• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NADZHOM MISTIK YANG TERDAPAT PADA KITAB FAFIRRU ILALLAH KARYA MUDZIR NADZIR - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NADZHOM MISTIK YANG TERDAPAT PADA KITAB FAFIRRU ILALLAH KARYA MUDZIR NADZIR - Test Repository"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NADZHOM MISTIK YANG TERDAPAT PADA KITAB FAFIRRU ILALLAH

KARYA MUNDZIR NADZIR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Diajukan Oleh :

Darwinto Aryanto(111-14-173)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

▸ Baca selengkapnya: nilai-nilai dharmasastra yang terdapat pada zaman kaliyuga adalah

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara

yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk

.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limopahan rahmat serta karunia-Nya tak lupa Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang kita nanti-nantikan Syafa‟atnya di akhirat kelak. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak (Suradi) dan Ibu (Sriyati) tercinta yang selalu mendo‟akan dan

mendukung setiap langkahku untuk menuntut ilmu demi cita-cita yang di harapkan penulis.

2. Adik tercinta Erna Sukowati, semoga engkau dapat menyusul kejenjang Perguruan Tinggi.

3. Kepada segenap warga Krajan Krandonlor Suruh yang selalu mendukung

agar cepat Wisuda, terlebih Jama‟ah Masjid Attaqwa dusun Krajan.

4. Kepada keluarga besar Madrasah Diniyyah Awaliyyah kauman suruh yang

selalu mendorong dengan motivasi dan do‟a agar cepat selesai dan

barokah dunia akhirat.

5. Terimakasih kepada guru-guru dari mulai guru MI Krandonlor 01, SMP Bina Insani, SMK Muhammadiyah Suruh, dan dosen-dosen IAIN Salatiga yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.

6. Terimakasih kepada bapak Mufiq, S.Ag.,M.Phil. selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan menasihati demi terselesaikannya skripsi ini.

7. Terimakasih kepada simbah Marbi selaku guru ngaji mulai Iqra‟ sampai

(8)

viii

8. Kepada Kyai Miftah (Gembong Pati), Kyai Muhsoni pengasuh PPM Bina Insani dan bapak Munzaini, Kyai Abdul Rohman (Bakal Rejo Susukan), Kyai Jamali Ihsan (Susukan). Yang telah memberi petuah dan nasehat kepada pribadi penulis yang semoga diberikan kesehatan dan keberkahan agar selalu membimbing murid-muridnya.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan Muhammad Ihsan, Ahmad Fuad, Muhammad Rafiq, M Nur Khaliq, M Mahzum. Dan sahabat-sahabat angkatan 2014 khususnya Prodi PAI.

10.Sahabat PPL di SMA Negri 01 Salatiga dan KKN di desa Sumberan Wono Harjo, serta khususnya Bapak Bayan Suwanto sekeluarga.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

ّ سلا هتاكربوّاللهةمحروّنكيلعّمّلا

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah menganugerahkan banyak karunia dan nikmat yang tak terhingga. Sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Nadzhom Mistik Yang Terdapat Pada Kitab Fafirru Ilallah Karya Mundzir Nadzir.

Tidak lupa Sholawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, dan segenap keluarga, sahabat, dan pengikutnya, yang selalu menjadi suritauladan yang baik yang membawa dari zaman kejahiliyyahan sampai zaman sekarang ini.

Penulis skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.

4. Bapak Mufiq, S.Ag.,M.Phil. selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran selalu memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini selesai.

(10)

x

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Almarhum Kyai Mundzir Nadzir yang telah menulis kitab fafirru ilallah. 8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan

memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

9. Kepada sahabat-sahabat dekat PAI, Keluarga PPL SMA N 01 Salatiga dan Kelompok KKN Desa Wonoharjo yang telah memberikan penulis pengalaman hidup yang luar biasa.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya.Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 03 September 2018 Penulis

(11)

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543/ b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا Alif Tidak dilambangkan bangkan

ب Ba‟ B Be

ث Ta‟ T Te

ث Tsa‟ S Es

ج Jim J Je

ح Ha‟ H Ha

خ Kha‟ Kh Ka dan Ha

د Dal D De

ذ Zal Z Zet (dengan titik di atas)

ر Ra‟ R

ز Zal Zet

ش Sin Es

ش Syin Es dan Ye

ص Sad S Es (dengan titik di bawah)

(12)

xii

ط Ta‟ T Te (dengan titik dibawah)

ظ Z Z Zet (dengan titik dibawah)

ع „Ain „ k di atas

غ Gain G Ge

ف Fa‟ F Ef

ق Qaf Q Qi

ك Kaf K Ka

ل Lam L El

م Mim M Em

ن Nun N En

و Wawu W We

ه Ha‟ H Ha

ء Hamzah , Apostrof

ي Ya‟ Y Ye

Konsonan angkap karena di tulis rangkap

ةّدع „iddah

A. Ta’ Marbutttah

A. Bila dimatikan di tulis h

(13)

xiii

تيسج Di Tulis Jizyah

(ketentuan ini tidak di berlakukan terhdap kata-kata arab yang yang sudah teresap kedalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya, kecuali di kendaki lafal aslinya).

Bila di ikuti dengan kata “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka di tulis dengan h.

ءايلولأا تهارك -auliya‟

B. Vokal Pendek

ا Fathah Ditulis A

ا Kasrah Ditulis I

ا Dammah Ditulis U

C. Vokal Panjang

Fathah+Alif U

تيلهاج Jahiliyah

Fathah+Ya‟ mati A

ىعسي Yas‟ a

Kasrah+Ya‟ Mati I

نيرك Karim

ammah+wawumati U

(14)

xiv D. Vokal Rangkap

Fathah+ya‟ mati

نكنيب

(15)

xv ABSTRAK

Aryanto, Darwinto. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Nadzhom Mistik yang Terdapat pada Kitab Fafirru Ilallah Karya Mundzir Nadzir. Skripsi. Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam (FTIK). Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag.,M.Phil.

Kata Kunci : Nilai, Pendidikan Karakter, Nadzhom Mistik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Nilai pendidikan Karakter dalam Nadzhom Mistik yang Terdapat Pada Kitab Fafirru Ilallah Karya Mundzir Nadzir. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) apa nilai-nilai pendidikan karakter dalam nadzhom mistik yang terdapat pada kitab fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir. 2) bagaimana relevansinya nilai-nilai pendidikan karakter dalam nadzhom mistik yang terdapat di kitab fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir dalam praktek kependidikan.

Penelitian ini mengunakan pendekatan perpustakaan atau penelitian library research dengan metode deduktif dan induktif. peneliti melakukan pengamatan secara langsung dengan membaca dan menelaah dari kitab fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir. Serta melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Nadzhom Mistik antara lain: niat yang kuat, tidak sombong dan angkuh, tanggung jawab, peduli lingkungan, menghargai sejarah, konsisten atau istiqomah, nilai ibadah (taubat, sholat malam, mawas diri), sabar, tidak cinta dunia, teguh hati dan tidak putus asa, peduli sosial dan kasih sayang, berbuat baik dalam segala hal dan ingat serta waspada. 2) Relevansi Nadzhom Mistik dalam Pendidikan Islam sebagai berikut: Nadzhom mistik ini masih relevan untuk diajarkan dalam pendidikan Islam. Baik dari kalangan pendidikan Dasar maupun sampai Perguruan Tinggi, pendidikan formal maupun non formal. Karena di dalamnya mengandung nilai-nilai karakter yang baik yang terkait pendidikan karakter Nasional yaitu; Pendidikan karakter religius (tidak sombong dan angkuh, konsisten atau istiqomah, nilai ibadah ; taubat, melakukan shalat malam/tahajjud, mawas diri, sabar, tidak cinta dunia, berbuat baik dalam segala hal serta ingat dan waspada), pendidikan karakter tanggung jawab, peduli lingkungan, cinta tanah air, kerja keras (teguh hati dan tidak putus asa, tekad yang kuat), serta peduli sosial.

(16)

xvi DAFTAR ISI

JUDUL ... I

LEMBAR BERLOGO ... Ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... Iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... Iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... V

MOTTO ... Vi

PERSEMBAHAN ... Vii

KATA PENGANTAR ... Ix

ABSTRAK ... Xi

DAFTAR ISI ... Xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... Xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

(17)

xvii

E. Kajian Pustaka ... 8

F. Penegasan Istilah ... 10

G. Metode Penelitian ... 12

H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 14

BAB II Biografi Naskah... ... 16

A. Biografi Mundzir Nadzir... 16

B. Karya-Karya Mundzir Nadzir... 17

C. Gambaran Umum Nadzhom Mistik... 18

D. Nadzhom Mistik dan Artinya... 20

BAB III Kajian Teori... 23

A. Pengertian Nilai... 23

B. Pengertian Pendidikan Karakter... 26

C. Tujuan Pendidikan Karakter... 29

D. Fungsi Pendidikan Karakter.. ... 32

E. Media Pendidikan Karakter... ... 33

F. Landasan Pendidikan Karakter... 36

G. Macam-Macam Pendidikan Karakter... 39

(18)

xviii

A. Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Nadzhom Mistik 44

1. Tekad Yang Kuat... 44

2. Tidak Sombong Dan Angkuh... 47

3. Tanggung Jawab... 49

4. Peduli Lingkungan... 50

5. Menghargai Sejarah... 52

6. Konsisten atau Istiqomah... 54

7. Nilai Ibadah... 56

a. taubat... 57

b. melakukan Shalat Malam (Tahajjud)... 60

c. mawas Diri... 62

8. Sabar ... 63

9. Tidak Cinta Dunia... 66

10. Teguh Hati... 67

11. Peduli Sosial... 69

12. Berbuat Baik Dalam Segala Hal Serta Ingat Dan Waspada ... 70

B. Nilai Pendidikan Karakter Dalam Nadzhom Mistik Yang terkait Pendidikan Karakter Nasional...

(19)

xix

C. Relevansi Nadzhom Mistik Dalam Pendidikan Islam... 77

BAB V PENUTUP ... 79

A. Kesimpulan... 79

B. Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsultasi

Lampiran 2 : Naskah Nadzhom Mistik

Lampiran 3 : Riwayat Hidup

Lampiran 4 : Daftar Nilai SKK

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan pengajaran dianggap sebagai tema urgen dan aktual yang menjadi perhatian masyarakat berbangsa secara umum. Dengan pendidikan dan pengajaran, peradaban akan mengalami kemajuan, masyarakat akan berkembang, dan terbentuklah suatu generasi (Hafidz dan Kastolani, 2009: 6). Manusia memperoleh derajat lebih tinggi dibanding mahluk-mahluk yang lain melalui proses pendidikan. Melalui pendidikan itu, harapannya mampu menghasilkan manusia-manusia yang berkarakter baik.

Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sebab pendidikan dapat mendorong peningkatan sumber daya manusia. Manusia senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun dirinya sendiri (Sukardjo dan Ukim, 2009: 1). Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa pendidikan bertujuan membentuk manusia-manusia yang cerdas dalam berbagai aspek baik intelektual, emosional, maupun spiritual, terampil serta memiliki kepribadian yang mulia.

(22)

2

yang cerdas, pandai, dan berilmu pengetahuan yang luas, serta berakhlakul karimah. Untuk meningkatkan salah satu tujuan pendidikan nasional yang mempunyai peran penting dalam pembentukan manusia yang berkarakter yaitu melalui pendidikan.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia dinyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Selain itu juga, pemerintah mengusahakan dan menyelengarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Helmawati, 2013: 1). Dari pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa pendidikan bertujuan membentuk manusia yang beriman, bertakwa serta berakhlak mulia.

Sebuah pendidikan menuntut adanya kurikulum. Kurikulum yang terbaru sekarang ini di indonesia lebih menekankan pada ranah afektif yakni untuk membentuk karakter dari pribadi seseorang. Suatu bangsa yang memiliki karakter baik akan membangun sebuah peradaban besar yang kemudian mempengaruhi perkembangan dunia.

(23)

sehari-3

hari. Materi pendidikan karakter tidak lain adalah nilai-nilai moral, baik yang bersifat universal maupun lokal kultural, baik moral kesusilaan maupun kesopanan.

Dalam era globalisasi ini, arus modernisasi membawa perubahan dan kemajuan yang berarti bagi bangsa Indonesia. Dalam satu sisi arus modernisasi membawa kemudahan bagi bangsa Indonesia. Pada sisi lainnya arus modernisasi dapat mengubah jati diri bangsa Indonesia jika salah menyikapinya. Indonesia yang kaya akan keanekaragaman budaya serta adat istiadat, dapat dijadikan sebagai alat untuk menegaskan kepribadian bangsa Indonesia.

Persoalan karakter bangsa pada saat ini bisa dikatakan sudah sangat menurun. Dan salah satu alternatif yang dapat dilakukan salah satunya yaitu dengan menanamkan pendidikan moral dan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini. Upaya pembentukan pendidikan karakter yang sesuai dengan bangsa ini tidak hanya teori-teori yang disampaikan di sekolah melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya kerja keras, toleran, cinta damai, tanggung jawab dan lain sebagainya.

Negara Indonesia mayoritas beragama Islam, bahkan terkenal didunia sebagai negara dengan populasi penduduk terbesar didunia yang memeluk agama Islam. Dengan banyaknya suku bangsa, budaya, serta keanekaragaman bahasa menjadikan agama Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil Alamin, yaitu rahmat bagi seluruh alam. Tidak hanya rahmat

(24)

4

keyakinan. Serta bukan hanya rahmat bagi umat manusia tetapi juga bagi seluruh alam baik hewan, tumbuhan, serta semua ciptaan Allah yang berada di alam semesta.

Ulama‟ yang kita kenal sebagai pewaris para nabi menyampaikan dakwah islam melalui berbagai cara dan dengan mempertimbangkan akan kesesuaiannya dengan kondisi umat. Inilah yang dirasakan bagi pemeluk Islam di indonesia. Agama Islam yang dibawa oleh para wali sembilan atau yang lebih terkenal dengan sebutan wali songo (baca:bahasa jawa) di tanah jawa jauh dari kata-kata kekerasan, yang ada hanyalah keramahan dan santun dalam berdakwah menyampaikan ajaran Islam.

Indonesia yang terkenal akan keanekaragaman adat istiadat serta budaya khususnya tanah jawa, tidak lantas dihapus lalu diganti dengan kebudayaan Islam. Akan tetapi semua itu justru dijadikan sebuah media oleh wali sembilan atau yang lebih terkenal dengan sebutan wali songo dalam penyebaran agama Islam sendiri.

Berkata Almarhum KH. Achmad Siddiq dalam bukunya Rahimsyah bahwa keberhasilan wali songo dalam menyebaran agama Islam di tanah Jawa adalah berkat setrategi dan metode dakwah yang tepat dalam melaksanakan tugas, sesuai dengan petunjuk Al-Qur‟an:

(25)

5

Demikianlah yang telah terjadi, sukses yang diperoleh walisongo dalam berdakwah bukanlah dengan mengacungkan pedang dan tombak, Bukan membawa pentungan, bukan pula membawa bom, tapi dengan hikmah (kebijaksanaan) dengan memberi petunjuk yang baik (ramah-tamah) berdialog (bertukar pikiran) dengan cara sebaik-baiknya.

Petunjuk yang baik bukan hanya dalam masalah agama, terbukti para wali tersebut juga memberi petunjuk tentang cara bercocok tanam yang lebih canggih, cara pengobatan Islami dan cara berdagang yang baik. Mereka juga menggunakan kesenian rakyat sebagai media dakwah seperti wayang dan gending, gamelan serta tembang-tembang dan syiiran yang bernuansa Islami (Rahimsyah, 2013: 4). Itulah dakwah yang diterapkan oleh para walisongo, bukan hanya menyebarkan agama Islam saja namun juga mengajari urusan dunia seperti bercocok tanam. Itu sejalan dengan doa yang di contohkan Nabi Muhammad saw, yaitu “ya Allah berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat”.

Inilah yang dicontoh oleh para muballigh serta ulama‟ di indonesia

sejak zaman dahulu hingga sekarang, mereka mencontoh para wali zaman

dahulu dalam berdakwah. Ulama‟ kita dalam berdakwah juga tidak

(26)

6

(bahasa arab tetapi berbahasa jawa). Salah satunya ialah Syekh Mundzir Nadzir yang menulis kitab fafirru ilallah yang hingga saat ini karya beliau masih dapat kita jumpai walaupun kitab ini tergolong kitab yang langka.

Alasan yang mendorong penulis, memilih tema karakter karena merupakan pilar utama (setelah aqidah ) dalam membangun sebuah tatanan kehidupan manusia. Seseorang tidak akan bisa selamat, karena dalam sebuah masyarakat tidak akan bisa tegak dan kokoh, dan suatu negara tidak akan jaya tanpa ditopang oleh nilai-nilai karakter yang baik. Berbagai upaya yang dilakukan orang dalam berinteraksi atau bermuamalah dengan masyarakat. Hal ini membutuhkan suatu metode atau cara-cara yang bisa menjaga atau mempererat hubungan antara manusia atau yang lain. Metode atau cara tersebut kita istilahkan dengan pendidikan karakter. Karena pentingnya kedudukan karakter dalam kehidupan, maka peneliti mengambil nilai-nilai pendidikan karakter sebagai bahan penelitian.

(27)

7

Kitab fafirru ilallah terdiri dari beberapa bab, tetapi penulis tertarik untuk meneliti pada bagian yang berisikan nadzhom mistik. Maka dalam hal ini, penting kiranya penulis untuk meneliti mengenai nilai-nilai pendidikan karakter sehingga judul penelitian yang akan diteliti penulis adalah “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NADZHOM MISTIK YANG TERDAPAT PADA KITAB FAFIRRU

ILALLAH KARYA MUNDZIR NADZIR ”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mendapatkan beberapa pokok permasalahan, di antaranya sebagai berikut:

1. Apa nilai-nilai pendidikan karakter dalam nadzhom mistik yang terdapat pada kitab fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir.

2. Bagaimana relevansinya nilai-nilai pendidikan karakter dalam nadzhom mistik yang terdapat di kitab fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir dalam praktek kependidikan.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam nadzhom mistik yang terdapat pada kitab fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir.

(28)

8

2. Untuk mengetahui relevansinya nilai-nilai pendidikan karakter dalam nadzhom mistik yang terdapat pada kitab fafirru ilallah karya Mundzir

Nadzir dalam praktek kependidikan. D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan baik untuk peneliti sendiri maupun untuk masyarakat islam jawa khususnya. Secara lebih rinci kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis keilmuan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan ilmu dan pendidikan karakter melalui nadzhom mistik yang terdapat pada kitab fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir, utamanya adalah membentuk jati diri manusia yang baik melalui nilai-nilai pendidikan.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan pada proses pembelajaran dan menanamkan karakter religius bagi pendidik maupun peserta didik.

E. Kajian Pustaka

(29)

9

teori yang ada kaitannya dengan judul dalam penelitian ini (Latifah, 2017: 13).

Sebelum penulis menjabarkan pembahasan tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam nadzhom mistik yang terdapat pada kitab fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir.

Maka penulis mencoba menelaah buku yang ada untuk dijadikan sebagai perbandingan dan acuan dalam menulisnya. Sebagai acuan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa kajian pustaka sebagai rumusan berfikir. Beberapa kajian pustaka tersebut di antaranya:

Pertama, Much Aulia Esa Setyawan yang meneliti di IAIN

Salatiga yakni “Konsep Pendidikan Karakter Menurut Sunan Kalijaga”.

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2017. Skripsi ini mengkaji tentang konsep pendidikan karakter menurut Sunan Kalijaga.

Kedua, Skripsi Oleh Askin Ila Hayati yang berjudul “ Nilai pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya sunan kalijaga”. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga 2017. Skripsi ini mengkaji tentang Nilai pendidikan karakter dalam syair ilir-ilir karya sunan kalijaga.

Ketiga, Skripsi Oleh Fitriyanti Wahyuni yang berjudul “

Pendidikan Karakter Dalam Kitab Adabul Alim Wal Muta‟alim Karya

K.H. Hasyim Asy‟ari”. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

(30)

10

2017. Skripsi ini mengkaji tentang Pendidikan Karakter Dalam Kitab

Adabul Alim Wal Muta‟alim Karya K.H. Hasyim Asy‟ari.

Adapun persamaan ketiga skripsi tersebut dengan penulis adalah terletak pada objek penelitian yaitu sama-sama mengkaji tentang pendidikan karakter. Sedangkan perdaannya terletak pada subjek penelitian. Peneliti mengkaji tentang nilai pendidikan karakter dalam nadzhom mistik yang terdapat pada kitab fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahan dalam menafsirkan judul sekripsi ini, maka penulis perlu memberikan kerangka teori atau pengertian pada istilah-istilah dalam judul tersebut yang sekaligus menjadi batasan dalam pembahasan selanjutnya. Istilah-istilah tersebut meliputi: 1. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

a. Nilai

Nilai atau value (bahasa Inggris) atau valere (bahasa latin) berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, di inginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan.

Nilai dianggap sebagai “keharusan” suatu cita yang menjadi dasar

(31)

11

diabaikan (Sjarkawi, 2009:29). Nilai ialah hal penting dalam setiap hal yang dilakukan manusia.

b. Pendidikan

Secara sederhana dan umum, pendidikan bermakna sebagai usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan (Mahfud, 2006:32). Pendidikan juga hal penting untuk menuntaskan anak-anak bangsa dari kebodohan, karena maju atau tidaknya suatu bangsa berawal dari sebuah pendidikan dalam negara tersebut.

c. Karakter

Menurut Wynne (1991) dalam bukunya Darmiyati Zuchdi,

istilah karakter diambil dari bahasa Yunani yang berarti “to mark

(menandai). Istilah ini lebih difokuskan pada bagaimana upaya pengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku (Zuchdi, 2009: 10).

2. Nadzhom Mistik

Nadzhom mistik adalah sebuah sya‟ir yang berisikan pesan-pesan, maupun nasihat, dari Syekh Mundzir Nadzir yang terdapat dalam kitab fafirru ilallah.

3. Kitab Fafirru Ilallah

(32)

12

kitab ini diterangkan tanda-tanda datangnya kiamat tersebut, kitab Fafirru ilallah berbahasa arab jawa ini adalah karya dari Syekh Mundzir Nadzir.

G. Metode Penelitian

Dalam penulisan ini terdapat beberapa hal pokok yang mendasari penelitian yaitu jenis penelitian sumber data, metode pengumpulan data, dan analisis data.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian perpustakaan atau penelitian library research karena dilakukan dengan mencari data atau informasi

riset melalui membaca jurnal ilmiah. Buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan.

2. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penulisan sekripsi ini adalah kitab fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir.

b. Sumber Data Sekunder

(33)

13 3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data daam penelitian ini adalah peneliti melakukan pengamatan secara langsung dengan membaca dan menelaah dari kitab fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir.

Serta melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia di perpustakaan. Dengan cara menjajagi ada tidaknya buku-buku atau sumber tertulis lainnya yang ada kaitannya dengan judul skripsi. Setelah data terkumpul maka dilakukan penelaahan secara sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data atau informasi untuk bahan penelitian.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang pertama digunakan adalah analisis secara induktif dan deduktif. Analisis induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari fakta-fakta ke konkret, kemudian ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1981: 42).

Metode deduktif adalah dari hal-hal atau teori yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus (Hadi, 1981: 42).

Kedua adalah penggunaan content analysis. Yang dimaksud content analysis adalah suatu teknik untuk membuat inferensi-inferensi

(34)

14 H. Sistematika Penulisan

1. Bagian Awal

Bagian awal ini meliputi: sampul, lembar berlogo, judul(sama dengan sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

BAB I : PENDAHULUAN memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka(penelitian terdahulu), penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB II : BIOGRAFI NASKAH memuat riwayat hidup Mundzir Nadzir, karya-karya beliau, gambaran umum nadzhom mistik, serta nadzom mistik beserta artinya.

BAB III : KAJIAN TEORI, pada bab ini akan diuraikan mengenai pengertian nilai, pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, fungsi pendidikan karakter, media pendidikan karakter, landasan pendidikan karakter, dan macam-macam pendidikan karakter.

(35)

15

BAB V PENUTUP Merupakan rangkaian terakhir dari penulisan skripsi yang memuat kesimpulan, saran dan penutup.

(36)

16 BAB II

BIOGRAFI NASKAH DAN ISI NASKAH A. Biografi Mundzir Nadzir

Kiai Mundzir Nadzir biografinya jarang ditulis dalam berbagai referensi, beliau lahir di dusun Sekaran, Keludan, Kertosono, Kediri. Syekh Mundzir Nadzir adalah putera pertama dari bapak KH. Nadzir Kertosono dan ibu Hannah. Saudara beliau berjumlah 5 orang yakni:

Danial, Dewi Rohilah, Asma‟ul Husna, Ilham Nadzir Jamsaren Kediri

(dosen di Institut Tribakti Kediri dan beliau adalah satu-satunya saudara Syekh Mundzir Nadzir yang masih hidup), dan Thoha Nadzir Jawa Tengah. Semasa mudanya beliau gemar mencari ilmu, di antara kota tempat beliau ngangsu kaweruh adalah kota Malang, Jogja, Lirboyo Kediri dan daerah di Jawa Tengah. Beliau menikah dengan Ummu Kulsum dan

dikaruniai 3 putra, yakni: Hasan Karbala, Husein Qubailah dan Atho‟illah.

Dan akhirnya beliau wafat kemudian istrinya, Ummu Kulsum dinikahi oleh adik beliau Ilham Nadzir. Beliau mempunyai banyak nama laqob atau nama julukan di antaranya adalah Munhamir رِمَهْنُم karena terinspirasi dari ayat al-Qur‟an: اَن ْحَتَفَفََبا َوْبَأَِءاَمَّسلاَ ءاَمِبَ رِمَهْنُم (QS. Al-Qomar: 11), dan َةَجاَنُم singkatan dari رذنمَ َ ريذنَ َ ىواجَ َ روميت. Beliau dimakamkan di belakang Masjid Al-Huda Desan Ketami Kediri (wakaf Bapak Shodaqoh)

(37)

17 B. Kitab Karya Mundzir Nadzir

Syekh Mundzir Nadzir adalah sosok gemar menulis, beliau penulis yang ulet di antara karya beliau adalah:

1. Kitab fafirru ilallah 2. Kitab lubabul hadits 3. Cerita Syekh Subakir 4. Kitab tanwirul qori‟ 5. Kitab an-nuqthah

6. Muskhaf al-qur‟an dengan tulisan tangan yang belum sempat beliau selesaikan hingga beliau wafat.

7. Kitab Qowa‟idul I‟lal yang hingga kini masih banyak dikaji di

pesantren-pesantren salaf di Indonesia. Kitab ini menjadi rujukan di beberapa pesantren di Indonesia, selain karena kitab ini sangat ringkas

dan mencakup seluruh model atau cara pengi‟lalan yang berjumlah 19

kaidah menggunakan bahasa Arab dan bahasa Jawa yang ditulis dengan menggunakan tulisan pegon. Dengan pembukaan I yang

membahas tentang bina‟ secara terperinci dalam bahasa Jawa,

pembukaan II berisi latar belakang penulisan kitab, dan materi Qowa‟idul I‟lal yang mencantumkan kaidah I‟lal dalam bahasa Arab

kemudian dijelaskan ke dalam bahasa Jawa lalu dicantumkan contoh

proses pengi‟lalan dengan menggunakan bahasa Arab (hanya berisi 19

(38)

18

keterangan berbahasa Jawa yang memudahkan para pembacanya yang

berasal dari Jawa. “Saya menulisnya dengan bahasa yang ringkas dan

mudah untuk memudahkan pemula dalam menghafal dan

memahaminya ”, ungkap beliau dalam mukaddimah kitab ini

(http://akhlish.blogspot.co.id/2016/11/syekh-nama-mungkin-hingga-banyak-kaji_6.html).

C. Gambaran Umum Nadzhom Mistik Pada Kitab Fafirru Ilallah

Kitab Fafirru ilallah ini selesai ditulis pada tanggal 13 Ramadhan tahun 1381 H/17 Februari tahun 1962 M. Kitab Fafirru ilallah menjelaskan kejadian-kejadian yang akan terjadi dari tanda-tanda kiamat kecil sampai kiamat besar. Kitab ini bisa dikaji untuk kalangan tua maupun muda. Karena ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Dibuat dengan menggunakan tulisan Arab pegon atau Arab jawa tidak seperti tarkib kalam Arab. Mudah dipahami oleh umat Islam di jawa khususnya.

Keterangan-keterangan yang ada di kitab ini, selain tertulis memakai huruf Arab pegon, semua itu kutipan-kutipan dari kumpulan beberapa kitab, antara lain: tafsir, bada‟iuzzuhur, nurul abshor, shohihul bukhori, bahrul madzi juz 15-16 „ala sarkhil mukhtashor

shohikhutturmudzhi, al-majlisussaniyyah, durorul khisan, hamisy

(39)

19

Seperti kitab-kitab klasik yang lain yang sering dikaji dalam

lingkup pesantren dalam menjelaskan suatu hal untuk memudahkan mengingat dan menghafal maka dibuat sebuah sya‟ir atau Nadzhom. Begitu pula dengan kitab Fafirru ilallah untuk memudahkan menyampaikan suatu hal, maupun nasihat-nasihat yang baik untuk genersi muda kitab Fafirru ilallah juga terdapat sebuah Nadzhom mistik yang mengisyaratkan kepada generasi penerus untuk selalu ingat serta mendekatkan diri kepada Allah swt.

Tidak mengherankan apabila masyarakat Islam di jawa ini khususnya para pengikut thoriqoh sering mengkaji kitab ini karena isinya tentang anjuran-anjuran untuk selalu mengingat Allah swt seperti nama kitab ini Fafirru ilallah yang artinya maka cepatlah menuju kepada Allah.

Nadzhom mistik merupakan suatu nasihat yang dibentuk dalam sebuah nadzhom atau syai‟ir yang bertujuan mempermudah dalam penyampaian nasihat-nasihat. Nadzhom mistik ini terdapat dalam kitab Fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir yang bertuliskan dalam bahasa arab Pegon atau arab jawa dalam Nadzhom mistik ini mengandung pesan antara

(40)

20

D. Nadzhom Mistik

Perkutut lan derkuku ngelabeti tekad

Gumebyare lidah gumeldeke rongad

Mongso rendeng angen rohmat silir-silir

Rontak-rontak mego abang turut pinggir

Gunung melengo dhen perodo mego

Fajar ngelerop katon saking duwur telogo

Buron alas arang kading lagi ngoceh

Ting kecipong wong ngarep meripate roceh

Siak-siak sajaroh dhen terak angin

Iman keder napas rohah ati pingin

Biso langgeng madep emot maring kudrot

Doso maghfor uripe ngelakoni taubat

Wayahe wong senggar senggor pating keringkok

Turu ngelengker wong arep gegere bungkok

Sab munajat madep nyang seng gawe urip

Roso enak loro ora weruh arep

Penggalihe ngerinteh iling ing uripe

Menangi ing mungkarot den anggep tempe

Wong netepi agomo khaq ginjal ginjal

Koyo gegem mowo ora biso uncal

Sab jajahan kono kene kabeh gelab

(41)

21

Donyo mungges bejone seng gelem mamah

Sunnah rosul lan khulafa‟ al-arba‟ah

Ati selamet biso nggemet labuh gusti

Iman madep lulus dhong sekarat pati

Duh pangeran anak putu ojo kasi

Keno tipu muslihate iki sasi

Iling kanthi waspodo ngerti pemancas

Ojo kasi muter ilat dadi tiwas (Nadzir, 1956: 4).

E. Terjemah Nadzhom Mistik Ke Dalam Bahasa Indonesia Burung perkutut dan burung derkuku mengiringi tekad

Kilatan cahaya gemuruhnya petir

Masa penghujan angin rahmad sepoi-sepoi

Kilauan awan merah terlihat disetiap tepian

Gunung terlihat masam di selimuti awan

Terbit fajar terlihat dari atas telaga

Hewan hutan terdengar indah lagi berkicau

Semua berkecimpung jika ingin matanya rusak

Pepohonan melambai-lambai di tiup angin

Iman goyah napas rohah ati selalu ingin

Bisa kekal selalu ingat dan waspada kepada taqdir

Dosa diampuni hidupnya menjalani taubat

Waktunya orang semua tertidur pulas

(42)

22

Bermunjat memohon kepada yang Maha menghidupkan

Rasa enak sakit tidak melihat kearifan/kebijaksanaan

Pikirannya merintih ingat terhdap hidupnya

Melihat suatu yang munkar di anggap hal baik

Orang berpegang kepada agama yang khaq kesakitan

Seperti menggenggam bara api tetapi tidak bisa di lepas

Sebab kemungkaran meraja lela di mana saja

Sebab fitnah tanpa bertanya datang bertubi-tubi

Dunia sifatnya tenang tetapi membuat lalai beruntunglah orang

yang mau berpegang teguh

Kepada sunnah Rasul dan kholifah empat

Hati akan selamat jika bisa selalu ingat kepada Tuhan

Hati akan menjadi tenang apabila mengahadapi ajal dalam

keadaan iman kepada Allah

Wahai Allah jangan sampai anak cucu

Terkena tipu muslihat bulan ini

Ingat dan selalu waspada serta mengerti keadaan

Jangan sampai bersilat lidah menjadikan hilangnya nyawa

(43)

23 BAB III

PENDIDIKAN KARAKTER

A. Pengertian Nilai

Nilai (valere artinya: kuat, baik, berharga). Dalam kamus Purwa Darminta dikatakan nilai adalah : a). Harga dalam arti taksiran, misalnya nilai intan; b). Harga sesuatu, misalnya uang; c). Angka kepandaian; d). kadar, mutu; e). Sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, misalnya: nilai-nilai agama (Daroeso, 1986: 19).

Menurut Juhaya S. Praja dalam bukunya disebutkan nilai adalah sesuatu mempunyai nilai bagi seseorang karena ia berharga bagi dirinya. Pada umumnya orang mengatakan bahwa nilai sesuatu melekat pada benda dan bukan di luar benda. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa nilai itu ada di luar benda (Praja, 1997: 41).

Kemudian menurut perkataan bagus filsuf Jerman-Amerika, Hans Jonas yang terdapat dalam bukunya K. Bertens, nilai adalah the addressee of a yes, “sesuatu yang ditujukan dengan „ya‟ kita”. Memang, nilai adalah sesuatu yang kita iyakan atau kita aminkan. Nilai selalu mempunyai konotasi positif. Sebaliknya, sesuatu yang kita jauhi, sesuatu yang membuat kita melarikan diri seperti penderitaan, penyakit, atau kematian.

Adalah lawan dari nilai, adalah “non nilai” atau disvalue, sebagaimana

(44)

24

sini istilah “nilai negatif”, sedangkan nilai dalam arti tadi mereka sebut

“nilai positif” (Bertens, 1993: 139).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai berkaitan dengan subjek. Kalau tidak ada subjek yang menilai, maka tidak ada nilai juga. Serta nilai adalah suatu hal yang melekat pada diri manusia. Jika manusia tersebut mempunyai sifat baik, senang menolong orang lain, berbudi pekerti luhur, serta tidak merugikan orang lain maka ia akan di nilai sebagai orang yang baik.

B. Pengertian Karakter

Menurut Nursalam Sirajuddin, istilah karakter baru dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan pada akhir abad ke-18. Pencetusnya adalah FW. Foerster. Terminologi ini mengacu pada sebuah pendekatan idealis-spiritualis dalam pendidikan, yang juga dikenal dengan teori pendidikan normatif. Lahirnya pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal-spiritual yang sempat hilang diterjang gelombang positivisme yang dipelopori oleh filsuf Prancis, Auguste Comte (Asmani, 2013: 26).

(45)

25

atau moral, misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang tetep (Dali Gulo, 1982: 29).

Karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Kemudian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi

pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain (Samani dan Hariyanto, 2013: 41-42).

Menurut Wynne (1991), istilah karakter diambil dari bahasa

Yunani yang berarti “to mark” (menandai). Istilah ini lebih difokuskan

pada bagaimana upaya pengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku (Zuchdi, 2009: 10).

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah

“bawaan, hati, jiwa, kepribadia, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat

tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,

berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak (Zubaedi, 2011: 8).

(46)

26

sejak lahir atau yang dikenal sebagai karakter dasar yang bersifat biologis (Zubaedi, 2011: 13).

Dengan demikian karakter adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan jiwa, moral, kepribadian seseorang yang muncul dari dalam diri orang tersebut. Jika orang tersebut memiliki karakter baik maka segala tingkah laku yang ia lakukan setiap hari juga hal-hal yang baik dan tidak merugikan orang lain. Lain halnya jika seseorang memiliki karakter yang buruk maka akan mempengaruhi kesehariannya dalam berinteraksi dengan orang lain, bahkan ia melakukan hal yang akan merugikan bagi orang lain. C. Pengertian Pendidikan Karakter

Membahas masalah pendidikan karakter tidak terlepas dari pengertian pedidikan secara umum sehingga diperoleh pengertian pendidikan secara lebih jelas. Menurut Hasan Langgulung, pendidikan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu sudut pandang masyarakat dan dari segi pandangan individu.

(47)

27

bermacam-macam. Ada yang bersifat intelektual, seni, politik, ekonomi dan lain-lain lagi.

Dilihat dengan kaca mata individu, pendidikan berarti pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Individu itu laksana lautan dalam yang penuh mutiara dan bermacam-macam ikan tetapi tidak tampak. Manusia mempunyai berbagai bakat dan kemampuan yang kalau pandai kita mempergunakannya bisa berubah menjadi emas dan intan, bisa menjadi kekayaan yang berlimpah-limpah. Kemampuan intelektual saja beraneka ragam. Kemampuan bahasa, menghitung, mengingat, berfikir, daya cipta dan lain-lain malah menurut Guildford (1956) kemampuan intelektual ini terdiri dari 120 macam (Langgulung, 1992: 3).

Pendidikan menurut Islam yang dikemukakan oleh Sayed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, beliau mendefinisikan pendidikan dengan mempertentangkan peristilahan “Tarbiyah”, “Ta‟lim”, dan “Ta‟dib”.

Menurutnya, istilah “Tarbiyah” yang diambil dari kata “rabbaa”

dan “rabba” yang kemudian diartikan oleh Asma‟i dengan: “Memberi

makan, memelihara, dan mengasuh”; yakni dari akar kata “ghadza” atau

“ghadzaw” yang berarti: membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang

sudah matang dan menjinakkan (Bawani dan Anshori, 1991: 70-71). Istilah “Ta‟lim” berasal dari kata “allama” yang berarti

(48)

28

pengetahuan hanya merupakan sebagian saja dari unsur yang hendak ditransformasikan dalam pendidikan Islam. Sedangkan istilah “Ta‟dib” berasal dari kata “addaba”, yaitu disiplin tubuh, jiwa dan roh. Disiplin yang menegaskan pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan kemampuan dan potensi jasmaniah, intelektual, dan rohaniah (Bawani dan Anshori, 1991: 72).

Oleh karena itu pendidikan ialah usaha sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian yang baik dan benar menurut agama, serta usaha mewariskan suatu kebudayaan kepada generasi penerus agar terwujudnya kehidupan makmur, adil, bahagia.

Muchlas Samani dalam bukunya menjelaskan pendidikan karakter adalah suatu proses pembelajaran yang memeberdayakan siswa dan orang dewasa di dalam komunitas sekolah untuk memahami, peduli tentang, dan berbuat berlandaskan nilai-nilai etik seperti respek, keadilan, kebajikan warga (civic virtue) dan kewarganegaraan (citizenship), dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain (Samani dan Hariyanto, 2013: 44).

(49)

29

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan karakter pada intinya adalah suatu bentuk pembimbingan dan pengembangan potensi peserta didik supaya terarah dengan baik dan mampu tertanam menjadi kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk bimbingan dan pengembangan tersebut dilakukan secara sadar, terencana, dan sistimatis oleh orang dewasa (pendidik) yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik guna mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan, sehingga tercipta manusia sempurna yang berkarakter. D. Tujuan Pendidikan Karakter

Berbicara tentang masalah pendidikan, tentu tidak terlepas dari tujuan yang hendak dicapai. Namun, tidak terlepas bahwa tujuan pendidikan secara umum adalah sama. Artinya, tujuan pendidikan harus dapat menjadikan manusia untuk menjadi lebih baik, serta dapat mengembangkan segala kemampuannya.

Pendidikan Nasional Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bertujuan:

“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab

dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”

(50)

30

Menurut Mashuri SH: Bahwa tujuan pendidikan membimbing warga negara Indonesia menjadi manusia Pancasila yang berpribadi, berkesadaran akan kepada Tuhan dan mampu membudayakan alam sekitarnya (Ahmadi, 1982: 116).

Menurut M Djunaidi Dhany dalam bukunya Zainuddin tujuan pendidikan sebagai berikut:

1. Pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna:

a. Pendidikan harus dapat membentuk kekuatan dan kesehatan badan dan otak (pikiran) anak didik.

b. Sebagai indidvidu, maka anak itu harus dapat mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin.

c. Sebagai anggota masyarakat, maka anak itu harus dapat mempunyai tanggung jawab sebagai warga negara yang baik nantinya.

d. sebagai pekerja, maka anak itu harus bersifat efektif-produktif, dan cinta akan kerja.

2. Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa kepercayaan anak itu pada agama dan pada Tuhan.

3. Mengembangkan intelegensia anak secara efektif dan pengertian anak didik agar mereka dipersiapkan untuk kebahagiaan mereka nantinya di masa mendatang (Zainuddin, 1991: 49).

(51)

31 1. Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidik, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan.

2. Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. 3. Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.

4. Tujuan Operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan tertentu. Tujuan ini juga disebut juga tujuan intruksional, serta tujuan yang direncanakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran (Daradjat, 2011: 30-32).

Imam Ghazaly menggariskan tujuan pendidikan itu sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, artinya sesuai dengan filsafat hidupnya. Beliau menggaris bawahi bahwasanya pendidikan memiliki dua tujuan yaitu:

(52)

32

2. Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (Sulaiman, 1986: 24).

E. Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama yaitu: 1. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

2. Fungsi Perbaikan dan Penguatan

Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.

3. Fungsi Penyaring

Pendidikan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Ketiga fungsi di atas dilakukan melalui:

a. Pengukuhan Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara. b. Pengukuhan nilai dan norma konstitusional UUD 45.

(53)

33

d. Penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika.

e. Penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk berkelanjutan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia dalam konteks global (Zubaedi, 2011: 18-19).

F. Media Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dan media masa. Keluarga merupakan dermaga yang pertama kali bagi seorang individu di mana manusia sejak dini belajar tentang baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, merugikan orang lain atau tidak dari tindakan yang dia lakukan. Pendidikan di keluarga ini akan menentukan seberapa jauh seorang anak dalam prosesnya menjadi orang yang lebih dewasa, memiliki komitmen tentang tindakan moral, serta menentukan bagaimana dia melihat dunia di sekitarnya.

Keluarga adalah pusat pendidikan yang utama dan pertama bagi anak. Fungsi pendidikan amat fundamental untuk menanamkan nilai-nilai dan sistem perilaku manusia dalam keluarga. Dalam kaitannya dengan fungsi ini, keluarga menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan (Fatchurrohman, 2012: 31).

(54)

34

unit terkecil yang bisa menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya masyarakat dan bangsa, sebaliknya bisa juga menjadi penyebabnya runtuhnya suatu masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, seorang anak dapat memiliki karakter yang baik atau juga karakter yang buruk, tergantung sumber yang ia pelajari, salah satunya yang paling utama adalah melalui pendidikan karakter pada lingkungan keluarganya.

Setelah keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk manusia yang berkarakter. Sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan mengembangkan intelektual saja, tetapi juga memepengaruhi kemandirian, tanggung jawab dan tata tertib.

Sekolah sebagai agen sosialisasi menyediakan pengalaman intelektual dan sosial bagi perkembangan peserta didik, di mana peserta didik akan dapat mengembangkan keterampilan, pengetahuan, minat, sikap sesuai dengan karakteristik mereka dalam rangka membentuk diri agar kelak dapat mampu memerankan dirinya sebagai orang dewasa (Fatchurrohman, 2012: 23).

(55)

35

merupakan figur yang diharapkan mampu mendidik menjadi anak-anak yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.

Negara juga memiliki tanggung jawab moral untuk melakukan pendidikan karakter. Kekuatan untuk menjalankan amanah Undang-Undang sangat ditentukan oleh kekuatan hukum. Hal ini membawa konsekuensi bahwa pembangunan karakter bangsa ini sangat ditentukan oleh perilaku penegak hukum sebagai penjaga ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk tujuan kesejahteraan, keadilan masyarakat, dan ketentraman masyarakat. Oleh karena itu, para penegak hukum haruslah berpegang oleh orang-orang yang berkarakter kuat. Dengan demikian, kedudukan mereka benar-benar kuat sebagai pejuang bangsa yang selalu ingin membawa bangsa ini pada kemajuan dan kesejahteraan (Zubaedi, 2012: 170).

Lembaga pendidikan dalam mendidik karakter terhadap peserta didik juga memerlukan dukungan dari media masa seperti televisi, internet, koran dan majalah. Media massa sebagai penyalur upaya pembangunan karakter bangsa. Menurut Oetama (2006) peran media ada tiga, yaitu sebagai penyampai informasi, edukasi, dan hiburan (Muslich, 2011: 8).

(56)

36

dilihat dalam suatu acara tertentu. Oleh karena itu, media masa bisa menjadi media yang efektif dan strategis untuk menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai positif.

Pendidikan karakter menjadi tugas dari semua pihak yang terlibat dalam usaha pendidikan. Baik lembaga formal maupun informal, semua unsur berperan dalam melakukan pendidikan karakter baik guru, orang tua maupun siapapun yang memiliki kepentingan untuk membentuk pribadi peserta didik atau anak.

G. Landasan Pendidikan Karakter di Indonesia

Di Indonesia ada beberapa landasan-landasan yang dijadikan rujukan yang bertujuan agar pendidikan karakter yang diajarkan, tidak menyimpang dari jati diri masyarakat dan bangsa indonesia. Landasan mempunyai fungsi sebagai titik acuan, berikut merupakan landasan-landasan dalam melaksanakan dan mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia menurut Muhammad Fadlillah.

1. Agama

(57)

37 2. Pancasila

Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang menjadi acuan dalam melaksanakan setiap roda pemerintahan.

Dalam hubungannya dengan pendidikan karakter, Pancasila harus menjadi ruh setiap pelaksanaannya. Artinya, Pancasila yang susunannya tercantum dalam pembukaan UUD 1945, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi nilai-nilai pula dalam mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Oleh karenanya, konteks pendidikan karakter dimasudkan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sebagai warga negara.

3. Budaya

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Di daerah mana pun di Indonesia, pasti mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Maka, sudah menjadi keharusan bila pendidikan karakter juga harus berlandaskan pada budaya (Fadlillah, 2014: 33-34).

(58)

38

umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda (Wibowo, 2013: 66).

4. Tujuan Pendidikan Nasional

Rumusan pendidikan nasional secara keseluruhan telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut, disebutkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional ialah mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam pendidikan karakter, landasan ini tidak boleh terlupakan, meskipun itu pada anak usia dini. Pendidikan karakter harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan harus terintegrasikan dengan tujuan pendidikan nasional (Fadlillah, 2014: 34-35).

(59)

39

Dari nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu: (1) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, (2) nilai-nilai pendidikan karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, (3) nilai-nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan sesama, (4) nilai-nilai pendidikan karakter yang hubungannya dengan lingkungan, dan (5) nilai-nilai pendidikan karakter yang berhubungannya dengan kebangsaan. Adapun rinciannya sebagai berikut:

1. Nilai Pendidikan Karakter Yang Berhubungan Dengan Tuhan Yang Maha Esa

Pendidikan karakter yang berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa adalah Religius. Religius, ialah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain (Fadlillah, 2014: 40).

2. Nilai Pendidikan Karakter Yang Berhubungan dengan Diri Sendiri

Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan diri sendiri terdapat delapan karakter di antaranya sebagai berikut: jujur, tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, dan gemar membaca.

(60)

40

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

b. Tanggung Jawab

Tanggung jawab ialah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

c. Disiplin

Disiplin ialah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

d. Kerja Keras

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

e. Kreatif

Kreatif ialah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

f. Mandiri

(61)

41 g. Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu ialah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

h. Gemar Membaca

Gemar membaca yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya (Fadlillah, 2014: 40-41).

3. Nilai Pendidikan Karakter Yang Berhubungan Dengan Sesama Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan sesama ada empat karakter yaitu: menghargai prestasi, demokratis, peduli sosial, dan bersahabat. Adapun penjabarannya sebagai berikut:

a. Menghargai Prestasi

Menghargai prestasi adalah sikap, dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

b. Demokratis

Demokratis yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

(62)

42

Peduli sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. d. Bersahabat

Bersahabat atau komunikatif yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain (Fadlillah, 2014: 40-41).

4. Nilai Pendidikan Karakter Yang Berhubungan Dengan Lingkungan

Nilai pendidikan karakter yang hubungannya dengan lingkungan terdapat dua karakter, yaitu: peduli lingkungan, dan toleransi.

a. Peduli Lingkungan

Peduli lingkungan ialah sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

b. Toleransi

Toleransi adalah sikap tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

(63)

43

Nilai pendidikan karakter yang berhubungan dengan kebangsaan ada tiga, yaitu: semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan cinta damai. a. Semangat Kebangsaan

Semangat kebangsaan, cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

b. Cinta Tanah Air

Cinta tanah air ialah cara berfikir, bertindak, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

c. Cinta Damai

Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya ( Fadlillah, 2014: 40-41).

(64)

44

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NADZHOM MISTIK YANG TERDAPAT PADA KITAB FAFIRRU ILALLAH KARYA

MUNDZIR NADZIR

A. Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Nadzhom Mistik Dari nilai pendidikan karakter yang diterapkan dalam pendidikan di Indonesia, di sini penulis menemukan pendidikan karakter yang terkandung dalam nadzhom mistik yang terdapat pada kitab fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir. Di antaranya nilai-nilai yang terkandung dalam nadzhom mistik adalah sebagai berikut:

1. Tekad Yang Kuat

Perkutut lan derkuku ngelabeti tekad

Gumembyare lidah gumeldeke rongad

Mongso rendeng angen rahmat silir-silir

Rontak-rontak mego abang turut pinggir

Terjemahan:

Burung perkutut dan burung derkuku mengiringi tekad

Kilatan cahaya gemuruhnya petir

Masa penghujan angin rahmad sepoi-sepoi

Kilauan awan merah terlihat disetiap tepian

(65)

45

niat tanpa di iringi dengan tekad maka hanya akan menjadi suatu angan-angan belaka.

Dalam nadzhom mistik yang terdapat pada kitab fafirru ilallah karya Mundzir Nadzir terdapat pendidikan karakter tentang tekad yang

kuat ini terdapat dalam bait pertama dan kedua yaitu “perkutut lan derkuku

ngelabeti tekad” yang artinya “burung perkutut dan derkuku mengiringi

tekad”, burung perkutut dan derkuku seperti yang kita ketahui bila

berkicau suaranya indah dan merdu. Bila disingkronkan sutu perkara haruslah di iringi dengan tekad yang kuat serta tekad yang baik atau indah, agar mendapatkan balasan yang baik juga. Ini terkandung dalam surat al

Artinya: “Barangsiapa mengerjakan kebaikan walaupun seberat biji zarrahpun maka dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan keburukan dia akan melihat balasannya juga”. (QS. al Zalzalah: 7-8).

Dari ayat tersebut suatu tekad haruslah dengan maksud baik agar semua hal yang dilakukan dicatat sebagai amal ibadah oleh Allah swt. Kemudian tekad tersebut haruslah dengan dasar sungguh-sungguh bukan karena asal-asalan saja ini terdapat dalam nadzhom mistik bait kedua

yangberbunyi “gumembyare lidah gumeldeke rongad” yang dalam bahasa

Indonesia berarti “kilatan cahaya gemuruhnya petir”. Bila ditarik ke dalam

(66)

46

Kemudian bait nomer dua yang pertama berbunyi “mongso rendeng angen rahmat silir-silir” dalam bahasa Indonesia berarti “masa penghujan angin rahmad sepoi-sepoi”. Ini memuat pesan walaupun cobaan silih berganti bagaikan hujan lebat yang mengguyur serta ejekan dari banyak orang tetaplah teguh tidak menggoyahkan tekad yang ingin dicapai khususnya menuntut ilmu sebanyak-banyaknya, tanpa mengenal waktu dan usia.

Bait yang berbunyi “rontak-rontak mego abang turut pinggir”

terjemahan bebasnya adalah “kilauan awan merah terlihat di setiap tepian”. Ini memuat pendidikan karakter mengenai tekad yang kuat, “mego abang” atau dalam bahasa Indonesia berarti “awan merah” ini

mengibaratkan setan yang selalu ingin menggoda niat manusia. Karena merah adalah identik dengan setan atau iblis, bukan berarti semua warna merah identik warna setan karena bendera kita juga salah satunya juga berwarna merah. Dalam nadzhom mistik ini menyebutkan „mego abang”

atau “awan merah” penulis mengartikan sebagai setan yang ingin

menggoda. Ini bukan berarti tanpa dasar karena KH. Mahyan Ahmad dalam berceramah jika mendapati penyanyi wanita ataupun jamaah wanita berkerudung merah pasti dilarang memakai kerudung merah lagi “karena warna merah adalah warna yang diidentikkan dengan setan” ujar beliau.

Dalam buku terjemahan Minhajul Abidin karya Imam Al-Ghazali

yang diterjemahkan oleh Abul Hiyadh disebutkan, Yahya bin Mu‟adz Ar

(67)

47

untuk menjalankan rencananya. Sedangkan manusia selalu sibuk dan setan mengetahuinya. Tetapi, kita tidak melihat dan melupakannya, namun setan selalu mengingat kita. Dan guna mengalahkan kita setan mempunyai banyak pembantu” (Hiyadh, 2012: 96).

Jadi pendidikan karakter pada bait ke empat ini “rontak-rontak

mego abang turut pinggir” adalah walaupun banyak godaan dari setan

yang ingin menggoyahkan tekad dalam menuntut ilmu tetapi tetap kuat serta tidak goyah sedikitpun dalam belajar.

2. Tidak Sombong dan angkuh

Gunung melengo dhen perodo mego

Terjemahan:

Gunung terlihat masam di selimuti awan

Sombong dan angkuh adalah sifat yang tidak terpuji yang dibenci oleh Allah swt, serta kelak balasannya di akhirat sangat pedih. Dalam kitab terjemahan Tanbihul Ghafilin disebutkan, Al-Faqih meriwayatkan dengan

sanadnya dari Abu Mash‟ab, dari ayahnya dari Ka‟bul Ahbar: “ Orang

sombong kelak di hari kiamat mengecil sekecil semut, ia terhina di tempat mana saja, masuki neraka diberi minum thinatul khabal yaitu darah

campur nanah penghuni neraka” (Taqyuddin, 2012: 197).

Nilai pendidikan karakter pada bait ini adalah tidak sombong dan angkuh. Ini diambil dari kata “melengo” yang dalam bahasa Indonesia

berarti “memalingkan muka”. Ini terdapat dalam Al-Qur‟an Surat Al

Referensi

Dokumen terkait

Fakta ini melahirkan pemikiran bahwa terdapat kemungkinan untuk meniru kondisi yang sama bagi daerah-daerah yang tidak memiliki akses terhadap tanah vulkanik

Tujuan dari pelatihan adalah agar Jaringan Syaraf Tiruan melakukan proses pengenalan pola-pola data tinggi signifikan pasang surut laut yang ada yakni data tinggi

a) Mampu melakukan Asuhan kehamilan dengan melakukan : pengkajian, interpretasi data, mengidentifikasi diagnosa atau masalah kebidanan, mengidentifikasi dan menetapkan

yang dibuktikan dengan tanda terima Laporan Kegiatan kepada Kepala Lembaga Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Publikasi dan telah menyelesaikan publikasi

[r]

Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Perilaku Sosial Terhadap Teman Melalui Metode Bercerita dengan Media Boneka Jari pada Anak Didik Kelompok B1 TK Al Mujahidin Cilacap

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Akhir yang telah saya buat dengan judul “ SISTEM TIMER DAN KERJA SENSOR PROXIMITY PADA MINIATUR PEMISAH BALOK DENGAN MENGGUNAKAN

Grafik linier yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi senyawa asam O-(3,5-diklorobenzoil)salisilat terhadap jumlah kematian larva nyamuk Aedes aegypti Linn ... Grafik