• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA ( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang ) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA ( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang ) - Test Repository"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MEMBINA AKHLAK SISWA

( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang )

SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

AAN AFRIYAWAN

NIM : 11110197

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO



































“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi Ini dengan sombong, Karena

Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT. Sehingga skripsi ini selesai. Skripsi ini saya

persembahkan kepada orang-orang yang telah mendorong untuk selalu

memperjuangkan mimpi-mimpi saya:

1. Kepada ayah saya Subandi dan ibu saya Rubiyati, yang selalu mendoakan

dan memberikan semangat kepada saya agar menjadi orang yang baik dan

bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

2. Dosen-dosen fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan yang telah memberikan

ilmu, motifasi, dan segala inspirasi untuk menjadi bekal dimasa yang akan

datang.

3. Rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan khususnya kepada yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi, dan memberikan motifasi supaya

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrokhim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya

sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada rasulullah SAW. Beserta keluarga,

sahabat, dan pengikutnya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

sarjana pendidikan Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan

selesainya skripsi ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih

sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku dekan (FTIK) IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku ketua jurusan (PAI).

4. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang

dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan

waktu dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas akhir

ini.

5. Bapak M. Ghufron, M. Ag. selaku pembimbing akademik (PA). yang

dengan sabar membimbing dan mengarahkan saya dari awal perkuliahan

hingga saat ini.

6. Bapak dan ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga. Yang telah banyak

(9)

7. Bapak dan ibu serta saudara-saudaraku di rumah yang telah mendoakan

dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulisan dalam

menyelesaikan studi di IAIN Salatiga

Semoga kebaikan mereka mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para pembaca. Kurang lebihnya

mohon maaf.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(10)

ABSTRAK

Afriyawan, Aan. 2016. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina

Akhlak Siswa ( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang ). Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M. Pd.

Kata Kunci: Guru Pendidikan Agama Islam, Membina Akhlak.

Seiring perubahan zaman yang semakin maju, berubah pula tatanan kehidupan masyarakat. Dari hal yang paling kecil, misalnya tegur sapa. Dahulu setiap kali bertemu dengan orang, yang muda menyapa yang tua, akan tetapi sekarang adat seperti itu telah menurun. Fenomena kemerosotan akhlak anak pada usia remaja seperti pelecehan seksual, berkelahi, sikap arogan, bertutur kata yang kotor, tidak menghargai orang lain, dan sebagainya apabila dibiarkan dan tidak diarahkan dengan tepat dapat meningkat menjadi tindak kejahatan. Hal ini menjadi peluang bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk melakukan perannya dengan menekan sekecil mungkin hal- hal negatif tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak, 2). Kendala yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh di lapangan kemudian disusun dengan memilih dan menyederhanakan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk dapat ditarik kesimpulan.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN LOGO ……… ii

NOTA PEMBIMBING ……..………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iv

DEKLARASI……… v

MOTTO……….. vi

PERSEMBAHAN ……… vii

KATA PENGANTAR……….. viii

ABSTRAK ……….. x

DAFTAR ISI ……… xi

DAFTAR TABEL ……… xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ……… 1

B.Fokus Penelitian ………. 6

C.Tujuan Penelitian ……… 7

D.Kegunaan Penelitian………. 7

E. Penegasan Istilah ………. 8

F. Metode Penelitian ……… 11

G.Sistematika Penulisan ……….. 17

BAB II LANDASAN TEORI A.Konsep Guru Pendidikan Agama Islam ……….. 18

(12)

2. Syarat Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam …….…….. 19

3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam……… 21

4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam 29 B.Karakteristik Siswa ………. 31

1. Istilah Pertumbuhan dan Perkembangan ……….. 32

2. Fase Perkembangan dan Tugas Perkembangan ……… 33

3. Aspek-aspek Perkembangan ………. 36

C.Upaya Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa ……….. 40

1. Pengertian Akhlak ………. 40

2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak ……….. 41

3. Ruang Lingkup Akhlak Islami ………. 46

4. Upaya Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa …………. 48

D.Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak ……… 50

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.Gambaran Siswa SMP Negeri 1 Bandungan ……….. 54

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Bandungan ………. 54

2. Letak Geografis ……… 56

3. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 1 Bandungan ……….. 57

4. Keadaan Guru dan Siswa ……….. 58

5. Sarana dan Prasarana ……… 59

6. Struktur Organisasi ……… 60

B.Temuan Penelitian ……….. 63

(13)

2. Pelaksanaan Upaya Pembinaan Akhlak di SMP Negeri 1

Bandungan ………. 64

3. Permasalahan yang Dihadapi dalam Membina

Akhlak Siswa ………. 72

BAB IV PEMBAHASAN

A.Analisis Keadaan Sekolah SMP Negeri 1 Bandungan………….. 77

B.Analisis Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Bandungan……… 78

C.Analisis Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Siswa SMP Negeri

1 Bandungan………. 78

D.Analisis Permasalahan yang Dihadapi dalam Membina

Akhlak……….. 85

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ……….. 88

B.Saran-saran ……….. 88

(14)

Daftar Tabel

Data guru SMP Negeri 1 Bandungan tahun ajaran 2015/2016…….. 58

Data jumlah siswa SMP Negeri 1 Bandungan………... 59

Data siswa SMP Negeri 1 Bandungan menurut usia……….. 59

(15)

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pendidikan merupkaan faktor penting bagi kehidupan manusia untuk

tumbuh kembangnya. Seperti yang diungkapkan Mudyaharjo (2010:3)

pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi

hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Selain itu peran

pendidikan agama juga sangat penting karena agama mengajarkan

norma-norma dalam kehidupan.

Pendidikan Agama Islam merupakan progam pengajaran pada

lembaga pendidikan serta usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap

siswa dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan ajaran Islam.

Sehingga siswa dapat menjadi manusia yang bertakwa serta memiliki budi

pekerti luhur, Sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam. Seperti yang

diakatakan Djamarah (2004:29) pembentukan budi pekerti yang baik

adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam.

Guru Pendidikan Agama Islam memegang peranan yang cukup

penting dalam suatu sekolah atau lembaga pendidikan. Seorang guru

Pendidikan Agama Islam harus mampu menjadi teladan dalam

pembentukan watak dan kepribadian siswanya. Selain itu, dalam

(16)

serba bisa. Melalui Pendidikan Agama Islam, guru mampu menanamkan

nilai sosial yang hidup dan dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat.

Guru sering disebut sebagai pemimpin masyarakat (Social Leader)

dan pekerja sosial (Social Worker), khususnya dalam masyarakat

paguyuban. Dalam masyarakat pedesaan, sebagai misal, guru sering

didudukkan pada status sebagai sumber pengetahuan ketika media

informasi masih amat terbatas. Guru sering menduduki posisi sebagai

tokoh yang diteladani oleh warga masyarakat, ia menjadi satu-satunya

sumber informasi dan sumber ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, guru

dipandang sebagai sosok yang harus digugu dan ditiru. Dalam masyarakat

peguyuban seperti inilah terlahir pepatah dan petitih bahwa guru kencing

berdiri, murid kencing berlari, karena apa yang dilakukan seorang guru

akan menjadi contoh bagi warga disekitarnya (Suparlan, 2005:21-22)

Tugas dan tanggung jawab seorang guru memanglah sangat berat.

Karena seorang guru mempunyai amanah untuk mewujudkan tercapainya

tujuan pendidikan yang baik. Orang tua memang mendapatkan amanah

langsung dari tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Namun karena

kemampuan, pengetahuan, dan waktu yang dimiliki orang tua terbatas,

maka para orang tua mempercayakan pendidikan anak-anaknya kepada

guru-guru disekolah.

Hal ini yang akan membuat tanggung jawab seorang guru menjadi

semakin besar. Terlebih adalah guru agama Islam. Yang memiliki

(17)

pendidikan kecerdasan yang meliputi keagamaan. Pendidikan keindahan

atau estetika, pendidikan kesusilaan atau moral, dan pendidikan sosial

dalam masyarakat. Seorang guru terlebih guru agama tentunya akan

dipandang lebih dalam masyarakat. Oleh sebab itu tingkah laku dan

tindakan seorang guru akan menjadi faktor penting terhadap pandangan

masyarakat tentang seorang guru agama. Maka selain harus pandai dalam

hal akademik. Seorang guru agama juga harus memiliki akhlak yang baik.

Akhlak merupakan sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang

tertanam dalam jiwa dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat berupa

perbuatan baik yang disebut dengan akhlak mulia, atau perbuatan buruk

yang disebut dengan akhlak tercela sesuai dengan pembinaannya

(Asmaran, 2002:1). Maka akhlak merupakan tingkah laku seseorang yang

mencerminkan sifat kepribadianya.

Akhlak merupakan hal yang paling dasar yang harus dibentuk.

Karena akhlaklah yang akan menjadi cikal bakal terbentuknya karakter

atau sifat manusia. Dan akhlak juga haruslah ditanamkan sejak dini pada

diri seseorang. Agar nantinya tertanam dengan sempurna pada jiwa orang

tersebut.

Hal ini tentu saja berbeda dengan etika, moral, dan susila. Meskipun

keseluruhan memiliki makna yang hampir sama. Perbedaan yang

mendasar antara akhlak dengan etika, moral, dan susila adalah : Pertama,

objek pembahasanya. Etika, moral, dan susila cenderung membahas

(18)

Etika.moral, dan susila, bersumber dari akal pikiran atau filsafat. Ketiga,

fungsinya. Etika, moral, susila berfungsi sebagai penilai terhadap suatu

perbuatan yang dilakukan oleh manusia (Nata, 2002:87-94).

Seiring perubahan zaman yang semakin maju, berubah pula tatanan

kehidupan masyarakat. Dari hal yang paling kecil, misalnya tegur sapa,

dahulu setiap kali bertemu dengan orang, yang muda menyapa yang tua,

akan tetapi sekarang adat seperti itu telah menurun. Perkembangan

teknologi dan informasi sering kali berdampak pada tingkah laku siswa.

Guru dan orang tua hendaknya bekerja sama dalam megawasi anak

didiknya dalam bergaul dan mengikuti perkembangan teknologi.

Fenomena kemerosotan akhlak anak pada usia remaja seperti pelecehan

seksual, berkelahi, sikap arogan, bertutur kata yang kotor, tidak

menghargai orang lain, dan sebagainya apabila dibiarkan dan tidak

diarahkan dengan tepat dapat meningkat menjadi tindak kejahatan. Hal ini

menjadi peluang bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk melakukan

perannya dengan menekan sekecil mungkin hal- hal negatif tersebut.

Sesuai dengan visi sekolah SMP Negeri 1 Bandungan yaitu “menuju

sekolah berprestasi dan berketerampilan yang dilandasi budi pekerti luhur”

tentunya seorang guru Pendidikan Agama Islam memiliki upaya yang

lebih untuk mewujudkan hal itu. Mengingat Bandungan merupakan

lingkungan yang penuh dengan tempat-tempat hiburan malam.

Lingkungan seperti ini tentunya sangat berpengaruh terhadap

(19)

Bandungan. Maka perlu adanya pembinaan akhlak melalui pendidikan

keluarga maupun pendidikan sekolah supaya mereka tidak terpengaruh

dengan lingkungan sekitar, sehingga dengan adanya pembinaan akhlak

tersebut, anak akan berkembang secara positif dan menjadi pribadi yang

berakhlak mulia.

Dari hasil observasi peneliti yang telah dilakukan di SMP Negeri 1

Bandungan pada tanggal 8 Januari 2016. Perilaku siswa SMP Negeri 1

Bandungan sebagian besar cukup sopan. setiap bertemu guru menyapa dan

bersalaman, murah senyum dengan guru maupun dengan peneliti. Jiwa

solidaritas antar sesama cukup baik. meskipun perilaku siswa di SMP

Negeri 1 Bandungan cukup baik, akan tetapi masih perlu adanya

pembinaan akhlak bagi para siswa. Karena selama observasi, peneliti

masih mendapati adanya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa.

Diantaranya adalah seringnya masuk sekolah terlambat dengan berbagai

alasan, masuk sekolah dengan melompat pagar, adanya siswa yang

merokok sepulang sekolah, juga perkataan kotor yang masih sering

terucap dikalangan siswa. Hal inilah yang mendasari pembinaan akhlak

perlu dilakukan supaya terbentuk pribadi yang mempunyai akhlak mulia,

baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

Dari hasil pemaparan di atas pendidikan akhlak mempunyai peranan

penting terhadap perilaku dalam pergaulan seseorang. khususnya pada

anak usia pra remaja yang sedang berada dalam masa peralihan sehingga

(20)

perbaikan akhlak merupakan suatu misi utama yang dilakukan oleh guru

Pendidikan Agama Islam kepada anak didik. Misi tersebut akan berhasil

apabila ada kerja sama antara semua pihak yang terkait. Upaya dalam

pembinaan akhlak merupakan salah satu hal terpenting dalam

meningkatkan kualitas pendidikan Islam. Upaya tersebut nantinya akan

sangat berpengaruh pada tingkat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai

akhlak itu sendiri.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana upaya

guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa SMP

khususnya pada siswa SMP Negeri 1 Bandungan. Maka dalam penelitian

ini peneliti memberi judul “UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA ( Studi Kasus di

SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang )”.

B. Fokus penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas. Maka yang akan menjadi fokus

pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana upaya pembinaan akhlak di SMP Negeri 1 Bandungan?

2. Apa saja permasalahan yang dihadapi guru dalam upaya pembinaan

(21)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui :

1. Bentuk-bentuk upaya pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 1

Bandungan.

2. Permasalahan apa saja yang dihadapi guru dalam upaya pemembinaan

akhlak siswa di SMP Negeri 1 Bandungan.

D. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini berguna untuk pengetahuan

betapa pentingnya pembinaan akhlak untuk anak usia sekolah. Agar

nantinya hal ini dapat menjadi pelajaran serta membentengi peserta

didik agar tidak terpengaruh oleh faktor lingkungan yang kurang baik.

2. Praktis

a. Bagi peneliti

Memberikan pengetahuan kepada peneliti selaku mahasiswa

Pendidikan Agama Islam. Bagaimana cara membina akhlak siswa.

Terlebih bila nantinya peneliti ditempatkan di wilayah yang sama

seperti SMP Negeri 1 Bandungan.

b. Bagi masyarakat umum

Sebagai pendidikan tentang pentingnya pembinaan akhlak

(22)

membentengi remaja terhadap pergaulan lingkungan yang kurang

baik, yang akan berakibat terhadap akhlaknya.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap persepsi dan agar lebih

mengarahkan pembaca dalam memahami judul skripsi “UPAYA GURU

PAI DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA ( Studi kasus di SMP

Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang )”. Peneliti merasa perlu untuk

menjelaskan beberapa istilah-istilah yang terdapat dalam judul tersebut.

Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut :

1. Guru Pendidikan Agama Islam

Nurdin (2010:128) menguraikan bahwa guru dalam Islam adalah

orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik

dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi

kognitif, maupun potensi psikomotorik. Dengan begitu pengertian guru

agama Islam, adalah seorang pendidik yang mengajarkan ajaran Islam

dan membimbing anak didik ke arah pencapaian kedewasaan serta

membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga terjadi

keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2. Akhlak

Akhlak adalah sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang

tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir

berupa perbuatan baik disebut dengan akhlak mulia. Atau perbuatan

(23)

Maka yang dimaksud dengan upaya guru Pendidikan Agama Islam

dalam membina akhlak adalah segala usaha keagamaan yang dilakukan

guru untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam, yaitu untuk

mengembangkan potensi keagamaan siswa serta memiliki berbudi pekeri

yang luhur.

Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil

indikator upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak

yaitu:

1. Usaha guru memotivasi siswa

2. Program sekolah

3. Kesadaran siswa

4. Kedisiplinan siswa

5. Penanaman nilai nilai keislaman

6. Kegiatan siswa di sekolah

7. Teladan guru

8. Fasilitas sekolah

F. Metode Penelitian

Metode adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik

penelitian (Mulyana, 2010:145). Jadi metode merupakan cara untuk

menemukan, menguji dan mengembangkan suatu kebenaran. Penelitian

adalah suatu teknik penelitian secara sistematis yang diperluas dengan

menggunakan perkakas-perkakas khusus, alat-alat dan prosedur-prosedur,

(24)

dari pada yang dicapai dengan alat-alat biasa. Penelitian merupakan

pemikiran yang luar biasa akan tetapi tetap sistematis dalam memecahkan

masalah karena dalam penelitian untuk menguji kebenarannya dengan

menggunakan data-data yang valid (Kasiram, 2008:36).

Apabila kebenaran dalam penelitian dapat diterima oleh masyarakat

serta hasil penelitian itu dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Maka penulis akan melakukan penelitian dengan metode sebagai berikut:

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Jika ditinjau dari segi rujukan primernya, maka penelitan ini

adalah penelitian lapangan. yang bermaksud untuk mengetahui data

responden secara langsung dari lapangan, yakni suatu penelitian yang

bertujuan studi mengenai suatu kegiatan sosial dengan sedemikianrupa

sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik

mengenai kegiatan tersebut. Pendekatan penelitian ini menerapkan

pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan

menyajikan gambaran tentang situasi atau perilaku sosial secara rinci

dan akurat mengenai strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam

pembinaan akhlak, kegiatan yang dilakukan, serta faktor pendukung

dan penghambat pelaksanaan kegiatan tersebut.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan

prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis ststistik

atau cara kuantifikasi lainya. Jelas bahwa pengertian ini

(25)

bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha

kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan dalam penelitian kualitatif

(Moleong, 2011:6 )

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data

dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data yang

ada di lapangan. Sedangkan instrument pengumpulan data yang lain

selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa

dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang

keabsahan hasil penelitian.

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi lokasi

penelitian dan terjun langsung dalam mengikuti aktivitas siswa di

dalam maupun luar sekolah. Hal ini dilakukan untuk memperoleh

informasi dengan pengamatan perilaku siswa.

3. Lokasi penelitian

Adapun lokasi yang akan menjadi target penelitian adalah

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bandungan Kabupaten

Semarang.

4. Sumber Data

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat

penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang

(26)

Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara

langsung tentang strategi pembinaan akhlak di SMP Negeri 1

Bandungan Kabupaten Semarang yang dilakukan oleh guru agama

Islam, kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mewujudkan

strategi tersebut, serta faktor pendukung dan penghambatnya.

Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil

wawancara dengan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam,

dan sampel siswa, serta pengamatan.

a. Data Sekunder

Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai

macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi dan

dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan data sekunder

ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang

telah dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan.

5. Prosedur pengumpulan data

Dalam rangka untuk memperoleh data, penulis menggunakan

metode pengumpulan data dalam memudahkan jalannya penelitian.

Adapun macam untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (

(27)

2011:186). Peneliti akan melakukan wawancara dengan kepala

sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan, siswa SMP Negeri 1

Bandungan. dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian.

b. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri

yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

wawancara dan kuesioner karena observasi tidak terbatas pada

orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono,

2011:144). Dan menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya Sugiyono

(2011:144) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai

proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang penting adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan. Metode ini digunakan

untuk mendapatkan data tambahan tentang upaya guru Pendidikan

Agama Islam dalam membinan akhlak siswa.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan atau peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:240).Metode ini

digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi objek penelitian

secara umum. Yaitu untuk mendapatkan data tentang kondisi

(28)

6. Analisis data

Menurut pendapat Moleong (2009:190), proses analisis data

dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya

ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan cara membuat

abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti,

proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap

berada didalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam

satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada

langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat

koding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan

pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini mulailah tahap

penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori

substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.

7. Pengecekan keabsahan data

Menurut Moleong (2009:173) untuk menetapkan keabsahan

(trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan

pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada tiga

kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),

kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik sendiri-sendiri.

Pada kriteria credibility menggunakan beberapa teknik pemeriksaan

(29)

triangulasi. Sedangkan kriteria kebergantungan dan kepastian

menggunakan teknik auditing.

8. Tahap-tahap penelitian

a. Tahap pra-lapangan

Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun

rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus

perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan

memafaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Pada tahap ini peneliti harus mempersiapkan diri dengan

menjaga kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat

melakukan penelitian. Ketika memasuki lapangan, hendaknya

peneliti berbaur mejadi satu dan menjaga keakraban dengan subyek

agar tidak ada dinding pemisah antara keduanya. Selain itu peneliti

juga harus berbahasa yang baik dan jelas agar dalam mencari

informasi subyek mudah menjawabnya. Sambil berperan serta,

peneliti juga mencatat data yang diperlukan.

c. Tahap analisis data

Analisis data menurut Patton dalam Moleong (2009:103),

adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke

dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam hal ini

peneliti mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan

(30)

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyusun sistematikanya sebagai

berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar

belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Merupakan kajian pustaka yang menyajikan tinjauan

teoritik mengenai: karakteristik anak usia SMP, konsep

guru pendidikan agama Islam, strategi pembinaan akhlak,

bentuk kegiatan dalam pembinaan akhlak, serta faktor

pendukung dan penghambat strategi tersebut.

BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Merupakan hasil penelitian yang meliputi gambaran

umum lokasi dan subyek penelitian serta penyajian data

hasil penelitian.

BAB IV: PEMBAHASAN

Memuat tentang pembahasan dari data yang telah di

dapat yang meliputi upaya pembinaan akhlak, bentuk

(31)

pembinaan akhlak, serta solusi yang diterapkan untuk

menghadapi kendala pembinaan akhlak.

BAB V: PENUTUP

Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Guru Pendidikan Agama Islam dalam bahasa arab dikenal dengan

sebutan “al mu’alim” atau “al ustadz” yang bertugas memberikan ilmu

pada majelis ta’lim (tempat memperoleh ilmu). Dalam hal ini al

mu’alim atau al ustadz juga mempunyai pengertian orang yang

mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia

(Suparlan, 2005:12).

Nurdin (2010:128) menguraikan bahwa guru dalam Islam adalah

orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik

dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif,

potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Dengan begitu

pengertian guru Pendidikan Agama Islam adalah, seorang pendidik

yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke arah

pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang

berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan

akhirat.

Sedangkan pendidikan agama Islam menurut Arifin (dalam

Syafaat, 2008:16) adalah proses yang mengarahkan manusia kedalam

(33)

kemanusiaanya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan

kemampuan ajaranya (pengaruh dari luar).

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar siswa dalam

meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan

memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam

hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk

mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2008:75-76).

Dari beberapa pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa, guru Pendidikan Agama Islam adalah seseorang dengan tugas

utama mendidik, serta membimbing siswanya, Agar menjadi pribadi

yang berakhlak mulia berdasarkan kepada Al Quran dan sunnah, sesuai

dengan tujuan Pendidikan Agama Islam.

2. Syarat Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam

Menurut Daradjat (2011:41-44), dilihat dari ilmu pendidikan

Islam untuk menjadi guru yang baik dan dapat memenuhi tanggung

jawab yang dibebankan kepadanya, hendaknya guru harus:

a. Takwa kepada Allah SWT

Guru sesuai tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin

mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri

tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab guru adalah teladan bagi anak

didiknya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi

(34)

kepada semua anak didiknya, maka kemungkinan besar guru

tersebut akan berhasil mencetak generasi penerus bangsa yang baik

dan berakhlak mulia.

b. Berilmu

Ijazah bukan semata mata secarik kertas. Tetapi suatu bukti

bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan

kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan.

Gurupun harus mempunyai ijazah supaya dibolehkan mengajar.

Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah murid sangat

meningkat, sedang jumlah guru jauh daripada mencukupi. maka

terpaksa menyimpang untuk smentara, yakni menerima seorang

guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal, ada

patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik mutu

pendidikan. dan pada giliranya makin tinggi pula derajat

masyarakat.

c. Sehat jasmani

Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi

mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap

penyakit menular, sangat membahayakan kesehatan anak didiknya.

Disamping itu guru yang berpenyakit tidak akan bergairah

mengajar. guru yang sakit sakitan kerapkali terpaksa absen dan

tentunya merugikan anak didiknya. Akan tetapi hal itu tidak bisa

(35)

(cacat sejak lahir) tapi memiliki talenta yang bagus diperbolehkan

mengajar pada suatu lembaga khusus yang mendidik anak-anak

berkebutuhan khusus.

d. Berkelakuan baik

Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan. Guru

harus menjadi suri tauladan, karena anak-anak bersifat suka

meniru. Diantara tujuan pendidikan ialah membentuk akhlak baik

pada anak dan ini hanya mungkin terjadi jika guru itu berakhlak

baik pula. Guru yang berahlak tidak baik tidak akan dipercayakan

pekerjaan mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak baik adalah

yang sesuai dengan ajaran Islam.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa persyaratan menjadi seorang guru

memang tidak mudah. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi serta

memiliki tanggung jawab yang besar. Akan tetapi dibalik itu semua

terdapat nilai-nilai amalan yang akan menjadikan manfaat bagi seorang

guru, baik manfaat di dunia maupun di ahirat.

3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya peranan guru Pendidikan Agama Islam dan guru

umum itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu

pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih

banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas

lagi. Akan tetapi peranan guru Pendidikan Agama Islam selain

(36)

agama Islam kepada anak didiknya agar mereka bisa mengaitkan

antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan umum. Diantara peran guru

seperti yang dikutip dari Mulyasa (2011:37-64) ialah sebagai berikut :

a. Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan

identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkunganya. Oleh karena

itu guru harus memiliki standar kualitas yang mencakup tanggung

jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

b. Guru sebagai pengajar

Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah

melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan

tugas yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang

sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum

diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi

setandar yang dipelajari.

c. Guru sebagai pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang

berdasarkan pengetahuan dan pengalamanya bertanggung jawab

atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan

tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga menyangkut perjalanan

mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam

(37)

d. Guru sebagai pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan

keterampilan baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut

guru untuk bertindak sebagai pelatih.

e. Guru sebagai penasihat

Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik bahkan bagi

orang tua, meski mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai

penasihat. Dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk

menasihati orang.

f. Guru sebagai inovator

Guru sebagai bagian dari komponen pendidikan dituntut

untuk menjembatani kesenjangan ini. Guru harus bertindak sebagai

pembaharu yang dapat memperkecil perbedaan antara pelaksanaan

pendidikan dan kemajuan masyarakat. Untuk itu guru harus selalu

belajar dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya agar

dapat menciptakan hal-hal baru guna peningkatan mutu pendidikan

sehingga sejalan dengan perkembangan masyarakat.

g. Guru sebagai model dan teladan

Perilaku guru di sekolah selalu menjadi figur dan dijadikan

dalil bagi para siswanya untuk meniru perilaku tersebut. Hal ini

wajar karena peserta didik dalam proses pembelajaran kadang

melakukan modelling untuk mengubah tingkah lakunya. Sebagai

(38)

mengharuskan guru melaksanakan kode etik keguruan yang

menjadi dasar berperilaku. Baik dalam interaksinya dengan kepala

sekolah, teman sejawat, bawahan, peserta didik, dan masyarakat

pada umumnya.

h. Guru sebagai pribadi

Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia

pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan

seorang pendidik. Karena, seorang guru merupakan salah satu

panutan bagi masyarakat. Guru dituntut untuk meningkatkan

pengetahuannya, selalu mengontrol emosinya, berbaur dengan

masyarakat sekitarnya, serta selalu melaksanakan ajaran-ajaran

agamanya.

i. Guru sebagai peneliti

Manusia adalah makhluk yang unik, satu sama lain berbeda.

Manusia yang satu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh

orang lain. Namun, mereka juga memiliki kelemahan yang tidak

dimiliki yang lainnya. Demikian pula dengan peserta didik, mereka

memiliki keunikan yang beraneka ragam dari waktu ke waktu.

Karenanya guru tidak bisa memperlakukan mereka dengan cara

yang sama untuk semua peserta didik dan untuk zaman yang

berbeda. Hal ini menuntut guru mencari suatu sistem pembelajaran

yang sesuai dengan perkembangan zaman, tingkat perkembangan,

(39)

j. Guru sebagai pendorong kreativitas

Dalam proses pembelajaran, peserta didik terkadang tidak

memiliki motivasi belajar. apalagi menciptakan hal-hal baru yang

dapat meningkatkan kompetensinya. Sebagai motivator, guru

berkewajiban meningkatkan dorongan peserta didik untuk kreatif

dalam belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran. karena peserta didik akan

sungguh-sungguh belajar apabila memiliki motivasi yang tinggi.

k. Guru sebagai pembangkit pandangan

Guru harus menanamkan pandangan yang positif terhadap

martabat manusia kedalam pribadi peserta didik. Sebagai seorang

guru tentunya tidak ingin peserta didik menjadi orang yang akan

memperbudak orang lain. melainkan menjadi orang yang

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Sehingga terjadi

kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

l. Guru sebagai pekerja rutin

Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu.

Serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan sering kali

memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik,

maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua

(40)

m. Guru sebagai pemindah kemah

Guru adalah seorang pemindah kemah yang suka memindah

mindahkan dan membantu peserta didik meinggalkan hal lama

menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha

keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan, dan

kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membatu menjauhi

dan meninggalakanya untuk mendapatkan cara-cara baru yang

lebih sesuai. Guru dan peserta didik bekerjasama mempelajari cara

baru, dan meninggaalkan kepribadian yang telah membantunya

mencapai tujuan dan menggantinya sesuai dengan tuntutan masa

kini.

n. Guru sebagai pembawa cerita

Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat

pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana

memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya,

menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh

manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka.

Serta untuk menghargai kehidupan sendiri setelah membandingkan

dengan apa yang telah mereka baca tentang kehidupan manusia di

masa lalu. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan

(41)

o. Guru sebagai aktor

Guru adalah seorang aktor yang memainkan perannya di

depan peserta didik sesuai dengan naskah yang telah dibuatnya.

Sebagai seorang aktor guru harus benar-benar membawa para

penontonnya larut dalam cerita yang sedang dilakonkannya.

Pesan-pesan yang dibawakannya merupakan hal penting yang harus

disampaikan kepada peserta didik. Untuk itu seorang guru

hendaknya mengetahui, menguasai, serta dapat mengarahkan

situasi yang akan terjadi, menguasai materi yang akan dibawakan,

mengetahui kehendak para peserta didiknya, menguasai media

yang akan digunakan dalam pelakonannya, memperhitungkan

waktu yang akan digunakan untuk membawakan suatu naskah

tertentu.

p. Guru sebagai emansipator

Guru harus membina kemampuan peserta didik untuk

menginformasikan apa yang ada dalam pikirannya. Jika

kemampuan tersebut telah dimiliki, perasaan rendah diri

berangsur-angsur hilang dan bebaslah peserta didik dari keadaan yang tidak

menyenangkan. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai emansipator.

Karena benda yang digarap bukan benda mati, guru berkewajiban

mengembangkan potensi peserta didik sedemikian rupa sehingga

menjadi pribadi yang kreatif. Karena itu guru memberikan

(42)

memberikan balikan, memberikan kritik, dan sebagainya sehingga

mereka merasa memperoleh kebebasan yang wajar.

q. Guru sebagai evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang

paling kompleks, karena melibatkan latar belakang dan hubungan,

serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan

dengan konteks yang hampir tidak mungin dapat dipisahkan

dengan setiap penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian,

karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil

belajar atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan

pembelajaran oleh peserta didik.

r. Guru sebagai pengawet

Pendidikan berfungsi memelihara, mengawetkan dan

meneruskan semua warisan budaya kepada generasi berikutnya.

Seluruh warisan budaya yang berupa pengetahuan, ide-ide, atau

nilai-nilai yang telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu harus

tetap dijaga dan dilestarikan sebagai dasar untuk memperoleh

pengetahuan dan nilai-nilai baru. Guru sebagai pelaksana

pendidikan hendaknya bersikap positif terhadap hasil budaya

masyarakat terdahulu dan menyampaikannya kepada peserta didik.

Tugas ini harus dilakukan guru dalam hubungannya sebagai

(43)

s. Guru sebagai kulminator

Dalam setiap proses pembelajaran guru harus mampu

menghentikan kegiatannya pada suatu unit tertentu, kemudian maju

ke unit berikutnya. Untuk itu diperlukan kemampuan menciptakan

suatu kulminasi pada suatu unit tertentu dari suatu kegiatan

pembelajaran. Kemampuan ini nampak dalam bentuk menutup

pembelajaran, menarik atau membuat kesimpulan bersama peserta

didik, melaksanakan penilaian, mengadakan kenaikan kelas dan

mengadakan karya wisata. Guru adalah orang yang mengarahkan

proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir. Dengan

rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu

tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui

kemajuan belajarnya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru

Pendidikan Agama Islam memiliki peran yang sangat kompleks dan

harus mampu mengajarkan, membimbing, serta menanamkan

nilai-nilai moral keagamaan kepada siswa sehingga menjadi pribadi yang

berakhlak mulia dan mempunyai jiwa sosial serta budi pekerti yang

baik.

4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya, tugas pendidik adalah mendidik dengan

mengupayakan pengembangan seluruh potensi peserta didik, baik

(44)

ini harus dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat keilmuan

tertinggi dan mengintegrasi dalam diri peserta didik. Upaya

pengembangan potensi peserta didik tersebut dilakukan dengan

penyucian jiwa dan mental, penguatan metode berfikir, penyelesaian

masalah kehidupan, mentransfer pengetahuan dan keterampilannya

melalui teknik mengajar, motivasi, memberi contoh, memuji dan

mentradisikan keilmuan. Maka Tugas pendidik dalam proses

pembelajaran secara berurutan adalah (1) menguasai mata pelajaran,

(2) menggunakan metode pembelajaran agar peserta didik mudah

menerima dan memahami pelajaran, (3) melakukan evaluasi

pendidikan yang dilakukan, dan (4) menindak lanjuti hasil evaluasinya

( Roqib, 2009:50).

Bagi guru Pendidikan Agama Islam tugas dan kewajiban

sebagaimana yang dikemukakan diatas merupakan amanat yang

diterima oleh guru atas dasar pilihannya untuk memangku jabatan

guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung

jawab. Alah SWT menjelaskan dalam (Al Qur'an Surat An Nisa', 4 :

(45)

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An Nisa' : 58).

Tanggung jawab guru ialah keyakinannya bahwa setiap

tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan atas

pertimbangan secara profesional. Pekerjaan guru menuntut

kesungguhan dalam berbagai hal. Karenanya, posisi dan persyaratan

para "pekerja pendidikan" atau orang orang yang disebut pendidik ini

patut mendapat pertimbangan dan perhatian yang sungguh sungguh

pula.

Tugas dan tanggung jawab seorang guru sesungguhnya sangat

berat. Dipundaknyalah tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai

atau tidak. Secara garis besar, tugas dan tanggung jawab seorang guru

adalah mengembangkan kecerdasan yang ada di dalam diri setiap anak

didiknya. Kecerdasan ini harus dikembangkan agar anak didik dapat

tumbuh dan besar menjadi manusia yang cerdas dan berakhlak mulia

sehingga mereka siap menghadapi segala tantangan di masa depan.

B. Karakteristik Siswa

Menurut Seels dan Richey (dalam Budiningsih, 2004:16) adalah

bagian-bagian pengalaman siswa yang berpengaruh pada keefektifan

proses belajar. Karakteristik siswa bertujuan untuk mendeskripsikan

bagian-bagian pekribadian siswa yang perlu diperhatikan untuk

(46)

karakteristik sendiri-sendiri dan berbeda satu sama lain, tergantung dari

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.

Teori-teori dan prinsip pembelajaran yang digunakan dalam

pembelajaran moral di Indonesia seharusnya dikembangkan dengan

berpijak pada informasi tentang karakteristik siswa dan budayanya. Pada

tahap penalaran moral dimana remaja berada, pada tahap kepercayaan atau

eksistensial/iman di mana mereka berada, bagaimana empati dan peran

sosial mereka. Ini semua amat diperlukan oleh para guru, pendidik,

teknolog dan perancang pembelajaran dalam upaya pengembangan

program-program pembelajaran moral dan produksi sumber-sumber

belajra moral. Maka ini semua harus dijadikan pijakan dalam

mengembangkan program-program pembelajaran dan pembinaan

moral/akhlak bagi remaja. Pembahasan tentang karateristik perkembangan

ini peneliti lebih menekankan pana anak usia SMP/ MTs.

1. Istilah Pertumbuhan dan Perkembangan

Menurut Chaplin (dalam Mar’at, 2010:5) pertumbuhan diartikan

sebagai suatu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari

bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan. Maka

pertumbuhan merupakan perubahan fisik anak, seperti badan tumbuh

menjadi besar, tambah tinggi, pada anak perempuan payudara menjadi

besar, pinggul melebar, pada anak laki-laki mulai tumbuh kumis,

(47)

Sedangkan arti perkembangan menurut Monks (dalam Mar’at,

2010:4) adalah suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak

dapat diulang kembali. Pekembangan menunjukan pada perubahan

yang bersifat tetap dan tidak padat diputar kembali. Perkembangan

juga diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju ke

arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi,

berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar. Contoh

perkembangan selama masa kanak-kanak menginjak remaja adalah

mengalami perkembangan dalam struktur fisik dan mental, jasmani

dan rohani. Sebagai ciri-ciri dalam memasuki jenjang kedewasaan.

Dari definisi di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

perkembangan merupakan suatu proses perubahan yang bersifat terus

menerus meskipun perkembanganya semakin hari semakin pelan,

setelah mencapai titik puncaknya. Sedangkan pertumbuhan lebih

cenderung menunjuk pada kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh

yang melaju sampai pada suatu titik optimum dan kemudian menurun

menuju keruntuhanya.

2. Fase Perkembangan dan Tugas Perkembangan Anak

a. Fase perkembangan remaja

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang

sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

(seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Konopka, dalam

(48)

1) Remaja awal 12-15 tahun

2) Remaja madya 15-18 tahun

3) Remaja ahir 19-22 tahun

Sehingga dapat diketahui bahwa anak usia sekolah menengah

Pertama telah memasuki masa remaja awal (12-15 tahun). Pada

masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup,

kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan

menolongnya teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya.

Pada masa ini sebagai masa mencari sesuatu yang dipandang

bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini

sering disebut masa merindu puja, yaitu sebagai gejala remaja.

Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita

hidup itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan.

Proses penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut adalah:

1) Tidak adanya pedoman untuk merindukan sesuatu yang

dianggap bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu yang

dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan seringkali

remaja hanya mengetahui sesuatu bahwa dia menginginkan

sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkanya.

2) Objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu

pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu (jadi

personifikasi nilai-nilai). Pada anak laki-laki sering aktif

(49)

mengagumi, dan memujanya dalam hayalan (Yusuf,

2001:26-27).

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwasannya fase

perkembangan anak usia remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu,

remaja awal, remaja madya dan remaja akahir. Yang mana pada

anak usia remaja awal fase perkembangannya memerlukan

dukungan dari lingkungannya dan orang-orang yang ada

didekatnya, dan membutuhkan teman yang dapat turut merasakan

suka dan dukanya. Jadi anak usia remaja awal mengalami

perkembangan emosi yang masih cenderung naik turun atau labil.

b. Tugas-tugas perkembangan remaja

Menurut zulkifli (2012:76-78), tugas-tugas perkembangan

masa remaja umumnya berkenaan dengan pencapaian dan

persiapan memasuki kehidupan fase berikutnya (dewasa), yaitu:

1) Bergaul dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin. Dalam

hal ini seorang remaja mencapai pola hubungan baru yang lebih

matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin

sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku dalam

masyarakat.

2) Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita selaras

dengan tuntutan sosial dan kultural masyarakatnya. Maka

(50)

dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung

jawab di tengah-tengah masyarakatnya.

3) Menerima keadaan fisik sendiri. Artinya seorang remaja harus

menerima kesatuan organ-organ tubuh sebagai pria atau wanita

dan menggunakannya secara efektif sesuai dengan kodratnya

masing-masing.

4) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan. Artinya

seorang remaja harus mempersiapkan diri untuk mencapai

karier tertetu dalam bidang ekonomi.

5) Memilih pasangan dan mempersiapkan diri untuk hidup

berkeluarga. Yaitu seorang remaja harus mempersiapkan diri

untuk memasuki dunia perkawinan atau kehidupan berkeluaga

(sebagai suami istri).

Jadi tugas-tugas perkembangan merupakan persiapan remaja

untuk menghadapi fase perkembangan yang akan datang,

diantaranya yaitu mengenai perubahan cara pandang dalam

bergaul, menerima kekurangan fisik, mempersiapkan diri untuk

berkarir, serta menentukan pendamping hidup untuk kelangsungan

masa depanya.

3. Aspek-aspek Perkembangan

Aspek perkembangan remaja menurut Syamun Yusuf LN dalam

(51)

a. Perkembangan fisik

Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa

rentangan kehidupan, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang

sangat pesat. Menurut Singgih dan Yulia (2012:4-5) perubahan

fisik meliputi perubahan yang mudah diamati maupun yang sulit

diketahui prosesnya. Yang mudah tampak antara lain adalah

perubahan tinggi badan. Perubahan fisik yang mudah diamati

sekaligus sulit diketahui prosesnya adalah berkaitan dengan

pelaksanaan tugas dan peran dewasa sebagai laki-laki dan

perempuan. Perubahan yang erat dengan proses persiapan fisik,

yang terjadi di dalam tubuh dan sulit diamati, justru sering

menimbulkan persoalan yang sukar diatasi. Misanya, suasana hati

yang bergelora dan mencekam diri, dan muncul silih berganti,

begitu sulit dimengerti sehingga sukar diredakan. Umumnya,

keguncangan suasana di dalam diri belum pernah dialami pada

masa-masa sebelumnya.

b. Perkembangan intelektual

Ditinjau dari perkembang intelektual, masa remaja sudah

mencapai tahap operasi formal. Remaja secara mental telah dapat

berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata

lain, operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta

sistem sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah dari pada

(52)

tuanya, guru, pemimpin yang menurut penilaian objektifnya

kurang baik. Maka orang tua dan guru harus memberikan teladan

yang baik.

c. Perkembangan emosi

Aspek ini remaja mencapai puncak emosional. Pertumbuhan

fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi perkembangan

emosi atau perasaan dan dorongan baru yang dialami sebelumnya,

seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan

dengan lawan jenis.

d. Perkembangan sosial

Pada masa ini remaja sudah mempunyai kemampuan untuk

memahami orang lain, sebagai individu yang unik, baik

menyangkut sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun persaannya.

Pada aspek ini remaja cenderung suka menilai orang-orang

disekitarnya. Remaja yang baik akan memberikan penilaian yang

baik pada sesuatu hal yang benar-benar baik dan akan menirunya.

Sesuatu hal yang buruk akan dinilainya buruk pula dan berusaha

untuk menjauhinya.

e. Perkembangan moral

Masa ini muncul dorongan untuk melakukan

perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja

berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi

(53)

erat kaitannya dengan perkembangan sosial. Karena pada

perkembangan sosial remaja suka menilai orang lain, sedangkan

pada perkembangan moral remaja melakukan perbuatan-perbuatan

yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Hal ini bisa saja terjadi

karena remaja telah melihat atau menilai perbuatan orang lain yang

telah dikerjakan dan dianggapnya baik.

f. Perkembangan kepribadian

Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari fisik, sikap

kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respon individu

yang beragam.

g. Perkembangan kesadaran agama

Pada masa ini seseorang memiliki kemampuan berfikir

abstrak yang memungkinkannya dapat mentransformasikan

keyakinan beragamanya. Dia dapat mengapresiasi kualitas

keabstrakan Tuhan yang maha adil dan maha kasih sayang.

Dengan demikian, guru Pendidikan Agama Islam perlu

memahami perkembangan perasaan remaja yang tak menentu itu. Guru

juga perlu mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja

yang sedang dalam masa puber, mengenai apa saja yang wajib

dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Selain itu, guru juga harus

(54)

C. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa

Pembinaan akhlak terjadi di semua lingkup kehidupan, baik

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pada pembahasan ini,

penulis hanya menyajikan pembinaan akhlak di lingkungan sekolah. Akan

tetapi sesungguhnya pembinaan akhlak pada seseorang akan maksimal jika

ketiga komponen di atas dapat sejalan serta mendukung sepenuhnya

terhadap pembinaan akhlak.

1. Pengertian Akhlak

Menurut Djatnika (dalam Daud, 2008:346) akhlak dalam bahasa

Indonesia berasal dari bahasa arab “akhlaq” bentuk jamak kata

khuluq” atau “al-khulq” yang berarti berarti budi pekerti, perangai,

tingkah laku, atau tabi’at.

Secara etimologis, kata akhlak adalah sebuah kata yang berasal

dari bahasa arab “al-akhlaq”. Ia merupakan bentuk jama’ dari kata

al-khuluq yang berarti budi pekerti, tabiat atau watak. Dengan demikian,

maka kata akhlak merupakan sebuah kata yang digunakan untuk

mengistilahkan perbuatan manusia yang kemudian diukur dengan baik

atau buruk. Dan dalam Islam, ukuran yang digunakan untuk menilai

baik atau buruk itu tidak lain adalah ajaran Islam sendiri (Halim,

2000:7-8)

Menurut Imam Al-Ghazali (dalam Asmaran, 2002:3) Akhlak

(55)

perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan.

Menurut pendapat Mahmud (2004:26-27) kata khuluqiyah atau

Akhlak lazim disebut dengan moral. Yaitu sebuah sistem yang lengkap

yangterdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang

membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini

membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya

berperilakusesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya

dalam kondisiyang berbeda-beda.

2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak

Islam memberikan petunjuk dan mengarahkan umat manusia

untuk selalu berbuat baik dan berjalan di jalan yang benar. Islam tidak

akan membiarkan kehidupan manusia penuh kontradiksi

(pertentangan), oleh karena itu pembinaan akhlak perlu dilakukan

dengan dasar dan tujuan tetentu.

a. Dasar pembinaan akhlak

Menurut Hendiyat Soetopo dan Westy Soeamanto dalam

Syafaat ,dkk (2008:153), pembinaan adalah menunjuk kepada

suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa

yang telah ada.

Dasar dan tujuan pembinaan akhlak terikat erat dan hampir

sama dengan dasar dan tujuan pendidikan Islam. Dasar ideal

(56)

identik dengan ajaran Islam itu sendiri, yaitu berasal dari

Al-Qur’an dan Hadis. Kemudian dasar tadi dikembangkan lebih lanjut

dalam pemikiran para ulama. