• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMP ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMP ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA

DI SMP ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Disusun guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

NUR HIDAYATI

NIM: 111-12-090

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

“...who planted the thought will reap tho word, who planted words will reap deeds, who will actreap a habit, who will reap a habit show a character, who

planted a character will reap a destiny.”

(...siapa yang menanam pikiran akan menuai kata, siapa menabur perkataan akan menuai perbuatan, siapa yang bertindak akan menuai kebiasaan, siapa

yang menabur kebiasaan akan menuai karakter, siapa yang menabur karakter akan menuai nasib)

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Bismillahirahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah atas karunia Allah SWT.

Karya ini kupersembahkan kepada:

1. Kedua orangtuaku tercinta (Bp. Suwardi dan Ibu Sugiyarti) yang selalu mendukung dalam belajar baik lahir dan batin, mengorbankan segala-galanya, selalu memberikan yang terbaik, mendoakan dan memberikan motivasi, mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada penulis.

2. Adikku tersayang, Muhsin Khoiruddin yang senantiasa menjadi partner berjuang dalam membahagiakan Bapak dan Ibu, menjadi sumber semangat dalam segala hal.

3. Dosen pembimbing Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya di tengah-tengah kesibukan beliau memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga serta guru-guruku semua yang telah memberikan limpahan ilmu kepada penulis.

5. Motivatorku Nur Faiz yang tak pernah lelah memberikan semangat dan tak henti untuk mendoakan.

6. Sahabatku Eryn Febriana, Kummi, Sikah, Rizki, Mas Umar, Tri Miftahul, Suastika, yang selalu setia mendampingi dalam suka maupun duka hingga penulisan ini selesai.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMP

ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA SALATIGA TAHUN 2017”

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

(9)
(10)

x ABSTRAK

Hidayati, Nur. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Dr. Miftahuddin, M.Ag.

Kata Kunci: Implementasi, Pendidikan Karakter

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, (2) imlementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, (3) faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, dan (4) faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga.

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakanmetode observasi, interview/wawancara dan dokumentasi. Subjek yang diteliti adalah kepala sekolah, kabid kurikulum, kabid kemuridan, guru PAI, guru PKn, guru BK, wali kelas, pengampu ekstrakurikuler, dan siswa.

(11)

xi DAFTAR ISI

COVER ... i

LOGO IAIN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. ... Latar Belakang Masalah ... 1

B.... Rumusan Masalah ... 9

(12)

xii

D. ... Manfaat Penelitian ... 10 E. ... Penegasa

n Istilah ... 11 F. ... Metode

Penelitian ... 13 G. ... Sistemati

ka Penulisan... 18 BAB II LANDASAN TEORI

A. ... Pengertia n Karakter ... 21 B.... Pengertia

n Pendidikan Karakter ... 24 C.... Tujuan

Pendidikan Karakter ... 27 D. ... Fungsi

Pendidikan Karakter ... 30 E. ... Nilai-nilai

Karakter ... 31 F. ... Implemen

tasi Pendidikan Karakter ... 36 G. ... Faktor

(13)

xiii

Karakter ... 42 H. ... Faktor

Pendukung Implementasi

Pendidikan Karakter ... 44 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. ... Gambara n Umum SMP Islam Al-Azhar 18

Kota Salatiga ... 49 1. ... Profil Sekolah ... 49 2. ... Visi,

Misi, dan Tujuan Sekolah... 50 3. ... Data

Ketenagaan dan Peserta Didik... 51 4. ... Jumlah

dan Luas Bangunan ... 52 5. ... Sarana

dan Prasarana... 54 6. ... Kegiatan

Ekstrakurikuler ... 55 7. ... Prestasi

(14)

xiv

B... Temuan Penelitian ... 62 1. ... Konsep

Pendidikan Karakter yang dikembangkan... 63 2. ... Implemen

tasi Pendidikan Karakter Siswa ... 68 3. ... Faktor

Pendukung Implementasi

Pendidikah Karakter Siswa ... 80 4. ... Faktor

Penghambat Implementasi

Pendidikan Karakter Siswa ... 83

BAB IV ANALISIS DATA

A. ... Konsep Pendidikan Karakter

yang Dikembangkan ... 88 B.... Implemen

tasi Pendidikan Karakter Siswa ... 91 C.... Faktor

Pendukung Implementasi

Pendidikan Karakter Siswa ... 104 D. ... Faktor

(15)

xv

Pendidikan Karakter Siswa ... 106 BAB V PENUTUP

A. ... Kesimpul an ... 109 B... Saran

... 110

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Peserta Didik ... 52

Tabel 3.2 Jumlah dan Luas Bangunan ... 52

Tabel 3.3 Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran ... 54

Tabel 3.4 Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Lain ... 55

Tabel 3.5 Daftar Kegiatan Ekstrakurikuler ... 57

Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa ... 58

Tabel 4.1 Nilai-nilai Karakter dan Indikator di dalam KBM ... 91

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Instrumen Pedoman Penelitian

Lampiran 2 : Data Informan

Lampiran 3 : Data Guru dan Karyawan Lampiran 4 : Tata Tertib Siswa

Lampiran 5 : Rincian Jenis Pelanggaran Lampiran 6 : Ikrar Siswa

Lampiran 7 : Gambar Dokumentasi Hasil Penelitian Lampiran 8 : Surat Tugas Pembimbing

Lampiran 9 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 10 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 11 : Lembar Konsultasi Skripsi

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana pembekalan ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan moral melalui kegiatan pembelajaran dan kegiatan lainnya yang terhubung dengan rencana pendidikan di suatu sekolah. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam pendidikan dan mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, tetapi yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika serta perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter menjadi salah satu harapan, karena karakterlah yang menjadi penopang perilaku individu. Tanpa karakter seseorang dengan mudah melakukan suatu apapun yang dapat menyakiti atau menyengsarakan orang lain.

