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, fungsi pendidikan karakter, nilai-nilai karakter, implementasi pendidikan karakter, faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter, serta kunci sukses pendidikan karakter di sekolah.
BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
19
organisasi sekolah, data guru dan siswa, tata tertib sekolah, konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Negeri 2 Banyubiru, implementasi pendidikan karakter yang dilaksanakan di SMP Islam Negeri 2 Banyubiru, faktor pendukung dan faktor penghambat imlementasi pendidikan karakter di SMP Negri 2 Banyubiru serta data-data yang diperoleh dari penelitian.
BAB IV: ANALISIS DATA
Dalam bab ini memuat tentang gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori, dan dimensi-dimensi, posisi temuan/teori di SMP Islam Negeri 2 Banyubiru terhadap teori-teori, serta penafsiran dan penjelasan dari temuan/teori yang diungkap dari lapangan.
BAB V: PENUTUP
Dalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.
BAB II
20
Istilah “character” berasal dari bahasa Yunani charassein yang berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian tersebut diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan satu pandangan bahwa karakter adalah perilaku yang bersifat individual (Daryanto, 2013: 63-64).
Watak sebagai sifat seseorang yang dapat dibentuk, artinya watak seseorang dapat berubah, kendati watak mengandung unsur bawaan (potensi internal), yang setiap orang bisa berbeda-beda. Namun, watak sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan pergaulan, dan lain-lain (Adisusilo, 2012: 77).
Winnie yang juga dipahami oleh Ratna Megawangi, menyampaikan bahwa istilah karakter diambil dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai). Istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Ada dua pengertian tantang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seorang bertingkah laku. Apabila sesorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan “personality”. Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral (Muslich, 2011: 71).
21
melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti khusus ciri-ciri membedakan antara satu individu dengan yang lainnya. Karena ciri-ciri karakter tersebut dapat diidentifikasi pada perilaku individu dan bersifat unik, maka karakter sangat dekat dengan kepribadian individu (Mulyasa, 2012: 4).
Muslich (2011: 84) menjelaskan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.
Dari berbagai penjelasan yang telah dikemukakan beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter merupakan nilai-nilai, sikap, pikiran, perilaku, watak, akhlak yang melekat pada diri seseorang sejak lahir dan memiliki perbedaan peserta didik satu dengan lainnya. Karakter yang dimiliki oleh seseorang dapat terlihat dari tingkah laku atau cara bertindak di kehidupan sehari-harinya. Dari mengetahui keseharian orang tersebut maka akan diketahui bagaimana karakter atau watak yang dimiliki orang tersebut, dan baik buruknya karakter seseorang tergantung pada pola kebiasaan nilai yang dipilih dalam kehidupannya. Thomas Lickona dalam Masnur Muslich (2011: 75) mengemukakakan bahwa karakter yang baik itu mencakup 3 komponen, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling
22
Lebih lanjut dijelaskan Lickona, bahwa moral knowing terdiri dari enam hal, yaitu: (1) moral awareness (kesadaran moral), (2) knowing moral values (mengetahui nilai-nilai moral), (3) perspective taking, (4) moral reasoning, (5) decision making, dan (6) self knowledge. Moral feeling adalah aspek lain yang harus ditanamkan kepada anak yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Terdapat enem hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yakni (1)
conscience (nurani), (2) self estem (percaya diri), (3) empahaty (merasakan penderitaan orang lain), (4) loving the good (mencintai kebenaran), (5) self control (mampu mengontrol diri), dan (6) humility (kerendahan hati). Moral action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Perbuatan tindakan moral ini merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (action morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter (Muslich, 2011: 75).
B. Pengertian Pendidikan Karakter
Seperti disampaikan di atas bahwa pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Jadi pendidikan merupakan sarana strategis dalam pembentukan karakter.
23
berkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik, ranah afektif bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah psikomotorik akan bermuara pada keterampilan vokasional dan perilaku (Damayanti, 2014: 9).
Winton dalam Muchlas (2012: 43) menjelaskan secara sederhana bahwa pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada siswanya.
