• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Komponen Evaporator Mesin Pendingin Adsorpsi Dengan Menggunakan Simulasi 3D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Komponen Evaporator Mesin Pendingin Adsorpsi Dengan Menggunakan Simulasi 3D"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Umum Adsorpsi

Kemampuan benda padat yang berpori untuk mengadsopsi volume gas

dalam ukuran yang besar telah ditemukan pada abad ke-18 ditemukan oleh

eksperimen yang dilakukan oleh Scheele dan Fontana [3]. Tetapi aplikasi

pemisahan dan pemurnian dari prosess industri dalam ukuran besar baru

dipraktekkan dalam beberapa tahun belakangan ini. Praktek adsorpsi mengunakan

karbon aktif atau silica gel serta zeolite sintetis sebagai adsorbent telah dipakai

secara luas pada akhir tahun 1950.

2.1.1. Jenis – Jenis Adsorpsi

Berdasarkan Interaksi molekular antara permukaan adsorben dengan adsorbat,

adsorpsi dibagi menjadi 2 yaitu :

2.1.1.1. Adsorpsi Fisika

Adsorpsi Fisika terjadi karena adanya gaya Van der Waals. Pada adsorpsi fisika,

gaya tarik menarik antara molekul fluida dengan molekul pada permukaan

padatan (Intermolekuler) lebih kecil dari pada gaya tarik menarik antar molekul

fluida tersebut sehingga gaya tarik menarik antara adsorbat dengan permukaan

adsorben relatif lemah pada adsorpsi fisika, adsorbat tidak terikat kuat dengan

permukaan adsorben sehingga adsorbat dapat bergerak dari suatu bagian

permukaan ke permukaan lainnya dan pada permukaan yang ditinggalkan oleh

(2)

permukaan padatan dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat

reversibel. Adsorpsi fisika memiliki kegunaan dalam hal penentuan luas

permukaan dan ukuran pori.

2.1.1.2. Adsorpsi Kimia

Adsorpsi kimia terjadi karena adanya ikatan kimia yang terbentuk antara molekul

adsorbat dengan permukaan adsorben. Ikatan kimia dapat berupa ikatan

kovalen/ion. Ikatan yang terbentuk kuat sehingga spesi aslinya tidak

dapatditentukan. Karena kuatnya ikatan kimia yang terbentuk maka adsorbat tidak

mudah terdesorpsi. Adsorpsi kimia diawali dengan adsorpsi fisik dimana adsorbat

mendekat kepermukaan adsorben melalui gaya Van der Waals/ Ikatan Hidrogen

kemudian melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia yang biasa

merupakan ikatan kovalen .[4]

2.1.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Daya Adsorpsi

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi yaitu :

2.1.2.1. Jenis Adsorbat

• Ukuran molekul adsorbat, Ukuran molekul adsorbat yang sesuai

merupakan hal yang penting agar proses adsorpsi dapat terjadi, karena

molekul-molekul yang dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul yang

diameternya lebih kecil atau sama dengan diameter pori adsorben.

• Kepolaran zat, Adsorpsi lebih kuat terjadi pada molekul yang lebih polar

dibandingkan dengan molekul yang kurang polar pada kondisi diameter

(3)

molekul-molekul yang kurang polar yang telah lebih dahulu teradsorpsi .

Pada kondisi dengan diameter yang sama, maka molekul polar lebih

dahulu diadsorpsi.

2.1.2.2. Suhu

Molekul-molekul adsorbat menempel pada permukaan adsorben terjadi

pembebasan sejumlah energi sehingga adsorpsi digolongkan bersifat eksoterm.

Bila suhu rendah maka kemampuan adsorpsi meningkat sehingga adsorbat

bertambah.

2.1.2.3. Tekanan Adsorbat

Bila tekanan adsorbat pada adsorpsi fisika meningkat maka jumlah molekul

adsorbat akan bertambah namun pada adsorpsi kimia jumlah molekul adsorbat

akan berkurang bila tekanan adsorbat meningkat.

2.1.2.4. Karakteristik Adsorben

Ukuran pori dan luas permukaan adsorben merupakan karakteristik penting

adsorben. Ukuran pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil

ukuran pori adsorben maka luas permukaan semakin tinggi. Sehingga jumlah

molekul yang teradsorpsi akan bertambah. Selain itu kemurnian adsorben juga

merupakan karakterisasi yang utama dimana pada fungsinya adsorben yang lebih

murni yang lebih diinginkan karena kemampuan adsorpsi yang baik.

(4)

• Temperatur, Oleh karena proses adsorpsi adalah proses yang eksotermis,

maka adsorpsi akan berkurang pada temperatur lebih tinggi. Jika terdapat

reaksi antara kontaminan yang teradsorpsi dan permukaan adsorben antara

2 atau lebih kontaminan kimia tersebut maka laju reaksinya akan

meningkat pada temperatur yang lebih tinggi.

• Kelembapan, Uap air mudah diadsorpsi oleh jenis adsorben polar sehingga

kelembapan yang tinggi dapat mempengaruhi dan mengurangi

kemampuan adsorben tersebut untuk mengadsorpsi kontaminan.

• Laju Alir Pengambilan Sampel, Jika terlalu tinggi laju alir dapat

mengurangi efisiensi adsorpsi

• Adanya Kontaminan Lain, Adanya kontaminan lain dapat mengurangi

efisiensi adsorpsi karena adanya kompetisi antar kontaminan tersebut pada

bagian adsorpsi. Reaksi antar senyawaan juga mungkin terjadi, sehingga

diperoleh hasil konsentrasi yang lebih rendah yang seharusnya.

• Adsorpsi Zat Terlarut oleh Zat Padat, Penyerapan zat dari larutan, mirip

dengan penyerapan gas oleh zat padat. Penyerapan bersifat selektif yang

diserap hanya zat terlarut oleh pelarut. Bila didalam suatu larutan terdapat

2 buah zat ataupun lebih maka zat yang satu akan diserap lebih kuat

dibanding zat yang lain. Zat yang dapat menurunkan tegangan permukaan

maka lebih kuat diserap. Makin kompleks zat terlarut makin kuat diserap

oleh adsorben. Makin tinggi temperatur, maka makin kecil daya serap.

Namun pengaruh temperatur tidak sebesar pada adsorpsi gas. [5]

(5)

Isoterm adsorpsi adalah hubungan kesetimbangan antara konsentrasi dalam fase

fluida dan konsentrasi di dalam partikel adsorben pada suhu tertentu. Ada

beberapa isoterm adsorpsi yang diketahui seperti model isoterm Langmuir,

Freundlich dan juga model isoterm Brunauer, Emmet, dan Teller (BET).

2.2. Sistem Pendinginan Adorbsi

Gambar 2.1 Siklus Dasar Refrigerasi Adsorpsi[6]

Pada kondisi awal sistem berada pada tekanan dan temperatur rendah, adsorben

memiliki konsentrasi refrigeran yang tinggi dan vessel lain terdapat refrigeran

dalam bentuk gas (gambar a). Vessel yang terdapat adsorben dipanaskan yang

(6)

adsorbat yang ada di dalam adsorben berkurang atau menguap. Proses

berkurangnya kandungan adsorbat pada adsorben pada kasus ini disebut desorpsi.

Refrigeran yang terdesorpsi kemudian terkondensasi sebagai cairan di dalam labu

kedua dengan dikeluarkannya panas ke lingkungan dimana tekanan dan

temperatur sistem masih tinggi (gambar b). Pemanasan pada labu pertama

dihentikan, lalu pada botol labu yang pertama terjadi perpindahan panas ke

lingkungan sehingga tekanan sistem menjadi rendah. Tekanan sistem yang rendah

menyebabkan adsorbat cair pada botol labu yang kedua menguap dan terserap ke

botol pertama yang berisi adsorben. Proses terserapnya adsorbat ke adsorben pada

kasus ini disebut adsorpsi. Proses adsorpsi menghasilkan efek pendinginan yang

terjadi pada botol labu kedua, dimana pada tekanan rendah panas dari lingkungan

diserap untuk menguap adsorbat (d) sampai sistem kembali ke kondisi awal.

Siklus mesin pendingin adsorpsi dapat digambarkan pada diagram Clayperon

(7)

Gambar 2.2 Diagram Clayperon pada Sistem Pendingin Siklus Adsorpsi[2]

Prosess pemanasan (prosess 1-2) dan prosess desorbsi (prosess 2-3) adalah

stengah dari prosess keseluruhan dan prosess pendinginan (prosess 3-4) dan

prosess adsorbs (prosess 4-1) adalah prosess yag terjadi pada saat terjadinya siklus

Adsorpsi. Pada prosess pemanasan, adsorben menerima panas dari matahari dan

meningkatkan panas pada adsorbent dan adsorbat adalah prosess pemanasan

isoteric pada konsentrasi adsorbat = xmax. Ketika tekanan pada adsorben mencapai

tekanan pada kondensor, uap adsorbat akan berpindah ke kondensor dan

mengalami prosess kondensasi, maka konsentrasi dari adsorbat akan turun hingga

minimumnya xmin

2.3.Adsorben

. Pada akhir dari prosess desorbsi, siklus ini akan dilanjutkan

dengan pendinginan kolektor, prosess pendinginan isoteric (prosess 3-4).

Kemudian adsorbat yang telah berbentuk cair akan turun hingga evaporator,

dimana dia akan mengalami prosess penguapan dengan menggunakan panas

lingkungannya yaitu air. Pada akhirnya air akan mengalami pendinginan dan

menjadi es sebahagian atau seluruhnya, setelah itu adsorbent akan mengadsorpsi

uap adsorbent yang mengalir dari evaporator pada tekanan evaporator, ditandai

dengan prosess 4-1 [2].

Adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung

terutama pada dinding-dinding pori atau pada letak-letak tertentu di dalam

partikelnya. Karena pori-porinya biasa kecil maka luas permukaan dalam

mencapai beberapa orde besaran lebih besar dari permukaan luar dan bisa sampai

(8)

sedemikian kuat sehingga memungkinkan pemisahan komponen itu secara

menyeluruh dari fluida tanpa terlalu banyak adsorpsi terhadap komponen lain.

2.3.1. Jenis – jenis Adsorben

2.3.1.1. Adsorben Tidak Berpori (Non-Porous Sorbent)

Adsorben tidak berpori dapat diperoleh dengan cara presipitasi deposit kristalin

seperti BaSO4 atau penghalusan padatan kristal. Luas permukaan spesifiknya

kecil tidak lebih dari 10 m2 /g dan umumnya antara 0,1 s/d 1 m2/g. Adsorben yang

tidak berpori seperti filter karet (rubber filters) dan karbon hitam bergrafit

(graphitized Carbon Black) adalah jenis adsorben tidak berpori yang telah

mengalami perlakuan khusus sehingga luas permukaannya dapat mencapai

ratusan m2

2.3.1.2. Adsorben Berpori( Porous Sorbents) /g.

Luas permukaan spesifik dsorben berpori berkisar antara 100 s/d 1000 m2

2.3.2. Kriteria Adsorben untuk Menjadi Adsorben Komersil

/g.

Biasanya digunakan sebagai penyangga katalis, dehidrator, dan penyeleksi

komponen. Adsorben ini umumnya benbentuk granular. Klasifikasi pori menurut

International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) adalah : • Pori-pori

berdiameter kecil (Mikropores d < 2 nm ) • Pori-pori berdiameter sedang (

Mikropores 2 < d <50 nm) • Pori-pori berdiameter besar ( Makropores d > 50 nm

)

Kriteria yang harus dipenuhi suatu adsorben untuk menjadi adsorben komersial

(9)

1. Memiliki permukaan yang besar/unit massanya sehingga

kapasitas adsorpsinya akan semakin besar pula

2. Secara alamiah dapat berinteraksi dengan adsorbat pasangan

3. Ketahanan struktur fisik yang tinggi

4. Mudah diperoleh, harga tidak mahal, tidak korosif dan tidak

beracun

5. Tidak ada perubahan volume yang berarti selama proses adsorpsi

Mudah dan ekonomis untuk diregenerasi.

Beberapa jenis adsorben berpori yang telah digunakan secara komersial antara

lain karbon aktif, zeolit, silika gel, alumina aktif. Seperti pada gambar di bawah

ini :

(10)

2.4. Karbon Aktif Sebagai Adsorben

Karbon aktif secara komersial diketahui pertama kali karena penggunaannya

sebagai topeng uap pada perang dunia I. Namun, pada abad ke-15 sudah diketahui

bahwa karbon hasil dekompresiasi kayu dapat menyingkirkan bahan berwarna

dari pada abad ke-17. Penerapan secara komersil arang kayu digunakan dalam

sebuah pabrik gula di Inggris. Karbon aktif merupakan adsorben terbaik dalam

sistem adsorpsi. Ini dikarenakan arang aktif memiliki luas permukaan yang besar

dan daya adsorpsi yang tinggi sehingga pemanfaatannya dapat optimal. Karbon

aktif yang baik harus memiliki luas permukaan yang besar sehingga daya

adsorpsinya juga besar. Luas permukaan karbon aktif umumnya berkisar antara

300–3000 m2/g dan ini terkait dengan struktur pori pada karbon aktif tersebut.

Karbon aktif adalah material berpori dengan kandungan karbon 87%-97% dan

sisanya berupa hidrogen, oksigen, sulfur, dan material lain. Karbon aktif

merupakan karbon yang telah diaktivasi sehingga terjadi pengembangan struktur

pori yang bergantung pada metode aktivasi yang digunakan. Struktur pori

menyebabkan ukuran molekul teradsorpsi terbatas, sedangkan bila ukuran partikel

tidak masalah, kuantitas bahan yang diserap dibatasi oleh luas permukaan karbon

aktif. Perbedaan antara arang dan arang aktif adalah pada bagian permukaannya.

Bagian permukaan arang masih ditutupi oleh deposit hidrokarbon yang

menghalangi keaktifannya, sementara bagian permukaan arang aktif relatif bebas

dari deposit dan permukaannya lebih luas serta pori–pori yang terbuka sehingga

dapat melakukan penyerapan. Kemampuan adsorpsi arang aktif tidak hanya

(11)

arang aktif, karakteristik permukan dan keberadaan grup fungsional pada

permukaan pori.

Pada saat pemilihan karbon aktif yang dipakai untuk aplikasi, ada beberapa

spesifikasi yang perlu diperhatikan :

1. Kekerasan karbon aktif

Penggunaaan karbon aktif sebagai penyaringan air, maka kekerasan karbon aktif,

atau kuatnya karbon aktif terhadap abrasi sangat berpengaruh pada hasil

penyaringan.

2. Densitas karbon aktif

Densitas karbon aktif yang paling bagus adalah yang paling rendah, dimana

dengan semakin kecil nilai densitas karbon aktif tersebut maka semakin banyak

dan semakin rapat karbon aktif yang dipakai untuk memenuhi satu wadah

dibandingkan dengan karbon aktif yang memiliki densitas yang tinggi.

3. Kadar iodine

Kadar iodine adalah suatu nilai yang sangat penting dilihat pada saat pemilihan

untuk aplikasi adsorbsi, kadar iodine menunjukan seberapa besar pori-pori

berukuran mikro yang terdapat dalam karbon aktif tersebut, atau total permukaan

dalam karbon aktif. Untuk aplikasi adsorbsi ini penulis menggunakan karbon aktif

(12)

Gambar 2.4 Karbon Aktif

2.5.Metanol Sebagai Adsorbat

Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang

mudah menguap ataupun berubah dari gas menjadi cair atau sebaliknya. Adapun

sifat metanol dapat dilihat seperti tabel berikut ini

Tabel 2.1. Sifat Metanol [7]

No Sifat Metanol Nilai Sifat Metanol

1 Massa Jenis (cair) 787 Kg/m3

2 Titik Lebur -97.7 oC

3 Titik Didih 64,5 oC

4 Klasifikasi EU Flamamable (F), Toxic (T)

(13)

Metanol merupakan bent

metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah

terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada

Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan

sebagai bahan additif bagi etanol industri. Metanol diproduksi secara alami oleh

metabolisme

(dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap metanol tersebut

aka

(14)

2.6. Studi Literatur Jurnal Internasional

Sistem pendinginan dengan menggunakan konsep siklus adsorpsi ini telah

menarik minat para peneliti dan mengalami peningkatan sejak tahun 1990an

karena sistem ini murah, ramah lingkingan dan mudah digunakan sebagai sistem

pendingin, pembuatan es, pengawetan makanan dan penyimpanan vaksin.[2]

Sistem ini bergantung pada suatu material solid yang berongga yang dapat

mengadsorpsi dan mendesorbsi uap dari refrigerant pada kondisi tertentu. Siklus

adsorbs ini mebutuhkan suatu lapisan adsorbent yang diletakan didalam kolektor

surya untuk mendesorbsi refrigerant dalam siang hari dan melakukan adsorpsi

pada refrigerant pada malam hari sehingga evaporator dapat menjadi dinggin dan

dapat menghasilkan es.

Pada siklus adsorpsi ini, medium yang digunakan sebagai pengadsorpsi

(adsorbent) dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu adsorpsi fisik (physical

adsorption) dan adsorpsi kimia (chemical adsorption). Adsorpsi fisik disebabkan

oleh gaya Van de Walls antara molekul adsorben dan adsorbat. Karena memiliki

porositas yang tinggi, adsorben ini dapat menyerap adsorbat dan menempatkannya

dalam celah - celahnya. Sementara adsorpsi kimia disebabkan oleh reaksi kimia

antara adsorben dan adsorbat. Transfer elektron, pembentukan dan pemutusan

ikatan kimia selalu terjadi pada adsorpsi kimia . Adsorbent fisik yang umum

digunakan pada pendingin adsorpsi adalah karbon aktif (activated carbon), karbon

aktif fiber (activated carbon fiber), silica gel, dan zeloit. Khusus untuk adsorben

karbon aktif dibuat dari material yang banyak mengandung karbon antara lain dari

(15)

Sebagai langkah awal telah dilakukan studi literatur hasil - hasil penelitian tentang

mesin pendingin siklus adsorpsi khusunya yang menggunakan pasangan karbon

aktif dan metanol telah dipublikasikan secara international. Sistem mesin

pendingin siklus adsorpsi terdiri dari kolektor yang sekaligus bertindak sebagai

generator, kondensor, dan evaporator. Komponen dari siklus ini dapat dilihat pada

gambar 1 dan gambar 2 yang menjelaskan prinsip kerja proses desorpsi dan

adsorpsi. Di dalam kolektor ini dimuat karbon aktif yang massa optimumnya

menurut adalah sebesar 20 – 26 kg/m2. Kolektor ini harus tertutup, tidak tembus

udara luar dan memiliki pipa penghubung yang menjadi laluan refrigeran masuk

dan keluar dari generator. Karbon aktif akan menyerap uap refrigeran, uap ini

akan menempati celah - celah kosong di antara karbon aktif dengan fasa hampir

cair. Karbon aktif yang mengandung metanol ini jika dipanaskan dengan

menggunakan sinar matahari, maka temperatur dan tekanannya akan naik. Kondisi

ini akan membuat uap refrigeran pada suhu dan tekanan tinggi akan terlepas dari

(16)

adsorben dimana prosesnya disebut adsorpsi. Uap refrigeran ini akan mengaliri

kondensor dan karena pendinginan uap akan berubah menjadi cair dan

terakumalasi di evaporator. Proses ini akan berlangsung selama adanya energi

panas dan sinar matahari. Pada malam hari atau jika adsorber ditutup, temperatur

dan tekanan generator akan turun. Pada kondisi ini karbon aktif siap untuk

menyerap metanol kembali. Kondisi ini akan membuat metanol yang ada di

evaporator menguap dan diserap oleh karbon aktif dan proses ini disebut adsorpsi.

Gambar 2.7 Prinsip kerja mesin pendingin siklus adsorpsi

Proses evaporasi metanol ini akan menyerap kalor dari air sebesar kalor

(17)

menjadi es. Pada hari berikutnya proses akan berulang kembali. Dengan

menggunakan siklus adsorpsi, penelitian yang menggunakan pasangan karbon

aktif dan metanol sebagai refrigeran yang digerakkan oleh energi matahari telah

banyak dilakukan dan dilaporkan dalam beberapa jurnal ilmiah. Pons dan

Guillminot [8] merupakan pelopor penelitian di bidang ini, mereka melakukan

perancangan dan pengujian mesin pembuat es yang digerakkan tenaga matahari.

Kolektor yang digunakan adalah tipe plat datar dengan luas bidang penyerapan 6

m2 yang mengandung 130 kg karbon aktif dan metanol sebagai refrigeran

sebanyak 18 kg. Pada kondisi sinar matahari yang baik dan lokasi pengujian ada

di daerah Orsay, Francis, mereka mengklaim dapat menghasilkan 30 – 35 kg es

per hari. Li dkk[9] melakukan pengujian performansi dan analisis mesin pembuat

es dengan menggunakan solar kolektor tipe dua plat datar dengan metanol sebagai

refrigeran. Pengujian dilakukan di laboratorium dan sinar matahari disimulasikan

dengan menggunakan lampu quartz. Dengan total radiasi dan lampu sebesar 28 -

30 MJ dapat dihasilkan 7 – 10 kg es. Khattab [10], melakukan penelitian di cairo

(300 latitute), juga menggunakan pasangan karbon aktif (produk lokal) dan

metanol dan melakukan modifikasi pada kolektor. Hasil yang didapatkan adalah

6,9 kg es/m2 pada musim dingin dan 9,4 kg es/m2 pada musim panas. Li dkk

melakukan pengembangan mesin pembuat es tanpa menggunakan katup.

Kolektornya adalah tipe plat datar dengan luas 1 m2 dan mengandung 19 karbon

aktif yang diproduksi di China. Dengan kapasitas penyinaran sebesar 18 – 22

(18)

2.7 Kalor (Q)

Kalor adalah energi yang berpindah yang mengakibatkan perubahan temperatur

[12]. Pada abad ke-19 berkembang teori bahwa kalor merupakan fluida ringan

yang dapat mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah, jika suatu benda

mengandung banyak kalor, maka suhu benda itu tinggi (panas). Sebaliknya, jika

benda itu mengandung sedikit kalor, maka dikatakan benda itu bersuhu rendah

(dingin). Kuantitas energi kalor (Q) dihitung dalam satuan joules (J). Laju aliran

kalor dihitung dalam satuan joule per detik (J/s) atau watt (W). Laju aliran energi

ini juga disebut daya, yaitu laju dalam melakukan usaha.

2.7.1 Kalor Laten

Suatu bahan biasanya mengalami perubahan temperatur bila terjadi perpindahan

kalor antara bahan dengan lingkungannya. Pada suatu situasi tertentu, aliran kalor

ini tidak merubah temperaturnya. Hal ini terjadi bila bahan mengalami perubahan

fasa. Misalnya padat menjadi cair, cair menjadi uap dan perubahan struktur kristal

(zat padat) [12]. Energi yang diperlukan disebut kalor transformasi. Kalor yang

diperlukan untuk merubah fasa dari bahan bermassa m adalah:

QL= Le

= Kapasitas kalor spesifik laten (J/kg)

2.7.2 Kalor Sensibel

Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut merubah

(19)

termometer. Ketika perubahan temperatur didapatkan, maka dapat diketahui

bahwa intensitas panas telah berubah dan disebut sebagai kalor sensible. Dengan

kata lain, kalor sensibel adalah kalor yang diberikan atau yang dilepaskan oleh

suatu jenis fluida sehingga temperaturnya naik atau turun tanpa menyebabkan

perubahan fasa fluida tersebut [12].

Qs

dimana:

= m Cp ΔT...(2.2.)

Qs

Cp = Kapasitas kalor spesifik sensibel (J/kg.K)

= Kalor sensible (J)

ΔT = Beda temperatur (K)

2.7.3 Perpindahan Kalor

Panas hanya akan berpindah jika ada perbedaan temperatur, yaitu dari sistem yang

bertemperatur tinggi ke sistem bertemperatur rendah. Perbedaan temperatur ini

mutlak diperlukan sebagai syarat terjadinya perpindahan panas. Selama ada

perbedaan temperatur antara dua sistem maka akan terjadi perpindahan panas.

Mekanisme perpindahan panas yang terjadi dapat dikategorikan atas 3 jenis yaitu:

konduksi, konveksi dan radiasi.

1. Konduksi

Konduksi adalah proses perpindahan panas yang mengalir melalui suatu bahan

padat dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah

di dalam suatu medium (padat, cair atau gas). Peristiwa ini menyangkut

(20)

pemikiran telah menghasilkan laju aliran kalor untuk konduksi. Kepadatan aliran

(flux) energi perpindahan kalor secara konduksi disebuah batangan padat,

sebanding dengan beda suhu dan luas penampang serta berbanding terbalik

dengan panjangnya [13].

Pengamatan dibuktikan dengan serentetan percobaan sederhana. Fourter telah

memberikan sebuah model matematika untuk proses ini. Dalam hal satu dimensi,

model matematikanya yaitu :

�= −�.�.��

��...(2.3.)

dimana :

q = Laju perpindahan panas (W)

A = Luas penampang dimana panas mengalir (m2

��

�� = Gradien suhu pada penampang, atau laju perubahan suhu T

)

terhadap jarak dalam arah aliran panas x (K)

k = Konduktivitas termal bahan (W/m.K)

Daya hantar termal merupakan suatu karakteristik dari bahan dan perbandingan

K/l disebut hantaran (konduktivitas) yang ditentukan oleh struktur molekul bahan.

Semakin rapat dan tersusun rapinya molekul-molekul yang umumnya terdapat

pada logam akan memindahkan energi yang semakin cepatdibandingkan dengan

susunan yang acak dan jarang yang pada umumnya terdapat terdapat pada bahan

bukan logam.

Bahan yang mempunyai konduktifitas termal yang tinggi dinamakan konduktor,

sedangkan bahan yang konduktifitas termal rendah disebut isolator. Nilai angka

konduktifitas termal menunjukan beberapa cepat kalor mengalir dalam bahan

(21)

Gambar 2.8. Perpindahan panas pada kolektor surya

Peristiwa perpindahan konduksi pada mesin pendingin tenaga surya terjadi pada

sisi-sisi kolektor yang diisolasi oleh rockwool, styrofoam,busa hitam dan kayu.

Energi panas hilang (Qloss) dan berpindah dari ruang dalam kolektor menuju

temperatur yang lebih dingin (temperatur lingkungan).

2. Konveksi

Perpindahan kalor konveksi bergantung pada konduksi antara permukaan

benda padat dengan fluida terdekat yang bergerak. Persamaan laju perpindahan

panas secara konveksi secara umum:

�= ℎ�(∆�)...(2.4.)

dimana:

q = Laju perpindahan panas konveksi (W)

h = koefisien pindahan panas konveksi (W/m2

A = luas penampang (m

K)

2

ΔT = perubahan suhu (K)

)

- Konveksi Alami (Natural Convection)

Konveksi jenis ini terjadi karena proses pemanasan yang menyebabkan fluida

(22)

konveksi bebas terjadi karena gaya buoyancy (apung) yang dialaminya apabila

kerapatan fluida di dekat permukaan perpindahan kalor berkurang sebagai akibat

proses pemanasan.[14] Bilangan Grashof merupakan perbandingan antara gaya

buoyancy terhadap gaya viskositas fluida.

��� = ��(��−�∞)��

3

�2 ...(2.5)

dimana:

g adalah percepatan gravitasi (m/s2); � adalah koefisien ekspansi volume, 1/K

(�=1� untuk gas ideal); Ts adalah temperatur permukaan (oC); �∞ adalah

temperatur fluida yang bergerak di sekitar permukaan (oC); Lc adalah karateristik

panjang dari bentuk geometri (m); � adalah viskositas kinematik (m2

Tabel 2.2. Korelasi empiris bilangan Nusselt rata-rata yang terjadi pada

permukaan proses konveksi bebas[14].

(23)

Dari nilai Grashof dan Prandtl dapat dihitung nilai Rayleigh dengan rumus 2.6

untuk plat datar dan 2.7 untuk fin :

��� =��(��−�∞)�

3

�2 �� ……….(2.6)

��� =

��(�−�)(��)3

�2 ��……….(2.7)

Dimana As adalah luas seluruh perukaan fin, dan p adalah total perimeter atau

(24)

3. Radiasi

Radiasi adalah proses perpindahan panas tanpa melalui media. Bila energi radiasi

mengenai permukaan suatu bahan, maka sebagian akan dipantulkan (refleksi) ,

sebagian lagi akan diserap (absorbsi) dan sebagian lagi akan diteruskan

(transmisi). Kebanyakan benda padat tidak bisa mentransmisikan radiasi thermal

sehingga penerapan transmisivitas dianggap nol [14].

Energi yang diradiasikan dari suatu permukaan ditentukan dalam bentuk daya

pancar (emissive power) yang secara termodinamika dapat dibuktikan bahwa daya

pancar tersebut sebanding dengan pangkat empat dari temperatur absolutnya.

Untuk radiator ideal, biasanya berupa benda hitam (black body).

Persamaan untuk mencari perpindahan panas radiasi adalah sebagai berikut:

���� = ���(�4− ����4 )...(2.6.)

dimana :

qrad = laju perpindahan panas radiasi (W)

ε = emisivitas bahan

A = luas permukaan (m2

Penggunaan energi surya meliputi pengaturan kedudukan permukaan pengumpul

(kolektor) pada berbagai sudut dengan bidang horizontal. Sementara pengukuran

radiasi pada permukaan horizontal di banyak tempat sudah

(25)

matahari yang disebut fotosfer memancarkan suatu spektrum radiasi yang

kontiniu.

1. Luas permukaan benda yang bertemperatur, yang akan menentukan besar

kecil jumlah pancaran yang akan dapat dilepaskan.

2. Sifat permukaan yang berhubungan dengan kemudahan memancarkan atau

menyerap panas.

3. Kedudukan masing-masing permukaan satu terhadap yang lain akan

menentukan besar fraksi pancaran yang dapat diterima oleh permukaan

lain.

2.8 Computational Fluid Dynamics (CFD)

Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah suatu cabang dari mekanika fluida

yang menggunakan metode numerik untuk menyelesaikan dan menganalisa

elemen-elemen yang akan disimulasikan. Pada proses ini, komputer diminta untuk

menyelesaikan perhitungan-perhitungan numerik dengan cepat dan akurat. Prinsip

kerja pada CFD adalah model yang akan kita simulasikan berisi fluida akan dibagi

menjadi beberapa bagian atau elemen. Elemen-elemen yang terbagi tersebut

merupakan sebuah kontrol perhitungan yang akan dilakukan oleh software

selanjutnya elemen diberi batasan domain dan boundry condition. Prinsip ini lah

yang banyak digunakan pada proses perhitungan dengan menggunakan bantuan

komputasi.

2.8.1 Penggunaan CFD

CFD dalam aplikasinya dipergunakan diberbagai bidang antara lain :

1. Pada bidang teknik

(26)

b. Mendesain aerodinamis kendaraan agar menghemat konsumsi

bahan bakar.

c. Mendesain performa pembakaran pada piston kendaraan.

2. Pada bidang olahraga

a. Menghitung kekuatan dan kecepatan pada tiap cara tendangan pada

sepakbola.

b. Menganalisa aerodinamis pada sepatu bola.

3. Pada bidang kedokteran.

a. Menganalisa peredaran udara pada pasien yang mengalami penyakit sinusitis

2.8.2 Manfaat CFD

Terdapat tiga hal yang menjadi alasan kuat menggunakan CFD, yakni :

1. Insight-Pemahaman mendalam

Ketika melakukan desain pada sebuah sistem atau alat yang sulit untukdibuat

prototype-nya atau sulit untuk dilakukan pengujian, analisis CFD memungkinkan

untuk menyelinap masuk secara virtual ke dalam alat/sistem yang akan dirancang

tersebut.

2. Foresight-Prediksi menyeluruh

CFD adalah alat untuk memperidiksi apa yang akan terjadi pada alat/sistem, dan

CFD dapat mengubah-ubah kondisi batas (variasi kondisi batas)

(27)

Foresight yang diperoleh dari CFD sangat membantu untuk mendesain lebih cepat

dan hemat uang. Analisis/simulasi CFD akan memperpendek waktu riset dan

desain sehingga juga akan mempercepat produk untuk sampai pasaran.

2.8.3 Metode Diskritisasi CFD

Secara matematis CFD mengganti persamaan-persamaan diferensial parsial dari

kontinuitas, momentum dan energi dengan persamaan-persamaan aljabar

linear.CFD merupakan pendekatan dari persoalan yang asalnya kontinum

(memiliki jumlah sel tak terhingga) menjadi model yang diskrit (jumlah sel

terhingga). Perhitungan/komputasi aljabar untuk memecahkan

persamaan-persamaan diferensial parsial ini ada beberapa metode (metode diskritisasi),

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Finite Volume Method (FVM)

Metode ini adalah pendekatan yang umum digunakan dalam CFD, persamaan

yang mengatur diselesaikan melalui volume kontrol diskrit. Metode volume

terbatas menyusun kembali persamaan diferensial parsial yang mengatur

(biasanya persamaan Navier-Stokes) dalam bentuk konservatif, dan kemudian

discretize persamaan baru.

2. Finite Element Method (FEM)

Digunakan dalam analisis struktural dari padatan, tetapi juga berlaku untuk cairan.

Namun, formulasi FEM membutuhkan perawatan khusus untuk memastikan

solusi konservatif. Perumusan FEM telah diadaptasi untuk digunakan dengan

(28)

dirumuskan untuk menjadi konservatif, jauh lebih stabil dibandingkan dengan

pendekatan volume terbatas.

3. Finite Difference Method (FDM)

Memiliki sejarah penting dan sederhana untuk program. Hal ini hanya digunakan

dalam beberapa kode khusus. Modern Kode beda hingga menggunakan sebuah

batas tertanam untuk menangani geometri yang kompleks, membuat kodekode

yang sangat efisien dan akurat. Cara lain untuk menangani geometri termasuk

penggunaan tumpang tindih grid, dimana solusinya adalah interpolated di jaringan

masing-masing.

Metode diskritisasi yang dipilih umumnya menentukan kestabilan dari program

numerik/CFD yang dibuat atau program software yang ada. Oleh karenanya,

diperlukan kehati-hatian dalam cara mendiskritkan model khususnya cara

mengatasi bagian yang kosong atau diskontinu.

2.8.4 Heat Conduction Equation

Untuk mengetahui temperatur pada medium (padat, cair, gas dan

combinasi fasa) karena distribusi temperatur terhadap perubahan posisi pada

keadaan steady dan terhadap waktu pada keadaan transient adalah tujuan utama

dari analisa konduksi. Setelah distribusi temperatur diketahui, maka heat flux pada

setiap titik didalam maupun dipermukaan medium tersebut dapat diketahui dengan

(29)

Gambar 2.9 Diagram Heat Conduction pada sistem

Ekspansi Taylor dari gambar diatas dapat ditulis :

��+�� = ��+ ���

�� ∆� … … … 2.7�)

��+�� = �� + ���

�� ∆� … … … 2.7�)

��+�� = �� +���

�� ∆�… … … 2.7�)

Inlet energy pada sistem tersebut adalah �∆�∆�∆�, dan energi yang tersimpan

dalam sistem adalah , dan energi yang tersimpan dalam sistem adalah

�∆�∆�∆��� ��

�� … … … 2.8)

Maka dari kesetimbangan energi didapat

Energi Inlet + Energi yang terbentuk = Energi yang tersimpan + Energi yang

(30)

Maka,

�∆�∆�∆�+ �+� +�=

�∆�∆�∆��� ��

�� + ��+�� + ��+�� + ��+��. 2.9)

Substitusi persamaan 1a,1b,1c pada persamaan 3, didapat

− ���� ∆� −� ����� ∆� − ���� ∆�� + �∆�∆�∆� = �∆�∆�∆��� ��

�� … . .2.10)

Total perpindahan panas Q pada setiap sumbu adalah :

�� = ∆�∆��� = −��∆�∆���

Substitusi persamaan 2.11a, 2.11b, 2.11c, pada persamaan 2.10 dan dibagi dengan

volume ∆�∆�∆� didapat :

Persamaan 6 merupakan konduksi panas transient dari sebuah sistem yang

diam diekspresikan dalam koordinat kartesian, Konduktifitas thermal , k, dari

persamaan diatas adalah vector, dan dapat ditulis dalam bentuk skalar jadi :

� =�

��� ��� ���

��� ��� ���

��� ��� ����

… … 2.13)

Persamaan 2.8 dan 2.13 digunakan untuk menyelesaikan permasalahan

konduksi panas dalam kondisi material anisotropicdengan sebuah variasi arah

dalam konduktifitas thermalnya. Pada beberapa material, persamaan konduksi

(31)

�2

��� adalah diffusi thermal, merupakan parameter yang

penting dalam analisa konduktifitas panas transient. Untuk kondisi steady maka

rumus 8 dapat dipersingkat menjadi

�2

Untuk kondisi 1 dimensi, maka rumus 9) dapat dipersingkat lagi menjadi

�� ��

��

���= 0 … … 2.16)

2.8.5 Energy Equation

ANSYS Fluent menyelesaikan persamaan energi dengan rumus :

��(��) + ∇.��⃑ (��+�)�= ∇.�����∇� − � ℎ ��⃑� + ��̿���.�⃑��+�ℎ. . .2.17)

Dimana ���� adalah effektivitas konduktif (k+�, dimana � adalah konduktivitas

thermal turbulent, didevinisikan tergantung model turbulensi yang dipakai), dan �⃗

adalah flux diffuse dari species j. Sebelah kanan persamaan diatas menyatakan

transfer energi melalui konduksi, diffusi material, dan viscous dissipation. �

termasuk dalam reaksi kimia, dan panas volumetric yang ditentukan pengguna.

Dari rumus diatas :

� = ℎ −�

�+

�2

(32)

Dimana entalpi sensibel dari h untuk gas ideal adalah :

ℎ= � �… … … .2.19)

dan untuk incompressible flows adalah :

ℎ =� � +�

� �

… … … .2.20)

dimana � adalah fraksi massa dari species j dan

ℎ� = � �����… … … . .2.21) �

����

���� yang dipakai dalam menghitung sensible energi dikalkulasikan tergantung

pada solver dan models yang digunakan. Untuk pressure-based solver ���� adalah

298.15 K diluar dari PDF model yang dimana ���� adalah ditentukan dengan

input parameter dari pengguna. Untuk density-based solver ���� adalah 0 K

terkecuali ketika modeling species transport dengan reaksi dimana ����

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Dasar Refrigerasi Adsorpsi[6]
Gambar 2.3 Jenis-jenis adsorben[7]
Gambar 2.4 Karbon Aktif
Gambar 2.5 Methanol Pro Analisys
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan tepung sagu dalam pembuatan kishk pada penelitian ini ternyata juga tidak menghambat produksi asam laktat, terbukti setelah yogurt dicampur dengan

mana masing-masing siswa harus bertanggung jawab dalam kerja kelompok dan pada penilaian, baik untuk pencapaian kinerja dan pembelajaran sosial capaian ada

dengan teliti. 3) Peserta didik mengamati guru memasukkan kubus-kubus kecil ke dalam kubus besar dan menghitung jumlahnya dengan antusias. 4) Dengan bimbingan guru peserta

budidaya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu dan/atau usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas tertentu tidak memiliki izin usaha

LR tidak berpengaruh terhadp ARL disebabkan karena auditor masih memandang wajar ketidakstabilan kondisi ekonomi yang terjadi sejak tahun 2008 telah menyebabkan kerugian pada

Akan tetapi, mengingat wanita mempunyai suatu kodrat yang tidak bisa dilawan seperti mengandung, melahirkan, dan menyusui, maka perlu disikapi juga bahwa perlu aturan yang jelas

Gambar 1. Model Format Data Well Header.. Cara melakukan import data • Klik insert pada menu b • Klik file pada menu b. header dan untuk  file • Setelah itu muncul

Nilai signifikan &lt; 0,05 dengan hasil nilai 0,03 &lt; 0,05 Maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dari pernyataan tersebut maka dipastikan bahwa Kualitas Pelayanan Berpengaruh Secara