(19)

2

Sebagaimana haidis riwayat At-Tirmidzi yang artinya “...orang mukmin

yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” Dari hadis tersebut dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan karakter sangat penting dalam upaya membentuk insan muslim yang berkualitas, karena tidak akan sempurna iman seseorang tanpa adanya kebaikan akhlaknya.

Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap

(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan

(skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berfikir kritis dan alasan moral seperti berperilaku jujur dan bertanggungjawab (Naim, 2012: 36). Manusia berkarakter adalah manusia yang dalam perilaku dan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas hidupnya selalu dengan nilai-nilai kebaikan.

(20)

3

Karakter akan berkembang baik apabila seseorang tersebut dapat membiasakan diri melakukan hal-hal baik dan didukung dari pendidikan, keluarga maupun lingkungan masyarakatnya yang selalu memberikan contoh yang baik. Dilihat dari dunia pendidikan, karakter seseorang dapat diajarkan atau ditanamkan sejak dini dengan melalui pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter di setiap mata pelajaran, ekstrakurikuler maupun budaya atau kultur yang diciptakan di sekolah. Budaya sekolah dapat didefinisikan sebagai keyakinan, kebijakan, norma, dan kebiasaan di dalam sekolah yang dapat dibentuk, diperkuat, dan dipelihara dalam waktu yang lama oleh semua warga dalam kerja sama di sekolah (Daryanto, 2013: 18).

Ellen G. White (dalam Hidayatullah, 2010: 20) mengemukakan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Jika bukan mendidik dan mengasuh anak-anak untuk perkembangan tabiat luhur, tidak ada gunanya diadakan pendidikan. Orang yang pandai saja tetapi tidak baik akan menghasilkan orang yang berbahaya, karena dengan kepandaiannya seseorang bisa menjadikan sesuatu menjadi hancur dan rusak. Setidaknya pendidikan masih lebih bagus menghasilkan orang baik walaupun kurang pandai. Tipe ini paling tidak memberikan suasana kondusif karena seseorang itu memiliki akhlak yang baik.

(21)

4

upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani maupun ruhani (Maksudin, 2013: 45).

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja, dan terarah. Mulai dari tingkat kanak-kanak (TK) sampai dengan pendidikan tinggi (PT). Sekolah melakukan pembinaan pendidikan kepada peserta didik yang dalam melaksanakan pendidikan (Kadir, 2012: 78-79). Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat (Hidayatullah, 2010: 3).

Landasan pelaksanaan pendidikan karakter sangat jelas. Hal ini tampak dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 dinyatakan bahwa:

...tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

(22)

5

menjadi lebih baik. Oleh karena itu, upaya mencerdaskan anak didik yang menekankan pada intelektual perlu diimbangi dengan pembinaan karakter yang juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

(23)

6

Pengaruh lingkungan atau karena berbagai pengaruh lainnya menjadikan karakter tersebut sedikit demi sedikit bisa berubah. Sekolah yang merupkan lingkungan kedua setelah keluarga, sangat memegang pengaruh penting dalam rangka membentuk karakter pada siswa. Karena sekolah merupakan tempat belajar-mengajar, mendidik, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan pada siswa-siswinya.

Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap berlangsungnya proses pendidikan. Tanggung jawab sekolah terhadap anak didik antaranya adalah tanggung jawab formal atau tanggung jawab sesuai dengan fungsinya, yaitu lembaga pendidikan bertugas untuk mencapai tujuan pendidikan berdasarkan undang-undang yang berlaku. Tanggung jawab keilmuan, yaitu tanggung jawab berdasarkan bentuk, isi dan tujuan serta jenjang pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat, serta tanggung jawab fungsional, yaitu tanggung jawab yang diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan pendidikan oleh para pendidik yang pelaksanaannya berdasarkan kurikulum (Kadir, 2012: 79).

(24)

7

lulusan maupun peserta didik yang masih sekolah memiliki prestasi cemerlang, tatapi akhlak dan moralnya tidak sesuai sebagaimana tujuan pendidikan nasional. Kurangnya rasa sopan santun kepada orang tua, adanya tindak kekerasan, pergaulan bebas, rendahnya sikap tenggang rasa maupun saling menghormati dan tindakan kriminalitas di mana-mana. Perilaku-perilaku tersebut menunjukan keberadaan nilai-nilai moral dan karakter yang perlu dipertanyakan kembali.

Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan manusia Indonesia dewasa ini, terutama di kalangan siswa, menuntut diselenggarakannya pendidikan karakter. Sekolah dituntut untuk memainkan peran dan tanggungjawabnya untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik dan membantu para siswa membentuk dan membangun karakter mereka dengan nilai-nilai yang baik. Pendidikan karakter diarahkan untuk memberikan tekanan pada nilai-nilai tertentu seperti rasa hormat, tanggung jawab, jujur, peduli, dan adil serta membantu siswa untuk memahami, memperhat ikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka sendiri (Daryanto, 2013: 61).

(25)

8

sekolah diamanahi para orang tua untuk mencerdaskan anak-anaknya, sekolah juga diharapkan untuk mendidik dan membina perilaku mereka dengan karakter baik dan mulia.

