• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga

BAB IV: ANALISIS DATA

DAFTAR PRESTASI SISWA SMP ISLAM AL-AZHAR 18 SALATIGA

3. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga

Menurut AW, faktor yang mendukung implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga sangat beragam, bisa faktor dari dalam atau intern dan faktor dari luar atau ekstern. AW mengungkapkan:

“Pendukung implementasi pendidikan karakter di Al-Azhar sangatlah banyak, beberapa diantaranya antara lain: lokasi yang strategis dan lingkungan sekolah yang kondusif sehingga tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, siswa yang tidak terlalu banyak membuat mudah dalam mengkondisikan, kekuatan guru dan stakeholders dalam membuat kedekatan dengan siswa, kedisiplinan sekolah, serta kesadaran siswa dan

guru itu sendiri” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017

83

Sedangkan menurut IS, faktor yang mendukung keberhasilan implementasi pendidikan karakter siswa didukung dari beberapak faktor, bukan hanya dari guru saja. IS menjelaskan bahwa:

“keberhasilah sebuah program itu tidak hanya tergantung

guru, tapi semua lini. Seperti adanya aksesoris kelas yang dipajang tulisan-tulisan islam, suasana lingkungan yang kondusif, pagi itu saat pada ribut sendiri, guru kan sering mengatakan subhaanallah..walhamdulillah.. agar siswa segera diam dan

suasana menjadi tenang” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23

Februari 2017 dengan IS, pukul 13.00 WIB di perpustakaan). Sedangkan menurut YA mengungkapkan bahwa faktor pendorong yang paling utama adalah lingkungan. YA munuturkan:

“Kalau faktor pendorong, lingkungan to. Lingkungannya kan ini sama, agamanya sama, secara otomatis kan terdukung”

(Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan YA, pukul 13.20 WIB di ruang Kabid Kurikulum).

SN selaku wali kelas 8C sekaligus Guru PAI menjelaskan mengenai faktor-faktor pendorong dalam suksesnya implemenasi pendidikan akarakter ada beberapa. SN menyebutkan faktor-faktor tersebut antaranya:

“Faktor pendukung antaranya ialah visi dan misi sekolah

yang dibentuk untuk mendukung pendidikan karakter untuk mewujudkan ahlaqul karimah, kemudian lingkungan sekolah yang sudah semua islam, tidak tercampur dengan yang lain sehingga tidak menimbulkan pro kontra” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan SN, pukul 14.20 WIB di ruang guru).

Selaku Kabid Kemuridan, KF mengungkapkan beberapa faktor pendukung implementasi pendidikan karakter siswa:

84

“Faktor pendukung antaranya adalah, penegakan aturan tentu, kemudian teladan dari guru, mungkin dari awalnya memang harus dipaksa dulu mbak, lama-lama siswa akan terbiasa dan sadar dengan sendirinya. Kemudian faktor dari guru lain, wali murid dan

semua anggota sekolah.” (Sumber: Wawancara, Jum’at, 24

Februari 2017 dengan KF, pukul 07.30 WIB di ruang guru).

Hal senada juga diungkapkan oleh beberapa narasumber, bahwa pendidikan karakter sangat dekat hubungannya dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan di luar sekolah yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam implementasi pendidikan karakter yang dilakukan. Pendapat mereka mengenai faktor-faktor pendukung implementasi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

“Karakter anak itu biasanya dipengaruhi oleh lingkungan

kok, jika anak bergaul dengan lingkungan baik, maka anak tersebut

akan menjadi baik”(Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017

dengan HL, pukul 09.10 WIB di ruang guru)

“Memang selalu saya tanamkan ke anak-anak sebisa

mungkin jangan sampai anak yang kurang baik mempengaruhi yang lain, itu kan faktor lingkungan. Kemudian adanya dukungan dari guru-guru lain, serta wali murid” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan YA, pukul 09.00 WIB di ruang guru)

“Kalau faktor pendukung sih, ya yang pertama kita memang

satu sekolah kita satu visi dan satu misi, inginnya anak akan lebih baik. Kalau pembentukan karakter tidak dibentuk hanya satu guru di kelas saja, tetapi semua. Yang penting bekerja sama, konsisten

terhadap semuanya, mengingatkan dan tidak jueh” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan KS, pukul 09.30 WIB di ruang tamu).

Sedangkan menurut RS, selaku guru BK di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, yang dalam kesehariannya bertugas memberikan bimbingan kepada siswa-siswa di sana, RS menyebutkan:

85

“Faktor yang mendukung, adanya kerja sama dengan guru-

guru yang lain. Ketika satu guru menyampaikan/menasihati siswa mungkin masih cuek, tapi kalo semua guru yang mengingatkan,

mungkin akan lebih mendengarkan” (Sumber: Wawancara, Jum’at,

24 Februari 2017 dengan RS, pukul 09.40 WIB di Ruang Tamu)

Lebih lanjut MA mengungkapkan beberapa faktor pendukung terlaksananya pendidikan karater di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, yang mana pada saat ini dirasakan. Menurut MA faktor-faktor tersebut adalah:

“Menurut saya mungkin karena sudah ada program

pembiasaan yang dilakukan. Kerja sama dengan guru-guru yang lain, adanya koordinasi dengan wali murid sehingga orangtua pun

tau kondisi anaknya seperti apa” (Sumber: Wawancara, Sabtu, 25

Februari 2017 dengan MA, pukul 11.00 WIB di Ruang Guru).

Selaku wali kelas, AS juga menegaskan bahwa faktor-faktor pendukung implementasi pendidikan karakter dipengaruhi oleh anak itu sendiri. AS menuturkan:

“Yang pertama memang karakter anak mudah dikontrol, dan

tidak membutuhkan penanganan lebih, kedua adalah ketegasan yang selalu saya tanamkan dimana saat anak-anak bisa mengikuti perintah saya, maka saya akan membimbing mereka menuju gerbang kesuksesan. Yang penting adalah konsisten kepada

komitmen” (Sumber: Wawancara, Jum’at, 24 Februari 2017

dengan AS, pukul 12.10 WIB di Ruang Guru).

Hasil pengamatan peneliti pada hari Rabu, 22 Februari 2017 pukul 06.30-selesai terlihat bahwa letak sekolah di pinggir jalan dan dikelilingi sawah-sawah yang hijau, di lingkungan sekolah terdapat poster-poster dan slogan-slogan yang disusun unik di dinding-dinding sekolah. Lingkungan

86

sekolah yang bersih, rapi dan tidak bising membuat KBM menjadi nyaman. Setiap kelas yang sudah lengkap dengan LCD dan AC membuat nyaman, ada rak sepatu di dalam kelas untuk meletakkan sendal siswa. Terdapat juga perpustakaan yang di dalamnya lengkap dengan buku-buku yang tertata rapi dan tempat membaca yang luas.

Terdapat juga lapangan untuk sepak bola/futsal dan volly yang lumayan luas di sekolah. Ada juga masjid yang biasa digunakan untuk beribadah sholat oleh siswa, guru, karyawan, dan orang yang mampir sholat. Dan yang tidak kalah penting, semua guru-guru dan karyawan serta siswa-siswi yang ramah dan murah senyum yang memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. 4. Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter Siswa di SMP

Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga

Hambatan yang dialami sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan karakter kepada siswa-siswinya banyak macamnya, ada hambatan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri atau disebut dengan faktor intern dan ada juga yang berasal dri luar atau disebut faktor ekstern. AW juga merasakan hal yang sama, bahwa dalam implementasi pendidikan karakter terhadap siswanya, di antaranya menurut Kepala Sekolah adalah:

“Sebenarnya kan tanggung jawab pendidikan karakter bukan

hanya pada sekolah saja, tetapi pada orang tua. Di sini yang berat itu justru di lingkungan luar sekolah, ketika di sekolah kita sudah

87

mengkondidikan dengan baik namun kita sangat sulit mengontrol perilaku siswa ketika sudah tidak di sekolah. Kemudian, faktor lain adalah perbedaan budaya di rumah dengan di sekolah. Jika di rumah siswa diwajibkan berjilbab, tapi dirumah terkadang ada orang tua yang tidak memakai jilbab” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan AW, pukul 08.10 WIB di ruang kepala sekolah).

Pendapat lain disampaikan oleh Kabid Kemuridan, bahwa faktor penghambat implementasi pendidikan karakter siswa sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar sekolah, dan juga pengaruh media sosial yang penggunaannya terlalu berlebihan, KF menegaskan:

“Penghambatnya, satu mungkin anak melihat kehidupan di sekolah hanya kehidupan sampingan. Kehidupan yang utama justru bukan di keluarga, tapi ya tadi di dunia yang orang lain tidak tahu, di instagram dia yang bisa all out bisa memuji orang tanpa berhadapan langsung misalnya. Kendalanya saat ini adalah informasi yang tidak terbendung, dan kontrol dari orang dewasa yang kurang. Jadi mungkin perlu kerja sama dengan pihak yang lain, terutama orang tua. Untuk melancarkan misi kita dalam menegakkan peraturan itu tadi. Ada buku penghubung antara sekolah dengan orang tua, agar orang tua mengetahui keadaan siswa saat di sekolah, begitu sebaliknya” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan KF, pukul 08.30 WIB di ruang tamu).

Sedangkan menirut YA selaku Kabid Kurukulum juga menegaskan bahwa faktor-faktor penghambat dalam implementasi pendidikan karakter yang adalah pengaruh dari lingkungan, terutama lingkungan di luar sekolah. YA mengungkapkan:

“Kalau untuk faktor penghambatnya sendiri ya anak itu sendiri, kalau secara psikologi masih labil, masih ingin mencari jati diri dan ingin mencoba sesuatu yang baru terutama yang negatif- negatif” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan YA, pukul 13.15 WIB di Ruang Kabid Kurikulum).

