• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA KELUARGA NIKAH BEDA AGAMA DI DUSUN NGIPIK DESA CANDI KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG TAHUN 2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA KELUARGA NIKAH BEDA AGAMA DI DUSUN NGIPIK DESA CANDI KEC. BANDUNGAN KAB. SEMARANG TAHUN 2015 - Test Repository"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT

TENTANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PADA KELUARGA NIKAH BEDA AGAMA

DI DUSUN NGIPIK DESA CANDI KEC. BANDUNGAN

KAB. SEMARANG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

BAHRIN

NIM 11111190

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Keluarga besarku terutama pada Bapakku, Bapak TASIRUN Ibuku

SARIMAH yang tidak lelah untuk selalu memberikan Do’anya, kasih

sayangnya untukku, kakakku ISNANIK dan Adikku ULFA ASMANAH

yang selalu memberi warna didalam keluargaku dan yang telah memberikan

nasihat, motivasi, dan dukungannya untukku.

2. Sahabat-sahabatku di IAIN Salatiga yang selalu menemani di saat suka

maupun duka, yang selalu memotivasi dan memberi banyak dukungan, yang

telah membantu memperlancar dalam pembuatan skripsiku..

3. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Kampus yaitu kelas PAI

E angkatan tahun 2011, kelompok PPL, kelompok KKN, dan teman lainnya

di IAIN Salatiga yang selalu memberikanku semangat berjuang dalam hal

apapun serta memberikan banyak pelajaran yang berharga dan ilmu yang

(8)

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI).

3. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta

pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Taufiqul Mu’in, M.Ag. selaku pembimbing akademik.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

(9)
(10)

ABSTRAK

Bahrin. 2015. Persepsi Masyarakat Tentang Pendidikan Agama Islam Pada Keluarga Nikah Beda Agama di Dusun Ngipik Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Dr. Mukti Ali, M.Hum.

Kata kunci: Persepsi Masyarakat, pendidikan agama Islam dan keluarga Nikah Beda Agama.

Penelitian ini dilatar-belakangi oleh dua keluarga yang menikah beda agama di Dusun Ngipik yang mana orang tua dari pasangan beda agama tersebut beragama Isam. Namun kenapa orang tua tersebut membolehkan anaknya menikah pada pasangan yang berbeda agama. Sedangkan pendidikan agama Islam ditengah- tengah keluarga adalah hal yang sangat mutlak adanya. Maka itu adalah masalah tersendiri bagi keluarga khusunya dan bagi masyarakat dalam peranan lingkunganya. Di dalam masyarakat sudah tentu tidak akan lepas adanya interaksi tehadap warga lingkungan, serta mengedepankan sikap kegotong-royongan khususnya di daerah pedesaan seperti Dusun Ngipik ini.

Fokus penelitian ini adalah: 1) bagaimanakah persepsi masyarakat pada keluarga beda agama? 2) Bagaimanakah pendidikan agama Islam pada keluarga beda agama? 3) Bagaimana perilaku pelaku nikah beda agama di dalam masyarakat? Tujuan dari penelitian ini adalah; Untuk Mengetahui persepsi masyarakat tentang keluarga beda agama. Mengetahui pendidikan agama Islam pada keluarga nikah beda agama. Mengetahui keluarga nikah beda agama dalam bermasyarakat. Kemudian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku ini dapat diamati dari fakta-fakta yang ada saat ini.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian...……. 10

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 19

(12)

B. Persepsi Masyarakat... 24

C. keluarga beda agama...……… 33

D. Pendidikan Agama Islam pada keluarga nikah beda

agama...……….…

38

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 43

B. Gambaran Umum Informan...…. 45

C. Persepsi Masyarakat dan Keluarga Nikah Beda Agama….… 49

D. Pendidikan Agama Islam Pada Keluarga nikah beda

agama……….. 56

BAB IV PEMBAHASAN

A. Persepi Masyarakat dan keluarga nikah Beda agama...…...

B. Persepsi masyarakat tentang Pendidikan Agama Islam Pada

Keluarga Nikah Beda Agama….………. 64

C. Perilaku Pelaku Nikah Beda Agama di dalam Masyarakat.... 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 78

B. Saran... 81

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran Agama

Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik yang nantinya

setelah selsai dalam pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan

mengenalkan ajaran-ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan dan

amalan hidupnya. Direktorat jndreal pembinaan kelembagaan agama islam,

1984: 80).

Keluarga sebenarnya bukan hanya terbatas pada ikatan pernikahan

untuk sekedar mendapatkan keturunan tetapi keluarga tetapi keluarga

merupakan sumber pendidikan yang utama. Keluaraga adalah salah satu

elemen terkecil dalam masyarakat yang merupakan institusi sosial terppenting

dan merupakan unit sosial yang utama melalui individu-individu disiapkan

nilai-nilai hidup dan kebudayaan yang utama (Chabib Thoha, 1996: 109).

Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral. Hakikat pernikahan adalah

bersatunya hidup antara laki-laki dan perempuan (yang saling mencintai) untuk

membentuk hidup bersama dan memiliki tujuan yang sama yaitu menemukan

kebahagiaan dan melanjutkan keturunan (Wismanto dkk, 2012: 1).

Penikahan dalam masyarakat itu ada beberapa macam, baik itu

pernikahan sesama agama, sesama suku, maupun campuran. Pernikahan

(14)

perkawinan dan agama sangat erat hubunganya serta dilihat dari segi hukum

agama atau syari’at sangat berbeda, yang memungkinkan tidak syahnya suatu

pernikahan itu jika dilihat dari prespektif hukum agama. Namun, jika dilihat

dari realitanya justru perkawinan antar agama ini menjadi hot news dalam masyarakat. Karena suatu alasan-alasan tertentu seperti yang dikemukakan di

atas yang mendasari seseorang melakukan pernikahan antar agama, seperti

dalam masyarakat di Dusun Ngipik yang mulanya Dusun ini terkenal dengan

kentalnya ketaatan dalam beribadah, beragama, dan kini ada beberapa

pasangan suami istri yang berbeda agama dalam lingkup keluarga dan

masyarakat yang taat beragama, tentunya ini adalah pandangan yang tabu bagi

masyarakat sekitar khususnya dan masyakat di luar pada umumnya sehingga

secara otomatis akan mengundang argumen masyarakat .

Ada yang memandang bahwa pernikahan itu sakral yang

mengutamakan cinta antarmanusia dan meletakkan agama sebagai pembimbing

rasa kasih sayang meraka dalam menjalani kehidupan, sehingga pernikahan

atau ritual agama itu harus menghormati dan dihormati.

Ada masyarakat yang berpendapat bahwasanya pernikahan itu bukan

hanya suatu catatan atau pengakuan dari negara tetapi pernikahan adalah jalan

awal menuju kebahagian dunia dan akhirat sehingga memungkinkan adanya

bimbingan dan aturan-aturan seperti halnya suatu negara yang dipimpin

seorang presiden yang didalam pemerintahanya banyak aturan-aturan yang

wajib di taati terhadap masyarakatnya serta bagaimana bersosial antar sesama

(15)

presiden keluarga adalah seorang ayah yang bertanggung jawab membina

keluarganya dalam menjalani kehidupan, tentunya tak lepas dari suatu aturan

dalam ajaran agama yang di anutnya dan tidak terlepas dari tanggung jawab

sebagai orang tua yaitu mendidik anak, karena orang tua memiliki peran

penting dalam keluarganya sebelum masyarakat. dari kasus yang ada dalam

masyarakat Dusun Ngipik ini ada kasus pasangan yang berbeda agama yang

mana dari beberapa keluarga tesebut di terdapat latarbelakang yang berbeda,

ada yang menikah karena alasan cita, ekonomi, juga ada yang benar-benar mau

berpindah agama.

