• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI HIJABERS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DI KOMUNITAS HIJABERS KOTA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI HIJABERS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DI KOMUNITAS HIJABERS KOTA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI HIJABERS TENTANG PENDIDIKAN

KARAKTER DI KOMUNITAS HIJABERS

KOTA SALATIGA

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ANI ROCHMANI GALUH RAKASIWI

NIM 11111148

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Jadilah seperti “Bintang” yang mampu menerangi malam

meskipun bintang itu tidak abadi.

Berpikir yang positif, bicara yang positif, yang datang juga

pasti yang positif ^_^

You can’t have a better tomorrow if you don’t stop

thinking about yesterday

(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Keluarga besarku terutama pada ayahku, Bapak Bambang Tri Herawan (Alm)

dan Ibuku Sutini yang tidak lelah untuk selalu memberikan Do‟anya, kasih

sayangnya untukku, adik-adikku Dewi Sukma N.A. dan Puspa Ayu T.M.

yang selalu memberi semangat, dan untuk Budeku Dwi Hartati, S.Si.,M.Pd.,

serta Pakdeku Sunaryo B.E. yang telah memberikan nasihat, motivasi, dan

dukungannya untukku.

2. Sahabat-sahabatku di IAIN Salatiga yang selalu menemani di saat suka

maupun senang, yang selalu memotivasi dan memberi banyak dukungan,

yang telah membantu memperlancar dalam pembuatan skripsiku.

3. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Kampus yaitu kelas PAI

D angkatan tahun 2011, kelompok PPL, kelompok KKN, dan teman lainnya

di IAIN Salatiga yang selalu memberikanku semangat berjuang dalam hal

apapun serta memberikan banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang

bermanfaat.

(8)

KATA PENGANTAR

Asslamu‟alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI).

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta

pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

4. Dra. Ulfah Susilawati, M.Si. selaku pembimbing akademik.

(9)
(10)

ABSTRAK

Galuh Rakasiwi, Ani, Rochmani. 2015. Persepsi Hijabers Tentang Pendidikan Karakter di Komunitas Hijabers Kota Salatiga Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

Kata kunci: Persepsi, Pendidikan Karakter, dan Komunitas Hijabers.

Latar belakang penelitian ini bertolak pada permasalahan yang terjadi pada remaja khususnya muslimah saat ini yang tidak lepas dari pengaruh keluarga, teman pergaulan dan media sosial yang semakin berkembang sebagai faktor penyebab pembentukan karakter muslimah. Realitasnya banyak dari muslimah yang mengenakan jilbab, banyak pula muslimah yang berjilbab tapi melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya, dan tidak sedikit pula yang masih belum berjilbab bahkan banyak yang mengumbar tubuhnya dengan berpakaian serba ketat dan tipis. Globalisasi juga membuat muslimah mengikuti arah yang salah, banyak muslimah yang terbawa arus globalisasi yang berefek negatif, misalnya saja mode-model pakaian yang yang ditawarkan oleh produk-produk yang berbalut busana muslim namun kenyataannya jauh dari pakaian muslim yang sebenarnya, dengan model-model jilbab yang tidak standar. Namun anehnya banyak muslimah yang lebih memilih model-model pakaian seperti ini, dengan anggapan agar tidak terlihat kuno/ketinggalan zaman, hal ini menunjukkan merosotnya karakter pada bangsa Indonesia dan khususnya pada muslimah di kota Salatiga.

Fokus penelitian ini adalah: Bagaimanakah persepsi hijabers tentang pendidikan karakter di komunitas hijabers kota Salatiga? Bagaimanakah model pendidikan karakter di komunitas hijabers kota Salatiga? Apa sajakah faktor-faktor penghambat dan pendorong pendidikan karakter pada muslimah di komunitas hijabers kota Salatiga? Bagaimanakah solusi dalam mengatasi faktor-faktor penghambat dan pendorong pendidikan karakter di komunitas hijabers kota Salatiga? Dari fokus penelitian tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi hijabers tentang pendidikan karakter di komunitas hijabers kota Salatiga, untuk mengetahui model pendidikan karakter di komunitas hijabers kota Salatiga, untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendorong pendidikan karakter di komunitas hijabers kota Salatiga, dan untuk mengetahui solusi dalam mengatasi faktor-faktor penghambat pendidikan karakter di komunitas hijabers kota Salatiga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku ini dapat diamati dari fakta-fakta yang ada saat ini. Kemudian melalui jenis penelitian fenomenologi.

Hasil penelitian yang dapat diperoleh adalah: 1) Persepsi Hijabers Tentang Pendidikan karakter yang diterapkan di Komunitas Hijabers Salatiga, pendidikan karakter

(11)

yang dikemukakan oleh hijabers merupakan suatu proses pembentukan dan perubahan pada cerminan tiap individu agar lebih baik. 2) Model Pendidikan Karakter di Komunitas Hijabers Kota Salatiga melalui dua penguatan, yaitu penguatan agama dan penguatan

solidaritas. 3) Ada beberapa faktor yang menghambat Hijabers Salatiga dalam

menerapkan pendidikan karakter diantaranya sulit untuk kumpul, melalaikan tanggung jawab, kurangnya disiplin, kurangnya keterbukaan, pro-kontra mengenai Hijabers. Kemudian ada juga faktor pendorong Hijabers Salatiga untuk menerapkan pendidikan karakter tersebut yaitu karena tujuan dan visi serta misi mereka yang ingin mendakwahkan hijab melalui komunitas Hijabers. 4) Solusi dalam mengatasi penghambat-penghambat tersebut yaitu diusahakan untuk kumpul dan sharing, terbuka, pada setiap event yang menjadi penanggung jawab harus bergantian, dan melalui pendekan empati bukan sekedar simpati. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penenlitian ini bahwa Komunitas Hijabers khususnya Hijabers Salatiga tidak semata-mata hanya memamerkan kecantikan, menunjukkan mereka itu kalangan high class tapi dibalik pro-kontra mengenai Komunitas Hijabers khususnya Hijabers Salatiga mereka juga berusaha membentuk dan mengembangkan karakter agar menjadi lebih baik lagi.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Fokus Penelitian ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 5

D.Kegunaan Penelitian ... 5

1. Kegunaan Teoritik ... 5

2. Kegunaan Praktik ... 6

E. Penegasan Istilah ... 6

1. Persepsi ... 6

(13)

2. Pendidikan ... 6

3. Karakter ... 7

4. Pendidikan Karakter ... 7

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 8

F. Metode Penelitian... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 10

2. Kehadiran Peneliti ... 11

3. Lokasi Penelitian ... 12

4. Sumber Data ... 12

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 13

6. Analisis Data ... 15

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 18

8. Tahap-tahap Penelitian ... 20

G.Sistematika Penulisan Skripsi ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 23