88

SN juga menyampaikan pendapat tentang penghambat yang dirasakan dalam implementasi pendidikan karakter kepada siswanya, faktor utamanya adalah dari siswa itu sendiri. SN mengungkapkan:

“Faktor penghambatnya nek dari siswa, biasa mbak kalo yang namanya siswa kan usianya masih labil. Jadi pendidikan karakter belum dilaksanakan, kadang masih memberontak, masih melakukan dengan paksaan dan belum sepenuh hati. Yang terpenting kita tidak boleh bosan dalam mengingatkan, karena memang pendidikan karakter membutuhkan proses yang tidak sebentar, perlu diulang terus” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan SN, pukul 14.20 WIB di ruang guru).

Hal senada diungkapkan AS selaku wali kelas, bahwa dalam implementasi pendidikan karakter tidak selamanya berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Ada beberapa faktor yang menghambat implementasi pendidikan karakter siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga. AS berpendapat bahwa:

“Namanya anak-anak jiwa bermainnya masih menonjol, jadi dia cenderung lebih mudah terbawa lingkungan yang lain. Jika bergaul dengan lingkungan yang tidak baik maka akan tidak baik pula karakter anak tersebut” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan AS, pukul 12.10 WIB di Ruang Guru). Beberapa narasumber juga berpendapat yang hampir sama dengan pendapat-pendapat di atas, bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang membutuhkan proses yang tidak sebentar, dan ketlatenan guru dalam mendidik dan membimbing. Faktor lingkungan, faktor dalam diri siswa itu sendiri yang belum sesuai dengan harapan sekolah merupakan hambatan yang dialami oleh para guru di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga, beberapa pendapat diungkapkan:

89

“Kalau faktor penghambat ya ada sih mbak, kadang yang jadi penghambat itu begini, anak berada di sekolah kan mulai jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Selebihnya ada anak keluar dari sekolah, ada yang les, ada yang langsung pulang ke rumah, ada yang main dulu di rumah teman. Lha itu yang menjadi penghambat. Kadang- kadang di lingkungan lain tujuannya tidak sinkron untuk mendukung karakter anak. Maksudnya kita pengen anaknya sopan santun, menghormati orang tua, disiplin dan lain-lain. Tapi kadang- kadang di lingkungan luar sekolah tidak mendukung, tidak sinergis dengan tujuan sekolah” (Sumber: Wawancara, Jum‟at, 24 Februari 2017 dengan KS, pukul 09.20 WIB di Ruang Tamu).

“Kalau yang menghambat, kadang pengaruh lingkungan itu tadi. Kalau menurut saya siswa usia SMP itu, guru dan orang tua nomor sekian, dibandingkan teman. Pertemanan itu nomor satu. Guru dan orang tua mau bilang apa, contohlah kalo bilang belajar, gak bole main. Tapi kalo temen bilang ayo bolos, ya anak tersebut ngikut temannya. Anak usia ini kan takut gak punya temen, takut dicim, jadi faktor utama adalah teman” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan RS, pukul 09.45 WIB di Ruang Tamu).

“Ya namanya anak-anak kan berbeda-beda mbak, masih susah untuk dikondisikan. Karakternya berbeda membuat susah untuk mengaturnya” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan TM, pukul 11.00 WIB di koridor sekolah).

Siswa SMP Islam Al-Azhar juga mengungkapkan faktor yang menghambat implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga adalah faktor dari anak itu sendiri, karena sebenarnya di sekolah bapak dan ibu guru telah mengajarkan banyak kebaikan, tetapi anak itu sendirilah yang memang melakukan dengan sengaja atau tidak sengaja melanggar peraturan, SD mengungkapkan:

“Ada beberapa siswa yang belum manut dengan peraturan mbak. Seperti masih ada yang datang terlambat, masih sering melanggar peraturan karena masih menyepelekan. Soalnya biarpun berkali-kali dihukum tapi masih mengulang kesalahan yang sama” (Sumber: Wawancara, Kamis, 23 Februari 2017 dengan SD, pukul 12.45 WIB di ruang kelas 9C).

90

Hasil penelitian oleh peneliti selama satu minggu, mulai pagi hingga siswa pulang terlihat bahwa memang masih ada beberapa siswa yang belum menaati peraturan sekolah dan masih susah untuk diatur. Ada juga siswa yang masih keluar masuk kelas pada saat jam pelajaran dan menganggu siswa yang lain.

Meskipun dengan berbagai strategi secara maksimal dan ternyata hasilnya belum sesuai dengan harapan, tetapi bapak dan ibu guru di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga tidak menyerah dan berdiam diri begitu saja. Mereka akan selalu berusaha dengan maksimal agar pendidikan karakter berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan.

91 BAB IV ANALISIS DATA

A. Konsep Pendidikan Karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18