Berkenaan dengan hal ini, Agama Islam telah mengatur tentang

pernikahan beda agama di dalam (QS. Al-Baqarah: 221).

َلَ َو ۗ ْمُكْتَبَجْعَأ ْوَل َو ٍةَك ِرْشُم ْنِم ٌرْيَخ ٌةَنِمْؤُم ٌةَمَ َلَ َو ۚ َّنِمْؤُي ٰىَّتَح ِتاَك ِرْشُمْلا اوُحِكْنَت َلَ َو

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”. (Kholil, 2012: 217)

Untuk itu kembali pada masalah yang ada di Dusun Ngipik ini ada

suami istri pelaku nikah beda agama yang mana ada perbedaan dari interaksi

(16)

perbandingan keluarga satu dan yang lainya. Yang hakekatnya sama-sama

menikah dengan kepercayaan yang berbeda, ada pasangan beda agama satu

yang terlihat adanya srawung atau mengikuti kegiatan yang menjadi tradisi masyarakat dusun ini seperti: yasian, kenduri, dan lain sebagainya. Dan juga

kegiatan kemasyarakatan pada umumnya seperti: kerja bakti (membangun

masjid, sarana dusun, dan lain-lain). Namun pasangan beda agama yang kedua

justru kebalikanya dari pasangan yang pertama yang selama ini tidak terlihat

adanya srawung atau berkumpul dan berinteraksi dengan masyarakatat setempat. Berdasarkan observasi penulis selaku tetangga dari keluarga pelaku

nikah beda agama tersebut dalam aktivitasnya sehari-hari terlihat adanya

rutinitas yang selalu sama yaitu setiap pagi berangkat kerja dan pulang pada

sore hari. Tentu dalam penglihatan seseorang dia tidak ada aktivitas lain selain

itu.

Hidup di masyarakat tentunya banyak kegiatan dari mulai kegiatan

yang diagendakan maupun kegiatan yang memungkinkan waktu yang tidak

bisa diprediksikan atau bisa dibilang mendadak. Tidak lepas dari aturan-aturan

tersebut maka waktu dan tenagapun secara otomatis akan dibutuhkan didalam

pelaksanaan kegiatan yang ada misalnya: kegiatan religi yang menjadi

keutamaan masyarakat Dusun Ngipik setiap seminggu sekali mengadakan

tahlilan atau yasinan, kemudian dalam hal lain misalkan: Pembangunan jalan,

masjid, membuat makam jika ada saudara yang meninggal dan sebagainya.

Tentunya itu semua tak luput dari kekompakan atau gotong-royong warga

(17)

kemasyarakatan tidak terlihat adanya aktivitas pelaku nikah beda agama

didalamnya, maksudnya dia tidak pernah bermasyarakat. Dari situlah

masyarakat dengan melihat adanya gap antara pelaku nikah beda agama dengan masyarakat setempat. Namun ada beberapa keluarga yang nikah beda

agama pelaku A dengan B dalam menerapkan pendidikan agama dan

kebermasyarakatanya sangat berbeda, bisa di katakan bertolak atau berlawanan

dikarenakan beberapa hal yang menjadi alasan pada keluarga tersebut.

Di dalam masyarakat terdapat berbagai karakter yang dimiliki setiap

indivu berbeda satu sama lain, yang memungkinkan adanya pro-kontra dalam

sebuah pandangan, keinginan dan sebagainya. Dalam kehidupan bermasyarakat

banyak sekali permasalahan baik individu, keluarga dan lingkuganya. Orang

yang baik dan buruk biasanya di lihat dari kacamata perilaku dari keseharianya

entah itu dari pribadinya, keluarganya, dan kemasyarakatanya.

Keluarga mempunyai tanggung jawab dan peran penting di dalam

keluraganya sendiri maupun di dalam masyarakat. Pendidikan dalam keluarga

merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Disebut sebagai lingkungan

atau lembaga pendidikan pertama karena sebelum manusia mengenal lembaga

pendidikan yang lainya, pendidikan inilah yang pertama ada. Selain itu

manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam

kandungan pertamakali adalah dalam keluarga.

Dari uraian mengenai pendidikan dan keluarga diatas saling berkaitan,

orangtua bertanggungjawab terhadap pendidikan keluarganya dengan

(18)

pendidikan itu terjadi dalam keluarga beda agama? Maka dari itu peneliti akan

mengadakan penelitian dengan mengangkat Judul:

“Persepsi Masyarakat Tentang Pendidikan Agama Islam Keluarga Nikah Beda Agama Di Dusun Ngipik Kec. Bandungan Kab. Semarang Tahun 2015”.

B.Fokus Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis memfokuskan

beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah persespsi masyarakat pada keluarga beda agama?

2. Bagaimanakah pendidikan agama Islam pada keluarga beda agama?

3. Bagaimanakah perilaku keluarga beda agama di dalam Masyarakat?

C.Tujuan Penelitian

Dari fokus masalah tersebut, maka dapat diperoleh tujuan penelitian

sebagai berikut:

1. Mengetahui persepsi masyarakat tentang keluarga beda agama.

2. Mengetahui pendidikan agama Islam pada keluarga nikah beda agama.

3. Mengetahui keluarga nikah beda agama dalam bermasyarakat.

D.Kegunaan Penelitian 1. Secara Teorotis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang

(19)

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pokok permasalahan keluarga

nikah beda agama dalam mengaplikasikan pendidikan agama islam dalam

keluarga.

a. Pandangan masyarakat

Dengan diadakan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi

terhadap pelaku pernikahan beda agama. Serta memberikan saran-saran

bagi generasi agar kedepanya bisa terarah.

b. Generasi yang belum menikah

Melalui hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

gambaran umum tentang pernikahan serta pendidikan agama pada

keluarga beda agama, agar terhindar dari hal-hal yang sifatnya dilarang

baik oleh Negara maupun Agama.

c. Menambah hasanah informasi yang akan bermanfaat bagi peneliti dan

pihak yang berkepentingan.

E.Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam memahami judul

penelitian di atas, perlu ditegaskan beberapa istilah dalam judul di atas yaitu:

1. Persepsi

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,

mengorganisasikan, dan menafsikan rangsangan dari lingkungan kita, dan

proses tersebut mempenaruhi perilaku kita. Persepsi adalah inti

(20)

identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi (Mulyana, 2013: 179-180).

Persepsi seseorang merupakan suatu proses yang aktif dimana yang

memegang peranan bukan hanya stimulus yang mengenainya, tetapi ia juga

sebagai keseluruhan dengan pengalaman-pengalamanya, motivasinya dan

sikap-sikap yang relevan terhadap stimulus tersebut. (Sadli, 1977: 72).

Dari kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah

suatu proses yang aktif dan kreatif dalam menafsirkan stimulus dari

lingkunganya.

2. Masyarakat

Menurut Abdulsyani (1987) bahwa masyarakat sebagai community

dapat dilihat dari dua sudut pandang; pertama, memandang community sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu

wadah/tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukkan bagian

dari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut

masyarakat setempat, misalnya kampung, dusun, atau kota-kota kecil.

Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari

kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan sosial.

Kedua, community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu proses (nya) yang terbentuk melalui faktor psikologis

dan hubungan antar manusia, maka didalamnya terkandung unsur-unsur

kepentingan, keinginan atau tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional. Dalam

(21)

masyarakat ekonomi, masyarakat mahasiswa dan sebagainya (Abdulsyani,

2007: 30-31). Sosial dan masyarakat tidak dapat dipisahkan, dalam

penelitian ini pelaku nikah beda agama sebagai objek dalam bersosial

didalam lingkungan yang mayoritas beragama islam serta kegiatan yang

tak luput dari karakter islami yang membuat suatu perasaan dan

kecanggungan pelaku nikah beda agama dalam beraktivitas dan bersosial

dengan lingkuangan tersebut.

3. pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama islam adalah pendidikan melalui ajaran agama islam,

yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik yang nantinya

setelah selsai dalam pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan

mengenalkan ajaran-ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan dan

amalan hidupnya. Direktorat jndreal pembinaan kelembagaan agama islam,

1984: 80).

4. Keluaraga beda agama

Keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena ikatan pernikahan

antara sepasang suami istri untukl hidup beesama, seia sekata, seiring dan

setujuan, dalam membina maghligai rumah tangga untuk mencapai

keluarga sakina dalam lindungan dari ridha Allah (Djamarah, 2004: 28).

Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yanhg dinyatakan dengan

mengadakan hubungan dengan dia melalui upacara, penyembahan dan

permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau

(22)

sesuatu yang sakral. Hakikat pernikahan adalah bersatunya hidup antara

laki-laki dan perempuan ( yang saling mencintai ) untuk membentuk hidup

bersama dan memiliki tujuan yang sama yaitu menemukan kebahagiaan

dan melanjutkan keturunan (Wismanto dkk, 2012: 1)

Dari uraian tesebut dapat disimpulkan bahwa keluarga beda agama adalah

keluaraga yang terbentuk dari ikatan pernikahan antara sepasang suami

istri yang berbeda agama atau keyakinan.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Lexy J. Moloeng menjelaskan penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 1988: 6).

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian,

artinya peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melakukan proses

penelitian dan pengumpulan data. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik wawancara/interview. Dalam hal ini peneliti memiliki

pengetahuan dasar sehingga memungkinkan untuk mengembangkan

(23)

Peneliti mengadakan komunikasi dengan objek penelitian atau

responden dengan menggunakan bahasa sesuai objek yang di wawancara,

peneliti tidak menggunakan satu bahasa namun peneliti meamakai bahasa

sesuai tingkat pemahaman objek penelitian agara memungkinkan

komunikasi lebih akrab dan mudah dipahami sehinga akan terjalin baik

antara peneliti dan responden.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Dusun Ngipik Desa candi Kec.

Bandungan Kab. Semarang. Yang menjadi obyek penelitian dan informasi.

4. Sumber Data

Data dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh, diantaranya

melalui: Yang pertama sumber data primer adalah sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2006:253).

Sumber data primer dapat diperoleh langsung dari lapangan yang dapat

memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi permasalahan, dan

menjawab semua pertanyaan dalam penelitian. Data primer dalam

penelitian ini adalah para tokoh masyarakat, individu yang dianggap

mempunyai latar belakang agama yang kuat dan masyarakat pada

umumnya.

Yang kedua sumber data sekunder adalah sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melaui orang

lain atau melalui dokumentasi (Sugiyono, 2006:253). Sumber data

(24)

koran, serta hasil penelitian lainnya. Sumber data sekunder dalam

penelitian ini yaitu berupa foto, catatan, dan arsip. Catatan dan arsip yang

dimaksud adalah semua yang berkaitan dengan pelaku nikah beda agama.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data

primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh langsung dari

lapangan yang dapat memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi

permasalahan, dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian.

Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet,

artikel, majalah atau koran, serta hasil penelitian lainnya. Data primer

dapat diperoleh melalui:

a. Wawancara

Esterberg (2002) menyatakan bahwa “wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu”. Wawancara yang digunakan dalam penelitian adalah

wawancara tak berstruktur atau terbuka, yaitu wawancara yang bebas di

mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Wawancara ini digunakan dalam mencari data melalui informan

tentang perasaan responden mengenai pelaku nikah beda agama dusun

ngipik, serta peneliti juga dapat mengetahui lebih mendalam tentang

(25)

menginterpretasikan situasi dan fenomena sesuai dengan yang terjadi.

Pengumpulan data pada wawancara dapat dilengkapi pula melalui

observasi.

b. Observasi

Marshall (1995) menyatakan bahwa “melalui observasi peneliti

belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut”. Observasi

merupakan cara pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan

langsung sesuai dengan keadaan riil di lapangan. Observasi ini

digunakan dalam mencari data tentang kegiatan-kegiatan, perilaku

indivudu, dengan keluarga dan dengan masyarakat di dalam lingkunagan

yang ada di Dusun Ngipik, untuk memperoleh data yang berhubungan

dengan gambaran riil.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu

(Sugiyono, 2006: 270). Dokumentasi merupakan materi tertulis yang

didasarkan pada catatan dan dokumen-dokumen yang digunakan untuk

melengkapi sebuah data yang diperlukan dalam penelitian.

Dokumen-dokumen tersebut bisa berupa foto dan hasil wawancara yang didapat

dari informan. Dokumentasi digunakan dalam bukti bahwa peneliti

terjun langsung dalam masyarakat untuk melangsungkan penelitian

mengenai pandangan masyarakat terhadap kemasyarakatan pelaku nikah

(26)

penggunaan metode wawancara dan observasi, sehingga akan lebih

kredibel/dapat dipercaya jika didukung oleh data-data dokumentasi.

6. Analisis Data

Data dalam penelitian kualitatif sangat beragam bentuknya,

diantaranya ada catatan wawancara, rekaman suara, gambar, foto, peta,

dokumen, bahkan rekaman pada shoting lapangan.

Bogdan menyatakan bahwa, “analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami,

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain” (Sugiyono, 2006:

274). Analisis ini sendiri akan dilakukan melaluai beberapa tahap, yaitu:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, oleh

karena itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya

serta mencarinya bila diperlukan. Yang peneliti lakukan dalam

mereduksi data diantaranya:

1) Hasil wawancara maupun catatan lapangan yang masih umum dan

(27)

peneliti merangkum, mengambil data yang pokok dan penting,

sedangkan yang tidak penting dibuang.

2) Peneliti dalam mereduksi data akan memfokuskan pada persepsi

masyarakat tentang kehidupan, masalah dalam bersosial, karakter

keluarga pelaku nikah beda agama.

3) Jika peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala

sesuatu yang dipandang asing, maka itulah yang harus dijadikan

perhatian dalam mereduksi data.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, dan sejenisnya, tapi yang paling sering digunakan adalah teks

yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang dipahami (Sugiyono, 2006: 280). Pada langkah

ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi

informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu.

Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan data, membuat

hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi

dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapi tujuan penelitian.

c. Kesimpulan dan Verifikasi

Data yang sudah dipolakan, difokuskan, dan disusun secara

sistematis melalui reduksi dan penyajian data yang kemudian

(28)

kesimpulan yang lebih mendalam, maka diperlukannya data baru

sebagai penguji terhadap kesimpulan awal. Tahap penarikan

kesimpulan dan verifikasi data diambil dari hasil reduksi dan panyajian

data merupakan kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara ini

masih dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti kuat lain pada saat

proses verifikasi data di lapangan. Jadi proses verifikasi data dilakukan

dengan cara peneliti terjun kembali di lapangan untuk mengumpulkan

data kembali yang dimungkinkan akan memperoleh bukti-bukti kuat

lain yang dapat merubah hasil kesimpulan sementara yang diambil. Jika

data yang diperoleh memiliki keajegan (sama dengan data yang telah

diperoleh) maka dapat diambil kesimpulan yang baku dan selanjutnya

dimuat dalam laporan hasil penelitian.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria

yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaannya yaitu

adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjang pengamatan,

peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman

sejawat, analisis kasus negatif, dan dimintakan kesepakatan

(membercheck) (Sugiyono, 2006: 302).

Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam

penelitian memiliki tingkat kebenran atau tidak, maka dilakukan

pengecekkan data yang disebut validitas data. Untuk menjamin validitas

(29)

yang memanfaatkan sesuatu yang lain seperti pengecekkan data dari

berbagai sumber, berbagai teknik, dan berbagai waktu. Dalam penelitian

ini, untuk menguji keabsahan data dilakukan dalam beberapa bentuk

meliputi:

a. Triangulasi Sumber

Menurut Patton (1987), “triangulasi sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda”

(Moleong, 2009: 330). Dalam penelitian ini yang peneliti lakukan,

diantaranya:

1) Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil

pengamatan,

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum

dengan yang dikatakan secara pribadi,

3) Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu

dokumentasi,

4) Data yang diperoleh dilakukan pada tokoh masyarakat,

tokoh agama, dan sebagian masyarakat yang berpengalaman

dalam bidang agama, data dari sumber tersebut tidak bisa

dirata-ratakan tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan mana pandangan

yang sama, mana yang berbeda, dan mana yang spesifik dari

sumber-sumber tersebut sehingga dapat dianalisis oleh peneliti

(30)

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik merupakan pengecekan data kepada sumber

yang sama namun dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2006: 307).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengecekkan terhadap data

yang telah diperoleh melalui wawancara lalu dicek melalui observasi

ataupun dokumentasi. Bila dengan teknik-teknik tersebut

menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan

diskusi lebih lanjut kepada sumber data atau yang lainnya untuk

memastikan data yang sebenarnya.

8. Tahap-tahap Penelitian

a.Kegiatan administratif, yang meliputi pengajuan izin operasional untuk

penelitian dari ketua IAIN Salatiga selaku penanggung jawab, kemudian

menyusun pertanyaan untuk wawancara, serta melakukan administratif

lainnya.

b.Kegiatan lapangan yang meliputi:

1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, yaitu di

Dusun Ngipik Desa Candi Kecamatan Bandungan.

2) Menemui kepala dusun/kadus, para tokoh agama, dan sebagian

masyarakat umum yang dipandang mempunyai pengalaman agama

yang cukup baik yang akan dijadikan objek penelitian.

3) Melakukan wawancara kepada para informan sebagai langkah untuk

pengumpulan data, kemudian observasi langsung ke lapangan secara

(31)

4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan

untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan.

5) Mereduksi data dengan cara membuang data-data yang lemah atau

menyimpang.

6) Melakukan ferivikasi data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan

sebagai deskriptif temuan penelitian.

7) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.

G.Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam memahami skripsi ini, maka perlu diketahui data urutan

penulisnya, adapun urutanya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan memuat: latar belakang masalah, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan

istilah, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang berhubungan

dengan penelitian: Tentang persepsi masyarakat, kehidupan

sosial kemasyarakatan, pelaku nikah beda agama.

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

Laporan hasil penelitian berisi tentang gambaran umum

lokasi Dusun Ngipik dan gambaran umum informan

masyarakat Dusun Ngipik yaitu: Perangkat Dusun, Tokoh

(32)

masyarakat tentang pendidikan agama Islam pada keluarga

nikah beda agama di Dusun Ngipik.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan analisis tentang persepsi

masyarakat tentang pendidikan agama Islam pada keluarga

nikah beda agama di Dusun Ngipik Kecamatan Bandungan

Kabupaten Semarang.

BAB V PENUTUP

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Penelitian Terdahulu

Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari

penelitian yang ada. Karena penelitian yang penulis teliti adalah

membandingkan model skripsi terdahulu dengan skripsi yang penulis buat.

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan perbandingan penelitian

ini antara lain yaitu terdapat beberapa penelitian terkait yang membahas

tentang pernikahan beda agama diantaranya:

Peneilitain dari yaquta mustofiyah tahun 2012 dengan judul pendidikan

agama Islam pada anak dalam keluarga beda agama di Kelurahan Sidorejo Lor

kota Salatiga. Hasil penelitian pendidikan agama Islam yang diberikan orang

tua terhadap anak dalam keluarga beda agama antara lain: penanaman akidah,

penanaman ibadah, pembentukan akhlak. Masalah yang muncul dalam

pendidikan anak dalam keluarga beda agama: adanya perbedaan keinginan

terhadap anak, kurangnya pengetahuan agama Islam pada orang tua, orang tua

yang selalu sibuk dengan pekerjaan, rendahnya motivasi beribadah anak.

Solusi yang ditempuh untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah

penenaman sikap toleransi terhadap keluarga, menanamkan kesadaran hidup

rukun, memberi kesempatan untuk beribadah pada masing-masing anggota

keluarga, rajin membaca buku keagamaan, bersosialisasi dengan lingkungan

luar, mengikuti kajian-kajian keagamaan, memberikan buku-buku kajian

(34)

Kemudian skripsi dari Mahtuhul Fuadi tahun 2008 dengan Judul Nikah

Beda Agama Perspektif Ulil Absor Abdalla. Hasil penelitian dari sekripsi ini:

Pertama Perkawinan menurut Islam adalah suatu perjanjian suci yang

kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dan

seorang perempuan untuk membentuk keluarga yang kekal. Sedangkan tujuan

penelitian menurut Islam adalah membentuk keluarga yang sakinah mawwadah

dan warrahmah. Pandangan hukum Islam (mayoritas ulama) mengenai nikah

beda agama antara pemeluk agama diharamkan, baik dari musyrikin maupun

ahli kitab. Hal ini sudah sejalan dengan ketentuan hukum Islam yang terurai

dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 221 dan almumtahannah ayat 10. Hal ini

juga dikuatkan oleh MUI yang mengharamkan pernikahan beda agama di

Indonesia dengan alasan akan menimbulkan gelagat yang kurang baik dalam

tubuh Islam seperti pemurtadan, kebingungan dalam membagi warisan, dan

mengasuh anak.

Kedua Bahwa pandangan Ulil Abshar Abdalla mengenai nikah beda

agama tidak dapat dibenarkan karena:

1. Bertentangan dengan al-Quran dan Sunnah serta undang-undang

perkawinan.

2. Alasan Ulil Abshar Abdalla dalam memperbolehkan nikah beda agama

didasarkan dari pengembangan berfikir dia, dan hal itu dapat merubah

syariat yang telah ditetapkan.

Dari skripsi Galuh Maharani yang berjudul Pernikahan Beda Agama

(35)

Membentuk Keluarga Sakinah) Melalui analisis pendapat Ahmad Nurcholish

tentang pernikahan beda agama dalam membentuk keluarga sakinah,

disimpulkan bahwa pernikahan semacam ini sangat rentan terhadap

permasalahan terlebih lagi menyangkut perbadaaan agama dibandingkan pada

pernikahan seagama meski keduanya juga tidak terhindarkan dari

permasalahan. Untuk itu, agar didalam pernikahan perlu suatu antisipasi agar

terhindar dari permasalahan yang akan muncul yakni dengan menanamkan rasa

kasih sayang, menghargai dan menghormati satu sama lain, rasa menerima,

ikhlas ditambah lagi dengan menerapkan prinsip toleransi. Karena jika semua

diterapkan, maka keluarga sakinah pun akan terbentuk.

Berdasarkan uraian di atas, pendapat Ahmad Nurcholish tersebut dapat

diaplikasikan dalam asas-asas bimbingan konseling keluarga dan dakwah

dalam membentuk keluarga sakinah yang meliputi asas kebahagiaan hidup di

dunia dan di akherat, asas sakinah, maddah, wa rahmah, asas komunikasi dan

musyawarah, asas sabar dan tawakal, serta asas manfaat (maslahat), dengan

jalan memperhatikan faktor-faktor di atas.

Selanjutnya skripsi dari Oktafiani tahun 2011 dengan judul:

Problematika Pengamalan Ibadah Anak Pada Keluarga Beda Agama (Studi

Kasus pada Masyarakat Ngentak RT 10 RW V Kelurahan Kutowinangun

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2011). Hasil penelitian dari skripsi ini

Setelah dianalisis disimpulkan bahwa cara pengamalan ibadah anak yang

tinggal di lingkungan keluarga beda agama di Dukuh Ngentak adalah dengan

(36)

ibadah-ibadah umum lainnya sedangkan anak yang beragama non Islam mereka

menjalankan ibadah ke gereja setiap hari Minggu. Problem pengamalan ibadah

anak yang tinggal di lingkungan beda agama di Dukuh Ngentak antara lain

yaitu: Anak kurang mampu mendalami ajaran agama yang mereka yakini, anak

kurang menjiwai ketika beribadah di rumah, rendahnya semangat atau motivasi

beribadah anak. solusi yang di tempuh untuk mengatasi problem-problem

tersebut adalah: bersosialisasi dengan masyarakat luar, aktif mengikuti

kajian-kajian keagamaan, banyak membaca buku-buku keagamaan.

B.Persepsi Masyarakat

Memandang sesuatu yang tidak biasa membuat seseorang dalam

mendiskripsikan hal itu dengan variasi cerita yang berbeda pula. Misalkan: ada

seorang anak laki-laki SMA membawa buku di rumahnya temenya seorang

wanita, dengan niat mau mengerjakan PR bersama. Namun, yang semula

rencananya 4 orang yang dua tidak bisa datang, akhirnya yang mengerjakan

hanya 2 orang laki-laki dan perempuan. Dari contoh tersebut orang yang

melihat akan berpendapat satu dengan yang lain dalam mendiskripsikan apa

yang dilihat akan berbeda. Bisa jadi orang menganggap anak itu melakukan hal

yang tidak baik di dalam rumah (negatif), ada juga yang memandang anak

tersebut menegerjakan tugas karena saat itu membawa buku (positif) dan

lain-lain. Berkaitan dengan persepsi atau cara pandang seseorang, ada teori yang

berkaitan seperti:

Prasangka adalah masalah umum untuk seluruh umat manusia. Ketidak

(37)

dapat meningkatkan kebenciian ekstrim, bahkan dapat diikuti dengan tindakan

menyiksa dan membunuh.

Menurut Johnson (1986) dalam bukunya lilweri mengatakan, prasangka

adalah sikap positif atau negatif berdasarkan keyakinan stereotip kita tentang

anggota dari kelompok tertentu. Seperti halnya sikap, prasangka meliputi

keyakinan utnuk menggambarkan jenis pembedaan terhadap orang lain sesuai

dengan peringkat nilai yang kita berikan.

Menurut Jones (1986) dalam bukunya lilweri prasangka adalah sikap

antipati yang berlandaskan pada cara menggeneralisasi yang salah dan tidak

fleksibel. Kesalahan itu mungkin saja diungkapkan secara langsung kepada

orang yang menjadi anggota kelompok tertentu. Prasangka merupakan sikap

negatif yang diarahkan kepada seseorang atas dasar perbandingan dengan

kelompok sendiri. Prasangka merupakan sikap. Sikap terdiri dari tiga

komponen:

1. Komponen efektif atau emosional, mewakili dua jenis emosi yang berkaitan

dengan sikap. (misalnya, kegelisahan ringan, permusuhan langsunng).

2. Komponen kognitif, yang melibatkan keyakinan atau pikiran-pikiran yang

membentuk sikap.

3. Komponen perilaku, berkaitan dengan tindakan seseorang. Sikap biasanya

diikuti dengan perilaku (meskipun tidak selalu).

Menurut Jhonson (1986) dalam bukunya lilweri mengemukakan,

prasangka itu disebabkan oleh: Gambaran perbedaan antar kelompok,

(38)

minoritas, stereotip (salah satu bentuk utama prasangka yang menunjukkan

kategori) antaretnik, dan kelompok etnik atau ras yang merasa superior

sehingga menjadikan etnik atau ras lain inferior (Liliweri, 2005: 199-203).

Dalam masyarakat juga sering adanya perbedaan dalam memandang

situasi, baik lingkunganya, manusianya, tatanan rumahnya, masalah dalam

lingkunganya dan sebagainya.

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,

mengorganisasikan, dan menafsikan rangsangan dari lingkungan kita, dan

proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi adalah inti komunikasi,

sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan

penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi (Mulyana, 2013: 179-180).

Secara bahasa persepsi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,

diartikan sebagai proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca

indranya (Poerwardarminta, 2006: 880). Kata persepsi disini merupakan cara

pandang atau cara memandang masyarakat tentang kehidupan kemasyarakatan

pelaku nikah beda agama di Dusun Ngipik Desa Candi.

Secara istilah persepsi merupakan sebuah tanggapan atau proses

seseorang mengetahui beberapa hal panca indranya. Persepsi adalah sebuah

pemahaman yang langsung akan tetapi pemahaman itu hampir tidak dapat di

pengaruhi oleh pengalaman masa lampau dan keadaan yang telah dilihat.

Secara terminologi, para cendekiawan menyampaikan dalam bahasa

(39)

1. Slameto (1991: 104) memberikan definisi tentang persepsi yaitu merupakan

proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak

manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan

dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu

indera penglihatan, pendengar, peraba, perasa dan pencium.

2. Walgito (1997: 53) berpendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses

yang didahului oleh pengindaraan. Pengindraan adalah merupakan suatu

proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Namun

proses tersebut tidak berhenti di situ saja. Pada umumnya stimulus tersebut

diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses

selanjutnya adalah proes persepsi.

Persepsi seseorang merupakan suatu proses yang aktif dimana yang

memegang peranan bukan hanya stimulus yang mengenainya, tetapi ia juga

sebagai keseluruhan- dengan pengalaman-pengalamanya, motivasinya dan

sikap-sikap yang relevan terhadap stimulus tersebut (Sadli, 1977: 72).

Dari beberapa pandangan para cendekiawan tersebut dapat disimpulkan

bahwa persepsi merupakan hasil serapan dari pengembangan manusia terhadap

fenomena alam dan dirinya kemudian direfleksikan sebagai wujud dari

internalisasi dan artikulasi kejiwaan.

Dalam pergaulan sehari-hari, persepsi merupakan masalah penting,

sebab persepsi akan memberikan warna atau corak dalam sikap maupun

tindakan seseorang. Ada orang yang bersikap menerima atau menolak dalam

(40)

1. Syarat-syarat persepsi

Menurut Walgito (1997:54) menyatakan agar individu dapat

menyadari, dapat mengadakan persepsi, adanya beberapa syarat yang perlu

dipenuhi yaitu:

a. Adanya obyek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulusn (faktor luar) yang melalui alat

indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar atau langsung

mengenai alat indera (reseptor), dapat datang dari dalam, yang langsung

mengenai syaraf penerima (sensoris), yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indera atau reseptor

Alat indera merupakan alat untuk menerima stimulus.

c. Adanya perhatian

Tanpa adanya perhatian tidak akan terjadi persepsi.

2. Faktor-faktor persepsi

Faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Rahmat (1994) bahwa

faktor yang mempengaruhi persepsi ada 3 (tiga) yaitu:

a. Perhatian adalah proses mental ketika stimulasi atau rangkaian stimuylasi

menjadi menonjol dalam kesadaran pada saatstimulasi lainya melemah.

b. Faktor-faktor fungsional meliputi kebutuhan, pengalaman masalah dan

hal-hal lain termasuk apa yang kita sebut faktor-faktor personal.

c. Faktor-faktor stuktural berasal semata-mata dari sifat stimulasi fisik dan

(41)

3. Proses persepsi

Menurut Hude (2006: 120) menyatakan bahwa persepsi merupakan

tindak lanjut dari sensasi. Tahap awal dalam penerimaan informasi adalah

sensasi. Jika alat-alat indera mengubah menjadi impuls-impuls syaraf

dengan bahasa yang dipahami oleh komputer otak maka terjadilah proses

sensasi.

Persepsi membantu manusia bertindak dan membantu dunia

sekelilingnya, karena persepsi adalah mata rantai terakhir dalam suatu

rangkaian peristiwa yang saling terkait. Mata rantai itu dimulai dari objek

eksternalyang ditangkap oleh organ-organ indera, selanjutnya dikirim dan

diproses didalam otak untuk mendapatkan kopian arsip yang telah

tersimpan. Hasilnya adalah persepsi terhadap objek eksternal tadi. Namun,

hasil persepsi mengandung dua kemungkinan: bisa benar dan salah.

Persepsi dianggap benar jika ada kesesuaian antara yang dipahami

(dipersepsikan) dengan stimulus atau objek sebenarnya, dan persepsi salah

apabila tidak ada sinkronitas antara keduanya.

Beberapa definisi dari persepsi: Brian fellow: Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis

informasi. Kenneth K. Sereno dan Edward M. Badaken: persepsi adalah sarana yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling

(42)

Joseph A. Devito: Persepsi adalah proses yang menjadikan kita sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita (Mulyana,

2013: 180).

Dari beberapa pendapat tentang persepsi diatas dapat disimpulkan

bahwa persepsi adalah usaha seseorang dalam menafsirkan,

menggolongkan dari stimulus yang ada di sekeliling atau lingkungan kita

karena faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam merespon

stimulus atau penglihatan yang sangat dominan. Persepsi dalam penelitian

ini adalah masyarakat yang ada di Dusun Ngipik yang dipilih peneliti

dalam membantu mengumpulkan informasi dan data yang peneliti

butuhkan.

Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa masyarakat

adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu

kebudayaan yang mereka anggap sama (Depdiknas, 2007: 721).

Dalam penelitian ini yang dimaksud masyarakat adalah orang yang

tinggal menetap di Dusun Ngipik yang menjadi objek penelitian dalam

memberikan informasi serta menjadi responden dalam wawancara

mengenai judul penelitian yaitu persepsi masyarakat tentang kehidupan

sosial kemasyarakatan pelaku nikah beda agama.

Menurut Sugihen, (1997:139) mengatakan bahwa, Bila kita amati

orang-orang di dalam masyarakat dengan cermat sering sekali kita melihat

bahwa orang-orang tersebut berbeda antara seorang dengan yang lain

(43)

perbedaan tersebut. Dari gaya hidup, cara berpakaian dan lain-lain. Tapi

kita lihat di pedesaan, pasar di pedesaan rata-rata mempunyai karakteristik

yang hampir sama.

Bicara tentang masyarakat seperti di atas banyak terdapat

perbedaan, perbedaan tersebut merupakan suatu dasar untuk membuat

kerangka strtifikasi sosial (pelapisan atau strata sosial) pelapisan itu bisa

disebut dengan status, status biasanya cenderung merujuk pada kondisi

ekonomi dan sosial seseorang dalam kaitanya dengan jabatan dan peranan

yang dimemiliki orang bersangkutan di dalam masyarakat di mana ia

menjadi anggota atau partisipan, seperti yang penulis golongkan sesuai

setatus sosial di Dusun Ngipik yang terbagi dalam tiga lapisan dilihat dari

strata sosial yaitu sebagai berikut:

a. Lapisan Atas

Tergolong dalam lapisan pertama di Dusun Ngipik ini yang

menjadi informan yaitu:

Kepala Dusun, Ketua RT 03 dan Ketua RT 04, Tokoh

Masyarakat, Tokoh Agama.

b. Lapisan Tengah

Yaitu: Seorang pendidik yaitu seorang guru dalam lembaga

formal maupun guru dalam madrasah.

c. Lapisan Bawah

Tergolong dalam lapisan bawah adalah masyarakat umum Dusun

(44)

terdapat individu-individu yang saling pengaruh-mempengaruhi, dalam

saling pengaruh ini masyarakat meliputi sejumlah manusia yang hidup

berkelompok-kelompok atau begolongan-golongan yang dengan

sendirinya satu sama lain saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

Ini terjadi baik antara perorangan, antara golongan dengan golongan lain

atau antara golongan lain dengan perorangan. Dengan demikian jelas

kiranya bahwa sejumlah besar manusia yang hidup terlepas-lepas, tidak

berhubungan dan tidak pengaruh-mempengaruhi satu sama lain tidak

dapat dipandang sebagai suatu masyarakat. Sebaliknya meskipun

jumlahnya tidak seberapa banyak, tetapi satu sama lainya saling

berhubungan dan saling mempengaruhi, maka kelompok itu memenuhi

syarat untuk disebut suatu masyarakat.

Orang inggris menyebut masyarakat dengan society. Masyarakat atau sosiety adalah a relatively independent or self sufficient population characterized by internal organization, territoriality, culture disStinctiveness, and sexual recruitment (David 1 Shill, international encyclopaedia of the social sciencies, populasi yang cukup relatif independen atau mandiri ditandai dengan internal organisasi, teritorial,

budaya kekhasan, dan perekrutan seksual (David 1 Shill, ensiklopedi

internasional sciencies sosial. Masyarakat atau socity berarti civilized community, komunitas yang beradab, atau masyarakat madani, atau dalam bahasa the encyclopaedia of religion disebut dengan istilah median

(45)

Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat yaitu suatu

keinginan/dorongan individu atau kelompok didalam suatu perkumpulan,

golongan, komunitas atau masyarakat yang menimbulkan suatu argumen dalam

dirinya, karena pengaruh stimulus-stimulus yang ditangkap oleh panca indera,

pendengaran, dan gerak.

Dalam penelitian ini yang dimaksud persepsi masyarakat adalah orang

yang memandang pelaku nikah beda agama tentang pendidikan agama Islam di

Dusun Ngipik, Desa Candi, kecataman Bandungan, Kabupaten Semarang.

C. keluarga Beda Agama

Keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena ikatan pernikahan

antara sepasang suami istri untukl hidup beesama, seia sekata, seiring dan

setujuan, dalam membina maghligai rumah tangga untuk mencapai keluarga

sakina dalam lindungan dari ridha Allah (Djamarah, 2004: 28).

Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yanhg dinyatakan dengan

mengadakan hubungan dengan dia melalui upacara, penyembahan dan

permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan

ajaran agama itu (Ali, 1997: 36). Dari uraian tesebut dapat disimpulkan bahwa

keluarga beda agama adalah keluaraga yang terbentuk dari ikatan pernikahan

antara sepasang suami istri yang berbeda agama atau keyakinan.

Pada umumnya, para penganut Islam, ulama, dan yang lainya dalam

memperbincangkan persoalan halal dan haramnya pernikahan antar agama

berpegang pada ayat al-Quran seperti yang di kutip di bawah ini:

(46)

dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”. Secara etimologi, Nikah mempunyai arti mengumpulkan,

mengabungkan, menjodohkan, atau bersenggama (wath’i). Dalam memaknai

hakikat nikah, ada ulama’ yang menyatakan bahwa pengertian hakiki dari

nikah adalah bersenggama (wath’i), sedang pengertia nikah sebagai akad

merupakan pengertian yang bersifat majazy. Sementara imam syafi’i berpendapat bahwa pengertian hakiki dari nikah adalah akad, sedang

pengertian nikah dalam arti bersenggama (wath’i) merupakan pengertian yang

bersifat majazy.

Secara terminologi, nikah didefinisikan sebagai ikatan lahir batin antara

seorang laki-laki dan wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal.

Nikah adalah salah satu sendi pokok pergaulan bermasyarakat. Oleh

karena itu, agama memerintahkan kepada umatnya untuk melangsungkan

pernikahan bagi yang sudah mampu, sehingga malapetaka yang diakibatkan

oleh perbuatan terlarang dapat terhindari. Allah Swt. Berfirman:

ِكْناَف ٰىَماَتَيْلا يِف اوُطِسْقُت َّلََأ ْمُتْف ِخ ْنِإ َو

ْنِإَف ۖ َعاَبُر َو َث َلَُث َو ٰىَنْثَم ِءاَسِِّنلا َنِم ْمُكَل َباَط اَم اوُح

اوُلوُعَت َّلََأ ٰىَنْدَأ َكِلَٰذ ۚ ْمُكُناَمْيَأ ْتَكَلَم اَم ْوَأ ًةَد ِحا َوَف اوُلِدْعَت َّلََأ ْمُتْف ِخ

(47)

atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.[265] Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah[266] Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.

Berlaku adil merupakan sebuah keharusan yang telah dianjurkan oleh

Islam, berlaku adil dalam hal apapun misalkan: memberi, mengasihi itu tidak

hanya dalam kehidupan didalam keluarga namun juga kepada siapa saja yang

ada di dimuka bumi ini. Dalam pernikahan cenderung berlaku adil dalam

keluarga atau Anak, Istri dan lainya.

Pernikahan antar agama adalah Perkawinan antara dua orang yang

berbeda agama dan masing-masing tetap mempertahankan agama yang

dianutnya. Namun demikian, oleh karena UU perkawinan tidak mengatur

tentang perkawinan antar agama, maka kenyataan yang sering terjadi dalam

masyarakat apabila ada dua orang yang berbeda agama akan melakukan sering

mengalami hambatan. Hal ini disebabkan antara lain: karena para pejabat

pelaksana perkawinan dan pemimpin agama/ulama manganggap bahwa

perkawinan yang demikian dilarang oleh Agama dan karenanya bertentangan

dengan UU perkawinan yaitu pasal 1 UU perkawinan ditetapkan bahwa

perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

(48)

Menurut Al-jahrani (1996: 5) menyatakan bahwa Perkawnian adalah

ikatan antara seorang laki-laki dan wali seorang wanita atau yang mewakili

mereka. Dan dibolehkan bagi laki-laki dan wanita bersenang-senang sesuai

dengan jalan yang telah disyari’atkan. Tujuan perkawinan adalah mewujudkan

kesatuan kemasyarakatan (rumah tangga) yang didasari cinta, kasih sayang,

kerjasama dan kemuliaan akhlak.

Hukum suatu pernikahan adalah mubah, namun bisa berubah menjadi

sunnah, wajib, makruh dan haram. Perincianya sebagaimana di bawah ini.

1. Wajib hukumnya menurut Jumhur Ulama bagi orang yang mampu untuk

menikah dan kuatir akan perbuatan zina, alasanya, dia wajib menjaga

dirinya agar terhindar dari perbuatan haram.

2. Haram hukumnya bagi orang yang yakin akan menzalimi dan membawa

mudarat kepada istrinya karena ketidakmampuan dalam memberikan nafkah

lahir dan batin.

3. Sunnah hukumnya menurut Jumhur Ulama bagi yang apabila tidak

menikah, sanggup menjaga diri untuk tidak melakukan perbuatan haram

dan, apabila ia menikah, ia yakin tidak akan menzalimi dan membawa

mudarat kepada istrinya (Ni’am, 2005: 3-5).

Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral. Hakikat pernikahan adalah

bersatunya hidup antara laki-laki dan perempuan (yang saling mencintai) untuk

membentuk hidup bersama dan memiliki tujuan yang sama yaitu menemukan

(49)

Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI

VII, pada 19-22 Jumadhil akhir 1426 H./ 26-29 Juli 2005 M., setelah

Menimbang:

1. Bahwa belakangan ini disinyalir banyak terjadi perkawinan beda agama;

2. Bahwa perkawinan beda agama ini bukan saja mengundang perdebatan di

antara sesama umat islam, akan tetapi juga mengundang keresahan di

tengah-tengah masyarakat;

3. Bahwa di tengah-tengah masyarakat telah muncul pemikiran yang

membenarkan perkawinan beda agama dengan dalih hak asasi manusia dan

kemaslahatan;

4. Bahwa untuk mewujudkan dan memelihara ketentraman kehidupan

berumah tangga, MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang

perkawinan beda agama untuk dijadikan pedoman.

Pernikahan beda agama merupakan pasangan antara pria dan wanita

dengan latar belakang agama yang berbeda antara suami dengan istri. Sebagai

contoh kasus yang ada di Dusun Ngipik seorang laki-laki yang beragama

(katolik) menikahi perempuan yang beragama (Islam). Tentunya

memungkinkan aturan yang berbeda pula, khusunya dalam berkeluarga dan

memungkinkan dampak negatif pada lingkungan yang mayoritas

masyarakanya beragama Islam seperti obyek penelitian ini. Dari situlah MUI

melarang pernikahan beda agama yang memungkinkan adanya perselisihan

(50)

D.Pendidikan Agama pada Keluarga Nikah Beda Agama

Dalam penjelasan pasal 39 ayat (2) disebutkan: pendidikan agama

merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa sesuai agama yang dianutnya oleh peserta didik yang

bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain

dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk

mewujudkan persatuan nasional (Saridjo, 1996: 62).

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama adalah usaha untuk

memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai

agama yang dianutnya. Adapun tujuan pendidikan agama dalam segala tingkat

pengajaran umum adalah sebagai berikut:

1. Menanamkan rasa cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak yaitu

meningatkan hikmah Allah yang tidak terhitung banyaknya.

2. Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada

kanak-kanak.

3. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya mengikuti suruhan Allah dan

meningglakan larangan-Nya, baik terhadap Allah maupun masyarakat, yaitu

degan mengisi hati mereka , supaya takut kepada Allah dan ingin pahalanya,

4. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya membiasakan akhlak yang

mulia dan kebiasaan yang baik.mengajar pelajar-pelajar, supaya mengetahui

macam-macam ibadat yang wajib dikerjakan dan cara melakukanya serta

(51)

dunia maupun di akhirat.begitu juga mengajarkan hukum-hukum yang

diketahui oleh tiap-tiap orang Islam, serta taat mengikutnya.

5. Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat.

6. Memberikan contoh dan meniru teladan yang baik, serta pengajaran dan

nasihat-nasihat yang baik.

7. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, yang

berbudi luhur dan berakhlak mulia serta berpegang teguh pada ajaran

agama.

Pendeknya tujuan pendidikan agama yaitu mendidik seseorang supaya

menjadi muslim sejati, beriman teguh, beramal sholih, dan berakhlak mulia,

sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup di

atas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa bahkan

semua umat manusia (Yunus, 1965: 7).

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama adalah untuk membentuk

manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, melaksanakan

ajaran-Nya dan menjauhi segala laranga-ajaran-Nya.

Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran agama Islam,

yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik yang nantinya setelah

selesai dalam pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengenalkan

ajaran-ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan dan amalan hidupnya.

(52)

Adapun materi pendidikan Islam mencakup lima hal yaitu:

1. Ketauhidan, artinya anak-anak harus didampingi agar bertuhan kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Materi ini mencangkup semua nikmat, menyakini

hari pembalasan, dan melarang keras syirik. Materi ini sebenarnya

merupakan harapan utama dalam pendidikan yang mendasari pendidikan

lainya.

2. Pendidikan akhlak, maksudnya anak-anak itu dilatih agar memiliki akhlak

terpuji. Materi ini mencakup: akhlak kepada Tuhan, orangtua,dan

masyarakat. hal ini nanti akan mendasari akhlak anak kepada gurunya.

3. Pendididkan sholat, artinya anak-anak harus dilatih dan dibiasakan

mengeerjakan sholat sebagai salah satu tanda kepatuhan kepada Allah.

Pendidikan sholat itu kelak akan menjadi dasar bagi anak-anak shalih, dan

apabila shalatnya baik, maka amal-amal yang lainya akan baik dan

sebagainya.

4. Pendidikan amar ma’ruf nahi mungkar, artinya harus dibimbing utnuk

memiliki sifat konstruktif bagi perbaikan kehidupan masyarakat. hal ini

tidak akan dapat dilakukan bila materi pertama dan ketiga belum dimiliki.

5. Pendidikan ketabahan dan kesabaran, artinya harus ulet dan sabar, dua sifat

yang memang tidak bisa dipisahkan. Sifat kontruktif pada butir ke empat

tidak selalu mudah untuk memerlukan keuletan dan kesabaran. Dalam

mencapai cita-cita tidak selalu mudah, dan seringkali adanya keruwetan

(53)

Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

utama. Disebut sebagai lingkungan atau lembaga pendidikan pertama karena

sebelum manusia mengenal lembaga pendidikan yang lainya, pendidikan inilah

yang pertama ada. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir

bahkan sejak dalam kandungan pertamakali adalah dalam keluarga.

Antara keluarga dan pendidikan yaitu dua istilah yang tidak bisa

dipisahkan, karena dimana ada keluarga disitu ada pendidikan. Dimana ada

orang tua disitu ada anak merupakan suatu kemestian didalam keluarga. Ketika

ada yang mendidik anaknya, maka pada waktu yang sama ada anak yang

menghajatkan pendidikan dari orang tua. Dari sini muncullah istilah

“pendidikan keluarga”, artinya pendidikan yang berlangsung dalam keluarga

yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawab dalam

mendidik anak dalam keluarga (Djamarah, 2004: 2).

Di dalam masyarakat terdapat berbagai karakter yang dimiliki setiap

indivu berbeda satu sama lain, yang memungkinkan adanya pro-kontra dalam

sebuah pandangan, keinginan dan sebagainya. Dalam kehidupan bermasyarakat

banyak sekali permasalahan baik individu, keluarga dan lingkuganya. Orang

yang baik dan buruk biasanya di lihat dari kacamata perilaku dari keseharianya

entah itu dari pribadinya, keluarganya, dan kemasyarakatanya.

Keluarga merupakan lingkungan pendidik tertua yang bersifat informal

dan kodrati. Lahirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan semenjak manusia

itu ada.tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak,

(54)

hakekatnya tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Kecuali itu kalaupun

anaknya dimasukkan ke lembaga sekolah misalnya, tugas dan tanggung jawab

mendidik yang berada ditangan orangtuanya tetap melekat padanya.

Pendidikan diluar keluarga adalah sebagai bantuan saja (Nur Ahid, 2010: vi)

Dari urain di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan keluarga

adalah satu-satunya lembaga yang ada sejak manusia ada. Keluarga berperan

penting sebagai lembaga pendidikan yang menjadi tanggung jawab terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Total cost diketahui dari analisis pendekatan biaya, dan total revenue adalah hasil dari unit output apartemen dikalikan dengan besarnya nilai harga P

USER MANUAL MINIMUM SISTEM

berkat dan rahmat Nya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ ANALISIS YURIDIS LEGALITAS PENJUALAN BAHAN BAKAR MINYAK ECERAN OLEH PERTAMINI “ Sholawat serta salam

Melalui uji moderated regression analysis (MRA) dihasilkan customer satisfaction mampu memoderasi trust, commitment, communication dan conflict handling terhadap

Promosi koperasi mempunyai indikasi berpengaruh terhadap penjualan kredit koperasi Karya Husada sehingga dengan tingkat promosi baiknya koperasi tersebut maka para anggota

Jenis pompa roda gigi dalam ini biasanya mempunyai dua roda gigi yang berpasangan. Profil gigi yang dipakai adalah profil gigi lurus, dan roda gigi kecil terletak di dalam roda

Sumber: Kotler (1997) Rangsangan pemasaran Produk Harga Tempat Promosi Rangsangan lain Ekonomi Teknologi Politik Budaya Karakteristik pembeli Budaya Sosial Pribadi Psikologis

Dan Pembelajaran Proses penghasilan karya sepanjang aktiviti membuat lukisan pemandangan di sawah padi berdasarkan empat standard kandungan. Refleksi