Pendidikan karakter menurut Prof. Darmiyati Zucdi (2009: 76) adalah sebuah proses pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti atau akhlak mulia yang berakar pada ajaran agama, adat istiadat dan nilai-nilai ke-Indonesiaan, dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang bermartabat, menjadi warga bangsa yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama.
24
pendidikan karkter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya (Narwati, 2011: 15).
Senada dengan pendapat di atas, Muslich (2011: 75-76) menegaskan bahwa untuk dapat memahami pendidikan karakter itu sendiri, perlu memahami struktur antropologis manusia. Stuktur antropologis manusia terdiri atas jasad, ruh serta akal, sehingga pendidikan karakter menurut Muslich harus mencakup semua struktur antropologis manusia, atau dengan kata lain pendidikan karakter harus mencakup pada komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang.
25
Pengertian-pengertian menurut para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntutan secara sadar dan sungguh-sungguh kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter dapat pula dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.
Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. Penanaman pendidikan karakter akan efektif jika tidak hanya diterapkan pada siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah, dan tenaga non pendidik di sekolah (Samani, 2012: 45-46).
26
Pendidikan karakter dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa. Persoalan yang muncul diidentifikasikan bersumber dari gagalnya pendidikan dalam menginternalisasikan nilai-nilai moral terhadap peserta didik. Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis yang sedang melanda di bangsa ini. Keterpurukan bangsa Indonesia dari segi karakter yang kemudian dimunculkan pendidikan karakter untuk memperbaiki karakter luhur bangsanya tidak lain memiliki tujuan yang baik.
Munurut Muslich (2011: 81) tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pada tingkat institusi, pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan kseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat.
27
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik tingkat SMP mampu secara mandiri meningkatlan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Daryanto, 2013: 45).
Zubaedi (2012: 18), menjelaskan tujuan dari diadakannya pendidikan karakter menjadi 5:
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. 2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab pesrta didik sebagai generasi penerus bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
28
seseorang dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur‟an (Fathurrohman, 2013: 98).
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, beroleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
D. Fungsi Pendidikan Karakter
Zubaedi (2013: 18), mengungkapkan fungsi utama pendidikan karakter sesuai Kebijakan Nasional Karakter Bangsa, yaitu:
1. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berfikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila. Dengan fungsi ini peserta didik diharapkan memiliki sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan citra budaya bangsa.
2. Fungsi perbaikan dan penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi serta bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera.
29
Pendidikan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budya dan karakter bangsa yang bermartabat.
Ketiga fungsi ini dilakukan melalui, (1) pengukuhan Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara, (2) pengukuhan nilai dan norma konstitusional UUD 1945, (3) penguatan komitmen kebangsaan NKRI, (4) penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, dan (5) penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberlanjutan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam konteks global.
Pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya
luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat
manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun sikap warganegara yang
cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa
lain dalam suatu harmoni (Kemendiknas, 2011: 3).
E. Nilai-nilai Karakter
30
yang menjalankan maupun bagi orang lain. Nilai-nilai yang dikembangkan tersebut tidak lepas dari budaya bangsa. Budaya bangsa merupakan sistem nilai yang dihayati, diartikan sebagai keseluruhan sistem berfikir tentang tata nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat.
Lickona (2015: 74), menegaskan bahwa sikap hormat dan tanggung jawab adalah dua nilai karakter dasar yang harus diajarkan di sekolah. Bentuk-bentuk nilai lain yang sebaiknya diajarkan di sekolah adalah kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin diri, tolong menolong, peduli sesama, kerja sama, keberanian, dan sikap demokratis. Nilai-nilai khusus tersebut merupakan bentuk dari rasa hormat dan tanggung jawab ataupun sebagai media pendukung untuk bersikap hormat dan bertanggung jawab.
Menurut Dr. Sukamto (dalam Muslich, 2011: 79) nilai-nilai yang perlu diajarkan pada anak mencakup:
1. Kejujuran
2. Loyalitas dan dapat diandalkan 3. Hormat
4. Cinta
5. Ketidak egoisan dan sensitifitas 6. Baik hati dan pertemanan 7. Keberanian
8. Kedamaian
31 10.Disiplin diri dan moderasi 11.Kesetiaan dan kemurnian dan 12.Keadilan dan kasih sayang.
