• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEHIDUPAN KOS TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN MAHASISWA IAIN SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KEHIDUPAN KOS TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN MAHASISWA IAIN SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEHIDUPAN KOS

TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN

MAHASISWA IAIN SALATIGA

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

ONE EMI NASITOH

NIM 111-12-035

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

( :

)

“Jangan bertanya tentang kelakuan seseorang, tapi lihatlah siapa temannya.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk:

1. Orangtuaku tercinta yang telah mendidik, memberikan dukungan, do’a,

dan perhatian. Semoga hasil dari skripsi ini bisa memberikan kebahagiaan

dan kebanggaan.

2. Seluruh keluargaku yang senantiasa mendoakanku, dan memberikan

motivasi bagiku.

3. Sahabat dan teman-temanku.

4. Civitas academica IAIN Salatiga.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya

skripsi dengan judul “Pengaruh Kehidupan Kos terhadap Sikap Keberagamaan

Mahasiswa IAIN Salatiga Tahun 2016” bisa diselesaikan.

Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Sang Teladan Utama, Nabi

Muhammad shalallahu‟alaihi wassalam, juga kepada para shahabat, keluarga dan

orang yang istiqomah mengikuti petunjuk Beliau.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak terkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara

penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan

terimakasih setulusnya kepada :

1. Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Agus Ahmad Suadi, Lc., M.A selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membantu kelancaran proses belajar penulis selama di IAIN

5. H. M. Farid Abdullah S.Pd.I., M.Hum. selaku pembimbing yang telah

(9)

ix

meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini sampai dapat

terselesaikan dengan baik.

6. Dr. Budiyono Saputro, M.Pd. yang telah mengarahkan, membimbing,

memberikan petunjuk, dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi

ini.

7. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian

akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta

bantuan kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu saya (Bapak A.M. Ikhwani dan Ibu Isnanik), serta

saudara-saudara yang senantiasa memberikan dukungan berupa moril, materil, dan

spiritual kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak Perangkat Desa, dan pemilik kos yang telah meluangkan waktu dan

mengizinkan penulis melaksanakan penelitian.

10. Mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di kos khususnya Aconk dan

Afida, yang telah meluangkan waktu serta memberikan bantuan kepada

penulis untuk penelitian.

11. Teman-teman senasib seperjuangan PAI 2012, khususnya Hidayatul

Maghfiroh, Putri Rifa Anggraeni, Milatur Rodiyah, dan Fitriyaningsih.

Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih

(10)
(11)

xi

ABSTRAK

Nasitoh, One Emi. 2016. Pengaruh Kehidupan Kos terhadap Sikap Keberagamaan Mahasiswa IAIN Salatiga Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: H. M. Farid Abdullah S.Pd.I., M.Hum.

Kata Kunci: Kehidupan Kos, Sikap Keberagamaan.

Penelitian ini merupakan upaya untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara Kehidupan Kos terhadap Sikap Keberagamaan Mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana kehidupan kos mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016?, (2) bagaimana sikap keberagamaan mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di kos tahun 2016?, (3) apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kehidupan kos terhadap sikap keberagamaan mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016?.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Subjek penelitian yang dilibatkan sebanyak 40 responden. Analisis data dilakukan dengan dibantu program SPSS (Statistical Packade for Social Sciences) 19 dengan teknik analisis regresi linier sederhana.

(12)

xii

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 30

(13)

xiii

2. Bagian Korelasi ... 55

3. Bagian Ringkasan Model (Koefisien Determinasi) ... 56

4. Bagian ANOVA ... 58

5. Bagian Koefisien Regresi ... 60

6. Validitas Model Regresi ... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 66

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Indikator Variabel Kehidupan Kos ... 28

TABEL 2.2 Indikator Variabel Sikap Keberagamaan ... 28

TABEL 3.1 Hasil Uji Validitas Kehidupan Kos ... 34

TABEL 3.2 Hasil Uji Validitas Sikap Keberagamaan ... 36

TABEL 3.3 Hasil Uji Reliabilitas ... 37

TABEL 4.1 Data Mahasiswa yang Tinggal di Kos ... 47

TABEL 4.2 Nominasi Skor Kehidupan Kos Tiap Responden ... 50

TABEL 4.3 Kategori Skor Kehidupan Kos Beserta Jumlah Responden ... 51

TABEL 4.4 Nominasi Skor Sikap Keberagamaan Tiap Responden ... 53

TABEL 4.5 Kategori Skor Sikap Keberagamaan Beserta Jumlah Responden 53

TABEL 4.6 Statistik Deskriptif ... 54

TABEL 4.7 Korelasi ... 55

TABEL 4.8 Ringkasan Model ... 56

TABEL 4.9 ANOVA (Uji F) ... 58

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. PEDOMAN WAWANCARA

Lampiran 2. KODE PENELITAN

Lampiran 3. HASIL WAWANCARA

Lampiran 4. DOKUMENTASI

Lampiran 5. KUESIONER PENELITIAN

Lampiran 6. SKOR

Lampiran 7. OUTPUT SPSS VALIDITAS DAN RELIABILITAS

PENELITIAN

Lampiran 8. SURAT KETERANGAN PENELITIAN

Lampiran 9. SURAT PEMBIMBING

Lampiran 10. LEMBAR KONSULTASI

Lampiran 11. NILAI SKK

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan mahasiswa tidak terlepas dari kehidupan kos, terutama bagi

mahasiswa yang rumahnya jauh dari kampus, tentu salah satu alternatifnya

dengan tinggal di kos. Kebanyakan orang berasumsi bahwa, kehidupan kos

adalah kehidupan yang bebas; bebas untuk pulang kapan saja, bebas

memasukkan teman semaunya, mengizinkan lawan jenis berkunjung ke

tempat kosnya, dan sebagainya. Gaya hidup kebanyakan anak kos juga

cenderung dinilai kurang sehat, karena tidak ada pengawasan orang tua dan

pemilik kos banyak yang tidak mau tahu terhadap apa yang dilakukan

mahasiswa yang menempati kos tersebut, ditambah lagi dengan kos bebas

yang tidak diawasi atau ditunggui oleh pemiliknya, mereka jadi hidup

seenaknya, seperti makan tidak teratur, begadang, maen ps, menonton film,

main kartu, bahkan yang lebih parah melakukan hal yang melanggar norma,

mabuk-mabukan, melakukan hal yang tidak semestinya dengan yang bukan

muhrim, dan lainnya. Tidak sedikit mahasiswa yang mulanya anak baik-baik,

bahkan pernah hidup di pesantren, namun ketika memasuki dunia kampus dan

dunia kos-kosan justru akhlaknya menjadi buruk karena pengaruh dari

teman-temannya dan lingkungan kos-kosannya yang terlampau bebas.

Mahasiswa yang memasuki masa kuliah pada umumnya berada pada

(17)

2

sosiologis, remaja umumnya memang rentan terhadap pengaruh-pengaruh

eksternal. Karena proses pencarian jati diri yang belum kunjung berakhir,

mereka mudah sekali terombang ambing dan masih merasa sulit menentukan

tokoh panutannya. Mereka juga mudah terpengaruh oleh gaya hidup

masyarakat sekitarnya. Gaya hidup hura-hura, seks bebas, menghisap ganja

dan zat adiktif lainnya cenderung mudah menggoda para remaja (Baharuddin

& Mulyono, 2008:128). Dalam Psikologi Islam karya Jalaluddin (2012:90)

juga disebutkan bahwa di usia perkembangan remaja memang dorongan

seksual tampak begitu dominan, atau setidak-tidaknya secara psikologis

memiliki dampak terhadap nilai-nilai keagamaan. Maksudnya, dorongan seks

tak jarang turut mempengaruhi munculnya sikap dan perilaku menyimpang,

hingga para remaja tidak merasa salah atau berdosa melakukan perbuatan

yang melanggar norma-norma agama. Beberapa hasil penelitian yang

mengungkapkan sikap permisif, di kalangan mahasiswa dan mahasiswi

perguruan tinggi di beberapa kota besar di Indonesia, seperti hidup seatap

tanpa nikah, menjadi bagian dari gejala perilaku menyimpang yang terkait dari

penyaluran kebutuhan biologis kaum muda.

Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang

memiliki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur), potensi fujur

akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink,

naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan

rasa aman. Dalam Jalaluddin (2012: 257) disebutkan bahwa manusia adalah

(18)

3

bimbingan dan pengembangan dari lingkungannya. Lingkungannya pula yang

mengenalkan seseorang akan nilai-nilai dan norma-norma agama yang harus

dituruti dan dilakonkan.

Kehidupan kos-kosan jika dimanfaatkan sebaiknya-baiknya dan

diiringi dengan menjadi pribadi yang muslim, justru akan menghasilkan

kehidupan yang baik, yaitu dapat menciptakan diri yang mandiri, berpikir

dewasa, mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, mampu merancang

kehidupan di masa datang, sehingga kehidupannya tertata dengan baik dan

mendapat rahmat serta ridho Allah SWT.

Dalam masa remaja, perubahan sosial yang penting pada masa itu

adalah meningkatnya pengaruh kelompok sebaya dan pola perilaku sosial

yang lebih matang. Perubahan sosial ini biasanya terjadi pada bagian akhir

masa remaja, yaitu antara umur 17-21 tahun. Pada masa ini, perhatiannya

terhadap kedudukannya dalam masyarakat lingkungannya terutama di

kalangan remaja, sangat besar. Ia ingin diterima oleh kawan-kawannya. Ia

merasa sangat sedih kalau dikucilkan dari kelompok teman-temannya. Karena

itu ia meniru lagak-lagu, pakaian, sikap dan tindakan teman-temannya dalam

satu kelompok. Kadang-kadang remaja dihadapkan pada dua pilihan yang

berat, apakah ia mematuhi orang tuanya dan meninggalkan pergaulannya

dengan teman-teman sebayanya. Kalau hubungannya dengan orang tuanya

kurang serasi, maka pilihan itu akan jatuh kepada kawannya (Daradjat,

1976:116)

.

Dengan kata lain, pada usia remaja, pengaruh lingkungan

(19)

4

keluarga, karena remaja sedang mengembangkan kepribadiannya, yang sangat

memerlukan pengakuan lingkungan teman-teman dan masyarakat pada

umumnya. Melihat pernyataan tersebut, apabila pengaruh lingkungan

masyarakat kadang-kadang lebih besar daripada keluarga, lantas bagaimana

jika seorang remaja hidup di lingkungan kos yang umumnya bebas dan jauh

dari pengawasan keluarga terutama orang tua, apakah dirinya mudah

terpengaruh oleh lingkungan kosannya?.

Sikap keberagamaan seseorang tidak semata-mata dipengaruhi oleh

lingkungan di mana mereka bersosialisasi, namun lingkungan memiliki

peranan yang tinggi dalam membentuk watak dan sikap keberagamaan

seseorang. Semua perubahan jasmani yang begitu cepat pada remaja

menimbulkan kecemasan pada dirinya sehingga menyebabkan terjadinya

keguncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran. Bahkan kepercayaan

kepada agama yang telah tumbuh pada usia sebelumya, mungkin pula

mengalami kegoncangan, karena ia kecewa terhadap dirinya. Maka

kepercayaan remaja kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi

kadang-kadang menjadi ragu dan berkurang, yang terlihat dari cara ibadahnya

yang kadang-kadang rajin, kadang-kadang malas, perasaan kepada tuhan

tergantung pada perubahan emosi yang sedang dialaminya, kadang-kadang ia

merasa sangat membutuhkan tuhan, terutama ketika mereka menghadapi

bahaya, takut akan gagal atau merasa dosa. Tetapi kadang-kadang tidak

(20)

5

Selama ini orang berharap banyak terhadap pendidikan Islam. Lewat

pendidikan itu, maka anak-anaknya selain menjadi cerdas, juga diharapkan

memiliki akhlak yang baik. Atas dasar itu, maka lembaga pendidikan Islam

yang dikenal maju akan menjadi rebutan orang. Namun dibalik kepercayaan

itu, harapan masyarakat terhadap pendidikan Islam, termasuk perguruan

tingginya dituntut memiliki kelebihan dibanding lembaga pendidikan lain

pada umumnya. Masyarakat menginginkan agar nilai-nilai Islam yang selama

ini dianggap ideal, berhasil mewarnai perilaku para guru/dosen,

siswa/mahasiswa, dan lulusannya. Pada saat ini, masyarakat juga menyadari

bahwa jenis lulusan apapun tidak selalu mudah mendapatkan lapangan

pekerjaan. Keadaan itu diterimanya. Akan tetapi, masyarakat tidak mau

lembaga pendidikan Islam gagal dalam membentuk perilaku atau akhlakul

karimah. Lembaga pendidikan Islam harus berhasil membangun perilaku

mulia sebagaimana yang tergambar pada ajaran Islam itu sendiri. Mereka

merasa sangat kecewa dan segera bertanya-tanya ketika mendengar informasi

bahwa dari lembaga pendidikan Islam terdapat perilaku yang tidak

mencerminkan gambaran ideal sebagaimana yang dipahami selama ini.

(imamsuprayogo.com, diakes tanggal 29 September 2016, pukul 21:10). Sama

halnya dengan IAIN Salatiga, IAIN Salatiga sebagai lembaga pendidikan

tinggi Islam merupakan salah satu institusi pendidikan nasional yang memiliki

ciri khas keislaman, yang membedakannya dari perguruan tinggi umum lain.

(21)

6

melainkan lebih dari itu, diharapkan sivitas akademikanya juga mencerminkan

kualitas akhlak dan perilaku Islami.

Realita, ekspektasi dan harapan memang tidak selalu berbanding lurus,

seperti salah satu kasus yang terjadi pada tahun lalu, diduga menyuruh sang

pacar untuk menggugurkan kandungan hasil hubungan gelapnya, seorang atlet

bulutangkis, TH (21) yang masih tercatat sebagai mahasiswa IAIN Salatiga

akhirnya harus menikahi pacarnya yang juga mahasiswi di kampus yang sama.

Kasus ini terungkap setelah SK mengaku hamil akibat berhubungan intim

dengan TH di rumah kos SK (kriminalitas.com, diakses pada 23 April 2016,

pukul 10:30). Memang sudah banyak diberitakan dalam media cetak ataupun

internet tentang kasus-kasus yang terjadi di lingkungan kos, namun berita

tersebut tentunya sangat mengejutkan mengingat pelaku yang statusnya

mahasiswa perguruan tinggi islami bahkan pelaku merupakan mahasiswa yang

berprestasi. Bagaimana bisa dirinya melakukan hal yang bertentangan dengan

ajaran islami. Apakah karena pengaruh kehidupan dan lingkungan kosannya

yang terlampau bebas tidak ditunggui oleh pemiliknya dan aturannya yang

tidak ketat menjadikan kesempatan bagi dirinya untuk melakukan perbuatan

tersebut?. Hal ini menjadi bukti bahwa kadangkala ekspektasi dan realita tidak

memiliki hubungan yang searah. Tidak semua mahasiswa perguruan tinggi

islam bersikap islami atau berakhlak mulia. Tentunya juga tidak semua

mahasiswa berkelakuan seperti kasus tersebut. Oleh karena itu peneliti ingin

mengetahui adakah pengaruh yang signifikan antara kehidupan kos dengan

(22)

7

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti

tentang “PENGARUH KEHIDUPAN KOS TERHADAP SIKAP

KEBERAGAMAAN MAHASISWA IAIN SALATIGA TAHUN 2016”

B. Rumusan Masalah

Agar pembahasan terfokus pada judul penelitian maka penulis

membatasi masalah dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan kos mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016?

2. Bagaimana sikap keberagamaan mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di

kos tahun 2016?

3. Adakah pengaruh yang signifikan antara kehidupan kos terhadap sikap

keberagamaan mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini diadakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kehidupan kos mahasiswa IAIN Salatiga tahun 2016.

2. Untuk mengetahui sikap keberagamaan mahasiswa IAIN Salatiga tahun

2016.

3. Untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan antara kehidupan kos

(23)

8

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat memperluas pengetahuan dan

memperkaya khazanah dunia pendidikan Islam baik bagi penulis maupun

pembaca.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini berguna untuk mengetahui realita

kehidupan kos dan pengaruhnya terhadap sikap keberagamaan, kemudian

setelah mengetahui realita tersebut diharapkan bagi mahasiswa bisa

membentengi diri dari pergaulan dan pengaruh yang kurang baik serta bagi

lembaga dapat lebih meningkatkan dan memperbaiki kualitas pendidikan

di IAIN Salatiga, khususnya pengawasan dan pembinaan bagi mahasiswa

yang hidup di kos agar tidak terpengaruh oleh kehidupan bebas di kos

(24)

9

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kehidupan kos

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 2006:

416-418), hidup adalah masih terus ada, bergerak dan bekerja

sebagaimana mestinya (tt manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan,

dipakai juga tt roh). Sedang kehidupan adalah perihal, keadaan, sifat

hidup.

Definisi kehidupan menurut para ahli

(https://carapedia.com/pengertian_definisi_kehidupan_info2146.html

diakses tanggal 21 Mei 2016 pukul 07:56):

a. I Ketut Gede Yudantara

Kehidupan merupakan anugerah dan amanah sebagai ciptaan Tuhan.

Kehidupan merupakan cobaan hidup yang selalu dirundung suatu

permasalahan. Kehidupan merupakan penebus dosa serta merupakan

suatu proses reinkarnasi.

b. Campbell, Reece, Mitchell

Kehidupan merupakan suatu hirarki, dimana setiap tingkat sruktur

biologis merupakan pengembangan dari tingkatan di bawahnya.

(25)

10

Kehidupan merupakan rangkaian pengaturan sehingga kita sampai

kepada adanya air dan kehidupan.

d. Suhairi Awang

Kehidupan merupakan suatu kisah yang penuh berliku.

kelangsungannya senantiasa berputar-putar di ruang lingkup yang

serupa dari satu generasi sejak mula manusia diciptakan hinggalah

menjejak kepada waktu yang paling hampir dan kisahnya selalu

berulang-ulang.

e. J. C. Michaels

kehidupan adalah perjalanan luar biasa menuju wilayah tak dikenal,

sebuah jalur penuh tipu daya melalui hutan-hutan gelap, sebuha tirai

gantung diatas kulit pohon yang bercabang-cabang.

Pengertian kehidupan memang luas dan subjektif. Setiap manusia

tentunya memiliki kehidupannya masing-masing. Semuanya memiliki arti

kehidupan yang berbeda. Berbeda manusia, konteks kajian, berbeda pula

arti kehidupan, dan setiap manusia juga mempunyai jalan masing-masing

untuk hidup. Hal inilah yang menyebabkan setiap manusia mempunyai

pengertian hidup yang berbeda. Pengertian kehidupan dalam konteks

penelitian ini adalah keadaan manusia dalam menjalani hidup selama di

dunia (kos).

Kos atau indekos adalah tinggal di rumah orang lain dengan atau

tanpa makan dengan membayar setiap bulan (Poerwadarminta, 2006: 443).

(26)

11

kamar atau tempat untuk ditinggali dengan sejumlah pembayaran tertentu

untuk setiap periode tertentu (umumnya pembayaran per bulan). Kata

"kost" sebenarnya adalah turunan dari frasa bahasa Belanda "In de kost".

Definisi "In de kost" sebenarnya adalah "makan di dalam" namun bila

frasa tersebut dijabarkan lebih lanjut dapat pula berarti "tinggal dan ikut

makan" di dalam rumah tempat menumpang tinggal.

Seiring berjalannya waktu dan berubahnya zaman, sekarang

khalayak umum di Indonesia menyebut istilah "in de kost" dengan

menyingkatnya menjadi "kos" saja. Di mana-mana, terutama di berbagai

daerah di Indonesia, sentra pendidikan tumbuh berjamuran, terutama

akademik dan universitas swasta. Hal ini diikuti dengan bertambahnya

jumlah rumah-rumah atau bangunan khusus yang menawarkan jasa "kos"

bagi para pelajar/mahasiswa yang membutuhkannya. Jasa ini tidaklah

gratis, yaitu dengan melibatkan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap

periode, yang biasanya dihitung per bulan atau per minggu. Hal ini

berbeda dengan kontrak rumah, karena umumnya "kos" hanya

menawarkan sebuah kamar untuk ditinggali. Setelah melakukan transaksi

pembayaran barulah seseorang dapat menumpang hidup di tempat yang

dia inginkan (https://id.wikipedia.org/wiki/Indekost diakses tanggal 21

Mei 2016 pukul 09:48). Jadi, kehidupan kos adalah keadaan manusia

dalam menjalani hidup selama tinggal di kos.

Kehidupan kos dalam penelitian ini meliputi dimensi kehidupan

(27)

12

budaya atau gaya hidup yang ada dalam lingkungan kos maupun

masyarakat sekitar tempat kos.

a. Aktivitas

Ahmad Omar & Ramayah mengemukakan aktivitas mengacu pada

bagaimana setiap individu menghabiskan waktu dan uang yang mereka

miliki. Aktivitas juga terkait dengan tindakan nyata seperti pekerjaan

atau tindakan yang wajib dilakukan sehari-hari dalam kehidupan

individu, bekerja di rumah, atau rekreasi. Umumnya remaja

menghabiskan waktu mereka untuk menjalankan aktivitas yang

berhubungan dengan pendidikan. Berbeda halnya dengan kalangan

dewasa yang hampir sebagian waktunya tersita untuk pekerjaan,

kalangan remaja memiliki proporsi waktu yang seimbang untuk

melaksanakan rutinitas sehari-hari dan tetap memiliki waktu luang

yang dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan hobi, menikmati hiburan,

berbelanja, dll (Aresa, 2012:29).

b. Dimensi sosial

Dimensi kesosialan merupakan dimensi yang pada dasarnya setiap

individu diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya dengan

dasar-dasar yang baik agar dalam perkembangan selanjutnya tidak

meninggalkan bibit-bibit perpecahan antara satu dengan yang lainnya

demi terciptanya masyarakat yang lebih kondusif. Manusia hidup

dalam suasana interdependensi (saling ketergantungan) dalam antar

(28)

13 c. Dimensi kesusilaan

Susila berasal dari bahasa Sanskerta. Susila berasal dari dua kata yaitu

“su” yang artinya baik, dan “sila” yang artinya perbuatan. Jadi susila

adalah segala perbuatan yang baik. Jadi hubungan dari hakekat

manusia dengan dimensi kesusilaan adalah dimana seluruh dari

hakekat manusia hendaknya merupakan susila atau perbuatan yang

baik. Disamping itu, dalam menjalankan hakekat sebagai manusia kita

juga harus berpedoman pada etika berprilaku yang baik dan sopan

terhadap sesama. Nilai kehidupan adalah norma yang berlaku dalam

masyarakat, moral ialah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan

kelakuan. Dalam moral diajarkan segala perbuatan yang dinilai baik

dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai buruk yang

ditinggalkan

(http://www.matematika-umsu.web.id/2013/04/dimensi-manusia-hakikat-dan-tujuan.html diakses tanggal 21 Mei 2016 pukul

10:32.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

kesusilaan manusia pada lingkungan keseharian pada dasarnya

seseorang diharapkan mampu memahami dan mengamalkan nilai-nilai

yang terkandung didalam unsur masyarakat dimana ia tinggal.

Pengamalan disini tidak hanya pengamalan semata, namun harus

diajarkan dan diresapi sedemikian mungkin sampai terciptanya

(29)

14 d. Gaya hidup

Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka

membelanjakan uangnya, bagaimana mereka mengalokasikan waktu

mereka. Gaya hidup mempengaruhi segala aspek perilaku konsumsi

seseorang. Gaya hidup seseorang merupakan fungsi karakteristik atau

sifat individu yang sudah dibentuk melalui interaksi lingkungan

(Aresa, 2012: 23).

2. Sikap Keberagamaan

a. Pengertian

Menurut bahasa, sikap adalah perbuatan dan sebagainya yang

berdasarkan pada pendirian, pendapat atau keyakinan

(Poerwadarminta, 2006: 896). Sikap atau dalam bahasa Inggris disebut

attitude menurut Ngalim Purwanto adalah perbuatan atau tingkah laku

sebagai respon atau reaksi terhadap suatu rangsangan atau stimulus

(1988: 141). Menurut Gerungan (1981: 149) manusia tidak dilahirkan

dengan sikap-sikap tertentu, akan tetapi sikap tersebut dibentuk oleh

seorang individu sepanjang perkembangan hidupnya. Sikap inilah yang

berperan besar dalam kehidupan manusia karena sikap yang telah

terbentuk dalam diri manusia turut menentukan cara-cara manusia itu

memunculkan tingkah laku terhadap suatu obyek. Atau dengan kata lain

sikap menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap obyeknya.

Menurut Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial (Munandar, 2008: 49),

(30)

15

menunjukkan penilaian kita (baik positif maupun negatif) terhadap

bermacam-macam entinitas, misalnya: individu-individu,

kelompok-kelompok, obyek-obyek, maupun lembaga-lembaga. Secara umum, sikap

seseorang dianggap mempunyai perilakunya, namun hubungan antara

keduanya sangat lemah karena pada kenyataannya acap kali perilaku

seseorang tergantung pada faktor-faktor situasional yang mempengaruhi

pilihan yang diambil seseorang.

Keseluruhan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

sikap merupakan kesimpulan atau kecenderungan individu untuk

bertindak terhadap obyek tertentu dengan didasari oleh pandangan,

perasaan dan keyakinannya. Hal inilah yang menyebabkan sikap orang

terhadap sesuatu hal berbeda satu dengan yang lainnya meskipun

menghadapi obyek yang sama.

Keberagamaan berasal dari kata agama. Menurut asal katanya,

kata agama dalam bahasa sansakerta, terdiri dari kata a dan gam. "A"

berarti tidak dan "gam" berarti pergi. Jadi kata agama artinya tidak

pergi tetap ditempat, langgeng, diwariskan secara turun-temurun

(Manaf, 1996:2). Dalam bahasa Arab agama disebut Al Din artinya

kepercayaan, paksaan, pembalasan, dan keputusan (Munawir,

2002:437). Ada lagi yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau

kitab suci (Nasution, 1985:9).

Secara definitif pengertian agama adalah ajaran-ajaran yang

diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul (Nasution,

(31)

16

Manaf, mendefinisikan agama adalah peraturan Allah SWT yang

diturunkanNya kepada Rasul-RasulNya yang telah lalu yang berisi

suruhan, larangan, dan sebagainya yang wajib ditaati oleh umat

manusia dan menjadi pedoman serta pegangan hidup agar selamat

dunia akhirat (Manaf, 1996:4). Dari pengertian tersebut dapat

disimpulkan agama adalah suatu peraturan hidup yang lengkap dengan

segala aspeknya bersumber dari Tuhan untuk ditaati oleh manusia.

Keberagamaan menurut Jalaludin (2000:197) adalah suatu

keadaan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk

bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.

Keberagamaan tersebut konsisten antara kepercayaan terhadap agama

sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur

konatif. Perilaku keberagamaan merujuk kepada aspek rohaniah

individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang

merefleksikan ke dalam peribadatan kepadaNya baik yang bersifat

hablumminallah maupun hablumminannas.

Sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam

diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai

dengan kadar ketaatannya terhadap agama.

b. Dimensi keberagamaan

Keberagamaan manusia dapat diwujudkan dalam berbagai

dimensi. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi saat seseorang

(32)

17

namun juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi di dalam hati.

Menurut Glock dan Stark ada lima macam dimensi keberagamaan,

yaitu: dimensi keyakinan (ideologi), dimensi peribadatan (ritualistik),

dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengamalan

(konsekuensial), dan dimensi pengetahuan (intelektual) (Ancok,

1994:77).

1. Dimensi Keyakinan merupakan tingkatan seseorang dalam

berpegang teguh terhadap agama yang dipeluknya dan mengakui

kebenaran-kebenaran yang diajarkan agamanya.

2. Dimensi Praktik Agama adalah perilaku pemujaan, ketaatan yang

dilakukan sebagai komitmen terhadap ajaran agamanya.

3. Dimensi Pengalaman yaitu persepsi-persepsi, perasaan, dan sensasi

seseorang saat memeluk dan melakukan ritual agama contohnya

merasakan kehadiran Tuhan, merasa Tuhan mengabulkan doanya.

4. Dimensi Pengetahuan Agama: dalam beragama setidaknya

seseorang mengetahui dasar-dasar meyakini agama, tata cara ritual,

kitab suci maupun tradisi agama.

5. Dimensi Pengamalan atau Konsekuensi. Dimensi ini mengacu pada

identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik,

pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari (Ancok,

1994:78).

Menurut pendapat Djamaludin Ancok, dimensi keberagamaan

(33)

18

sama, dimensi keyakinan dapat disejajarkan dengan akidah, dimensi

praktik agama disejajarkan dengan syariah, dan dimensi pengamalan

disejajarkan dengan akhlak (Ancok, 1994:80).

Dimensi keyakinan atau akidah Islam adalah tingkatan

keyakinan Muslim terhadap kebenaran dan dogma-dogma agamanya.

Dimensi ini meliputi enam rukun Iman: iman kepada Allah, Malaikat,

Kitab, Rasul, hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar. Selain itu

ada yang harus diimani yaitu sesuatu yang berhubungan dengan yang

ghaib, seperti adanya roh dalam jasad, adanya jin dan syetan serta

iman akan adanya alam ghaib.

Dimensi Syari’ah atau praktik agama adalah kepatuhan dan

pelaksanaan ibadah atau kegiatan ritual seperti shalat, zakat, puasa,

haji, zikir, ibadah qurban, membaca Al Qur’an dan lain-lain.

Dimensi pengamalan atau akhlak adalah perilaku muslim

dalam kehidupan sosialnya yang dimotivasi oleh ajaran agamanya.

Seperti menolong orang lain, memafkan kesalahan orang lain, berjuang

untuk hidup sukses, berkomunikasi dan menjalin tali silaturrahim,

bekerja sama dengan orang lain dan sebagainya.

c. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Remaja

Mahasiswa umumnya amat rentan terhadap pengaruh-pengaruh

eksternal. Hal ini disebabkan karena sebagian besar mahasiswa khususnya

mahasiswa baru, masuk ke dalam kategori remaja akhir yang berusia

(34)

berubah-19

ubah karena proses pencarian jati diri mereka. Selain itu, mahasiswa juga

cenderung mencari sosok panutan yang sesuai dengan diri mereka. Mereka

mudah terpengaruh oleh gaya hidup umum di sekitarnya karena kondisi

kejiwaan yang labil. Mereka juga cenderung mengambil jalan pintas dan

tidak mau memikirkan dampak negatifnya (Suyanto, 2005). Subjek dalam

penelitian ini juga akan fokus pada mahasiswa yang berusia 18-21 tahun.

Oleh sebab itu penulis membahas perkembangan jiwa keagamaan pada

remaja.

Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa

remaja menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai

masa remaja mencakup masa Juvenilitas (adolescantium), pubertas, dan

nubilitas.

Sejalan dengan perkembangan jasmani dan ruhaninya, maka agama

pada para remaja turut dipengaruhi perkembangan itu. Maksudnya

penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan

yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan faktor

perkembangan tersebut.

Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa

faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain

menurut W. Starbuck adalah:

1. Perkembangan pikiran dan mental

Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari

(35)

20

kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama

mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi,

dan norma-norma kehidupan lainnya.

Hasil penelitian Allport, Gillesphy, dan Young menunjukkan:

1) 85% remaja Katolik Romawi tetap taat menganut ajaran agamanya.

2) 40% remaja Protestan tetap taat terhadap ajaran agamanya.

Dari hasil ini dinyatakan selanjutnya, bahwa agama yang

ajarannya bersifat lebih konservatif lebih banyak berpengaruh bagi

para remaja untuk tetap taat pada ajaran agamanya.

Sebaliknya, agama yang ajarannya kurang

konservatif-dogmatis dan agak liberal akan mudah merangsang pengembangan

pikiran dan mental para remaja, sehingga mereka banyak

meninggalkan ajaran agamanya. Hal ini menunjukkan bahwa

perkembangan pikiran dan mental remaja mempengaruhi sikap

keagamaan mereka.

2. Perkembangan Perasaan

Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja.

Perasaan sosial, etis, dan estetis mendorong remaja untuk menghayati

perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya. Kehidupan religius

akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat ke arah hidup yang

religius pula. Sebaliknya, bagi remaja yang kurang mendapat

pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi

(36)

21

Didorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih

mudah terperosok kea rah tindakan seksual yang negatif.

Dalam penyelidikannya sekitar tahun 1950-an, Dr. Kinsey

mengungkapkan, bahwa 90% pemuda Amerika telah mengenal

masturbasi, homoseks, dan onani.

3. Pertimbangan sosial

Corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya

pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul

konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat

bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan duniawi lebih

dipengaruhi kepentingan akan materi, maka para remaja lebih

cenderung jiwanya untuk bersikap materialis. Hasil penyelidikan

Ernest Harms terhadap 1.789 remaja Amerika antara usia 18-29 tahun

menunjukkan, bahwa 70% pemikiran remaja ditujukan bagi

kepentingan: keuangan, kesejahteraan, kebahagiaan, kehormatan diri,

dan masalah kesenangan pribadi lainnya. Sedangkan masalah akhirat

dan keagamaan hanya sekitar 3,6%, masalah sosial 5,8%

4. Perkembangan Moral

Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa

berdosa dan usaha untuk mencari proteksi. Tipe moral yang juga

terlihat pada para remaja juga mencakupi:

1) Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan

(37)

22

2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.

3) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan

agama.

4) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan

moral.

5) Deviant, menolak dasar dan hokum keagamaan serta tatanan moral

masyarakat.

5. Sikap dan Minat

Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh

dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil

serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil

minatnya).

Howard Bell dan Ross, berdasarkan penelitiannya terhadap

13.000 remaja di Maryland terungkap hasil sebagai berikut:

1) Remaja yang taat (ke gereja secara teratur)….45%

2) Remaja yang sesekali dan tidak sama sekali…..35%

3) Minat terhadap: Ekonomi, keuangan, materiil, dan sukses

pribadi……..73%

4) Minat terhadap masalah ideal, keagamaan, dan sosial 21%

6. Ibadah

1) Pandangan para remaja terhadap ajaran agma, ibadah, dan masalah

doa sebagaimana yang dikumpulkan oleh Ross dan Oskar Kupky

(38)

23

a) Seratus empat puluh delapan siswi dinyatakan bahwa 20 orang

di antara mereka tidak pernah mempunyai pengalaman

keagamaan sedangan sisanya (128) mempunyai pengalaman

keagamaan yang 68 di antaranya secara alami (tidak melalui

pengajaran resmi).

b) Tiga puluh satu orang di antara yang mendapat pengalaman

keagamaan melalui proses alami, mengungkapkan adanya

perhatian mereka terhadap keajaiban yang menakjubkan di

balik keindahan alam yang mereka alami.

2) Selanjutnya mengenai pandangan mereka tentang ibadah

diungkapkan sebagai berikut:

a) Empat puluh dua persen tak pernah mengerjakan ibadah sama

sekali.

b) Tiga puluh tiga persen mengatakan mereka sembahyang karena

mereka yakin Tuhan mendengar dan akan mengabulkan doa

mereka.

c) Dua puluh tujuh persen beranggapan bahwa sembahyang dapat

menolong mereka meredakan kesusahan yang mereka derita.

d) Delapan belas persen mengatakan bahwa sembahyang

menyebabkan mereka menjadi senang sesudah menunaikannya.

e) Sebelas persen mengatakan bahwa sembahyang mengingatkan

(39)

24

f) Empat persen mengatakan bahwa sembahyang merupakan

kebiasaan yang mengandung arti penting.

Jadi, hanya 17% mengatakan bahwa sembahyang bermanfaat

untuk berkomunikasi dengan Tuhan, sedangkan 26% di antaranya

menganggap bahwa sembahyang merupakan media untuk bermeditasi

(Jalaluddin, 2012: 74-77).

3. Pengaruh Kehidupan Kos terhadap Sikap Keberagamaan

Anak kos yang berasal dari daerah lain atau kota lain yang biasa dikatakan

dengan anak pendatang, sangat berbeda dengan daerah yang mereka

tinggali untuk sekarang ini contohnya bisa kita lihat dari segi sosial

budaya mereka dari asal mereka sendiri dan ekonomi mereka sangatlah

jauh berbeda dengan daerah yang mereka tinggali di lingkungan kos.

Sehingga mau tak mau mereka yang berasal dari daerah lain atau kota lain

harus bisa menyesuaikan diri.

Pada masa remaja, sikap remaja yang menonjol adalah dalam sikap

sosial, terutama sikap sosial yang berbungan dengan teman sebaya. Sikap

remaja ini berkembang setelah remaja mengenal adanya kepentingan dan

kebutuhan yang sama. Remaja juga berusaha bersikap sesuai dengan

norma-norma kelompoknya. Sikap penyesuaian diri (conform) dengan teman

sebayanya akan tetap dipertahankan meskipun timbul pertentangan dengan

orang tua karena perbedaan nilai. Hal ini karena remaja sangat takut jika

(40)

25

Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan sikap menurut

Middlebrook (Azwar, 2006: 35) adalah kebudayaan. Kebudayaan yang ada

dimana seseorang itu tinggal dan dibesarkan memiliki arti yang mendalam

pada pembentukan sikap orang tersebut. Di sadari atau tidak kebudayaan telah

menanamkan arah sikap seseorang terhadap berbagai masalah yang sedang

dihadapinya.

Manusia adalah homo religius (makhluk beragama). Namun,

potensi tersebut memerlukan bimbingan dan pengembangan dari

lingkungannya. Lingkungannya pula yang mengenalkan seseorang akan

nilai-nilai dan norma-norma agama yang harus dituruti dan dilakonkan.

Pada garis besarnya, teori mengungkapkan bahwa sumber jiwa

keagamaan berasal dari faktor intern dan dari faktor ekstern manusia.

Pendapat pertama menyatakan bahwa manusia adalah homo religius

karena manusia sudah memiliki potensi untuk beragama. Potensi tersebut

bersumber dari faktor intern manusia yang termuat dalam aspek kejiwaan

manusia seperti naluri, akal, perasaan, maupun kehendak, dan sebagainya.

Namun, pendukung teori ini masih berbeda pendapat mengenai faktor

mana yang paling dominan.

Sebaliknya, teori kedua menyatakan bahwa jiwa keagamaan

manusia bersumber dari faktor ekstern. Manusia terdorong untuk

beragama karena pengaruh faktor luar dirinya, seperti rasa takut, rasa

ketergantungan ataupun rasa bersalah (sense of guilty). Faktor-faktor inilah

yang menurut pendukung teori tersebut mendorong manusia menciptakan

(41)

26

Betapapun kedua pendekatan itu tampak seakan berbeda, namun

keduanya tak mengingkari bahwa secara psikologis manusia sulit

dipisahkan dari agama. Pengaruh psikologis ini pula yang tercermin dalam

sikap dan tingkah laku keagamaan manusia, baik dalam kehidupan

individu maupun kehidupan sosialnya. Dalam kehidupan manusia sebagai

individu pengaruh psikologi itu membentuk keyakinan dalam dirinya dan

menampakkan pola tingkah laku sebagai realisasi dari keyakinan tersebut.

Sedangkan dalam kehidupan sosial, keyakinan dan pola tingkah laku

tersebut mendorong manusia untuk melahirkan norma-norma dan pranata

keagamaan sebagai pedoman dan sarana kehidupan beragama di

masyarakat (Jalaluddin, 2012: 257-258).

Meskipun tampaknya longgar, namun kehidupan bermasyarakat

dibatasi oleh berbagai norma dan nilai-nilai yang didukung warganya.

Karena itu, setiap warga berusaha untuk menyesuaikan sikap dan tingkah

laku dengan norma dan nilai-nilai yang ada. Dengan demikian, kehidupan

bermasyarakat memiliki suatu tatanan yang terkondisi untuk dipatuhi

bersama.

Sepintas, lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan

yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan

unsur pengaruh belaka, tetapi norma dan tata nilai yang ada terkadang

lebih mengikat sifatnya. Bahkan, terkadang pengaruhnya lebih besar

dalam perkembangan jiwa keagamaan, baik dalam bentuk positif maupun

(42)

27

keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa

keagamaan anak, sebab kehidupan keagamaan terkondisi dalam tatanan

nilai maupun institusi keagamaan. Keadaan seperti ini bagaimanapun akan

berpengaruh dalam pembentukan jiwa keagamaan warganya.

Sebaliknya, dalam lingkungan masyarakat yang lebih cair atau

bahkan cenderung sekuler, kondisi seperti itu jarang dijumpai. Kehidupan

warganya lebih longgar, sehingga diperkirakan turut mempengaruhi

kondisi kehidupan keagamaan warganya (Jalaluddin, 2012: 313-314).

B. Hipotesis Penelitian

Sikap keberagamaan seseorang tidak semata-mata dipengaruhi oleh

lingkungan di mana mereka bersosialisasi, namun lingkungan memiliki

peranan yang tinggi dalam membentuk watak dan sikap keberagamaan

seseorang. Oleh karena itu penulis mengajukan hipotesis bahwa mahasiswa

yang tinggal di kos yang kehidupannya baik juga akan berpengaruh baik pada

sikap kebaragamaannya, begitupun sebaliknya.

C. Operasionalisasi Konsep

Operasionalisasi adalah proses pemberian definisi operasional atau indicator

pada sebuah variabel. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang akan

diukur yaitu kehidupan kos dan sikap keberagamaan.

Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran yang berhubungan

(43)

28

b. Disiplin bangun pagi c. Waktu pulang ke kos d. Membeli buku e. Mengelola keuangan

dengan baik

f. Sering tidaknya melakukan pembelian tanpa rencana

2. Kehidupan sosial a. Bisa beradaptasi dengan lingkungan kos f. Hubungan dengan warga

setempat e. Sholat dan puasa sunnah f. Dzikir

g. Melafalkan doa sebelum atau sesudah

melaksanakan sesuatu h. Do’a dan ibadah i. Sedekah

j. Tahu batasan bergaul dan

(44)

29 menutup aurat 2. Pengamalanan/

akhlak

a. Berbuat baik

b. Menolong orang lain c. Bekerjasama

d. Menjalin silaturahmi e. Menjaga lisan f. Jujur

g. Memaafkan orang lain h. Mengajak kepada

kebaikan

17, 35 14 15 16, 27 23, 24, 26 32

(45)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif,

dikarenakan penelitian tersebut mempunyai karakteristik yang sama dengan

pendekatan kuantitatif seperti adanya pernyataan dan pengujian hipotesis dan

penggunaan statistika dalam menganalisa data. Pendekatan kuantitatif adalah

penelitian yang analisisnya lebih fokus pada data-data numerikal (angka)

yang diolah dengan menggunakan metode statistika. Pada umumnya

penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif merupakan penelitian sampel

besar, karena pada pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian

inferensial yaitu dalam rangka pengujian hipotesis dan menyandarkan

kesimpulan pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil.

Dengan menggunakan pendekatan ini, maka akan diperoleh signifikansi

hubungan antar variabel yang diteliti (Azwar: 2011: 5). Sedangkan untuk jenis

penelitian ini adalah penelitian korelasional dimana penulis menyelidiki

keterkaitan antara dua variabel yaitu kehidupan kos dan sikap keberagamaan

mahasiswa.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di tempat kos sekitar kampus 1, 2, dan 3 IAIN

(46)

31

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2011:80). Singkatnya, populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang

memiliki kesamaan karakter. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa

IAIN Salatiga yang menempati kos di sekitar kampus 1, 2, dan 3 IAIN

Salatiga.

Dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis, maka dalam penelitian

ini penulis menggunakan penelitian sampel. Pengertian sampel sendiri adalah

bagian kecil dari populasi yang secara representative dapat mewakili

keseluruhan populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki

sifat-sifat yang sama dari obyek yang merupakan sumber data (Sukandarrumidi,

2004:50).

Jumlah penentuan sampel atau responden tidak berpedoman pada

rumus atau teori tertentu, karena data dari seluruh mahasiswa yang tinggal di

kos tidak diketahui secara pasti, juga kos mana saja yang ditempati oleh

mahasiswa IAIN tidak semuanya diketahui, kemudian tidak semua penghuni

kos berada di tempat kos ketika peneliti berkunjung. Karena berbagai

keterbatasan tersebut, peneliti hanya mengambil sampel dari mahasiswa yang

(47)

32

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2010:60).

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen dan

variabel dependen. Variabel independen disebut juga variabel bebas,

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahaannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan

variabel terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:61).

1) Variabel Independen (X) : Kehidupan Kos

2) Variabel Dependen (Y) : Sikap Keberagamaan Mahasiswa

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ditujukan untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan

penelitian secara objektif.

1. Kuesioner

Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengirimkan

suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi (Sukandarrumidi,

2004:78). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tiap-tiap

(48)

33

2. Dokumentasi

Adalah metode penelitian yang menggunakan sekumpulan data

verbal berupa tulisan, dokumen, sertifikat, dan lain-lain (Hadi,

1981:136). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan tentang

gambaran umum kos di sekitar kampus IAIN Salatiga.

3. Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk mengumpulkan data

tentang gambaran kehidupan kos menurut pemilik kos dan perangkat

desa setempat.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Data tentang kehidupan kos dan sikap keberagamaan masing-masing

mahasiswa diperoleh melalui metode kuesioner. Jenis kuesioner yang

digunakan adalah kuesioner langsung yaitu kuesioner yang berisi sejumlah

pertanyaan tentang kondisi seseorang (responden) dan dijawab oleh responden

tersebut secara langsung. Kuesioner yang digunakan bersifat tertutup.

Responden menjawab pertanyaan dengan memilih salah satu dari empat

alternatif jawaban serta responden mengisi pertanyaan yang diajukan.

Sebelum menyebar kuesioner penelitian, peneliti terlebih dahulu

melakukan pra penelitian atau yang biasa dikenal dengan pre-test. Pre-test

dilakukan untuk memastikan bahwa kuesioner valid dan reliabel, menguji

elemen-elemen yang terdapat dalam kuesioner, serta memastikan bahwa

(49)

34

terjadi lagi masalah dalam pengisian kuesioner. Pada saat pre-test, peneliti

membagikan kuesioner kepada 20 responden. Setelah seluruh kuesioner

pre-test terkumpul, peneliti melakukan coding serta analisis terhadap tingkat

validitas dan reliabilitas dari kuesioner tersebut.

1. Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk memastikan apakah kuesioner yang akan

dipakai untuk mengukur variabel penelitian valid atau tidak. Suatu skala

pengukuran dikatakan valid atau benar apabila skala tersebut digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dan inferensi yang dihasilkan

mendekati kebenaran.

Ketentuannya, toleransi kesalahan yang digunakan sebesar 10%

atau menggunakan probabilitas sebesar 0,1. Nilai koefisien korelasi ( )

butir-butir pertanyaan yang dihitung harus lebih tinggi dari 0,240 dan nilai

koefisien korelasi ( ) hasil penghitungan harus positif agar dapat

dikatakan valid (Sarwono, 2015:249).

Sebelum penelitian yang sesungguhnya, terlebih dahulu peneliti

melakukan uji coba penelitian untuk menguji validitas 40 item pernyataan

variabel kehidupan kos dan 35 item pernyataan sikap keberagamaan

dengan responden 20 orang. Adapun hasil uji validitas dengan

menggunakan SPSS 19 (product moment) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Hasil Uji Validitas Kehidupan Kos (X)

No item Validitas Keterangan

1 .539 Valid Dipakai

2 .407 Valid Dipakai

(50)

35

Dari tabel di atas, diperoleh hasil 34 soal yang valid, dan 6

soal yang invalid (tidak valid). Sehingga peneliti memutuskan

untuk membuang satu item yang tidak valid dan memperbaiki 5

(51)

36

yang sesungguhnya menjadi 39. Namun yang akan peneliti

gunakan untuk analisis statistik 34 item, sebagian item hanya

sebatas cek.

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Sikap Keberagamaan (Y)

No item Validitas Keterangan

(52)

37

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa seluruh item pertanyaan

sudah valid, sehingga seluruh pertanyaan bisa dipakai untuk penelitian

yang sesungguhnya, namun yang digunakan untuk analisis statistik 34

item, agar seimbang dengan item kehidupan kos.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas secara umum dikatakan sebagai adanya konsistensi hasil

pengukuran hal yang sama jika dilakukan dalam konteks waktu yang

berbeda. Dalam spss, pengujian reliabilitas menggunakan nilai Cronbach’s

Alpha. Ketentuannya, nilai Cronbach’s Alpha tidak boleh negatif dan nilai

Cronbach’s Alpha hasil penghitungan sama dengan atau lebih besar dari

0,6 agar dapat dikatakan reliabel (Sarwono, 2015: 248-249).

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Kriteria

Kehidupan Kos 0.810 Reliabel

Sikap Keberagamaan 0.953 Reliabel

Berdasarkan ringkasan hasil uji reliabilitas seperti yang tercantum

dalam tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai koefisien Cronbach’s Alpha

pada masing-masing variabel nilainya > 0,6, maka dapat disimpulkan bahwa

(53)

38

G. Analisis Data

Analisis data yaitu penyekoran atau mengubah data ke dalam bentuk

angka-angka kuantitatif agar dapat di analisis dengan teknik statistik. Analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif karena

untuk mendeskripsikan data yang dikumpulkan melalui sampel yang

diobservasi. Analisis data deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana kehidupan kos mahasiswa IAIN Salatiga dan bagaimana sikap

keberagamaan mahasiswa IAIN Salatiga yang tinggal di kos. Analisis

selanjutnya dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan alat bantu program SPSS (Statistical

Package For Social Sciences) 19 dengan berpedoman pada buku karangan Jonathan Sarwono yang berjudul “Rumus-Rumus Populer dalam SPSS 22

(54)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau IAIN Salatiga adalah Perguruan

Tinggi Agama Islam Negeri di Salatiga, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

IAIN Salatiga memiliki tiga kampus, kampus satu yang diperuntukkan bagi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) dan Program pascasarjana dengan

luas sekitar 1,5 Ha berlokasi di Jalan Tentara Pelajar Nomor 02 Salatiga;

kemudian kampus dua dengan luas sekitar sama 1,5 Ha berlokasi di Jalan

Nakula Sadewa V Nomor 09 Kembang Arum Salatiga diperuntukkan bagi

Fakultas Syari’ah (FS), Fakultas Dakwah (FD), Fakultas Ushuluddin, dan

Program Khusus Kelas Internasional; sedangkan kampus tiga yang terletak di

kelurahan Pulutan direncanakan dibangun dengan luas yang diharapkan

tercapai adalah 25 Ha sementara di tahun 2016 ini tercapai dengan luas 13 Ha

menjadi lokasi kegiatan perkuliahan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK), serta nantinya di kampus tiga akan menjadi pusat IAIN Salatiga.

1. Gambaran kos sekitar kampus 1

Dari hasil wawancara dengan ketua RT dan pemilik kos setempat

di sekitar kampus 1 diperoleh data tentang gambaran kos sebagai berikut:

a) Pendataan

Di tempat “A” yang kebetulan juga menjabat sebagai ketua RT setiap

(55)

40

fotocopy KTM, di RT ini terdapat empat kepala keluarga (empat kos);

Di tempat “D” (lain RT) menyerahkan data jika ditanyakan atau jika

ada kepentingan, di kos ini terdapat delapan ruang/kamar; Di lokasi

“E” data tentang penghuni kos hanya pemilik kos yang tahu, dulu

sebenarnya ada aturan bahwa setiap penghuni kos harus menyerahkan

data ke RW/RT, tapi tidak berjalan. Masing-masing tempat kos dihuni

sekitar 8 sampai 15 orang.

b) Jenis dan Tempat Kos

Jenis kos di lokasi “A” dan “E” perempuan, tempatnya jadi satu

dengan pemilik kos.

“ (kos) perempuan semua, gak ada yang cowok, kalo rata-rata

cowok itu susah, sulit gak pernah bayar”. (PY).

Jenis kos di tempat “D” campuran, tempatnya juga jadi satu dengan pemilik kos.

“Cowok cewek saya terima, asal mau saya atur, manut peraturan”. (MY).

c) Peraturan Kos

Semua tempat kos di sekitar kampus 1 peraturannya tidak

memperbolehkan tamu lawan jenis memasuki kamar kos. Jika bertamu

hanya diperbolehkan di ruang tamu atau teras kos. Di tempat “A” dan

“E” terdapat sistem jam malam. Sedangkan di tempat “D” tidak ada

peraturan tentang jam malam.

“Kalau tempat saya nggak ada batasnya, pintu selalu gak saya

(56)

41

Selama ini di tempat “A” belum pernah ada yang melanggar peraturan

tersebut, lain halnya dengan penuturan MY/tempat “D”:

Yaa gini ya, kalo saya lihat itu ya kayaknya kalo sudah kelihatan agak gak beres itu biasanya saya sudah gak

menerima lagi, saya suruh pindah”.

Jadi MY selalu melihat gerak-gerik penghuni kosnya, jika sekiranya

ada yang tidak beres, maka disuruh pindah.

d) Kegiatan Anak Kos

Kegiatan anak kos sehari-hari sama halnya dengan anak yang tinggal

di rumah pada umumnya, tidak ada kegiatan yang mencolok, rata-rata

melakukan kegiatan yang disukainya.

“Rata-rata sekarang kegiatannya M, males”. (PY). “Kegiatan gak ada mbak disini, gak ada kegiatan”. (MY).

e) Sikap/Perilaku Anak Kos menurut Pemilik Kos

“Perilakunya juga bagus. Sopan, santun”. (PY).

“Kalo yang dulu-dulu itu ya, yang dulu sama sekarang itu lain sih. Lainnya itu kalo ya gimana ya, kalo yang sekarang-sekarang itu kayaknya takut banget kalo sama saya itu. Kalo yang dulu-dulu itu orangnya lain, ya takut tapi berhubung saya fair, terus tindak-tanduknya juga kurang ini, kurang menyenangkan istilahnya gitu. kalo menurut penilaian saya, apalagi kalo yang dulu-dulu, banyak yang tumindake yang gak baik itu banyak, jadi saya itu ya berani ngomong disini, saya itu melihat mata saya sendiri itu gak cuma sekali dua kali, puluhan kali. Jadi saya berani itu, saya gak jelek-jelekin IAIN ya, saya juga orang Islam, kalo saya njelek-jelekin seagama saya juga saya juga gak, gak suka, nyatanya kayak gitu. Saya itu, saya ya misalkan ngomong sama dosennya, saya berani. Jadi orang IAIN itu juga ya sama aja lah, sama aja, gak

semua”. (MY).

Dari kedua pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku

(57)

42

bahwa tidak musti mahasiswa IAIN itu semuanya berakhlak baik.

Sama saja dengan anak lain pada umumnya.

f) Interaksi dan Kegiatan dengan Warga Sekitar

Mahasiswa/penghuni kos jarang berinteraksi dengan warga sekitar,

hanya dengan pemilik kos atau orang yang dekat/sering mengajak

interaksi dengan anak kos. Kebanyakan hanya sekedar tersenyum

apabila bertemu dengan warga sekitar.

Di tempat “A” mahasiswa mengikuti kegiatan tujuh belasan.

Kemudian di tempat “D” tiap malam Jum’at mahasiswa diajak

mengikuti yasinan.

“Kalau kegiatan ikut kampung, yasinan, tiap malem jum’at memang saya ajak semua”. (MY).

g) Ibadah atau Sikap Keberagamaan Anak Kos

“Kalau ibadahnya itu, waduh, itu fifty-fifty. Kalau memakai kerudung bagus, rapi, keluar kos juga kudungan, ya ada satu

dua (gak berkerudung) ya wajar lah”. (PY).

“Sholat tidak bolong-bolong, namun sebagian kecil sholat aja

ada yang susah, aktif hanya saat bulan puasa”. (GJ).

Tanggung jawab masing-masing, Itu, lihat situasi mbak, kalau di rumah kayaknya ya, kalau di kos itu ya biasa-biasa saja lah, kadang ya bawa kudung, kadang ya enggak”. (MY).

Ibadah dan sikap keberagamaan mahasiswa kembali lagi pada

kesadaran dan tanggung jawab pribadi masing-masing.

h) Anak Kos yang Aktif di Masjid dan Kegiatan Keagamaan

Anak kos aktif di Masjid hanya pada waktu Ramadhan, dan tidak

(58)

43

i) Kontrol Pemilik Kos

“Saya pernah memantau, kan malam jum’at “ayo yasinan”

satu kali dua kali, tapi kan lama-lama males, gitu. Rata-rata yo fifty-fifty, 50 persen 50 persen. Model sekarang kan jaman udah lain, banyak malesnya. Saya tu juga pusing mbak, gimana lagi kan, ya udah”. (PY).

“Gimana ya, kalau itu saya cuman, ya saya bebaskan, tapi

saya bebaskan juga saya pantau, saya monitor terus, gerak geriknya gimana, tetep saya monitor, apalagi cewek. Kalau cewek, misalkan ada cowok maen gitu aja saya awasi, saya tanya gimana pacarnya apa bukan, itu saya tanya”. (MY).

Pemilik kos tidak selalu mengontrol anak kos, atau mengatur anak kos

setiap saat, namun pasti mengawasi gerak-gerik anak kos, bagaimana

perilakunya.

2. Gambaran kos sekitar kampus 2

Dari hasil wawancara dengan ketua RT dan pemilik kos setempat

di sekitar kampus 2 diperoleh data tentang gambaran kos sebagai berikut:

a) Pendataan

Di tempat “B” tidak menyerahkan data ke RT/RW, tempat “C” juga

tidak mengumpulkan data karena kebetulan RWnya disitu, jadi tidak

ada data tertulis tentang siapa-siapa saja yang menempati kos, karena

(59)

44 b) Jenis dan Tempat Kos

Jenis kos di tempat “B” laki-laki dan tempatnya berpisah atau tidak

jadi satu dengan pemilik kos. Di tempat “C” kos perempuan dan

tempatnya jadi satu dengan pemilik kos.

c) Peraturan Kos

Peraturan di tempat “B” tidak boleh membawa teman lawan jenis ke

dalam kos, walaupun ada keperluan tetap menunggu di gerbang

masuk. Tidak ada jam malam, yang penting kalau keluar, pintu

dikunci. Sedangkan peraturan di tempat “C” yang penting menjaga

kebersihan, tidak ada peraturan apa-apa, pemilik kos percaya bahwa

pengguna kos sudah dewasa dan menyadari tanggung jawabnya.

“Peraturannya yang penting menjaga kebersihan, hhhh, itu

aja. Gak ada macem-macem sih. Udah tau, dah bisa dikontrol kok, dah kayak rumah sendiri, tanggung jawabnya udah tau. Gak ada peraturan apa-apa, ya paling motor dimasukke,

jangan dikunci setang gitu”. (N).

d) Kegiatan Anak Kos

Kegiatan anak kos sehari-hari sama halnya dengan anak yang tinggal

di rumah pada umumnya, tidak ada kegiatan yang mencolok, rata-rata

melakukan kegiatan yang disukainya.

“Kegiatannya ya paling-paling, ada yang main gitar, ada yang laptopan, ada yang, macem-macem mbak, kalau ada waktu

luang ya mainan lihat tv itu”. (SM).

Gak tahu aku, hhh. Pribadi og ya”. (N).

e) Sikap/Perilaku Anak Kos menurut Pemilik Kos

(60)

45

menyapa istilahnya saling mengisi, saling mendukung. Sana persaudaraan anak-anak saya bagus mbak”. (SM).

“Baik. Ini apa namanya, ramah, sopan, gak aneh-aneh”. (N).

Dari kedua pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku

mahasiswa di sekitar kampus dua menurut pemilik kos adalah baik.

f) Interaksi dan Kegiatan dengan Warga Sekitar

Di tempat “B” mahasiswa mengikuti kegiatan kerja bakti. Kemudian di

tempat “C” tidak mengikuti, interaksinya dengan warga sekitar sekedar

menyapa.

g) Ibadah atau Sikap Keberagamaan Anak Kos

“Anak-anak itu kalau mau, contohnya saja waktu, entah waktu dhuhur atau ashar, anak-anak itu kalau mau sholat malah ke

mesjid, mesjid Nurul Zaroh itu”. (SM).

Kalau ibadahnya ya enggak sih (gak ngontrol), hhhe, pribadi masing-masing, itu kan udah besar, itu kan tanggung jawabnya mereka sendiri gitu, tapi kebetulan sini sholat semua, kan deket

sama masjid, sering jama’ah di masjid”. (N).

Ibadah dan sikap keberagamaan mahasiswa kembali lagi pada

kesadaran dan tanggung jawab pribadi masing-masing.

h) Anak Kos yang Aktif di Masjid dan Kegiatan Keagamaan

Kalo pengajian sering ikut di mesjid sini. Aktif, itu yang namanya Adri malah, bilamana kampus ada kegiatan pasti ikut

menjadi panitia”. (SM).

“Kebetulan di Masjid ini remajanya gak ada, hhhe, jadi gak ada kegiatan untuk remaja, jadi dia gak ikut. Mungkin kalo ada ikut mungkiin. Kalo misalkan ada acara-acara di Masjid,

misalkan pengajian ato apa, pada dateng kok”. (N).

Sama saja dengan anak pada umumnya, ada yang aktif di Masjid ada

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Variabel Kehidupan Kos
Tabel 4.1 Data Mahasiswa yang Tinggal di Kos
Tabel 4.2 Nominasi Skor Kehidupan Kos Tiap Responden
Tabel 4.3 Kategori Skor Kehidupan Kos Beserta Jumlah Responden
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini memiliki 2 (dua) variabel yang terdiri dari variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain dengan simbol (X)

Permukaan dinding ruang bakar yang berlapis dengan nilai konduktivitas yang berbeda dapat dianalogikan sebagai rangkaian tahanan seri, hal ini dapat dilihat pada gambar..

pengolahan data pendistribusian yang masih menggunakan Microsoft Excel serta belum adanya aplikasi pendistribusian barang yang mempermudah agen atau toko. dalam memesan barang

Suatu simbol yang digunakan dalam terminasi yang mewakili simbol-simbol tertentu untuk digunakan pada aliran lain pada halaman yang lain.. Sumber: Perancangan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas berkat, kasih karunia- Nya serta bimbingan-Nya selama ini yang menguatkan kami sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan

Pengaruh Waktu dan Suhu Pengeringan Dengan Oven SN 281272 Terhadap Kualitas Produk Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas

It means teacher should know what approach, method and technique that to be used to transfer knowledge to the students.Scientific approach is an approach that helps

Di samping itu, pengamatan dan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran uang (M2) merupakan variabel kunci bagi otoritas moneter untuk menetapkan