Penyelenggaraan pendidikan di suatu sekolah dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, keterampilan, dan pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan potensi diri secara optimal, sehingga lulusan memiliki ketahanan dan keberhasilan dalam pendidikan lanjutan, serta kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga apabila pendidik salah dalam penanganannya maka output yang dihasilkan tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

(26)

9

Setiap pagi, tepatnya pukul 06.30 WIB para guru dan siswa sudah berada di sekolah. Kegiatan yang dilakukan setiap pagi sebelum kegiatan belajar dimulai adalah ketika datang guru sudah berjajar dan siswa yang datang berjabat tangan kemudian semua siswa berbaris rapi dan membacakan ikrar siswa dan dilanjutkan membaca Al-Qu’an. Pada istirahat pertama siswa dan guru melakukan sholat dhuha dan siang hari ketika istirahat kedua melakukan sholat dzuhur berjamaah. Bahkan tanpa diperintah oleh guru, siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga sudah aktif melakukan kegiatan rutinitas yang sudah menjadi tradisi lembaga tersebut.

Sekolah yang menjadi tempat belajar para siswanya harus dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi sekolah yang bermutu. Sekolah dikatakan bermutu baik apabila mampu mengemban misinya dalam rangka mencapai tujuan kelembagaannya (Ibrahim, 2012: 13). Bertitik tolak dari pernyaataan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga karena dirasa bahwa sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah favorit dan bermutu baik yang menerapkan pendidikan karakter, dan judul yang penulis teliti adalah IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SMP ISLAM AL-AZHAR 18 KOTA

(27)

10 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1.Bagaimana konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017?

2.Bagaimana implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017?

3.Apa saja faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017?

4.Apa saja faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui:

1.Konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017.

2.Implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017.

3.Faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017.

(28)

11 D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta untuk mengembangkan pengetahuan dan keilmuan dalam implementasi pendidikan karakter, sehingga dari hasil penelitian ini mendapatkan informasi dan referensi khususnya dalam implementasi pendidikan karakter siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menggugah kesadaran siswa tentang pentingnya penanaman karakter agar dapat berupaya menjadi insan yang berkualitas.

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan agar guru selalu menjadi suri tauladan yang baik bagi peserta didik dengan mengajarkan pendidikan karakter yang diintegrasikan melalui mata pelajaran, ekstrakurikuler maupun penciptaan budaya sekolah yang baik.

c. Bagi Orang Tua

(29)

12

d. Bagi Pembaca

Dapat memberi gambaran tentang bagaimana implementasi pendidikan karakter yang dilakukan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. E. Penegasan Istilah

1. Implementasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70)

mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang

saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang

saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman,

2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.”

(30)

13

implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.

2. Karakter

Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap

(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berfikir kritis dan alasan moral seperti berperilaku jujur dan bertanggungjawab (Naim, 2012: 36).

3. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Sedangkakan dam konteks kajian P3 mendefinisikan

pendidikan karakter dalam setting sebagai “Pembelajaran yang

mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh

sekolah”. Definisi ini mengadung makna:

(31)

14

b. diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan;

c. penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah (lembaga) (Dharma, 2012: 24-25).

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metode diskriptif adalah penelitian untuk membuat pencadaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi di lapangan yang diteliti (Suryabrata, 2003: 75). Desain deskriptif ini digunakan untuk menjawab permasalahan tentang fenomena yang ada, dengan pola syrvey, case-stydy, causal comparative, corelational, dan developmental (Kasiram, 2008: 53). Penelitian ini dikonsentrasikan untuk menjelaskan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan dan dapat mengkomunikasikan lebih dari yang dapat dikatakan dengan bahasa yang proposional.

2. Kehadiran Peneliti

(32)

15

di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat bantu dan dokumen yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian.

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi lokasi penelitian dan terjun langsung dalam mengikuti aktivitas akademika di sekolah.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai dengan selesai.

4. Sumber Data

Menurut Lofland dan Kofland dalam Moleong (2009: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain sebagainya. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dengan cara mengamati dan mewawancarai.

(33)

16

Al-Azhar 18 Kota Salatiga serta faktor pendukung dan penghambatnya. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, kabid kurikulum, kabid kemuridan, guru PAI, guru PKn, guru BK, wali kelas, pengampu ekstrakurikuler, siswa, serta pengamatan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan dari dokomentasi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan sebagai pelengkap informasi yang telah terkumpul melalui wawancara dan pengamatan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara holistik integrative (penyajian data secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan atau mengaitkan data yang terbaru dan telah ada sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah) secara relevan dengan fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi:

a. Metode Observasi

(34)

17

Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi non partisipan, yaitu peneliti hanya sebagai penonton tidak sebagai pemain, tujuannya untuk memperoleh gambaran umum, konsep pendidikan karakter yang dikembangkan, implementasi pendidikan karakter, faktor pendukung serta fakror penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tahun 2017.

b. Metode Interview

Interview atau wawancara yaitu suatu kegiatan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2010: 317). Metode ini ditujukan untuk memperoleh data tentang konsep pendidikan karakter yang dikembangkan, implementasi pendidikan karakter siswa, faktor pendukung, dan faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga.

c. Metode Dokumentasi

(35)

18

metode bantu dalam mengumpulkan data tentang implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga.

6. Analisis Data

Analisis data dalam deskriptif kualitatif adalah memberikan predikat kepada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya (Arikunto, 1995: 353). Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yang bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis tersebut selanjutnya dilengkapi dengan data pendukung kemudian disimpulkan (Sugiyono, 2010: 335).