Kemendiknas (dalam Gunawan, 2012: 33-35) melansir bahwa berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah mengelompokkan nilai karakter menjadi lima, yaitu:
1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa
Nilai ini berkaitan dengan pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agamanya. Nilai ini lebih lanjut diuraikan oleh Samani (2012: 47), nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan antaranya adalah berdisiplin, beriman, bertakwa, berpikir jauh ke depan, bersyukur, jujur, mawas diri, pemaaf, pemurah, dan pengabdian.
2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
a. Jujur, merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. b. Bertanggung jawab, merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
32
c. Gaya hidup sehat, merupakan segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. d. Disiplin, adalah suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh dalam berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja keras, merupakan suatu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. f. Percaya diri, merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri
terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. g. Berjiwa wirausaha, merupakan sikap dan perilaku yang mandiri dan
pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, yaitu berfikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. i. Mandiri, suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
33
k. Cinta Ilmu, cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, merupakan sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/ hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/ kewajiban diri sendiri serta orang lain.
b. Patuh pada aturan-aturan sosial, yaitu sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. c. Menghargai karya dan prestasi orang lain, yaitu sikap dan tindakan
yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. d. Santun, yaitu sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa
maupun tata perilakunya ke semua orang.
e. Demokratis, yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
34
5. Nilai kebangsaan, yaitu cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
a. Nasionalis, yaitu cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
b. Menghargai keberagaman, yaitu sikap memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
Nilai-nilai yang disebutkan di atas merupakan nilai-nilai yang mendasari program sekolah yang menerapkan pendidikan karakter dalam menyiapkan peserta didik yang cerdas dan memiliki karakter yang baik. Kepala sekolah beserta stakeholders harus saling mendukung dalam menerapkan pendidikan karakter, mengingat pendidikan karakter tidak sepenuhnya dituangkan dalam mata pelajaran khusus (hidden curriculum)
namun terintegrasi secara sistematis dengan menitikberatkan pada nilai-nilai pendidikan karakter yang telah diterapkan.
F. Implementasi Pendidikan Karakter
35
Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010) (dalam Zubaedi, 2011: 193), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: olah hati (spiritual and emotional development), olah pikir (inntelectual development), olahraga dan kinestetik (physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa (affective and creativity development) yang secara diagramatis dapat digambarkan sebagai berikut:
OLAH PIKIR (Cerdas)
OLAH HATI (Jujur, bertanggung jawab) OLAHRAGA (KINESTETIK)
(Bersih, sehat, menarik)
OLAH RASA dan KARSA (Peduli dan Kreatif)
36
yang kondusif dapat dilakukan melalui berbagai variasi metode sebagai berikut: (1) penugasan, (2) pembiasaan, (3) pelatihan, (4) pembelajaran, (5) pengarahan, dan (6) keteladanan (Mulyasa, 2012: 9).
Menurut Daryanto (2013: 75), implementasi pendidikan karakter dalam KTSP adalah dengan:
1. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti pendekatan belajar lontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis kerja, ICARE (Intoduction, Connection, Application, Reflection, Extencion) dapat digunakan untuk pendidikan karakter.
2. Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajaR
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:
a. Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upaca besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas,sholat jamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.
37
ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
c. Keteladanan, merupakan perilaku sikap guru, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya, nilai disiplin (kehadiran guru yang lebih awal dibanding peserta didik).
d. Pengkondisian, yaitu penciptaan kondisi yang mendukung terlaksananya pendidikan karakter, misalnya kebersihan badan dan pakaian, toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak di sekolah dan di dalam kelas.
e. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler. Terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter memerlukan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dan revitalisasi kegiatan yang sudah dilakukan di sekolah. f. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat. Dalam kegiatan ini
38
Selain hal di atas, implementasi pendidikan karakter juga dapat mengefektifkan alokasi waktu yang tersedia dalam rangka menerapkan penanaman nilai budaya dengan menggunakan metode pembelajaran aktif. Hal ini dapat dilakukan sejak guru mengawali pembelajaran, selama proses berlangsung, pemberian tugas-tugas mandiri dan terstruktur baik yang dilakukan secara individual maupun berkelompok, serta penilaian proses dan hasil belajar. Adapun strategi penambahan waktu pembelajaran yang dapat dilakukan, misalnya:
1. Sebelum pembelajaran dimulai atau setiap hari seluruh siswa diminta untuk membaca kitab suci, melakukan refleksi (masa hening) selama kurang lebih 5 menit.
2. Di hari-hari tertentu sebelum pembelajaran di mulai dapat dilakukan berbagai kegiatan paling lama 30 menit, misalnya berceramah dan kegiatan bersih lingkungan di hari Jum‟at/ Sabtu.
3. Pelaksanaan kegiatan bersama di siang hari selama 30-60 menit.
4. Kegiatan-kegiatan lain di luar pengembangan diri, yang dilakukan setelah jam pelajaran selesai (Daryanto, 2013: 75-76).
Damayanti (2014: 57) menyebutkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam implementasi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
39
2. Integrasi, integrasi atau penyatuan dalam pendidikan karakter merupakan langkah awal untul implementasi pendidikan karakter kepada peserta didik. Pengintegrasian nilai-nilai karakter dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar, setiap kegiatan ekstrakurikuler dan budaya sekolah. 3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan. Artinya, materi nilai karakter
bukanlah bahan ajar biasa, atau sering disebut dengan hidden curriculum.
4. Proses pendidikan karakter dilakukan dengan penekanan agar peserta didik semua aktif dan menyenangkan.
Lickona (dalam Muslich, 2011: 129) menemukan sebelas prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif. Kesebelas prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik.
2. Definisikan „karakter‟ secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku.
3. Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter.
4. Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian. 5. Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral.
6. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil.
40
8. Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa. 9. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan
jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter.
10.Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter.
11.Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidikan karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.
G. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter siswa di sekolah. Dalam hal ini Gunawan (2012: 19-22) menjelaskan tentang faktor-faktoe yang mempengaruhi pembentukan karakter. Faktor tersebut digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor Intern
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor internal ini, diantaranya adalah:
a. Insting atau Naluri
41
mengangkat kepada derajat yang mulia, jika disalurkan kepada hal yang baik dengan tuntunan kebenaran.
b. Adat atau Kebiasaan (Habit)
Sikap dan perilaku yang menjadi karakter sangat erat dengan kebiasaan. Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Dan hendaknya manusia memaksakan diri untuk mengulang-ulang perbuatan baik sehingga menjadi kebiasaan dan terbentuklah karakter yang baik pula.
c. Kehendak/ Kemauan (Iradah)
Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku adalah kehendak atau kemauan yang keras. Itulah yang menggerakkan dan merupakan kekuatan yang mendorong manusia dengan sungguh-sungguh untuk berperilaku, sebab dari kehendak itulah akan menjelma suatu niat yang baik dan buruk dan tanpa kemauan, ide dan keyakinan akan pasif tiada gunanya.
d. Suara Batin
Suara bantin berfungsi memperingatkan bahayanya perbuatan buruk dan berusaha untuk mencegahnya, disamping dorongan untuk melakukan hal yang baik.
e. Keturunan
Sifat yang diturunkan pada garis besarnya ada dua macam, yaitu sifat
42 2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern atau faktor yang bersifat dari luar adalah: a. Pendidikan
Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan karakter, akhlak, dan etika seseorang. Sehinggga baik buruknya karakter seseorang dipengaruhi oleh pendidikian, baik formal maupun non formal.
b. Lingkungan
Dalam hidup manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya atau juga dengan alam sekitar. Itulah sebabnya manusia harus bergaul dan dan dalam pergaulan itusaling mempengaruhi pikiran, sifat dan tingkah laku. Manusia yang hidup di lingkungan yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat membentuk karakternya menjadi baik, begitu pula sebaliknya.
H. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter
Mulyasa (2012: 14), mengungkapkan bahwa ada 8 jurus yang perlu diperhatikan dalam menyukseskan pendidikan karakter di sekolah, yaitu:
1. Memahami Hakikat Pendidikan Karakter
Hal ini sangat penting karena pendidikan karakter bergerak dari kesadaran (awarenes), pemahaman (understanding), kepedulian
(concern), dan komitmen (commitmen), menuju tindakan (doing atau
43
dan komitmen dari semua warga sekolah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter. Kalpatric mengemukakan bahwa salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang berperilaku baik meskipun telah memiliki pemahaman tentang kebaikan itu (moral understanding)
disebabkan karena tidak terlatih untuk melakukannya (moral doing).
Oleh karena itu, pendidikan karakter sebaiknya diajarkan melalui berbagai tindakan praktik dalam proses pembelajaran, jangan terlalu teoritis, dan jangan banyak membatasi aktivitas pembelajaran, apalagi hanya terbatas di dalam kelas.
2. Sosialisasikan dengan Tepat
Sosialisasi dilaksanakan agar seluruh warga sekolah mengenal dan memahami visi dam misi sekolah, serta pendidikan karakter yang akan diimplementasikan. Sosialisasi bisa dilakukan langsung oleh kepala sekolah apabila yang bersangkutan sudah mengenal dan cukup memahami. Namun, jika belum bisa mengundang kepada yang ahli, baik dari kalangan pemerintah, akademisi, maupun dari kalangan penulis atau pengamat pendidikan. Sebaiknya dalam sosialisasi juga dihadirkan komite sekolah, bahkan bila memungkinkan seluruh orang tua, untuk mendapat masukan, dukungan dan pertimbangan tentang implementasi pendidikan karakter.
3. Ciptakan Lingkungan yang Kondusif
44
kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik merupakan iklim yang dapat membangkitkan gairah dan semangat belajar. Sebaliknya, iklim yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan.
Jika tidak ditunjang oleh lingkungan yang kondusif, upaya pendidikan karakter di sekolah akan seperti membuat „istana di tepi
pantai‟. Di sekolah, kepala sekolah, guru, beserta tenaga kependidikan lainnya dengan sekuat tenaga membangun istana yang cantik, tetapi ketika anak keluar dari lingkungan sekolah, ombak besar meluluhlantahkan istana yang telah dibangun tersebut. Oleh karena itu, perlu pendekatan yang komprehensif dari sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam mengembangkan karakter peserta didik yang kuat, baik, dan positif secara konsisten.
4. Dukung dengan Fasilitas dan Sumber Belajar yang Memadai
Fasilitas dan sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam mendukung suksesnya implementasi pendidikan karakter antara lain, laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola dan peningkatan kemampuan pengelolaannya.
5. Tumbuhkan Disiplin Peserta Didik
45
disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan.
6. Pilih Kepala Sekolah yang Amanah
Kepala sekolah yang amanah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Kepala sekolah yang amanah dengan kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. 7. Wujudkan Guru yang Dapat Digugu dan Ditiru
Pendidikan karakter yang menekankan pada aspek sikap, nilai, dan watak peserta didik, maka dalam pembentukannya harus dimulai dari gurunya. Dalam hal ini, bagaimana setiap lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal dapat mewujudkan guru yang dapat digugu dan ditiru.
46 8. Libatkan Seluruh Warga Sekolah
47
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Banyubiru
1. Profil Sekolah
Berdasarkan dokumentasi dalam bentuk soft file dari tenaga kependidikan SMP Islam Negeri 2 Banyubiru, pada hari Kamis, 26 juli 2017 diperoleh data tentang profil SMP Negeri 2 Banyubiru. SMP Negeri 2 Banyubiru yang ada di Jl.Brantas Desa kebumen Kec.Banyubiru merupakan salah satu Sekolah Umum Negeri di Banyubiru yang berdiri sejak tahun 1996 sampai sekarang dan telah terakreditasi A sejak tahun 2016. Terletak di Jalan Brantas, Kelurahan Kebumen, Kecamatan Banyubiru, dengan luas bangunan 1052 m2 dan memiliki tiga lantai. Dan sekolah ini sudah memiliki NIS/NPSN dengan nomor NIS/NPSN201032207106 dan nomor NSS 20320285.
48
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
a. Visip
. “ UTAMA DALAM IMAN DAN TAQWA, MAJU DALAM ILMU
DAN TERAMPIL DALAM KARYA “.
b. Misi
1) Mewujudkan nilai –nilai agama dan budaya bagi bekal hidup peserta didik.
2) Mewujudkan pengembangan kurikulum.
3) Mewujudkan pengembangan proses pembelajaran yang ideal baik intra dan ekstrakurikurer.
4) Mewujudkan pembelajaran yang inovatif, kreatif dan dinamis. 5) Mewujudkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang
profesional dalam prestasi akademik dan non akademik 6) Mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan.
7) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan berwawasan kedepan.
8) Mewujudkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sinergis. 9) Mewujudkan penggalian sumber dana dan pengelolaan keuangan, 10)Mewujudkan sistem penilian yang berkelanjutan.
11)Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, sehat, aman dan nyaman.
49 c. Tujuan
1) Terpenuhinya nilai-nilai agama bagi peserta didik.
2) Terpenuhinya fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan berwawasan kedepan.
3) Terpenuhinya Standar Nasional, sarana kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga, dan keterampilan.
4) Terpenuhinya Standar Nasional, sarana pengembangan minat dan bakat.
5) Terpenuhinya sarana perpustakaan dan laboratorium sesuai Standar Nasional Kependidikan.
3. Data Ketenagaan dan Peserta Didik
a. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
50 b. Data Peserta Didik
Jumlah peserta didik di SMP negri 2 Banyubiru pada tahun 2017 siswa laki-laki 209 siswa perempuan 258 , dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1
D a f t a r
Peserta Didik
(Dokumentasi, 20 Februari 2017)
4. Jumlah dan Luas Bangunan
No Kelas
Jumlah Jumlah Siswa
Kelas L P Jumlah
1 VII 5 70 80 150
2 VIII 5 68 91 159
3 IX 5 71 87 158
51
Berdasarkan dokumentasi pada hari jum‟at, 28 juli 2017 diperoleh
data tentang jumlah dan luas banguan di SMP Negri 2 Banyubiru, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.2
Jumlah dan Luas Bangunan
N0 Ruang Jumlah
Luas
( M2) Keterangan
1 R. Teori/Kelas 12 448 @ 56
2 Perpustakaan 1 77
3 Lab IPA 1 56
4 Lab Bahasa - 63
Lab Computer 1 63 6 R. Ketrampilan
7 R.Media ( Audio Visual) 1
8 R.BK 1 20
9 R.Ibadah/Musholla 1 120
10 R.Kepala Sekolah 1 35
11 R.Guru 2 86
12 R. Tata Usaha 1 63
52
14 KM/WC Guru/Pegawai -
15 KM/WC Peserta Didik 9 12.48 @1.56
16 R.UKS 1 20
17 Studio Musik 1 42
18 Aula 1 112
20 Gudang Olahraga -
21 Gudang Umum 1 25
22 (Lapangan Olahraga) 1 400
23 (Tempat Parkir) -
24 (Green House) -
25 (Taman Sekolah) 1
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di sekolah dan mendukung proses pembelajaran dan pendukung kegiatan lainnya di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran
No.
A. MEJA
Jumlah Ket
1.
Meja Kepala Sekolah/guru
35
2.
53
Kursi perpustakaan 10
54 7.
Almari Piala 2
8.
Almari Mushalla 1
9.
Almari Etalase 2
10
Almari Lab 1
(Dolumentasi, 20 Februari 2017)
Tabel 3.4
Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Lain
No.
Jenis Sarana Prasarana
Jumlah Ket1. Komputer 1 set (CPU+Monitor)
17
2. TV 3
3. VCD Player 2
4. Camera Digital 2
5. Sound System 2 Sheet
6. Drum Band 1 Sheet
7. Tape Besar 1
8. Tape Kecil/Radio Tape 1
9. Orgen/Key Board 1
55
11. OHP 2
12. Laptop 40
13. Printers 5
14. Meja Tenis -
15. Ring Basket 1 Sheet
16. Gawang Mini 1
17. Seragam Drum B. 1 Sheet
18. Loss Speaker 1
19. Mega Phone 2
20. Speaker Aktif 1
21. Pesawat Telp. 2
22. Mesin Facsimile 1
23. Tenda Pramuka 15
24. Papan Tulis White Board 12
25. LCD Proyektor 9
26. Drum Musik 1 Sheet
27. AC 8
(Dokumentasi,20 Februari 2017)