A.Persepsi Hijabers Tentang Pendidikan Karakter ... 23

1. Persepsi ... 23

2. Pendidikan ... 24

3. Karakter ... 26

4. Pendidikan Karakter ... 30

B.Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 35

(14)

C.Muslimah di Komunitas Hijabers Salatiga ... 43

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN... 46

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46

1. Sejarah Singkat Joglo Ki Penjawi ... 46

2. Sejarah Singkat Komunitas Hijabers Salatiga ... 46

3. Visi dan Misi Hijabers Salatiga ... 4. Data Kepengurusan Hijabers Salatiga ... B.Gambaran Informan ... C.Temuan Penelitian ... 1. Pendidikan Karakter pada Muslimah di Komunitas Hijabers Salatiga ... 48 48 49 51 51 2. Model Pendidikan Karakter di Komunitas Hijabers Kota Salatiga ... 59

3. Faktor-faktor Penghambat dan Pendorong Pendidikan Karakter di Komunitas Hijabers Salatiga ... 61

4. Solusi dalam Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter di Komunitas Hijabers Salatiga ... 63

(15)

BAB IV PEMBAHASAN... 65

A.Pendidikan Karakter pada Muslimah di Komunitas

Hijabers Salatiga ... 65

B.Model Pendidikan Karakter di Komunitas Hijabers Kota

Salatiga ... 70

C.Faktor-faktor Penghambat dan Pendorong Pendidikan

Karakter di Komunitas Hijabers Salatiga ... 72

D.Solusi dalam Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter di

Komunitas Hijabers Salatiga ...

75

BAB V PENUTUP ... 76

A.Kesimpulan ... 76

B.Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(16)

DAFTAR LAMIRAN-LAMIRAN

LAMPIRAN 1 RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN 2 LEMBAR KONSULTASI

LAMPIRAN 3 SURAT IZIN PENELITIAN

LAMPIRAN 4 SURAT BALASAN

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN 6 TRANSKRIP WAWANCARA

LAMPIRAN 7 CATATAN OBSERVASI

LAMPIRAN 8 ARSIP FOTO PENELITIAN

LAMPIRAN 9

AGENDA KEGIATAN HIJABERS

SALATIGA

LAMPIRAN 11 SKK

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses atau usaha dari manusia dewasa

yang telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar,

dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup pada generasi

muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan

tugas-tugas hidupnya sebagai manusia sesuai dengan sifat- sifat hakiki dan

ciri-ciri kemanusiaannya. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses

internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga

membuat orang dan masyarakat beradab (Muslich, 2011:69). Pendidikan

berfungsi sebagai sarana untuk menyiapkan potensi-potensi yang dimiliki oleh

individu dan sebagai sektor penting dalam pembentukan dan pengembangan

karakter, khususnya pada muslimah di komunitas hijabers kota Salatiga.

Menurut pandangan Islam, muslimah merupakan titik sentral dalam

pembentukan suatu bangsa.

Jika dilihat di era teknologi informasi yang semakin berkembang dalam

kehidupan masyarakat ini, memiliki dampak baik positif maupun negatif

terhadap pertumbuhan karakter bangsa. Semakin hari makin terasa

kemunduran moral, sikap, dan perilaku masyarakat. Kemunduran tersebut

ditandai oleh ketidakpedulian antar sesama, sikap tidak sopan santun, tidak

gotongroyong, tidak menjaga amanah, penyalahgunaan wewenang, dan yang

(18)

terjadi pada para pelajar diantaranya menyontek, tidak jujur, bolos sekolah,

tawuran, dan lain sebagainya. Begitu pula yang terjadi pada para muslimah

remaja hingga muslimah dewasa yang ditandai dengan ketidakpedulian mereka

terhadap etika berbusana. Permasalah tersebut tentu tidak lepas dari pendidikan

dan pembelajaran yang mereka dapatkan namun hanya bersifat akademik

semata, sedangkan pendidikan karakter mereka terabaikan. Menurut Raka

dalam buku Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis

Multidimensional, menyatakan bahwa krisis karakter bangsa ditandai oleh

beberapa hal diantaranya: “terlampau terlena oleh Sumber Daya Alam yang

melimpah, pembangunan ekonomi yang terlalu bertumpu pada modal fisik,

surutnya idealisme, berkembangnya pragmatisme, kurang berhasil belajar dari

pengalaman bangsa sendiri” (Muslich, 2011:72).

Dilihat dari permasalahan remaja khususnya pada muslimah, tidak

terlepas dari pengaruh lingkungan mereka baik keluarga, teman pergaulan,

acara-acara di televisi, bahkan internet yang banyak menyajikan berbagai

informasi yang menjadi tumbuh kembang dalam pendidikan karakter remaja

khususnya muslimah saat ini.

UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

disebutkan sebagai berikut.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Zuchdi dkk, 2013:15).

(19)

Makna dari isi undang-undang tersebut bahwa pendidikan nasional

mendorong terwujudnya generasi penerus bangsa yang memiliki karakter

religius, berakhlak mulia, cendekiawan, mandiri, dan demokratis (Zuchdi dkk,

2013:15). Berkaitan dengan sifat-sifat mulia dan semakin pesatnya

perkembangan zaman terutama fashion dikalangan muslimah maka muncul

komunitas muslimah yang disebut sebagai “komunitas hijaber Salatiga” yaitu

kumpulan dari wanita-wanita muslim berjilbab di kota Salatiga. Komunitas ini

memiliki banyak anggota dengan berbagai latar belakang yang menjadi faktor

mereka dalam bergabung, yang mungkin sebelum mereka bergabung ada yang

belum mengenakan jilbab dan setelah bergabung menjadi termotivasi untuk

berjilbab.

Realitasnya banyak dari muslimah yang mengenakan jilbab, banyak

pula muslimah yang berjilbab tapi melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya,

dan tidak sedikit pula yang masih belum berjilbab bahkan banyak yang

mengumbar tubuhnya dengan berpakaian serba ketat dan tipis. Globalisasi juga

membuat muslimah mengikuti kiblat yang salah, banyak muslimah yang

terbawa arus globalisasi yang berefek negatif, misalnya saja mode-model

pakaian yang yang ditawarkan oleh produk-produk yang berbalut busana

muslim namun kenyataannya jauh dari pakaian muslim yang sebenarnya,

dengan model-model jilbab yang tidak standar. Namun anehnya banyak

muslimah yang lebih memilih model-model pakaian seperti ini, dengan

anggapan agar tidak terlihat kuno/ketinggalan zaman, hal ini menunjukkan

merosotnya karakter pada bangsa Indonesia dan khususnya di kota Salatiga.

(20)

Terkait hal tersebut, terdapat nilai-nilai karakter dalam membentuk

pribadi yang beradab diantaranya: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,

kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah

air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Samani dan

Hariyanto, 2013:9). Pendidikan dalam membangun karakter lebih menekankan

pada pengembangan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari, dalam

pendidikan karakter tidak cukup mengetahui apa yang baik namun yang

terpenting adalah menyemaikan kebaikan itu di hati dan menerapkannya dalam

tindakan. Oleh karena itu pendidikan karakter sangat diperlukan terutama pada

zaman sekarang yang semakin merosotnya moralitas khususnya pada

muslimah.

Maka dari itu peneliti akan mengadakan penelitian dengan mengangkat

judul, PERSEPSI HIJABERS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DI

KOMUNITAS HIJABERS KOTA SALATIGA TAHUN 2015 .

B.Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat memfokuskan

masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah persepsi hijabers tentang pendidikan karakter di komunitas

hijabers kota Salatiga?

2. Bagaimanakah model pendidikan karakter di komunitas hijabers kota

Salatiga?

(21)

3. Apa sajakah faktor-faktor penghambat dan pendorong pendidikan karakter

di komunitas hijabers kota Salatiga?

4. Bagaimanakah solusi dalam mengatasi faktor-faktor penghambat

pendidikan karakter di komunitas hijabers kota Salatiga?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui persepsi hijabers tentang pendidikan karakter di

komunitas hijabers kota Salatiga.

2. Untuk mengetahui model pendidikan karakter di komunitas hijabers kota

Salatiga.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendorong pendidikan

karakter di komunitas hijabers kota Salatiga.

4. Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi faktor-faktor penghambat

pendidikan karakter di komunitas hijabers kota Salatiga.

D.Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan menjadi dua, pertama

kegunaan teoritik dan kedua kegunaan praktik.

1. Kegunaan Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritik

sekurang-kurangnya dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti,

masyarakat, khususnya komunitas hijabers kota Salatiga dalam bidang

pendidikan karakter.

(22)

2. Kegunaan Praktik

Secara praktik penelitian ini diharapkan dapat membantu menemukan

gambaran hidup komunitas hijabers kepada masyarakat umum khususnya di

kota Salatiga.

E.Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penafsiran judul, maka

penulis perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah pokok

dalam penelitian ini.

1. Persepsi

Persepsi menurut McMahon adalah proses menginterpretasikan

rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerimaan informasi

(sensory information). Sedangkan menurut Morgan, King, dan Robinson,

persepsi merupakan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan,

mengecap, dan mencium dunia di sekitar kita, dengan kata lain persepsi

dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia (Adi,

1994:105). Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan atau

pandangan seseorang mengenai sesuatu yang dialami oleh setiap individu.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok orang; usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan; proses; cara; perbuatan mendidik (KBBI,

2003:263). Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik (Zuchdi, 2013:9). Sehingga dapat

(23)

disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha untuk mewujudkan

suasana belajar mengajar agar peserta didik mampu mengembangkan

potensi yang ada dalam dirinya dan memiliki kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan.

3. Karakter

Scerenko (1997) mendefinisikan “karakter sebagai atribut atau

ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri-ciri pribadi, ciri-ciri etis, dan

kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa” (Samani

dan Hariyanto, 2013:42). Menurut Robert Marine (1998), “karakter adalah

gabungan yang samar-samar antara sikap, perilaku bawaan, dan kemampuan

yang membangun pribadi seseorang” (Samani dan Hariyanto, 2013:42). Jadi

dapat disimpulkan bahwa karakter adalah ciri-ciri yang membedakan

seseorang atau kelompok atau bangsa dengan yang lain.

4. Pendidikan Karakter

Menurut Ratna Megawangi (2004), “pendidikan karakter merupakan

sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan

dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”

(Kesuma dkk, 2012:5). Lickona (1991) mendefinisikan “pendidikan

karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang

memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis”

(Samani dan Hariyanto, 2013:44).

(24)

Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

karakter adalah suatu usaha untuk melakukan perubahan maupun

pengembangan dari keseluruhan sifat, watak, dan perilaku yang tercermin

pada setiap individu ke arah yang lebih baik sesuai dengan norma-norma

agama.

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

a. Religius: sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama

lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain (Zuchdi, 2011:168).

b. Jujur: perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan (Zuchdi, 2011:168).

c. Toleransi: menerima secara terbuka orang lain yang tingkat

kematangannya, latar belakangnya berbeda (Samani dan Hariyanto,

2013:132).

d. Disiplin: sikap dan perilaku yang muncul sebagai akibat dari pelatihan

atau kebiasaan menaati aturan, hukum atau perintah (Samani dan

Hariyanto, 2013:121).

e. Kerja Keras: perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan

tugas dengan sebaik-baiknya (Zuchdi, 2011:168).

(25)

f. Kreatif: membangkitkan gagasan, menciptakan sesuatu yang asli/orisinil

atau mendesain ulang melalui keterampilan imajinatif (Samani dan

Hariyanto, 2013:104).

g. Mandiri: mampu memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan upaya sendiri

dan tidak bergantung kepada orang lain (Samani dan Hariyanto,

2013:131).

h. Demokratis: menghargai pendapat orang lain, toleran, terbuka, berprinsip

musyawarah untuk mufakat, bilamana perlu melakukan pemungutan

suara (voting) demi kepentingan rakyat, bukan semata-mata kepentingan

pribadi dan golongan, taat kepada aturan main (Samani dan Hariyanto,

2013:120).

i. Rasa Ingin Tahu: keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahaman

terhadap rahasia alam (Samani dan Hariyanto, 2013:104).

j. Semangat Kebangsaan: cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri

dan kelompok (Zuchdi, 2011:169).

k. Cinta Tanah Air: cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya

(Zuchdi, 2011:169).

l. Menghargai Prestasi: sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta

menghormati keberhasilan orang lain (Zuchdi, 2011:169).

(26)

m.Bersahabat/Komunikatif: tindakan yang memperlihatkan rasa senang

berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain (Zuchdi,

2011:169).

n. Cinta Damai: sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang

lain merasa senang dan aman atas kehadirannya (Zuchdi, 2011:169).

o. Gemar Membaca: kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan kebajikan baginya (Zuchdi,

2011:169).

p. Peduli Lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan

upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi

(Zuchdi, 2011:169).

q. Peduli Sosial: sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan

bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Zuchdi, 2011:169).

r. Tanggung Jawab: menanggapi dengan cara yang pantas dan layak,

bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan (Samani dan

Hariyanto, 2013:104).

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif yaitu pendekatan penelitian yang menghasilkan data-data berupa

kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati dari fakta-fakta yang ada saat ini dengan tujuan untuk

(27)

menggambarkan keadaan atau status fenomena dari data-data yang

diperoleh dari obyek penelitian (J.Moleong, 2002:3). Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian fenomenologi, penelitian

ini mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena

pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa

individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak

ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji

(http://www.menulisproposalpenelitian.com/2011/01/jenis-jenis-penelitian-kualitatif.html). Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti sebagai instrumen kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif menekankan

makna (Sugiyono, 2006:9-10). Menurut sifatnya data kualitatif adalah data

yang tak berbentuk bilangan, data kualitatif yaitu semua bahan, keterangan,

dan fakta-fakta yang tidak dapat dihitung dan diukur secara matematis

karena berwujud keterangan verbal (kalimat dan kata), serta bersifat proses.

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian, artinya

peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan

pengumpulan data, adapun karakteristik dalam penelitian ini adalah:

Pertama, peneliti menggunakan sistem wawancara tidak berstruktur, dengan

pemahaman tentang pendidikan karakter yang dimiliki oleh peneliti,

(28)

sehingga memungkinkan untuk mengembangkan pertanyaan untuk

wawancara secara mendalam. Kedua, peneliti mengadakan komunikasi

dengan obyek dengan menggunakan bahasa pertemanan agar lebih akrab

dan mudah dipahami, sehingga terjalin suasana yang baik antara peneliti dan

informan. Ketiga, peneliti mengumpulkan dan mencatat data secara

terperinci berkaitan dengan hal-hal yang bertalian dengan permasalahan

yang diteliti.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Komunitas Hijabers kota Salatiga

yaitu di Joglo Ki Penjawi Salatiga tahun 2015 sebagai bese camp sekaligus

sebagai kesekretariatan komunitas hijabers Salatiga.

4. Sumber Data

Data dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh, diantaranya

melalui:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono, 2006:253). Sumber data primer dapat

diperoleh langsung dari lapangan yang dapat memberikan gambaran

keadaan, mengidentifikasi permasalahan, dan menjawab semua

pertanyaan dalam penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah

ketua komunitas hijabers di kota Salatiga, para pengurus komunitas

hijabers di kota Salatiga, dan anggota yang tergabung dalam komunitas

hijabers di kota Salatiga.

(29)

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya melaui orang lain atau melalui

dokumentasi (Sugiyono, 2006:253). Sumber data sekunder dapat

diperoleh dari buku, jurnal, internet, artikel, majalah atau koran, serta

hasil penelitian lainnya. Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu

berupa foto, catatan, dan arsip. Catatan dan arsip yang dimaksud adalah

struktur keanggotaan komunitas, jadwal kegiatan komunitas, dan

aktivitas pada event yang dilakukan komunitas.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data

primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh langsung dari

lapangan yang dapat memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi

permasalahan, dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian.

Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet, artikel,

majalah atau koran, serta hasil penelitian lainnya. Data primer dapat

diperoleh melalui:

a. Wawancara

Esterberg (2002) menyatakan bahwa “wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk betukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dkonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”

(Sugiyono, 2006:260). Wawancara yang digunakan dalam penelitian

adalah wawancara tak berstruktur atau terbuka, yaitu wawancara yang

(30)

bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang

telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya

(Sugiyono, 2006:263). Wawancara ini digunakan dalam mencari data

melalui informan tentang pendidikan karakter pada muslimah di

komunitas hijabers kota Salatiga yakni ketua komunitas, para pengurus

komunitas, dan anggota yang tergabung dalam komunitas, serta peneliti

juga dapat mengetahui lebih mendalam tentang informan mengenai

hal-hal terkait dengan judul, sehingga dalam menginterpretasikan situasi dan

fenomena sesuai dengan yang terjadi. Pengumpulan data pada

wawancara dapat dilengkapi pula melalui observasi.

b. Observasi

Marshall (1995) menyatakan bahwa “melalui observasi peneliti

belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut” (Sugiyono,

2006:254). Observasi merupakan cara pengumpulan data melalui

pengamatan dan pencatatan langsung sesuai dengan keadaan riil di

lapangan. Observasi ini digunakan dalam mencari data tentang

pendidikan karakter pada muslimah di komunitas hijabers kota Salatiga

untuk memperoleh data yang berhubungan dengan gambaran riil dan

detail komunitas.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu

(Sugiyono, 2006:270). Dokumentasi merupakan materi tertulis yang

didasarkan pada catatan dan dokumen-dokumen yang digunakan untuk

(31)

melengkapi sebuah data yang diperlukan dalam penelitian.

Dokumen-dokumen tersebut bisa berupa foto, Dokumen-dokumen milik informan, dan hasil

wawancara yang didapat dari informan. Dokumentasi digunakan dalam

mencari data tentang pendidikan karakter pada muslimah di komunitas

hijabers kota Salatiga, dan diperlukan sebagai pelengkap dari

penggunaan metode wawancara dan observasi, sehingga akan lebih

kredibel/dapat dipercaya jika didukung oleh data-data dokumentasi.

6. Analisis Data

Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan data yang

dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis. Sedangkan

pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola

induktif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif

yang berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dari pelaku yang dapat

diamati dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena

dari data-data yang diperoleh dari obyek penelitian yang kemudian

dilakukan analisis dengan cara:

a. Mendiskripsikan data dari informan

Analisis hendaknya membaca dan mempelajari secara teliti seluruh jenis

data yang sudah terkumpul. Setelah itu diusahakan agar satuan-satuan itu

dapat diidentifikasi dengan mendiskripsikan atau menggambarkan

keadaan dari obyek penelitian. Data tersebut diperoleh dari informan

ketika melakukan penelitian.

(32)

b. Memilah-milah sesuai dengan analisis penelitian kemudian dianalisis

oleh penulis

c. Proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,

kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

d. Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan

tindakan.

e. Disimpulkan untuk menjawab tujuan penelitian

Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi pemikiran kembali yang

melintas dalam pikiran penganalisa selama menulis dan merupakan suatu

tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan dan mungkin begitu

seksama dan akan memakan tenaga dengan peninjauan kembali dalam

menjawab tujuan penelitian. Analisis ini sendiri akan dilakukan melalui

beberapa tahap, yaitu:

1) Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, dan sejenisnya, tapi yang paling sering digunakan adalah teks

yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami (Sugiyono, 2006:280).

Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan

sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki

(33)

makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan

data, membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang

sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapi

tujuan penelitian.

2) Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

oleh karena itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data

berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya

serta mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2006:277-278). Yang

peneliti lakukan dalam mereduksi data diantaranya:

a) Hasil wawancara maupun catatan lapangan yang masih umum dan

acak-acakan yang belum dapat dipahami, dengan reduksi maka

peneliti merangkum, mengambil data yang pokok dan penting,

sedangkan yang tidak penting dibuang.

b) Peneliti dalam mereduksi data akan memfokuskan pada komunitas

hijabers di kota Salatiga, karakter muslimah pada komunitas

hijabers di kota Salatiga, pendidikan karakter muslimah pada

komunitas hijabers di kota Salatiga, dan faktor-faktor penghambat

pendidikan karakter muslimah pada komunitas hijabers di kota

Salatiga.

(34)

c) Jika peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala

sesuatu yang dipandang asing, maka itulah yang harus dijadikan

perhatian dalam mereduksi data.

3) Kesimpulan dan Verifikasi

Data yang sudah dipolakan, difokuskan, dan disusun secara

sistematis melalui reduksi dan penyajian data yang kemudian

disimpulkan sehingga makna data dapat ditemukan. Untuk

memperoleh kesimpulan yang lebih mendalam, maka diperlukannya

data baru sebagai penguji terhadap kesimpulan awal. Tahap penarikan

kesimpulan dan verifikasi data diambil dari hasil reduksi dan

panyajian data merupakan kesimpulan sementara. Kesimpulan

sementara ini masih dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti kuat

lain pada saat proses verifikasi data di lapangan. Jadi proses verifikasi

data dilakukan dengan cara peneliti terjun kembali di lapangan untuk

mengumpulkan data kembali yang dimungkinkan akan memperoleh

bukti-bukti kuat lain yang dapat merubah hasil kesimpulan sementara

yang diambil. Jika data yang diperoleh memiliki keajegan (sama

dengan data yang telah diperoleh) maka dapat diambil kesimpulan

yang baku dan selanjutnya dimuat dalam laporan hasil penelitian.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria

yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaannya yaitu

adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjang pengamatan,

(35)

peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman

sejawat, analisis kasus negatif, dan dimintakan kesepakatan (membercheck)

(Sugiyono, 2006:302). Untuk mengetahui apakah data yang telah

dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenran atau tudak, maka

dilakukan pengecekkan data yang disebut validitas data. Untuk menjamin

validitas data maka dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Penelitian ini dalam

menguji keabsahan data dilakukan dengan beberapa bentuk meliputi:

a. Triangulasi Sumber

Menurut Patton (1987), “triangulasi sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda”

(Moleong, 2009:330). Dalam penelitian ini yang peneliti lakukan,

diantaranya:

1) membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan,

2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

yang dikatakan secara pribadi,

3) membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi,

4) data yang diperoleh dilakukan pada ketua komunitas dan pengurus

komunitas, data dari sumber tersebut tidak bisa dirata-ratakan tetapi

dideskripsikan, dikategorisasikan mana pandangan yang sama, mana

yang berbeda, dan mana yang spesifik dari sumber-sumber tersebut

(36)

sehingga dapat dianalisis oleh peneliti yang kemudian menghasilkan

suatu kesimpulan.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik merupakan pengengecekkan data kepada

sumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda (Sugiyono,

2006:307). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengecekkan

terhadap data yang telah diperoleh melalui wawancara lalu dicek melalui

observasi ataupun dokumentasi. Bila dengan teknik-teknik tersebut

menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi

lebih lanjut kepada sumber data atau yang lainnya untuk memastikan

data yang sebenarnya.

8. Tahap-tahap Penelitian

a. Kegiatan administratif, yang meliputi pengajuan izin operasional untuk

penelitian dari rektor IAIN Salatiga selaku penanggung jawab, kemudian

menyusun pertanyaan untuk wawancara, serta melakukan administratif

lainnya.

b. Kegiatan lapangan yang meliputi:

1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, yaitu

pada komunitas hijabers Salatiga.

2) Menemui para pengurus dan anggota komunitas hijabers Salatiga

yang akan dijadikan objek penelitian.

(37)

3) Melakukan wawancara kepada para informan sebagai langkah untuk

pengumpulan data, kemudian observasi langsung ke lapangan secara

mendalam berkaitan dengan yang diteliti.

4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan

untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan.

5) Mereduksi data dengan cara membuang data-data yang lemah atau

menyimpang.

6) Melakukan ferivikasi data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan

sebagai deskriptif temuan penelitian.

7) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.

G.Sistematika Penulisan

Dalam memahami skripsi ini, maka perlu diketahui urutan-urutan dalam

penulisannya, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN, berisi pendahuluan yang memuat latar

belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

penegasan istilah, metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis

penelitian, kehadiran peneliatian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur

pengumpulan data, analisis data, pengecekkan keabsahan data, tahap-tahap

penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, berisi tentang kajian teori yang meliputi:

pengertian persepsi, pengertian pendidikan, pengertian karakter, pengertian

pendidikan karakter, model pendidikan karakter, faktor-faktor penghambat dan

(38)

pendorong dalam pendidikan karakter, dan solusi dalam mengatasi penghambat

pendidikan karkter.

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, berisi paparan

data dan temuan penelitian yang menjelaskan tentang: gambaran umum lokasi

penelitian, gambaran informan terdiri dari: sejarah singkat, visi dan misi, data

kepengurusan, dan deskripsi hasil temuan penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN, pembahasan memuat tentang persepsi hijabers

tentang pendidikan karakter di komunitas hijabers kota Salatiga, model

pendidikan karakter di komunitas hijabers kota Salatiga, faktor-faktor

penghambat dan pendorong pendidikan karakter di komunitas hijabers kota

Salatiga, dan solusi dalam mengatasi faktor-faktor penghambat pendidikan

karakter di komunitas hijabers kota Salatiga.

BAB V PENUTUP, penutup memuat tentang: kesimpulan dan saran.

(39)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Persepsi Tentang Pendidikan Karakter

Pembicaraan mengenai pendidikan karakter atau pendidikan yang

berbasis pada karkater menjadi pokok bahasan yang banyak dibicarakan baik

dalam lingkup pendidikan maupun masyarakat pada umumnya, karena perilaku

pada remaja saat ini sudah sangat memprihatinkan, sudah sangat jauh dari

akhlak yang mulia menurut pandangan Islam. Ini dikarenakan di tingkat

pendidikan terutama sekolah hanya mengutamakan tingkat intelegensi siswa

sedangkan pendidikan karakter mereka terabaikan. Berkaitan dengan ini, maka

akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian pendidikan karakter yang dijelaskan

secara terpisah.

1. Persepsi

Persepsi menurut McMahon adalah proses menginterpretasikan

rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerimaan informasi

(sensory information). Sedangkan menurut Morgan, King, dan Robinson,

persepsi merupakan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan,

mengecap, dan mencium dunia di sekitar kita, dengan kata lain persepsi

dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia. (Adi,

1994:105). Menurut Brian fellow, persepsi adalah proses yang

memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi.

Kenneth K. Sereno dan Edward M. Badaken, persepsi adalah sarana yang

(40)

memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan

kita. Phillip Goodracre dan jennifer follers, persepsi adalah proses mental

yang digunakan untuk mengenali rangsangan. Joseph A. Devito, persepsi

adalah proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya stimulus yang

mempengaruhi indera kita (Mulyana, 2013:180). Jadi dapat disimpulkan

bahwa persepsi adalah tanggapan atau pandangan seseorang mengenai

sesuatu yang dialami oleh setiap individu.

2. Pendidikan

Adapun pengertian pendidikan, diantaranya:

a. Driyarkara dalam buku Dikti Ditjen (1983/1984), mengemukakan bahwa

“pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda” (Ikhsan,

2003:4). Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah

proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan

bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia

hidup, proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh

lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari

sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan

kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (Ikhsan,

2003:4).

b. Crow and Crow dalam buku Suprapto (1975), menyebutkan “pendidikan

adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi

individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan

(41)

budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi” (Ikhsan,

2003:5).

c. Menurut Ki Hajar Dewantara, “pendidikan umumnya berarti daya upaya

untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),

pikiran (intelek), dan tubuh anak” (Ikhsan, 2003:5). Dalam GBHN tahun

1973 dikatakan bahwa “pendidikan hakikatnya adalah usaha sadar untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar

sekolah dan berlangsung seumur hidup” (Ikhsan, 2003:5).

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar mengajar agar

peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan

memiliki kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. Untuk mencapai

kesuksesan dalam pendidikan diperlukannya tujuan-tujuan dalam

pendidikan, diantaranya:

a. meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam

pendidikan,

b. menumbuhkan/menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang

mewarnai aktivitas hidupnya,

c. menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui pelaksanaan

tugas-tugas pembelajaran,

d. menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif

secara teratur dalam aktivitas hidupnya dan memahami manfaat dari

keterlibatannya,

(42)

e. menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang

dengan aktivitas belajar, dan

f. menumbuhkan pola hidup sehat dan pemeliharaan kebugaran jasmani

(Hidayatullah, 2010:5).

Pengertian dan tujuan dari pendidikan di atas, menunjukkan bahwa

pendidikan sangat penting sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Alaq:1-5

yang berbunyi:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dari ayat ini jelas, bahwa agama islam telah mendorong umatnya

senantiasa belajar dan menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar

baca tulis dan diteruskan dengan belajar berbagai macam ilmu pengetahuan

lainnya.

3. Karakter

Beberapa pengertian karakter menurut para ahli, diantaranya:

a. Prof. Suyanto dalam buku Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan

Krisis Multidimensional, menyatakan bahwa “karakter adalah cara

berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas dari tiap individu untuk

(43)

hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,

bangsa, dan negara” (Muslich, 2011:70).

b. Hermawan Kartajaya mengemukakan sebagai berikut.

Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu (manusia). Ciri khas tersebut adalah asli, dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, serta merespons sesuatu (Gunawan, 2012:2).

c. Scerenko (1997) mendefinisikan “karakter sebagai atribut atau ciri-ciri

yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan

kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa”

(Samani dan Hariyanto, 2013:42).

d. Robert Marine (1998), “karakter adalah gabungan yang samar-samar

antara sikap, perilaku bawaan, dan kemampuan yang membangun pribadi

seseorang” (Samani dan Hariyanto, 2013:42).

Jadi dapat disimpulkan bahwa karakter adalah ciri-ciri yang

membedakan seseorang atau kelompok atau bangsa dengan yang lain.

Berbagai literatur dikatakan, kebiasaan yang dilakukan secara

berulang-ulang yang didahului oleh kesadaran dan pemahaman akan menjadi karakter

seseorang (Munir, 2010:5). Karakter seseorang akan dipengaruhi oleh gen

(keturunan), gen hanya merupakan salah satu faktor pembentuk karakter

saja. Perkembangan karakter tiap individu tentulah berbeda satu dengan

yang lainnya. Perbedaan kecepatan, urutan, dan profil perkembangan

karakter sangat tergantung pada kondisi internal dan eksternal setiap

(44)

individu, perbedaan perkembangan karakter juga berlaku pada usia individu,

serta latar belakang kehidupan individu (Zuchdi, 2011:68). Dari beberapa

perbedaan tersebut, maka dapat diklasifikasikan faktor-faktor pembentukan

karakter individu diantaranya hal-hal yang mempengaruhi karakter dalam

majalah Maudiku: Cerdas-Kreatif-Ceria dan Berakhlak Mulia, Megawangi

mengatakan sebagai berikut.

“Karakter terbentuk dengan dipengaruhi oleh paling sedikit

lima faktor, yaitu: temperamen dasar (dominan, intim, stabil, cermat), keyakinan (apa yang dipercaya, paradigma), pendidikan (apa yang diketahui, wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup), dan perjalanan (apa yang telah dialami,

masa lalu kita, pola asuh dan lingkungan)” (Muidin, 2015:27).

Ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau

kegagalan proses pendidikan karakter yang pada setiap individu memiliki

corak yang berbeda-beda, pada dasarnya akibat adanya pengaruh dari

dalam diri manusia (insting) dan motivasi yang disuplai dari luar dirinya

seperti milieu/lingkungan, pendidikan, dan aspek wirotsah (keturunan).

a. Faktor insting (naluri)

Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir.

Para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator

penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku, misalnya insting ingin

tahu dan memberitahu, insting takut, insting suka bergaul, dll.

b. Faktor adat/kebiasaan

Adat/kebiasaan merupakan setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang

dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga

(45)

menjadi kebiasaan. Perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan tidak

cukup hanya diulang-ulang saja, tetapi harus disertai dengan kesukaan

dan kecendenrungan hati terhadapnya. Jadi terbentuknya kebiasaan itu

karena adanya kecenderungan hati yang diiringi perbuatan.

c. Faktor keturunan/wirotsah

Secara langsung maupun tidak langsung faktor keturunan sangat

mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. Sifat-sifat pada diri

anak merupakan pantulan dari sifat-sifat orang tuanya.

d. Faktor milieu/lingkungan

Milieu artinya sesuatu yang melingkupi tubuh yang hidup, meliputi tanah

dan udara, sedangkan lingkungan manusia ialah apa yang

mengelilinginya. Milieu itu ada dua macam, yaitu:

1) Lingkungan alam

Lingkungan alam ini dapat mematahkan atau mematangkan

pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang. Jika kondisi alamnya

jelek, itu akan menjadi perintang dalam mematangkan bakat seseorang

karena hanya mampu berbuat sesuai kondisi yang ada, dan begitu pula

sebaliknya.

2) Lingkungan pergaulan

Manusia akan selalu berhubungan dengan manusia lainnya, oleh

karena itu dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam pikiran,

sifat, dan tingkah laku.

(Zubaedi, 2011:178-183).

(46)

Faktor-faktor pembentuk karakter di atas dapat disimpulkan bahwa

faktor keturunan memang berperan penting dalam pembentukan karakter

individu, namun pada usia-usia remaja faktor yang sangat berpengaruh

terhadap karakter individu adalah faktor lingkungan pergaulan, karakter itu

akan terbentuk baik jika individu itu bergaul dengan orang-orang/kelompok

yang baik, namun jika individu itu bergaul dengan orang-orang/kelompok

yang tidak baik maka individu itupun akan menjadi tidak baik. Akan sulit

bagi orang tua untuk merubah karakter anak yang sudah tercemar oleh

lingkungan yang tidak baik, karena sesuatu yang sulit dirubah dari diri

individu dan sesuatu yang menjadi kebiasaan individu itulah yang dikatakan

karakter.

4. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter saat ini merupakan topik yang banyak

dibicarakan di kalangan pendidik, karena pendidikan karakter sangat

dibutuhkan dalam mendidik karkater anak bangsa agar menjadi penerus

yang berkarakter mulia. Ada beberapa pengertian pendidikan karakter

menurut para ahli, diantaranya:

a. Ratna Megawangi, “pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk

mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan

mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya” (Kesuma

dkk, 2012:5).

(47)

b. Lickona, “pendidikan karakter merupakan upaya yang sungguh-sungguh

untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan

landasan inti nilai-nilai etis, atau upaya yang dirancang secara sengaja

untuk memperbaiki karakter para siswa” (Samani dan Hariyanto,

2013:44).

c. Scerenko menyatakan pengertian pendidikan sebagai berikut.

Pendidikan karakter dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif

dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui

keteladanan, kajian, serta praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari) (Samani dan Hariyanto, 2013:45).

d. Menurut Elkind dan Sweet, “pendidikan karakter adalah upaya yang

disengaja untuk membantu memahami manusia, peduli dan inti atas

nilai-nilai etis/susila” (Gunawan, 2012:23).

Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter

adalah suatu usaha untuk melakukan perubahan maupun pengembangan dari

keseluruhan sifat, watak, dan perilaku yang tercermin pada setiap individu

agar lebih baik sesuai dengan norma-norma agama.

Dari pengertian pendidikan karakter di atas, maka fungi pendidikan

karakter adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk bakat

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdasakan kehidupan

berbangsa. Secara lebih khusus dan terperinci Kemendiknas (2011)

menyebutkan bahwa pendidikan karakter mempunyai fungsi sebagai

berikut:

(48)

a. Pembentukan dan pengembangan potensi

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi

manusia atau warga negara Indonesia agar berpikir baik, berhati baik dan

berperilaku sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

b. Perbaikan dan Penguatan

Pendidikan karakter berfungsi untuk memperbaiki karakter manusia dan

warga negara Indonesia yang bersifat negatif dan membentuk peran

keluarga, satuan pendidikan masyarakat dan pemerintah untuk ikut

berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi

manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju,

mandiri, dan sejahtera.

c. Penyaringan

Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa

sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi

karakter manusia dan warga negara Indonesia agar lebih bermanfaat

(http://estiprihantara.blogspot.com/2013/05/pendidikan-karakter.html).

Karakter masyarakat yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina

sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa “emas” namun “kritis”

bagi pembentukan karakter seseorang (Gunawan, 2012:28). Kemudian

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan mengemukakan lima

komponen pembentukan karakter siswa yang dimuat dalam republika pada

18 Juli 2015, ada lima komponen yang menjadi pilar gerakan penumbuhan

budi pekerti yang akan diterapkan Mendikbud, diantaranya:

(49)

a. Senyum, Sapa, Salam (3S),

b. nilai moral dan agama,

c. interaksi positif antar warga sekolah,

d. kecintaan pada tanah air dan bangsa, dan

e. perlu dibangun interaksi positif antara pihak sekolah dengan orang tua

(http://www.pendidikanguru.com/index.php/2015/07/18/menteri-anies-kemukakan-lima-komponen-pendidikan-karakter/).

Adapun prinsip-prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang

efektif sesuai rekomendasi dari Kemendiknas (2010), diantaranya:

a. mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karkater,

b. mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

pemikiran, perasaan, dan perilaku,

c. menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk

membangun karkater,

d. menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian,

e. memberi kesempatan pada peserta didik untuk menunjukkan perilaku

yang baik,

f. memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang

yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan

membantu mereka untuk sukses,

g. mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada peserta didik,

(50)

h. memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang

berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai

dasar yang sama,

i. adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter,

j. memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam

usaha membangun karakter, dan

k. mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru

karkater, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peresta didik

(Gunawan, 2012:35-36).

Indonesia dengan kekayaan alamnya akan sulit dikuasai manakala

bangsanya memiliki karkater yang kuat. Menurut Raka (2007), krisis

karakter bangsa kita disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Terlampau terlena oleh SDA yang melimpah.

b. Pembangunan ekonomi yang terlalu bertumpu pada modal fisik.

c. Surutnya idealisme, berkembangnya pragmatisme „overdoses‟.

d. Kurang berhasil belajar dari pengalaman bangsa sendiri (Muslich,

2011:72).

Ada beberapa faktor penyebab rendahnya pendidikan karkater,

diantaranya:

a. Sistem pendidikan yang kurang menekankan pembentukan karakter

tetapi lebih menekankan pengembangan intelektual.

(51)

b. Kondisi lingkungan yang kurang mendukung pembangunan karakter

yang baik (Hidayatullah, 2010:17).

Rendahnya pendidikan karakter dipengaruhi oleh beberapa faktor di atas,

sehingga pada jenjang pendidikan tidak hanya mengedepankan

pengembangan intelektual anak saja, namun yang terpenting adalah sikap

atau moralnya yang lebih diutamakan. Dengan moral yang baik tentunya

intelektual yang dimiliki akan bermanfaat bagi kehidupannya.

B.Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

1. Religius

Merupakan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup

rukun dengan pemeluk agama lain (Wibowo, 2012:43). Jadi sebagai seorang

muslim diwajibkan untuk selalu menghormati agama orang lain, dan juga

diwajibkan bagi setiap umat beragama khususnya Islam untuk selalu

mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

2. Jujur

Dalam pandangan umum, kata jujur sering dimaknai sebagai adanya

kesamaan antara realitas (kenyataan) dengan ucapan atau dengan kata lain

“apa adanya” (Kesuma dkk, 2012:16). Orang yang memilki karkater jujur

dicirikan oleh perilaku berikut:

a. jika bertekad untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran dan

kemaslahatan,

b. jika berkata tidak berbohong (benar apa adanya),

(52)

c. jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang

dilakukannya.

Karakter ini merupakan salah satu karakter pokok untuk menjadikan

seseorang cinta kebenaran, apapun resiko yang akan diterima dirinya

dengan kebenaran yang ia lakukan (Kesuma dkk, 2012:17). Jujur

merupakan karakter yang dapat menarik orang lain untuk percaya, karena

orang jujur adalah orang yang dapat menjaga amanah.

3. Toleransi

Merupakan perilaku yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

(Wibowo, 2012:43). Toleransi berarti sikap atau perbuatan yang melarang

adanya diskriminasi terhadap orang-orang/kelompok yang berbeda

dengannya.

4. Disiplin

Merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan (Asmani, 2011:37). Disiplin adalah

kunci sukses karena disiplin akan berpengaruh besar terhadap kehidupan

seseorang. Disiplin akan menumbuhkan sifat yang teguh dalam memegang

prinsip, tekun dalam berusaha dan belajar, pantang mundur dalam

kebenaran, rela berkorban demi kepentingan agama, dan pantang putus asa.

5. Kerja Keras

Merupakan suatu upaya yang terus dilakukan (tidak pernah

menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan/tugasnya sampai tuntas,

(53)

melainkan mengarahkan pada visi besar yang harus dicapai untuk

kebaikan/kemaslahatan manusia dan lingkungannya (Kesuma dkk,

2012:17). Bekerja keras berarti berusaha atau berjuang dengan

sungguh-sungguh. Berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan,

kemudian disertai dengan berserah diri (tawakal) kepada Allah SWT.

6. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil

baru dari sesuatu yang telah dimiliki (Wibowo, 2012:43). Kreatif lebih

dikenal dengan sesuatu yang baru, sehingga orang yang kreatif akan selalu

memunculkan ide-ide ataupun hasil karya baru yang tentunya bermanfaat

baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

7. Mandiri

Merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas (Asmani, 2011:38). Mandiri

akan memunculkan sikap kerja keras, tidak putus asa, dan mampu berpikir

panjang dalam mengatasi masalah karena orang yang mandiri akan terus

berusaha untuk melakukan segalanya sendiri meskipun terkadang

memerlukan bantuan orang lain.

8. Demokratis

Merupakan carara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain (Asmani, 2011:40).

Demokratis berarti sama rata, tidak membedakan hak dan kewajiban pada

setiap individu.

(54)

9. Rasa ingin tahu

Merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,

dilihat, dan didengar (Asmani, 2011:38). Rasa ingin tahu merupakan salah

satu dorongan emosi yang berkaitan dengan perilaku, yaitu perilaku untuk

menemukan hal-hal baru yang positif sehingga dari rasa ingin tahu tersebut

seseorang akan bertambah pengetahuannya.

10. Semangat kebangsaan

Merupakan cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya (Asmani, 2011:40). Semangat kebangsaan menumbuhkan

sikap tidak egois yang hanya mementingkan kepentingan pribadi.

11. Cinta tanah air

Merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa (Wibowo,

2012:43). Mencintai Negeri yang didiami merupakan salah satu bentuk rasa

cinta terhadap tanah air, seperti berusaha dalam memajukan pendidikan di

Negeri kita sendiri dengan menumbuhkan akhlak yang mulia.

12. Menghargai prestasi

Merupakan perilaku yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

keberhasilan orang lain (Wibowo, 2012:43). Berkarya artinya mengerjakan

(55)

sesuatu sampai menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang.

Menghargai hasil karya orang lain dapat diapresiasi dalam bentuk mengikuti

kegiatan-kegiatan yang positif.

13. Bersahabat/komunikatif

Merupakan perilaku yang memperlihatkan rasa senang berbicara,

bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Wibowo, 2012:43). Seseorang

yang mudah bergaul dan pandai dalam berbicara akan lebih disenangi oleh

kebanyakan orang karena orang yang seperti itu nyaman untuk diajak

bicara.

14. Cinta damai

Merupakan sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang

lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya (Wibowo, 2012:43).

Cinta damai berarti tidak ingin mencari masalah dengan siapapun baik itu

dalam ucapannya maupun perkataannya, hidupnya akan merasa baik-baik

saja.

15. Gemar membaca

Merupakan suatu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya (Wibowo,

2012:43). Gemar membaca berarti menambah wawasan ilmu

pegetahuannya, sebagaimana Allah SWT memerintahkan Nabi saw untuk

membaca.

Referensi

Dokumen terkait

Promosi koperasi mempunyai indikasi berpengaruh terhadap penjualan kredit koperasi Karya Husada sehingga dengan tingkat promosi baiknya koperasi tersebut maka para anggota

Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Perilaku Sosial Terhadap Teman Melalui Metode Bercerita dengan Media Boneka Jari pada Anak Didik Kelompok B1 TK Al Mujahidin Cilacap

Proksi dari intergovernmental revenue dalam penelitian ini menggunakan perbandingan antara total dana perimbangan dengan total pendapatan.. Intergovernmental revenue diukur

 Situs web merupakan sarana publikasi dan promosi keunggulan IPB yang efektif kepada masyarakat luas..  Web merupakan salah satu

dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai dengan contoh,. mutu,

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, Pemahaman Akuntansi, dan Ketaatan Peraturan Perundangan Terhadap Akuntabilitas

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara likuiditas dan pembiayaan denan profitabilitas BPRS dengan menggunakan data dari

Teknik analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan model regresi berganda karena dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau