PERANAN SHALAT TAHAJUD DALAM KESEHATAN
MENTAL SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN
NURUL ASNA SALATIGA
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
FAKHRUNI NUR KARIMAH
NIM 11111170
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. TentaraPelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721 Website:www.iainsalatiga.ac.id Email: administrasi@iainsalatiga.ac.id
SKRIPSI
PERANAN SHALAT TAHAJUD DALAM KESEHATAN MENTAL SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN NURUL ASNA SALATIGA TAHUN 2015
DISUSUN OLEH
FAKHRUNI NUR KARIMAH NIM : 111 11 170
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 27 januari 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd __________________
Sekretaris Penguji : Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd __________________
Penguji I : Rovi‟in, M.Ag __________________
Penguji II : Wahidin, S.PdI., M.Pd __________________
Salatiga, 27 Januari 2016 Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Fakhruni Nur Karimah
NIM : 11111170
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 12 Januari 2016
Yang menyatakan,
MOTTO
“ Gunakanlah waktu untuk berdoa dan bersujud kepada
Allah, karena itu adalah sumber kesehatan dan
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua tercinta yaitu bapak Kasran dan ibu Eny Sripurwati, yang
senantiasa selalu mencurahkan kasih sayang, mendidik dan membimbingku, dan
do‟a restunya yang tak pernah putus serta nasihat- nasihatnya yang selalu
kurindukan.
2. Keempat adikku tercinta Sabrina Hanifah, Ahmad Zikri Ikhsani, Al Mujahidatul
Adilah dan Jundi Izharul Azzam yang senantiasa selalu membuatku semangat
dalam belajar dan membuatku lebih bertanggungjawab dalam segala hal.
3. Suami dan anakku tercinta Bayu Fajar Haryanto, Ahmad Rizqi Baihaqi yang tak
henti-hentinya memberi semangat dan bimbingan kepadaku.
4. Kepada beliau Bapak Drs. Ahmad Shultoni, M.Pd. selaku pembimbing skripsi
yang senantiasa selalu mengarahkan dan membimbingku dengan penuh
ketulusan dan kesabaran.
5. Dan untuk semua teman angkatan 2011 khususnya sahabatku Isnayni
Rachmawati, Ani Rochmani Galuh R dan Usriya Hidayati yang selalu ada saat
aku sedih maupun bahagia.
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar
kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK).
3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Bapak Drs. Ahmad Sultoni M.Pd. sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta
pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk
5. Dra. Sri Suparwi, M.A. selaku pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Santri putri pondok pesantren Nurul Asna Salatiga yang telah memberikan
izin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di pondok
tersebut.
8. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku, serta keluarga besarku yang telah
mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis
dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang
dan kesabaran.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya
dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 12 Januari 2016
Penulis
FAKHRUNI NUR KARIMAH
ABSTRAK
Nur Karimah, Fakhruni. 2016. Peranan Shalat Tahajud Dalam Kesehatan Mental Santri Putri Pondok Pesantren Nurul Asna Salatiga Tahun 2015/2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni M.Pd.
Kata kunci: Peranan Shalat Tahajud dan Kesehatan Mental.
Fokus penelitian ini adalah: Shalat tahajud merupakan shalat sunnah pelengkap bagi shalat fardhu, shalat tambahan yang berfungsi meningkatkan pendekatan dan kedekatan kita kepada Allah. Memelihara shalat tahajud dapat membuka pintu rizqi dan pertolongan dari Allah yang telah ditetapkan kepada hambanya. Selain melaksanakan ibadah shalat wajib sebagian santri putri ada yang melaksanakan shalat tahajud karena sudah diajarkan dari keluarga, para santri menganggap shalat tahajud merupakan doa yang dikhususkan untuk meminta sesuatu yang dibutuhkan dan jug sebagai sarana membangun komunikasi dengan Allah. Bagaimana peranan shalat tahajud dalam kesehatan mental santri putri di Pondok Pesantren Nurul Asna Salatiga? Faktor-faktor apakah yang mendukung aktivitas shalat tahajud yang berperan dalam kesehatan mental?.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dokumentasi, analisis data melalui reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi, pengecekan keabsahan data ada tiga amacam yaitu kepercayaan, ketergantungan, kepastian, tahap-tahap penelitian.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……… i
LEMBAR BERLOGO ……… ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING………. iii
PENGESAHAN KELULUSAN………. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……….. v
MOTTO……… vi
PERSEMBAHAN………... vii
KATA PENGANTAR……….... viii
ABSTRAK………... x
DAFTAR ISI……… xi
DAFTAR TABEL………... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 7
D. Manfaat Penelitian... 7
E. Penegasan Istilah ... 7
G. Sistematika Penulisan ... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Shalat Tahajud 1. Pengertian Shalat Tahajut ... 21
2. Waktu Pelaksanaan dan Bilangan Rakaat Shalat Tahajud ... 21
3. Keutamaan Shalat Tahajud ... 22
4. Manfaat Shalat Tahajud ... 25
5. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Shalat Tahajud ... 28
B. Kesehatan Mental 1. Pengertian kesehatan mental ... 33
2. Ciri-ciri Kesehatan Mental Secara Umum ... 34
3. Tanda-Tanda Kesehatan Mental Menurut Islam ... 36
4. Faktor-faktor yang Berperan dalam Kesehatan Mental... 38
C. Hubungan Shalat Tahajud dengan Kesehatan Mental... 45
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Asna... 48
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Nurul Asna... 49
3. Profil Pondok Pesantren Nurul Asna... 50
4. Keadaan Ustadz Ustadzah dan Santri... 50
6. Program Pengajaran Pondok Pesantren Nurul Asna... 53
7. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Nurul Asna... 56
B. Penerapan Shalat Tahajud dan Peranannya dalam Kesehatan Mental
Santri Putri Pondok Pesantren Nurul Asna
1. Makna Shalat Tahajud Menurut Para Santri Putri Pondok Pesantren
Nurul Asna... 57
2. Pelaksanaan Shalat Tahajud Santri Putri di Pondok Pesantren Nurul
Asna... 58
3. Pengetahuan Santri Putri Mengenai Penjelasan dari Kesehatan Mental
yang Mereka Ketahui ... 58
4. Peranan Shalat Tahajud dalam Kesehatan Mental Santri Putri Pondok
Pesantren Nurul Asna Salatiga ... 59
C. Faktor-faktor yang Mendukung Santri Putri Melaksanakan Shalat
Tahajud dan Terbentuknya Kesehatan Mental di Pondok Pesantren
Nurul Asna
1. Faktor Pendukung Santri Putri Melaksanakan Shalat Tahajud
di Pondok Pesantren Nurul Asna ... 60
2. Faktor Pendukung Terbentuknya Kesehatan Mental di Pondok
BAB IV ANALISIS DATA
A. Peranan Shalat Tahajud dalam Kesehatan Mental Santri Putri
Pondok Pesantren Nurul Asna Salatiga ... . 63
B. Faktor-faktor Pendukung Aktivitas Shalat Tahajud yang Berperan
dalam Kesehatan Mental di Pondok Pesantren Nurul Asna... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.4 Keadaan Ustadz dan Ustadzah ... 50
Tabel 3.4 Keadaan Santri Putra ... 51
Tabel 3.4 Kegiatan Santri Putri ... 52
Tabel 3.6 Kegiatan Santri Harian ... 54
Tabel 3.6 Kegiatan Santri Mingguan ... 54
Tabel 3.6 Kegiatan Santri Bulanan ... 55
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kesehatan mental adalah sehat kondisi atau keadaan terhindarnya
seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, seperti terhindarnya dari
rasa cemas, gelisah, malas, menggambarkan tingkah laku yang sehat. Dapat
memanfaatkan bakat dan potensi semaksimal mungkin serta mencapai ketenangan
jiwa dalam hidup (Daradjat, 1985:11-12).
Seseorang tidak akan bahagia apabila mentalnya terganggu dengan
banyaknya masalah yang datang silih berganti. Kesehatan umumnya dimengerti
sebagai hal yang bersifat fisik dan kurang memperhatikan hal-hal yang bersifat
mental karena hal-hal fisik lebih mudah diamati karena tampak dalam realita
kehidupan sehingga lebih mudah disadari oleh individu dibanding hal yang
bersifat psikis.
Banyaknya persoalan kehidupan menyebabkan manusia merasa bimbang,
resah dan gelisah. Apabila berhadapan dengan persoalan yang harus dihadapi
mental seseorang harus dalam keadaan tenang, sehat dan kuat mentalnya.
Terkadang seseorang yang sehat belum tentu sehat mentalnya, karena orang yang
sehingga dapat menghindarkan tekanan perasaan atau hal-hal yang membuat stres
dan frustrasi. Kehidupan di dunia memang penuh dengan cobaan dan ujian itulah
kedewasaan dan kesabaran akan diuji oleh Allah, tetapi sebagai umat yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah tidak boleh mengeluh akan keadaan tersebut.
Bahagia atau tidak dalam diri ini sebenarnya berasal dari diri sendiri. Tidak
bahagianya seseorang karena belum bisa mengambil pelajaran dari suatu kejadian,
belum bisa menerima pahitnya kenyataan yang akibatnya mental sakit dan merasa
menderita meskipun masalah atau kejadiannya sudah berlalu. Banyak pengaruh
yang menimbulkan kesehatan mental terganggu dari pengaruh lingkungan,
pendidikan, keluarga bahkan dari masalah yang dihadapinya. Upaya untuk
menjaga kesehatan mental dapat dilakukan antara lain memenuhi kebutuhan
spiritual atau kerohanian (kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa). Mental
yang melahirkan kebahagiaan berawal dari menyerahkan diri dengan bersujud
terhadap Sang Maha Kuasa, menerima semua kenyataan dan apa yang telah
diberikan-Nya, serta yakin dan berusaha untuk terus memperbaiki diri.
Mengetahui seseorang sehat atau terganggu mentalnya tidak mudah diukur dan
diperiksa dengan alat-alat seperti halnya kesehatan badan.
Perasaan tidak menentu yang disertai ketakutan, cenderung membuat kita
berfikir dan berbuat hal yang menjauhkan kita dari perbuatan positif. Shalat adalah
salah satu cara yang dapat melawan rasa gelisah, takut, sedih dan lain sebagainya.
yang dialami pada kesehatan mental. Hal itu dengan menyerahkan segala
persoalan kepada Allah SWT dan melaksanakan shalat wajib maupun sunah yang
dapat mendatangkan ketenangan hati, jiwa dan pikiran dalam menghadapi segala
sesuatu. Menanamkan sebuah keyakinan bahwa Allah Yang Maha Segalanya,
seseorang bisa memahami dan membaca sesuatu hal dari persoalan yang
dihadapinya. Shalat menjadi sumber kedamaian hati setiap insan, menjadi perekat
agar selalu hidup dalam kedamaian. Shalat merupakan sarana penting untuk
mensucikan jiwa, menyelamatkan diri dan menciptakan rasa khusuk. Dalam
kondisi apapun dengan shalat akan membuat manusia tidak lupa diri,
menumbuhkan kepercayaan diri, memberikan harapan yang terus ada dan
mengikat tali hubungan langsung dengan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah
dalam surat Al Baqarah ayat 45-46 yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan
Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya” (Qs. Al Baqarah: 45-46).
Dengan demikian, untuk merasakan lebih dekat kepada Allah dan sebagai
malam sebagai sarana untuk bermesraan dengan-Nya. Sesuai dengan firman Allah
dalam surat Al Isra‟ ayat 79 yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji” (Qs. Al
Isra’: 79).
Dalam ayat di atas Allah menegaskan bahwa shalat tahajud sebagai sebuah
ibadah tambahan dengan janji akan mengangkat derajat si pengamal salat tahajud
ke derajat yang terpuji. Shalat tahajud memiliki manfaat praktis, baik dari sudut
pandang religius maupun kesehatan.
Fakta dalam sebuah penelitian dari sabda Rasulullah dapat dihubungkan
dengan alur logika dan pembuktian sains. Penelitian yang membuktikan bahwa
ketenangan dapat meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko
terkena penyakit jantung. Dengan demikian, secara teoritis para pengamal salat
tahajud pasti terjamin kesehatanya, baik secara fisik maupun mental (Sholeh,
2006:2).
Berikut adalah hakikat, manfaat, tujuan, atau makna anjuran Allah Swt
kepada kita agar mengerjakan shalat tahajud pada malam hari yang pertama shalat
sunnah (Tahajud) merupakan pelengkap bagi shalat fardhu. Kedua shalat sunnah
(Tahajud) merupakan cara, sarana, metode, atau jalan untuk memohon kepada
dimaksudkan untuk memuji kebesaran Allah Swt. keempat shalat sunnah
(Tahajud) merupakan shalat tambahan yang berfungsi meningkatkan pendekatan
dan kedekatan kita kepada Allah Swt (Muhyidin, 2007:52).
Selain itu, shalat tahajud dapat membuka pintu rezeki bagi kaum muslim
yang bertahajud. Berbagai macam pertolongan Allah yang telah ditetapkan kepada
hambanya yang senantiasa memelihara shalat tahajud dalam bentuk rezeki dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu rezeki materi (seperti uang, jabatan, kesehatan
jasmani, dan lain sebagainya), rezeki spiritual (seperti ketenangan jiwa, kesabaran,
iman, ketakwaan, dan lain-lain), dan rezeki emosional (seperti kebahagiaan,
kecerdasan, kesehatan ruhani dan lain-lain) dan Allah akan mengangkat mereka
ketempat yang terpuji (Firdaus, 2013:165-165). Begitu pentingnya shalat malam
bagi kehidupan, walaupun manusia terkadang mempunyai sifat arogan yang
menyatakan bahwa dirinya dapat menjalani kehidupan di dunia ini dengan mudah
dan tanpa harus menjalankan shalat malam, tetapi apabila Allah belum
menghendaki kehidupan yang seperti itu maka kehidupan yang di pandang mudah
tidak akan terwujud.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat sekaligus bagian komunitas di dunia
yang menjunjung nilai-nilai moral keagamaan. Pondok pesantren Nurul Asna
berdiri pada tanggal 22 januari 1997 M dengan pendiri simbah KH. Asnawi dan
menghidupkan dan melanggengkan agama islam, kegiatan dalam pondok ini
dibentuk dalam harian, mingguan, bulanan dan tahunan bahkan ada extra
kurikuler.
Selain itu pondok pesantren ini memberikan penanaman dalam diri mereka
untuk memperkuat kualitas iman dan takwa dalam kehidupan di sekolah, keluarga
dan masyarakat luas melalui berbagai macam program diantaranya pendidikan
pondok yaitu kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan ba‟da maghrib, ba‟da
„isyak dan ba‟da subuh. Kegiatan lainnya seperti pengajian, piket sesuai jadwal,
sorogan, pengajian kitab-kitab, tahlilan, kerja bakti, mempelajari kitab kuning,
shalawat nabi. Selain melaksanakan ibadah shalat wajib sebagian santri putri ada
yang rutin melaksanakan shalat tahajud karena sudah diajarkan dari keluarga dan
menjadi terbiasa saat santri puntri berada di Pondok Pesantren. Para santri
menganggap shalat tahajud merupakan doa yang dikhususkan untuk meminta
sesuatu yang dibutuhkan dan juga sarana membangun komunikasi dengan Allah
SWT.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti memberanikan diri untuk
melakukan penelitian dengan mengambil judul, “PERANAN SHALAT
TAHAJUD DALAM KESEHATAN MENTAL SANTRI PUTRI DI PONDOK
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian diatas maka yang menjadi rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan shalat tahajud dalam kesehatan mental santri putri di
Pondok Pesantren Nurul Asna Salatiga?
2. Faktor-faktor apakah yang mendukung aktivitas shalat tahajud yang berperan
dalam kesehatan mental?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat di tentukan tujuan
penelitian yang ingin dicapai, antara lain:
1. Untuk mengetahui peranan shalat tahajud dalam kesehatan mental santri putri
di pondok pesantren Nurul Asna.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung aktivitas sholat tahajud yang
berperan dalam kesehatan mental.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau pengaruh terhadap
peneliti dan yang hendak diteliti:
1. Kegunaan Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat ilmu dan pengetahuan
secara teoritik sekurang-kurangnya dapat menambah khasanah keilmuan dalam
2. Kegunaan Praktik
Bagi pihak santri putri Nurul Asna Salatiga hasil penelitian dapat
memberikan gambaran keberhasilan beserta perbaikan dalam peranan
intensitas sholat tahajud dalam kesehatan mental santri putri di pondok
pesantren Nurul Asna Salatiga.
E.Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap penafsiran judul, maka
penulis perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah pokok dalam
penelitian ini.
1. Peranan Sholat Tahajud a. Peranan
Pengertian peranan adalah bagian yang dimainkan seseorang atau
tindakan yang dilakukan oleh seseorang pada suatu peristiwa (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2007:854 ).
b. Sholat Tahajud
Secara bahasa, shalat Tahajud adalah bentuk mashdar dari tahajjada
yatahajjadu, yang berarti “tidak tidur”. Kata ini diambil dari akar kata
hajada yahjudu, yang artinya “tidur”. Tambahan dua huruf, yaitu ta dan jim
(tahajjada) berfungsi menafikan sesuatu, dari yang semula bermakna tidur
menjadi tidak tidur. Sedangkan menurut terminologi al-Qur‟an, Tahajud
tengah atau akhir malam. Hukum shalat tahajud adalah sunnah mu‟akkad,
yaitu sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Oleh karena itu
Nabi Muhammad Saw sangat menganjurkan kepada umatnya untuk
senantiasa mengerjakan shalat tahajud (Hamidin, 2013:145).
2. Kesehatan Mental a. Kesehatan mental
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan masyarakat di mana ia hidup.
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri orang harus menerima
dirinya sebagaimana adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Menurut definisi ini, orang yang bermental sehat adalah orang yang dapat
menguasai segala faktor dalam hidupnya sehingga ia dapat mengatasi
kekalutan mental sebagai akibat dari tekanan-tekanan perasaan dan hal-hal
yang menimbulkan frustasi.
Kesehatan mental dapat diartikan suatu pengetahuan dan perbuatan
yang bertujuan untuk mengembanagkan dan memanfaatkan segala
kapasitas, kreativitas, energi dan dorongan yang ada semaksimal mungkin
sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta terhindar
dari gangguan atau penyakit mental (Semiun, 2006:50).
Kesehatan mental yang baik memiliki indiktator yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Perasaan senang yang ada di dalam diri sendiri
Perasaan senang yang ada di dalam diri, diantaranya: perasaan
senang dapat terwujud pada sikap mental yang dimiliki oleh seseorang.
Seseorang dapat mengontrol rasa yang timbul dari dalam dirinya, seperti
rasa takut, emosi, sedih bahkan depresi. Merasa senang dan bahagia
membutuhkan latihan dan disiplin dengan cara pandai bersyukur, ikhlas
dan selalu merasa cukup. Perasaan senang terletak di dalam diri sendiri
untuk mengetahui dimana sumber kesenangan itu kita dapat melihat
dengan bantuan introspeksi yang dapat menggambarkan tentang
kehidupan dan kebahagiaan.
2) Adanya rasa nyaman terhadap kehadiran seseorang
Setiap manusia memiliki cinta dan kasih yang bisa dibagi kepada
orang lain. Rasa nyaman adalah rasa dimana seseorang merasakan
kebebasan dan tidak memiliki beban terhadap orang lain, rasa nyaman
lebih fokus terhadap dirinya disitu akan ada keterbukaan yang selama
ini menjadi beban akan tercurahkan baik dari sikap maupun perilakunya.
Kesehatan mental ini menunjukkan bahwa seseorang yang sehat
menjadikannya sebagai suatu yang membuat keadaan lebih baik (Editor,
2014:1-2).
3) Pengendalian pikiran dan tingkah laku
Hal yang penting bagi kesehatan mental adalah integrasi pikiran
dan tingkah laku, suatu kualitas yang biasanya diidentifikasikan sebagai
integrasi pribadi. Melaui otak manusia dapat dikontrol, diubah dan
dikendalikan cara berpikirnya, untuk dapat mengendalikan pikiran kita
harus menyadari bahwa kita dan pikiran kita adalah dua hal yang
berbeda. Dengan kata lain, kita menggunakan pikiran namun pikiran
bukanlah diri kita. Diri kita adalah sebuah kesadaran yang menggunakan
pikiran sebagai alat untuk menghasilkan buah pikir, kesadaran
merupakan langkah awal untuk mengendalikan pikiran.
Tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia
adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya.
4) Perasaan dan emosi yang positif dan sehat
Integrasi yang dibutuhkan bagi kesehatan mental dapat ditunjang
oleh perasaan positif dan demikian juga sebaliknya
perasaan-perasaan negatif dapat mengganggu atau bahkan merusak kestabilan
emosi. Perasaan dan emosi yang tidak aman adalah reaksi terhadap
marah kepada seseorang, iri hati ataupun takut terhadap sesuatu itu akan
menyebabkan mental tidak sehat.
Seseorang yang dapat menjaga perasaan dan emosinya secara
sehat tidaklah mudah semua tergantung pada karakter masing-masing
pribadi, maka diperlukan metode tersendiri sehingga dapat membentuk
perasaan dan emosi yang positif dari situ akan tumbuh kesehatan mental
yang baik.
5) Ketenangan dan kedamaian pikiran
Banyak kriteria penyesuaian diri dan kesehatan mental
berorientasi kepada ketenangan pikiran atau mental, yang sering
disinggung dalam pembicaraan mengenai kesehatan mental. Adapun
cara yang dapat dilakukan agar ketenangan dan kedamaian pikiran
didalam diri kita yaitu jangan tergantung kepada orang lain, jangan
berburuk sangka, jangan selalu mengingat penyesalan di masa lalu,
membuang rasa dendam, kemarahan, iri hati dan kekhawatiran yang
berlebihan (Semiun, 2006:52-53).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian langsung karena peneliti pergi ke
lokasi tersebut, memahami dan mempelajari konteks lingkungan pada saat
fenomena yang ada di lapangan dan memusatkan pada suatu kasus secara
terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan.
Selanjutnya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena
sifatnya deskriptif analitik yang mana data yang diperoleh seperti hasil
pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, cuplikan tertulis dari
dokumen, catatan lapangan, tidak dituangkan dalam bentuk dan bilangan
statistik (Sudjana, 1989:197).
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian, artinya
peneliti terjun langsung ke lapangan untuk proses penelitian dan pengumpulan
data, adapun karakteristik dalam penelitian ini adalah peneliti menggunakan
sistem wawancara tidak berstruktur. Dengan pemahaman tentang kesehatan
mental yang dimiliki oleh peneliti, sehingga memungkinkan untuk
mengembangkan pertanyaan untuk wawancara secara mendalam.
Peneliti mengadakan komunikasi dengan objek dengan menggunakan
bahasa pertemanan agar lebih akrab dan mudah dipahami, sehingga terjalin
suasana yang baik antara peneliti dan responden. Peneliti mengumpulkan dan
mencatat data secara terperinci berkaitan dengan hal-hal yang bertalian dengan
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan kepada santri putri pondok pesantren Nurul
Asna yang letaknya ada dipulutan kota Salatiga.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber secara
langsung, adapun data primer dalam penelitian ini adalah data wawancara dan
pengamatan terhadap santri putri pondok pesantren Nurul Asna Salatiga,
tentang peranan shalat tahajud terhadap kesehatan mental. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang telah tersedia, berupa data-data kepustakaan,
profil dan dokumen para santri.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh langsung dari lapangan
yang dapat memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi permasalahan,
dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian. Data primer dapat diperoleh
melalui:
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap
(1986) menyatakan dalam bukunya Dr. Sugiyono bahwa observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan, metode ini peneliti gunakan untuk
memberikan gambaran yang jelas tentang objek penelitian serta kegiatan
langsung.
b. Wawancara
Esterberg (2002) menyatakan bahwa “wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk betukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”
(Sugiyono, 2006:260). Wawancara yang digunakan dalam penelitian adalah
wawancara tak berstruktur atau terbuka, yaitu wawancara yang bebas di
mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono,
2006:263).
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan materi tertulis yang didasarkan pada catatan
dan dokumen-dokumen yang digunakan untuk elengkapi subuah data yang
diperlukan dalam penelitian. Dokumen-dokumen tersebut bisa berupa foto
Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet,
catatan sipil, artikel, majalah atau koran, serta hasil penelitian lainnya.
6. Analisis Data
Data dalam penelitian kualitatif sangat beragam bentuknya, diantaranya
ada catatan wawancara, rekaman suara, gambar, foto, peta, dokumen, bahkan
rekaman pada shoting lapangan.
Menurut Bogdan dalam buku yang ditulis Sugiyono (2006:274)
menyaktakan bahwa, “Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain”. Analisis ini sendiri akan dilakukan melaluai
beberapa tahap, yaitu:
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, oleh
karena itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencarinya
b. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
dan sejenisnya, tapi yang paling sering digunakan adalah teks yang bersifat
naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
dipahami (Sugiyono, 2006:280). Pada langkah ini peneliti berusaha
menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat
disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan
dengan cara menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk
memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti
untuk mencapi tujuan penelitian.
c. Kesimpulan dan Verifikasi
Data yang sudah dipolakan, difokuskan, dan disusun secara
sistematis melalui reduksi dan penyajian data yang kemudian disimpulkan
sehingga makna data dapat ditemukan. Untuk memperoleh kesimpulan yang
lebih mendalam, maka diperlukannya data baru sebagai penguji terhadap
kesimpulan awal. Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data diambil
dari hasil reduksi dan panyajian data merupakan kesimpulan sementara.
Kesimpulan sementara ini masih dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti
kuat lain pada saat proses verifikasi data di lapangan. Jadi proses verifikasi
mengumpulkan data kembali yang dimungkinkan akan memperoleh
bukti-bukti kuat lain yang dapat merubah hasil kesimpulan sementara yang
diambil. Jika data yang diperoleh memiliki keajegan (sama dengan data yang
telah diperoleh) maka dapat diambil kesimpulan yang baku dan selanjutnya
dimuat dalam laporan hasil penelitian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Ada empat kriteria yang digunakan yaitu: kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), kepastian
(confirmability) (moleong, 2008:324).
Akan tetapi dalam penelitian ini, peneliti memakai tiga macam antara
lain sebagai berikut:
a. Kepercayaan (creadibility)
Kriteria creadibilitas ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data
secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Adapun
teknik dalam penentuan kepercayaan ini adalah memperpanjang masa
observasi, menggunakan bahan referensi, membicarakan dengan orang lain
serta mengadakan member check (proses pengecekan data yang dilakukan
oleh peneliti kepada informan/ subjek).
b. Ketergantungan (depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis melakukan kriteria ini dalam
pengecekan data dengan cara sesering mungkin melakukan bimbingan
dengan dosen pembimbing dan santri putri yang melaksanakan sholat
tahajud, diharapkandengan cara ini, penulis dapat mengetahui
kesalahan-kesalahan serta dapat memperbaikinya.
c. Kepastian (konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan
dengan cara mengecek data dan informasi serta interprestasi hasil penelitian
yang didukung oleh data yang ada pada audit. Dengan cara peneliti
wawancara langsung kepada informan (santri putri yang melaksanakan
shalat tahajud) sehingga peneliti mendapatkan data yang pasti dan akurat.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Kegiatan administratif, yang meliputi pengajuan izin operasional untuk
penelitian dari ketua IAIN Salatiga selaku penanggung jawab, kemudian
menyusun pertanyaan untuk wawancara, serta melakukan administratif
lainnya.
b. Kegiatan lapangan yang meliputi:
1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, yaitu pada
santri yang ada di pondok pesantren Nurul Asna.
2) Menemui para pengurus dan santri putri pondok pesantren Nurul Asna
3) Melakukan wawancara kepada para informan sebagai langkah untuk
pengumpulan data, kemudian observasi langsung ke lapangan secara
mendalam berkaitan dengan yang diteliti.
4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan untuk
memudahkan dalam melakukan pemaknaan.
5) Mereduksi data dengan cara membuang data-data yang lemah atau
menyimpang.
6) Melakukan ferivikasi data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan
sebagai deskriptif temuan penelitian.
7) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.
G.Sistematika Penulisan
Dalam memahami skripsi ini, maka perlu diketahui urutan-urutan dalam
penulisannya, diantaranya:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,
metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian,
kehadiran peneliatian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data,
tahap-tahap penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Berisi tentang kajian teori yang meliputi: pengertian shalat tahajud,
manfaat shalat tahajud, pengertian kesehatan mental, ciri-ciri dan tanda
kesehatan mental, faktor-faktor yang berperan dalam kesehatan
mental, hubungan shalat tahajud dengan kesehatan mental.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Berisi paparan data dan temuan penelitian yang menjelaskan tentang:
gambaran umum lokasi penelitian, gambaran informan terdiri dari:
sejarah singkat, kepengurusan, program pengajaran, dan deskripsi hasil
temuan penelitian.
BAB IV ANALISIS DATA
Pembahasan memuat tentang shalat tahajud di pondok pesantren Nurul
Asna, penerapan shalat tahajud dan peranannya dalam kesehatan
mental santri putri Nurul Asna, faktor-faktor pendukung pelaksanakan
shalat tahajud dan pendukung terbentuknya kesehatan mental santri
putri di pondok pesantren Nurul Asna Salatiga.
BAB V PENUTUP
Penutup memuat tentang: kesimpulan dan saran.
Bagian Akhir
Pada bagian akhir, akan dilampirkan daftar pustaka, daftar
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Shalat Tahajud
1. Pengertian Shalat Tahajud
Tahajud artinya bangun dari tidur. Shalat tahajud adalah shalat yang
dilakukan orang di malam hari dan dilaksanakan setelah tidur lebih dahulu
walaupun tidurnya hanya sebentar. Syafi‟i berkata: “Shalat malam dan shalat
witir baik sebelum maupun sesudah tidur di namai tahajud. Orang yang
melaksanakan shalat tahajud disebut muttahajid (Sholeh, 2007:109). Hukum
shalat tahajud adalah sunnah muakkadah, artinya sangat dianjurkan dan
ditekankan untuk dilaksanakan. Dahulu Allah pernah mewajibkan shalat
tahajud. Namun, ketika kewajiban tahajud ini dirasa memberatkan umat islam,
maka setahun kemudian Allah menghapus kewajiban itu dan menggantinya
dengan kewajiban shalat fardhu lima waktu yang merupakan buah dari
perjalanan Isra‟ dan Mi‟raj Nabi Muhammad saw. Dengan demikian shalat
tahajud menjadi sunnah, bukan wajib (Iskandar, 2010:29).
2. Waktu Pelaksanaan dan Bilangan Rakaat Shalat Tahajud
Waktu shalat tahajud adalah sepanjang malam, yaitu selepas isya‟
sampai menjelang subuh. Malam di hitung mulai isya‟ sampai subuh, kira-kira
Pembagian malam ini dimaksudkan untuk mengetahui waktu afdhal (utama)
dalam melaksanakan shalat tahajud.
a. Waktu utama (1/3 malam pertama)
Waktu sepertiga malam pertama adalah waktu utama untuk
melaksanakan shalat tahajud. Jika diukur dengan jam, kira-kira waktu ini
dimulai dari pukul 19.00 WIB atau selepas isya‟, sampai dengan pukul
22.00 WIB.
b. Waktu lebih utama (1/3 malam yang tengah)
Sepertiga malam yang tengah adalah waktu yang lebih utama untuk
melaksanakan shalat tahajud dibandingkan sepertiga malam pertama.
Kira-kira berawal dari pukul 22.00 sampai dengan pukul 01.00 WIB.
c. Waktu paling utama (1/3 malam yang akhir)
Sepertiga malam yang akhir merupakan waktu yang paling utama
untuk melaksanakan shalat tahajud, kira-kira pukul 01.00 samapai dengan
pukul 04.00 WIB atau menjelang waktu subuh (Iskandar, 2010:30-31).
3. Keutamaan Shalat Tahajud
Jika melaksanakan shalat tahajud secara rutin, kita akan mendapat
banyak sekali keutamaan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa mengerjakan
shalat tahajud dengan sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka
Allah akan memberikan sembilan macam kemuliaan: lima macam di dunia
Keutamaan yang bisa di dapatkan di dunia yaitu:
a. Allah akan menjauhkan kita dari segala macam bencana.
b. Wajah kita akan tampak bersinar.
c. Memperoleh kedekatan dengan Allah, karena pada hakikatnya semua
makhluk khususnya manusia ingin selalu dekat dengan Allah SWT.
d. Mencegah dari melakukan perbuatan dosa, karena melaksanakan shalat
tahajud menjadi suatu pelindung (menahan) untuk menuruti segala hawa
nafsu setan.
e. Mencegah iri hati, seseorang yang iri hati akan merasakan kegundahan,
perasaan hati yang tidak tenang karena dipenuhi rasa iri kepada orang lain.
Iri hati seringkali muncul karena teman atau saudara yang mempunyai
kelebihan baik materi, fisik, dan kemampuannya.
Selain keutamaan di dunia, Allah juga akan memberikan keutamaan di
akhirat. Empat keutamaan nya yaitu:
a. Wajah kita berseri ketika bangkit dari kubur di hari pembalasan nanti.
b. Kita akan mendapat keringanan ketika dihisab.
c. Ketika menyeberangi jembatan (shirat), kita bisa melakukannya dengan
sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
d. Kita akan menerima catatan amal dengan tangan kanan, yang berarti
Banyak ayat Al-Qur‟an dan hadis yang menjelaskan tentang
keutamaan waktu mahal. Manusia yang saleh sangat menginginkan agar
mereka bisa meraih keutamaan yang agung, pada waktu-waktu tersebut
merekapun bertobat, beribadah, memuji Allah, berdzikir, dan sujud
kepadanya. Di antara ayat-ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan keutamaan shalat
malam adalah sebagai berikut :
bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
(QS. Al-Muzzammil [73]: 20)
Selain dari ayat tersebut shalat tahajud memiliki keutamaan yang
besar. Keutamaan-keutamaan itu di antaranya:
a. Diangkat derajadnya oleh Allah
b. Sebaik-baik shalat setelah shalat fardu
c. Menjadikan sebab masuk surga
d. Menghapus kesalahan dan mencegah terjadinya dosa
4. Manfaat Shalat Tahajud
Kita sebagai umat islam, shalat sudah bukan sesuatu yang asing lagi
karena ibadah shalat adalah kewajiban. Shalat ternyata tidak hanya menjadi
amalan utama untuk akhirat, tetapi secara duniawi, shalat juga bermanfaat
bagi yang melakukannya. Di antaranya, gerakan-gerakan dalam shalat
berdampak positif bagi anatomi tubuh manusia yang mampu berdampak pada
keseimbangan kesehatan manusia (Muallifah, 2010:19).
Banyak manfaat yang diperoleh dari shalat tahajud bagi orang yang
terbiasa melaksanakannya. Manfaat ini hanya dapat dirasakan secara langsung
oleh mereka yang melaksanakannya. Diantaranya:
Shalat tahajud bukan hanya mampu menghapus dosa-dosa kita dan
mendekatkan diri kepada Allah, melainkan mampu menghilangkan
penyakit dari tubuh kita. Menurut prof. Sholeh shalat dan ibadah yang
dilaksanakan di tengah malam yang sunyi memang mampu mendatangkan
ketenangan. Sementara dalam dunia medis, ketenangan itu mampu
meningkatkan ketahanan tubuh imunologis, mengurangi risiko terkena
penyakit jantung, dan jauh dari kondisi stres (Muallifah, 2010:81).
b. Membeningkan dan mencerahkan jiwa
Kita sering sekali mendengar lagu Opick yang berjudul “Tombo Ati”,
sebenarnya lagu itu bukanlah sebuah syair baru, melainkan syair lama yang
pernah ditulis oleh para ulama zaman terdahulu, yakni obat hati ada lima
hal: membaca Al-Qur‟an dengan memahami maknanya, kondisi perut yang
lapar, qiyamul lail (shalat tahajud, berdzikir, dan lain-lain), berkumpul
dengan orang-orang saleh, tunduk dan merendahkan diri kepada Allah Swt.
Dari syair telah disebutkan bahwa salah satu hal yang dapat
mengobatihati dan menjadikan jiwa lebih bersih dan bening adalah dengan
melakukan bangun pada malam hari untuk melaksanakan shalat tahajud
dan membaca dzikir kepada Allah Swt. Shalat tahajud mengandung banyak
dzikir dan melafalkan dzikir-dzikir, maka yang ada dalam pikiran dan
hatinya hanya terpusat kepada Allah bukan persoalan atau hal-hal lain
Jadi, manusia bisa meninggalkan pikiran-pikiran lain yang mampu
meresahkan pikirannya sehingga dzikir-dzikir yang dilafalkan mampu
mencerahkan jiwanya jika dilakukan secara sungguh-sungguh dan
istiqamah (Muallifah, 2010:77-78).
c. Melatih kesabaran dan bersikap konsisiten
Banyak sekali penjelasan yang mengatakan bahwa shalat itu dekat
sekali dengan sifat kesabaran. Salah satu dalil yang dapat memperkuat
pernyataan tersebut adalah dalam ayat Al-Qur‟an telah disebutkan:
Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' (QS. Al Baqarah:45).Mayoritas ulama berpendapat bahwa sabar adalah salah satu sarana
efektif dalam melakukan shalat secara ikhlas. Kita lihat secara historis, pada
zaman Rasulullah saw, ketika beliau mengalami berbagai kesulitan dalam
berdakwah, beliau selalu menghadapinya dengan sabar dan selalu berdoa
dalam setiap shalatnya. Shalat tahajud yang dilaksanakan malam hari pada
saat orang-orang istirahat. Seseorang yang melaksanakan shalat tahajud
bersedia bangun dari istirahatnya yang nyenyak di tengah malam. Dia harus
segera melepaskan rasa kantuk dan lelahnya dengan mengambil air wudhu
Hal yang paling penting dalam kehidupan adalah kita harus bersabar
dalam menghadapi berbagai ujian, cobaan, dan tantangan hidup. Sebab, semua
itu hanya bisa dilalui dengan tenang, sabar, yakin bahwa Allah membantu
kita, dan tawakal untur mencari solusinya.
Jika kita melaksanakan shalat tahajud secara rutin, maka secara
otomatis dalam kepribadian kita juga akan terbentuk sikap konsisten.
Disebabkan ketika kita terbiasa setiap hari bangun malam untuk
melaksanakan shalat malam, maka perilaku, sikap, dan segala tindakan kita
akan terbiasa konsisten dengan segala ucapan kita. Shalat tahajud secara
medis menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok para pengamal salat
tahajud yang memiliki dampak kesehatan yang berbeda setelah melakukan
shalat tahajud, masing-masing: kelompok individu yang sehat dan kelompok
yang sakit. Fakta ini menunjukkan bahwa ada misteri yang perlu dikupas
tentang hubungan yang mengikat antara pelaksanaan shalat tahajud dan
mekanisme proses peningkatan respons ketahanan tubuh imunologik (Sholeh,
2006:3).
5. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Shalat Tahajud
a. Faktor-faktor pendukung untuk dapat melaksanakan shalat tahajud
1) Hati yang bersih dari penyakit, maksudnya adalah hati yang selamat dari
sifat dengki kepada sesama muslim, jauh dari perbuatan bid‟ah dan tidak
rakus.
2) Rasa takut kepada Allah, perasaan takut yang menyelimuti hati
mendorong seseorang untuk mengerjakan shalat malam (tahajud).
3) Mengetahui nilai dan hikmah shalat malam (tahajud) yang akan
menjumpai besarnya pahal yang akan didapatkan, mendapatkan manfaat
yang besar bagi diri dan hatinya (Bidayah, 2014:1-2).
4) Tidur pada sisi kanan, Nabi Muhammad telah memberikan ajaran
kepada umatnya agar tidur pada sisi kanan. Berbaring pada sisi kanan
rahasianya yaitu bahwa hati (jantung) berada disisi kiri apabila tidur
berada disisi kiri maka hatinya akan gelisah, tidurnya akan terasa berat.
Jika tidur pada sisi kanan maka tidurnya terasa tenang dan nyenyak.
5) Menjauhi banyak makan dan minum, karena mengkonsumsi banyak
makan dan minum merupakan kendala terbesar yang memalingkan
seseorang dari shalat tahajud.
6) Berusaha keras pada diri untuk menunaikan shalat tahajud, faktor ini
pembantu terbesar untuk dapat melaksanakan shalat tahajud karena jiwa
manusia tabiatnya adalah mengarah dan condong kepada keburukan dan
Allah menyuruh kita bangun di tengah malam untuk melaksanakan
shalat tahajud. Rahasia di balik perintah Allah tersebut yaitu orang yang
bertahajud di tengah malam akan diangkat Allah ke tempat yang terpuji.
Selain keterangan diatas faktor pendukung aktivitas shalat tahajud juga dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Dr. Abdul Hamid Diyab dan Dr. Ah Qurquz mengatakan, shalat malam
dapat meningkatkan daya tahan (imunitas) tubuh terhadap berbagai
penyakit yang menyerang jantung, otak dan organ-organ tubuh yang lain.
Karena orang yang bangun tidur malam hari, berarti menghentikan
kebiasaan tidur dan ketenangan terlalu lama yang merupakan salah satu
faktor pencetus terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Aktifitas shalat
malam untuk menghadap Allah Sang Pencipta, akan menenangkan hati dari
segala kegundahan dan kegelisahan hidup yang dialami.
2. Bangun malam dapat menjadikan tubuh bugar dan bersemangat, serta
terhindar dari penyakit punggung pada usia tua. Dalam salah satu
penelitian medis terbukti bahwa orang-orang yang terbiasa shalat malam
relatif lebih aman dari serangan penyakit pada tulang punggung dari pada
orang-orang yang tidak shalat malam.
3. Shalat tahajud memiliki kandungan aspek meditasi dan relaksasi yang
cukup besar, dan memiliki pengaruh terhadap mental yang dapat digunakan
dijelaskan Dr.M.Soleh bahwa stres punya pengaruh yang besar terhadap
ketahanan tubuh seseorang. Dan stres, baik fisik maupun psikis
menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan tubuh (hormon) cukup banyak
dan penguapan dari tubuh yang lebih cepat.
4. Dalam bidang bio-teknologi, shalat tahajud dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan respon ketahanan tubuh dan menghilangkan rasa nyeri
pasien yang terkena penyakit kanker. Dalam bidang ini pula shalat tahajud
dapat meningkatkan respons emosional positif yang efektif dalam
menegakkan anastesis pra bedah.
5. Shalat tahajud yang dikerjakan dengan penuh kesungguhan, khusuk, tepat,
ikhlas dan kontinyu diyakini dapat menumbuhkan persepsi dan motivasi
positif. Dan respons emosi positif (positive thinking) dapat menghindarkan
reaksi stres.
Aktivitas shalat tahajud di pondok pesantren Nurul Asna Salatiga
terbilang sangat individu, para santri putri melaksanakan shalat tahajud
dengan kemaun dan kepentingan dari diri sendiri. Pondok pesantren ini tidak
diwajibkan santri boleh melaksanakan atau tidak, sesama santri saling
mengingatkan dan mengajak untuk melaksanakan shalat tahajud. Selain
melaksanakan shalat tahajud para santri putri juga mempelajari makna dan
mendirikan shalat tahajud senantiasa menyujudkan wajahnya di tengah malam
dengan penuh ketundukan, penuh harap dan takut.
Dalam kehidupan manusia di dunia, ditemukan berbagai macam
masalah atau keadaan yang kurang menyenangkan. Ada para santri putri yang
patah semangat, merasa menyerah pada keadaan, kehilangan semangat untuk
mengatasi permasalahan. Bagi orang yang beriman dan taat kepada Allah para
santri yang paham akan kebesaran Allah mereka akan selalu mendekatkan diri
kepada-Nya salah satunya adalah dengan shalat tahajud. Shalat tahajud
merupakan faktor penting dalam membangkitkan semangat hidup, orang yang
dapat menghayati makna shalat pasti akan berpandangan bahwa segala
permasalahan yang dialami sudah diatur oleh Allah. Tertanam rasa optimis
dalam menghadapi kehidupan dan bisa menatap masa depan penuh keyakinan.
Faktor utama yang bisa memotivasi seseorang untuk shalat tahajud
adalah rasa cinta kepada Allah dan keyakinan kuat bahwa dirinya sedang
munajat kepada Allah. Munajat seperti ini bisa membuatnya kuat sehingga
mampu melakukan shalat tahajud cukup lama. Orang yang bertahajud akan
merasakan kenikmatan melebihi kenikmatan orang yang bersenang-senang.
Pada saat shalat tahajud orang-orang banyak sekali mengalami
sentuhan-sentuhan agung dan getaran-getaran halus dalam lubuk hati mereka yang
bersumber dari-Nya. Yakni kenyamanan dengan Allah serta kenikmatan
b. Faktor penghambat shalat tahajud
Semua orang muslim mempunyai kewajiban melaksanakan shalat
lima waktu, akan tetapi tidak semua orang mampu melaksanakan shalat
malam (tahajud). Disisi faktor pendukung ada faktor penghambat untuk
melaksanakan shalat tahajud diantaranya adalah:
1) Niat dan upaya yang dipersiapkan untuk shalat tahajud tidak
benar-benar maksimal.
2) Berprasangka buruk terhadap orang lain.
3) Setan menggoda manusia untuk tidak mendirikan shalat tahajud.
4) Malas dan enggan melaksanakan shalat tahajud, orang yang tidak
melaksanakan shalat malam berarti orang itu menyia-nyiakan
kesempatan yang sangat berharga dalam kehidupan. Ada kesempatan
untuk berdua (berkhalwa) dengan-Nya akan tetapi mengabaikannya
bahkan memilih tidur nyenyak.
B. Kesehatan Mental
1. Pengertian kesehatan mental
Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan
untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala kapasitas, kreativitas,
energi dan dorongan yang ada semaksimal mungkin sehingga membawa
kepada kebahagiaan diri dan orang lain serta terhindar dari gangguan atau
Zakiah daradjat mendefinisikan kesehatan mental antara lain:
a. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan
jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
b. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia
hidup.
c. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan
yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan
diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit
jiwa.
Dalam beberapa pengertian kesehatan mental diatas dapat disimpulkan
bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari
gangguan-gangguan dan gejala penyakit mental, dapat menyesuaikan diri, dapat
memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan
membawa kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa
dalam hidup.
2. Ciri-ciri Kesehatan Mental Secara Umum
Ciri-ciri kesehatan mental yang baik bisa dilihat dari karakteristik
tumbuh kembang seseorang. Adapun karakteristik kesehatan mental yang baik
a. Perasaan senang yang ada dalam diri sendiri
Perasaan ini dapat dijelaskan yang dimaksud dengan perasaan senang
yang ada dalam diri sendiri, diantaranya: perasaan senang dapat tercipta
karena seseorang dapat mengontrol rasa yang timbul dari dalam dirinya
seperti rasa takut, emosi, sedih bahkan depresi.
Perasaan senang dalam diri juga dapat berwujud pada sikap mental
yang dimiliki oleh seseorang, ketika menghadapi kekalahan atau
kekecewaan. Ketika mengalami kondisi seperti itu mereka masih mampu
bangkit dan kembali memandang hari esok akan lebih baik.
b. Adanya rasa nyaman terhadap kehadiran seseorang
Ciri-ciri ini menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki cinta dan
kasih yang bisa dibagi kepada orang lain, serta mampu menerima cinta
yang diberikan orang lain. Kesehatan mental ini menunjukkan bahwa
seseorang yang sehat mental dapat menerima sebuah perbedaan dalam
masyarakat dan menjadikannya sebagai sesuatu yang dapat membuat
keadaan lebih maju.
c. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
Ciri-ciri kesehatan mental pada poin terakhir yakni kemampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, tanpa
Sangat sulit untuk menetapkan satu ukuran dalam menentukan dan
menafsirkan kesehatan mental. Alexander A. Schneiders dalam bukunya yang
berjudul Personality Dynamics and Mental Health, mengemukakan beberapa
kriteria yang sangat penting dan dapat digunakan untuk menilai kesehatan
mental. Ciri-ciri tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengendalian dan Integrasi pikiran dan tingkah laku
Pengendalian yang efektif merupakan salah satu tanda yang sangat
pasti dari kepribadian yang sehat. Ini berlaku terutamabagi proses-proses
mental. Berkhayal secara berlebihan, misalnya: merusak kesehatan mental
karena melemahkan hubungan antara pikiran dan kenyataan. Hal yang
penting bagi kesehatan mental adalah integrasi pikiran dan tingkah laku,
suatu kualitas yang biasanya diidentifikasikan sebagai integritas pribadi.
b. Perasaan-perasaan dan emosi yang positif dan sehat
Integrasi yang dibutuhkan bagi kesehatan mental dapat ditunjang
oleh perasaan positif dan demikian juga sebaliknya
perasaan-perasaan negatif dapat mengganggu atau bahkan merusak kestabilan emosi.
Perasaan-perasaan yang tidak aman, bersalah, rendah diri, benci, cemburu,
dan iri hati adalah tanda-tanda gangguan emosi dan dapat menyebabkan
mental tidak sehat. Sebaliknya, perasaan-perasaan diterima, cinta, aman,
dan harga diri masing-masing memberi sumbangan pada kestabilan mental
c. Ketenangan atau kedamaian pikiran
Banyak kriteria penyesuaian diri dan kesehatan mental berorientasi
kepada ketenangan pikiran/mental, yang sering disinggung dalam
pembicaraan mengenai kesehatan mental. Apabila ada keharmonisan
emosi, perasaan positif, pengendalian pikiran dan tingkah laku maka akan
muncul ketenangan mental (Semiun, 2006:52-53).
3. Tanda-Tanda Kesehatan Mental Menurut Islam
Kesehatan mental menurut Muhammad Mahmud, ada sembilan macam
tanda-tanda kesehatan mental, Pertama, kemapanan (al-sakinah), ketenangan
(al-tuma‟ninah), rileks (al-rahah) batin dalam menjalankan kewajiban baik
pada dirinya maupun terhadap Tuhan. Kata sakinah dalam semantik bahasa
arab diartikan sebagai kemapanan karena memiliki tempat tinggal sehingga
tidak berpindah-pindah. Kedua, memadahi (al-kifayah) dalam beraktifitas
seseorang yang mengenal potensi, keterampilan dan kedudukannya secara
baik maka ia akan bekerja secara baik pula dan hal ini merupakan tanda dari
kesehatan mentalnya. Ketiga, menerima keberadaan dirinya dan keberadaan
orang lain. Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang menerima
keberadaan diri sendiri, baik yang berkaitan dengan kondisi fisik, kedudukan
potensi maupun kemampuannya, karena keberadaan itu merupakan anugerah
Keempat, adanya kemampuan untuk menjaga atau memelihara diri
artinya kesehatan mental ditandai oleh kemampuan diri memilah dan memilih
perbuatan yang akan dilakukan agar senantiasa sesuai dengan ajaran Allah
SWT. Kelima, kemampuan memikul tanggung jawab baik tanggung jawab
keluarga, sosial dan agama. Keenam, memiliki kemampuan berkorban dan
menebus kesalahan yang dilakukannya. Berkorban berarti kepedulian diri
seseorang untuk kepentingan bersama dengan memberikan sebagian kekayaan
dan kemampuannya. Sedangkan menebus kesalahan artinya kesadaran diri
atas kesalahan yang ia perbuat sehingga ia berani menanggung resiko dari
kesalahannya, kemudian ia berusaha memperbaiki diri agar tidak kembali
berbuat salah. Ketujuh, kemampuan individu untuk membina hubungan sosial
yang baik yang dilandasi sikap saling percaya saling menghargai. Sehingga
apabila ia ditimpa musibah maka orang lain akan membantunya, dan jika ia
diberi kelapangan rizki maka orang lain akan ikut merasa bahagia. Kedelapan,
memiliki keinginan yang realistik, sehingga dapat diraih secara baik.
Keinginan yang tidak masuk akal akan membawa seseorang ke jurang
angan-angan, kegilaan, lamunan dan kegagalan. Kesembilan, adanya rasa puas atas
segala nikmat yang telah diterimanya, Ia tidak terlalu memikirkan orang lain,
sehingga kebahagiannya tidak dibandingkan, karena dengan membandingkan
kebahagiaan akan menjadi tidak bermakna, karena biasanya pandangan
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu: (a) Faktor biologis, (b)
Faktor psikologis, (c) Faktor lingkungan sosial budaya.
a. Faktor Biologis
Para ahli telah banyak melakukan studi tentang hubungan antara
dimensi biologis dengan kesehatan mental. Berbagai penelitian itu telah
memberi kontribusi sangat besar bagi kesehatan mental. Karena itu,
kesehatan mental tentunya tidak terlepas dari dimensi biologis ini.
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hubungan tersebut, khususnya
beberapa aspek biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap
kesehatan mental, diantaranya: otak, sistem endokrin, genetik dan sensori.
1) Otak
Otak sangat kompleks secara fisiologis, tetepi memiliki fungsi yang
sangat esensi bagi keseluruhan aktivitas manusia. Diferensiasi dan
keunikan yang ada pada manusia pada dasarnya tidak dapat dilepaskan
dari otak manusia. Keunikan manusia terjadi justru karena keunikan
otak manusia dalam mengekspresikan seluruh pengalaman hidupnya.
Jika didipadukan dengan pandangan-pandangan psikologi, jelas adanya
mental. Funsi otak seperti motorik, intelektual, emosional dan afeksi
berhubungan dengan mentalitas manusia (Harun, 2012:7).
2) Sistem Endokrin
Sistem endokrin terdiri dari sekumpulan kelenjar yang sering
bekerja sama dengan sistem syaraf otonom. Sistem ini sama-sama
memberikan fungsi yang penting yaitu berhubungan dengan berbagai
bagian-bagian tubuh. Tetapi keduanya memiliki perbedaan diantaranya
sistem syaraf menggunakan pesan kimia dan elektrik sedangkan sistem
endokrin berhubungan dengan bahan kimia, yang disebut dengan
hormon. Tiap kelenjar endokrin mengeluarkan hormon tertentu secara
langsung ke dalam aliran darah, yang membawa bahan-bahan kimia
ini ke seluruh bagian tubuh. Sistem endokrin berhubungan dengan
kesehatan mental seseorang. Gangguan mental akibat sistem endokrin
berdampak buruk pada mentalitas manusia. Sebagai contoh
terganggunya kelenjar adrenalin berpengaruh terhadap kesehatan
mental, yakni terganggunya “mood” dan perasannya dan tidak dapat
melakukan coping stress.
3) Genetik
Faktor genetik diakui memiliki pengaruh yang besar terhadap
mentalitas manusia. Kecenderungan psikosis yaitu schizophrenia dan
dari orangtuanya. Gangguan lainnya yang diperkirakan sebagai faktor
genetik adalah ketergantungan alkohol, obat-obatan, Alzeimer syndrome,
phenylketunurine, dan huntington syndrome. Gangguan mental juga
terjadi karena tidak normal dalam hal jumlah dan struktur kromosom.
Jumlah kromosom yang berlebihan atau berkurang dapat menyebabkan
individu mengalami gangguan mental.
4) Sensori
Sensori merupakan aspek penting dari manusia. Sensori merupakan
alat yang menagkap segenap stimuli dari luar. Sensori termasuk:
pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan dan penciuman.
Terganggunya fungsi sensori individu menyebabkan terganggunya
fungsi kognisi dan emosi individu. Seseorang yang mengalami
gangguan pendenganran misalnya, maka akan berpengaruh terhadap
perkembangan emosi sehingga cenderung menjadi orang yang paranoid,
yakni terganggunya afeksi yang ditandai dengan kecurigaan yang
berlebihan kepada orang lain yang sebenarnya kecurigaan itu adalah
salah.
b. Faktor Psikologis
Notosoedirjo dan latipun (2005), mengatakan bahwa aspek psikis
manusia merupakan satu kesatuan dengan dengan sistem biologis. Sebagai
dengan keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak
dapat dipisahkan dari aspek yang lain dalam kehidupan manusia (Harun,
2012:7).
1) Pengalaman Awal
Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman
yang terjadi pada individu terutama yang terjadi pada masa lalunya.
Pengalaman awal ini dipandang sebagai bagian penting bahkan sangat
menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari.
2) Proses Pembelajaran
Perilaku manusia adalah sebagian besar adalah proses belajar, yaitu
hasil pelatihan dan pengalaman. Manusia belajar secara langsung sejak
pada masa bayi terhadap lingkungannya. Karena itu faktor lingkungan
sangat menentukan mentalitas individu.
3) Kebutuhan
Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental
seseorang. Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi yaitu orang
yang mengeksploitasi dan mewujudkan segenap kemampuan, bakat,
keterampilannya sepenuhnya, akan mencapai pada tingkatan apa yang
disebut dengan tingkat pengalaman puncak (peack experience). Maslow