Data yang terkumpul begitu banyak dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, serta dokumen berupa soft file dan hard file. Pada tahapan ini, peneliti mengumpulkan dan menyusun data, kemudian dianalisis dan interpretasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut.

7. Pengecekan Keabsahan Data

(36)

19

8. Tahap-tahap Penelitian

Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Tahap Pra Lapangan

Tahapan ini ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan, yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian (Moleong, 2009: 127).

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini peneliti harus memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta dalam mengumpulkan data (Kasiram, 2010: 287).

c. Tahap Analisis Data

Menurut Patton dalam Kasiram (2010: 288) tahap analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.

G. Sistematika Penulisan

(37)

20

BAB I: PENDAHULUAN.

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang pengertian karakter, pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, fungsi pendidikan karakter, nilai-nilai karakter, implementasi pendidikan karakter, faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter, serta kunci sukses pendidikan karakter di sekolah.

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

(38)

21

Al-Azhar 18 kota Salatiga serta data-data yang diperoleh dari penelitian.

BAB IV: ANALISIS DATA

Dalam bab ini memuat tentang gagasan peneliti, keterkaitan antara pola-pola, kategori-kategori, dan dimensi-dimensi, posisi temuan/teori di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga terhadap teori-teori, serta penafsiran dan penjelasan dari temuan/teori yang diungkap dari lapangan.

BAB V: PENUTUP

(39)

22 BAB II

LANDASAN TEORI A. Pengertian Karakter

Istilah “character” berasal dari bahasa Yunani charassein yang berarti to engrave (melukis, menggambar), seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. Berakar dari pengertian tersebut diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus, dan karenanya melahirkan satu pandangan bahwa karakter adalah perilaku yang bersifat individual (Daryanto, 2013: 63-64).

Watak sebagai sifat seseorang yang dapat dibentuk, artinya watak seseorang dapat berubah, kendati watak mengandung unsur bawaan (potensi internal), yang setiap orang bisa berbeda-beda. Namun, watak sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan pergaulan, dan lain-lain (Adisusilo, 2012: 77).

(40)

23

Sejalan dengan pendapat tersebut Dirjen Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia (2010) mengemukakan bahwa karakter (character) dapat diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti khusus ciri-ciri membedakan antara satu individu dengan yang lainnya. Karena ciri-ciri karakter tersebut dapat diidentifikasi pada perilaku individu dan bersifat unik, maka karakter sangat dekat dengan kepribadian individu (Mulyasa, 2012: 4).

Karakter, menurut pengamatan seorang filsuf kontemporer bernama Michael Novak, merupakan “campuran kompatibel dari seluruh kebaikan

yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana dan kumpulan orang yang berakal sehat yang ada dalam sejarah” (Lickona, 2015:

81).

Muslich (2011: 84) menjelaskan bahwa krakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.

(41)

24

kehidupan sehari-harinya. Dari mengetahui keseharian orang tersebut maka akan diketahui bagaimana karakter atau watak yang dimiliki orang tersebut, dan baik buruknya karakter seseorang tergantung pada pola kebiasaan nilai yang dipilih dalam kehidupannya.

Mu‟in (2011: 161-162) menyebutkan bahwa karakter memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.Karakter adalah “siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain melihat kamu” (character is what you are when nobody is looking).

2.Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan (character is the result of values and beliefs).

3.Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua (character is a habit that becomes second nature).

4.Karakter tidak relatif.

Thomas Lickona dalam Masnur Muslich (2011: 75) mengemukakakan bahwa karakter yang baik itu mencakup 3 komponen, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan moral).

(42)

25

Terdapat enem hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yakni (1) conscience (nurani), (2) self estem (percaya diri), (3) empahaty (merasakan penderitaan orang lain), (4) loving the good (mencintai kebenaran), (5) self control (mampu mengontrol diri), dan (6) humility (kerendahan hati). Moral action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Perbuatan tindakan moral ini merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (action morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter (Muslich, 2011: 75).

B. Pengertian Pendidikan Karakter

Seperti disampaikan di atas bahwa pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Jadi pendidikan merupakan sarana strategis dalam pembentukan karakter.

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh dan berkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik, ranah afektif bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah psikomotorik akan bermuara pada keterampilan vokasional dan perilaku (Damayanti, 2014: 9).

(43)

26

dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada siswanya.

Pendidikan karakter menurut Prof. Darmiyati Zucdi (2009: 76) adalah sebuah proses pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai luhur, budi pekerti atau akhlak mulia yang berakar pada ajaran agama, adat istiadat dan nilai-nilai ke-Indonesiaan, dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang bermartabat, menjadi warga bangsa yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

(44)

27

Senada dengan pendapat di atas, Muslich (2011: 75-76) menegaskan bahwa untuk dapat memahami pendidikan karakter itu sendiri, perlu memahami struktur antropologis manusia. Stuktur antropologis manusia terdiri atas jasad, ruh serta akal, sehingga pendidikan karakter menurut Muslich harus mencakup semua struktur antropologis manusia, atau dengan kata lain pendidikan karakter harus mencakup pada komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang.

T. Ramli juga mengungkapkan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang besumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda (Narwati, 2011: 16).

(45)

28

pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter dapat pula dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.

Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. Penanaman pendidikan karakter akan efektif jika tidak hanya diterapkan pada siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah, dan tenaga non pendidik di sekolah (Samani, 2012: 45-46).

C. Tujuan Pendidikan Karakter

(46)

29

dimunculkan pendidikan karakter untuk memperbaiki karakter luhur bangsanya tidak lain memiliki tujuan yang baik.

Munurut Muslich (2011: 81) tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pada tingkat institusi, pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan kseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat.

(47)

30

Zubaedi (2012: 18), menjelaskan tujuan dari diadakannya pendidikan karakter menjadi 5:

1.Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. 2.Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan

sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

3.Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab pesrta didik sebagai generasi penerus bangsa.

4.Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

5.Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Sedangkan tujuan pendidikan karakter menurut tinjauan Islam adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Karakter seseorang dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur‟an (Fathurrohman, 2013: 98).

(48)

31

teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

D. Fungsi Pendidikan Karakter

Zubaedi (2013: 18), mengungkapkan fungsi utama pendidikan karakter sesuai Kebijakan Nasional Karakter Bangsa, yaitu:

1. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berfikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila. Dengan fungsi ini peserta didik diharapkan memiliki sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan citra budaya bangsa.

2. Fungsi perbaikan dan penguatan

Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi serta bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera.

3. Fungsi penyaring

Pendidikan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budya dan karakter bangsa yang bermartabat.

(49)

32

UUD 1945, (3) penguatan komitmen kebangsaan NKRI, (4) penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, dan (5) penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberlanjutan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam konteks global.

Pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan kebangsaan

yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya

luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat

manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan

berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun sikap warganegara

yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan

bangsa lain dalam suatu harmoni (Kemendiknas, 2011: 3).

E. Nilai-nilai Karakter

(50)

33

Lickona (2015: 74), menegaskan bahwa sikap hormat dan tanggung jawab adalah dua nilai karakter dasar yang harus diajarkan di sekolah. Bentuk-bentuk nilai lain yang sebaiknya diajarkan di sekolah adalah kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin diri, tolong menolong, peduli sesama, kerja sama, keberanian, dan sikap demokratis. Nilai-nilai khusus tersebut merupakan bentuk dari rasa hormat dan tanggung jawab ataupun sebagai media pendukung untuk bersikap hormat dan bertanggung jawab.

Menurut Dr. Sukamto (dalam Muslich, 2011: 79) nilai-nilai yang perlu diajarkan pada anak mencakup:

1.Kejujuran;

2.Loyalitas dan dapat diandalkan; 3.Hormat;

4.Cinta;

5.Ketidak egoisan dan sensitifitas; 6.Baik hati dan pertemanan; 7.Keberanian;

8.Kedamaian;

(51)

34

Kemendiknas (dalam Gunawan, 2012: 33-35) melansir bahwa berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah mengelompokkan nilai karakter menjadi lima, yaitu:

1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa

Nilai ini berkaitan dengan pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agamanya. Nilai ini lebih lanjut diuraikan oleh Samani (2012: 47), nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan antaranya adalah berdisiplin, beriman, bertakwa, berpikir jauh ke depan, bersyukur, jujur, mawas diri, pemaaf, pemurah, dan pengabdian.

2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

a. Jujur, merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. b. Bertanggung jawab, merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya di lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

(52)

35

d. Disiplin, adalah suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh dalam berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras, merupakan suatu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. f. Percaya diri, merupakan sikap yakin akan kemampuan diri sendiri

terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. g. Berjiwa wirausaha, merupakan sikap dan perilaku yang mandiri dan

pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

h. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, yaitu berfikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. i. Mandiri, suatu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung

kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

j. Ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

(53)

36

3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, merupakan sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/ hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/ kewajiban diri sendiri serta orang lain.

b. Patuh pada aturan-aturan sosial, yaitu sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. c. Menghargai karya dan prestasi orang lain, yaitu sikap dan tindakan

yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. d. Santun, yaitu sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa

maupun tata perilakunya ke semua orang.

e. Demokratis, yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

(54)

37

a. Nasionalis, yaitu cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

b. Menghargai keberagaman, yaitu sikap memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

Nilai-nilai yang disebutkan di atas merupakan nilai-nilai yang mendasari program sekolah yang menerapkan pendidikan karakter dalam menyiapkan peserta didik yang cerdas dan memiliki karakter yang baik. Kepala sekolah beserta stakeholders harus saling mendukung dalam menerapkan pendidikan karakter, mengingat pendidikan karakter tidak sepenuhnya dituangkan dalam mata pelajaran khusus (hidden curriculum) namun terintegrasi secara sistematis dengan menitikberatkan pada nilai-nilai pendidikan karakter yang telah diterapkan.

F. Implementasi Pendidikan Karakter

Implementasi atau penerapan merupakan suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Implementasi pendidikan karakter merupakan kegiatan inti dari pendidikan karakter.

(55)

38

potensi individu manusia (kognitif, afektif dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: olah hati (spiritual and emotional development), olah pikir (inntelectual development), olahraga dan kinestetik (physical and kinestetic development),

dan olah rasa dan karsa (affective and creativity development) yang secara diagramatis dapat digambarkan sebagai berikut:

OLAH PIKIR (Cerdas)

OLAH HATI (Jujur, bertanggung jawab) OLAHRAGA (KINESTETIK)

(Bersih, sehat, menarik)

OLAH RASA dan KARSA (Peduli dan Kreatif)

(56)

39

Menurut Daryanto (2013: 75), implementasi pendidikan karakter dalam KTSP adalah dengan:

1.Kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti pendekatan belajar lontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis kerja, ICARE (Intoduction, Connection, Application, Reflection, Extencion) dapat digunakan untuk

pendidikan karakter.

2.Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajaR

Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:

a. Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin, upaca besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas,sholat jamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.

(57)

40

c. Keteladanan, merupakan perilaku sikap guru, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya, nilai disiplin (kehadiran guru yang lebih awal dibanding peserta didik).

d. Pengkondisian, yaitu penciptaan kondisi yang mendukung terlaksananya pendidikan karakter, misalnya kebersihan badan dan pakaian, toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak di sekolah dan di dalam kelas.

e. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler. Terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pendidikan karakter memerlukan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dan revitalisasi kegiatan yang sudah dilakukan di sekolah. f. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat. Dalam kegiatan ini

sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat. Sekolah dapat membuat angket berkenaan nilai yang dikembangkan di sekolah, dengan responden keluarga dan lingkungan terdekat anak/siswa.

(58)

41

penanaman nilai budaya dengan menggunakan metode pembelajaran aktif. Hal ini dapat dilakukan sejak guru mengawali pembelajaran, selama proses berlangsung, pemberian tugas-tugas mandiri dan terstruktur baik yang dilakukan secara individual maupun berkelompok, serta penilaian proses dan hasil belajar. Adapun strategi penambahan waktu pembelajaran yang dapat dilakukan, misalnya:

1.Sebelum pembelajaran dimulai atau setiap hari seluruh siswa diminta untuk membaca kitab suci, melakukan refleksi (masa hening) selama kurang lebih 5 menit.

2.Di hari-hari tertentu sebelum pembelajaran di mulai dapat dilakukan berbagai kegiatan paling lama 30 menit, misalnya berceramah dengan menggunakan berbagai macam bahasa dan kegiatan bersih lingkungan di hari Jum‟at/ Sabtu.

3.Pelaksanaan kegiatan bersama di siang hari selama 30-60 menit.

4.Kegiatan-kegiatan lain di luar pengembangan diri, yang dilakukan setelah jam pelajaran selesai (Daryanto, 2013: 75-76).

Damayanti (2014: 57) menyebutkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam implementasi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

1.Berkelanjutan, berkelanjutan adalah proses implementasi nilai-nilai karakter yang merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari satuan pendidikan.

(59)

42

didik. Pengintegrasian nilai-nilai karakter dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar, setiap kegiatan ekstrakurikuler dan budaya sekolah. 3.Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan. Artinya, materi nilai karakter

bukanlah bahan ajar biasa, atau sering disebut dengan hidden curriculum. 4.Proses pendidikan karakter dilakukan dengan penekanan agar peserta didik

semua aktif dan menyenangkan.

Lickona (dalam Muslich, 2011: 129) menemukan sebelas prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif. Kesebelas prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1.Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik.

2.Definisikan „karakter‟ secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku.

3.Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter.

4.Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian. 5.Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral.

6.Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil.

(60)

43

8.Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa. 9.Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan

jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter.

10.Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter.

11.Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidikan karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik. G. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter siswa di sekolah. Dalam hal ini Gunawan (2012: 19-22) menjelaskan tentang faktor-faktoe yang mempengaruhi pembentukan karakter. Faktor tersebut digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1.Faktor Intern

Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor internal ini, diantaranya adalah:

a. Insting atau Naluri

(61)

44

mengangkat kepada derajat yang mulia, jika disalurkan kepada hal yang baik dengan tuntunan kebenaran.

b. Adat atau Kebiasaan (Habit)

Sikap dan perilaku yang menjadi karakter sangat erat dengan kebiasaan. Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Dan hendaknya manusia memaksakan diri untuk mengulang-ulang perbuatan baik sehingga menjadi kebiasaan dan terbentuklah karakter yang baik pula.

c. Kehendak/ Kemauan (Iradah)

Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku adalah kehendak atau kemauan yang keras. Itulah yang menggerakkan dan merupakan kekuatan yang mendorong manusia dengan sungguh-sungguh untuk berperilaku, sebab dari kehendak itulah akan menjelma suatu niat yang baik dan buruk dan tanpa kemauan, ide dan keyakinan akan pasif tiada gunanya.

d. Suara Batin

Suara bantin berfungsi memperingatkan bahayanya perbuatan buruk dan berusaha untuk mencegahnya, disamping dorongan untuk melakukan hal yang baik.

e. Keturunan

Sifat yang diturunkan pada garis besarnya ada dua macam, yaitu sifat jasmaniyah (kekuatan dan kelemahan otot-otot dan urat syaraf orang

(62)

45 2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern atau faktor yang bersifat dari luar adalah: a. Pendidikan

Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan karakter, akhlak, dan etika seseorang. Sehinggga baik buruknya karakter seseorang dipengaruhi oleh pendidikian, baik formal maupun non formal.

b. Lingkungan

Dalam hidup manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya atau juga dengan alam sekitar. Itulah sebabnya manusia harus bergaul dan dan dalam pergaulan itusaling mempengaruhi pikiran, sifat dan tingkah laku. Manusia yang hidup di lingkungan yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat membentuk karakternya menjadi baik, begitu pula sebaliknya.

H. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter

Mulyasa (2012: 14), mengungkapkan bahwa ada 8 jurus yang perlu diperhatikan dalam menyukseskan pendidikan karakter di sekolah, yaitu:

1.Memahami Hakikat Pendidikan Karakter

(63)

46

dan komitmen dari semua warga sekolah terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter. Kalpatric mengemukakan bahwa salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang berperilaku baik meskipun telah memiliki pemahaman tentang kebaikan itu (moral understanding) disebabkan karena tidak terlatih untuk melakukannya (moral doing). Oleh karena itu, pendidikan karakter sebaiknya diajarkan melalui berbagai tindakan praktik dalam proses pembelajaran, jangan terlalu teoritis, dan jangan banyak membatasi aktivitas pembelajaran, apalagi hanya terbatas di dalam kelas.

2.Sosialisasikan dengan Tepat

Sosialisasi dilaksanakan agar seluruh warga sekolah mengenal dan memahami visi dam misi sekolah, serta pendidikan karakter yang akan diimplementasikan. Sosialisasi bisa dilakukan langsung oleh kepala sekolah apabila yang bersangkutan sudah mengenal dan cukup memahami. Namun, jika belum bisa mengundang kepada yang ahli, baik dari kalangan pemerintah, akademisi, maupun dari kalangan penulis atau pengamat pendidikan. Sebaiknya dalam sosialisasi juga dihadirkan komite sekolah, bahkan bila memungkinkan seluruh orang tua, untuk mendapat masukan, dukungan dan pertimbangan tentang implementasi pendidikan karakter.

3.Ciptakan Lingkungan yang Kondusif

(64)

47

kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik merupakan iklim yang dapat membangkitkan gairah dan semangat belajar. Sebaliknya, iklim yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan.

Jika tidak ditunjang oleh lingkungan yang kondusif, upaya pendidikan karakter di sekolah akan seperti membuat „istana di tepi

pantai‟. Di sekolah, kepala sekolah, guru, beserta tenaga kependidikan lainnya dengan sekuat tenaga membangun istana yang cantik, tetapi ketika anak keluar dari lingkungan sekolah, ombak besar meluluhlantahkan istana yang telah dibangun tersebut. Oleh karena itu, perlu pendekatan yang komprehensif dari sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam mengembangkan karakter peserta didik yang kuat, baik, dan positif secara konsisten.

4.Dukung dengan Fasilitas dan Sumber Belajar yang Memadai

Fasilitas dan sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam mendukung suksesnya implementasi pendidikan karakter antara lain, laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola dan peningkatan kemampuan pengelolaannya.

5.Tumbuhkan Disiplin Peserta Didik

(65)

48

disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan.

6.Pilih Kepala Sekolah yang Amanah

Kepala sekolah yang amanah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Kepala sekolah yang amanah dengan kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. 7.Wujudkan Guru yang Dapat Digugu dan Ditiru

Pendidikan karakter yang menekankan pada aspek sikap, nilai, dan watak peserta didik, maka dalam pembentukannya harus dimulai dari gurunya. Dalam hal ini, bagaimana setiap lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal dapat mewujudkan guru yang dapat digugu dan ditiru.

(66)

49 8.Libatkan Seluruh Warga Sekolah

(67)

50 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga

1. Profil Sekolah

Berdasarkan dokumentasi dalam bentuk soft file dari tenaga kependidikan SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, pada hari Senin, 20 Februari 2017 diperoleh data tentang profil SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga merupakan salah satu Sekolah Umum Swasta Islam di Kota Salatiga yang berdiri sejak tahun 2004 sampai sekarang dan telah terakreditasi A sejak tahun 2011.Terletak di Jalan Sriranda-Bancaan, Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga dengan luas bangunan 1052 m2dan memiliki tiga lantai. Dan sekolah ini sudah memiliki NIS/NPSN dengan nomor NIS/NPSN 20020/ 20328443 dan nomor NSS 202036204062.

(68)

51 2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

a. Visi

Mewujudkan insan berkualitas yang beriman, bertakwa, sehat jiwa raga, berwawasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan lingkungan. b. Misi

1)Mewujudkan nilai –nilai agama dan budaya bagi bekal hidup peserta didik.

2)Mewujudkan pengembangan kurikulum.

3)Mewujudkan pengembangan proses pembelajaran yang ideal baik intra danekstrakurikurer.

4)Mewujudkan pembelajaran yang inovatif, kreatif dan dinamis.

5)Mewujudkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional dalam prestasi akademik dan non akademik

6)Mewujudkan pengembangan fasilitas pendidikan.

7)Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan berwawasan kedepan.

8)Mewujudkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sinergis.

9)Mewujudkan penggalian sumber dana dan pengelolaan keuangan,

10)Mewujudkan sistem penilian yang berkelanjutan.

11)Mewujudkan lingkungan sekolah yang bersih, sehat, aman dan nyaman.

(69)

52

c. Tujuan

1)Terpenuhinya nilai-nilai agama bagi peserta didik.

2)Terpenuhinya fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir dan berwawasan kedepan.

3)Terpenuhinya Standar Nasional, sarana kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga, dan keterampilan.

4)TerpenuhinyaStandar Nasional, sarana pengembangan minat dan bakat.

5)Terpenuhinya sarana perpustakaan dan laboratorium sesuai Standar Nasional Kependidikan.

3. Data Ketenagaan dan Peserta Didik

a. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Jumlah seluruh personil sekolah ada 44 orang, terdiri atas pengurus yayasan 11 orang, guru 22 orang, karyawan tata usaha 3 orang, tenaga kebersihan 3 orang, tenaga keamanan 3 orang, pengurus perpustakaan 1 orang dan bagian IT 1 orang. Dari sejumlah guru, semuanya sudah berstrata 1 dan 5 diantaranya sudah strata 2. Untuk tenaga kependidikan sebagian besar sudah berstrata 1 tetapi ada juga yang hanya lulusan SLTA. Untuk data selengkapnya terlampir (Sumber: Dokumentasi, 20 Februari 2017).

(70)

53

Jumlah peserta didik di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga pada tahun 2017 sejumlah 268 siswa, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1

D a f t a r

Peserta Didik

(Dokumentasi, 20 Februari 2017)

4. Jumlah dan Luas Bangunan No Kelas

Jumlah Jumlah Siswa

Kelas L P Jumlah

1 VII 3 41 32 73

2 VIII 4 45 48 93

3 IX 5 48 54 102

(71)

54

Berdasarkan dokumentasi pada hari Selasa, 20 Februari 2017 diperoleh data tentang jumlah dan luas banguan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.2

Jumlah dan Luas Bangunan

N0 Ruang Jumlah

Luas

( M2) Keterangan

1 R. Teori/Kelas 12 448 @ 56

2 Perpustakaan 1 77

3 Lab IPA 1 56

4 Lab Bahasa - 63

Lab Computer 1 63

6 R. Ketrampilan

7 R.Media ( Audio Visual) 1

8 R.BK 1 20

9 R.Ibadah/Musholla 1 120

10 R.Kepala Sekolah 1 35

11 R.Guru 2 86

12 R. Tata Usaha 1 63

(72)

55

14 KM/WC Guru/Pegawai -

15 KM/WC Peserta Didik 9 12.48 @1.56

16 R.UKS 1 20

17 Studio Musik 1 42

18 Aula 1 112

20 Gudang Olahraga -

21 Gudang Umum 1 25

22 (Lapangan Olahraga) 1 400

23 (Tempat Parkir) -

24 (Green House) -

25 (Taman Sekolah) 1

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di sekolah dan mendukung proses pembelajaran dan pendukung kegiatan lainnya di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Pembelajaran

No.

A. MEJA

Jumlah Ket

1.

Meja Kepala Sekolah/guru

27

2.

(73)

56

Kursi perpustakaan 5

(74)

57 7.

Almari Piala 2

8.

Almari Mushalla 1

9.

Almari Etalase 2

10

Almari Lab 1

(Dolumentasi, 20 Februari 2017) Tabel 3.4

Daftar Sarana dan Prasarana Pendukung Kegiatan Lain

No.

Jenis Sarana Prasarana

Jumlah Ket

1. Komputer 1 set (CPU+Monitor)

17

2. TV 3

3. VCD Player 2

4. Camera Digital 2

5. Sound System 2 Sheet

6. Drum Band 1 Sheet

7. Tape Besar 1

8. Tape Kecil/Radio Tape 1

9. Orgen/Key Board 1

10. Rebana 1 Sheet

11. OHP 2

(75)

58

13. Printers 5

14. Meja Tenis -

15. Ring Basket 1 Sheet

16. Gawang Mini 1

17. Seragam Drum B. 1 Sheet

18. Loss Speaker 1

19. Mega Phone 2

20. Speaker Aktif 1

21. Pesawat Telp. 2

22. Mesin Facsimile 1

23. Tenda Pramuka 15

24. Papan Tulis White Board 12

25. LCD Proyektor 9

26. Drum Musik 1 Sheet

27. AC 8

(Dokumentasi,20 Februari 2017)

6. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah wadah yang digunakan sekolah untuk menampung bakat dan minat siswa agar lebih terarah pada hal yang lebih positif. Adapun ekstrakurikuler yang ada, antara lain:

(76)

59

Daftar Kegiatan Ekstrakurikuler

No Jenis Ekstrakurikuler Hari Pelaksanaan Keterangan

1 Pramuka Sabtu Wajib

2 Mengaji Sabtu Wajib

3 ASBD (Al-Azhar Seni Bela Diri) Jum’at Pilihan

4 Futsal Selasa Pilihan

5 ECC Selasa Pilihan

6 Pencak Silat Rabu Pilihan

7 Fotografi Rabu Pilihan

8 PMR Sabtu Pilihan

9 Rebana Jum’at Pilihan

10 Drumband Sabtu Pilihan

11 Badminton Kamis Pilihan

(Dokumentasi, 21 Februari 2017)

(77)

60

Banyak sekali prestasi-prestasi siswa yang diperoleh siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga selama kurun waktu dua tahun, hal ini membuktikan bahwa siswa-siswi SMP Islam Al-Azhar tidak unggul dalam karakter saja tetapi juga unggul dalam bidang akademik/ prestasi. Berikut adalah rinciannya yang disajikan dalam tabel.

Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa

DAFTAR PRESTASI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA

(78)
(79)
(80)
(81)

64

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+6

Referensi

Dokumen terkait

RUMPAKA KAWIH KILININGANGAMELAN KLASIK CICIH CANGKURILEUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5) Instrumén Analisis. Instrumén anu dipaké

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sejumlah data yang tepat dan dapat dipercaya guna mengetahui hubungan

1) Possitive Interdepence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan di antara anggota kelompok dimana keberhasilan

berkat dan rahmat Nya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ ANALISIS YURIDIS LEGALITAS PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK ECERAN OLEH PERTAMINI “ Sholawat serta salam

Kepemilikan manajerial adalah sebuah keadaan dimana pihak manajemen perusahaan (baik dewan komisaris atau dewan direksi) memiliki saham perusahaan atau dengan kata

Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada peneliti dalam pembuatan skripsi ini yang

Sutarman, “Metode Demonstrasi Menggunakan Mikroskop Pada Mata Pelajaran Biologi Tentang Mikroskop Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIIE SMP Negeri 2 Dempet

Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus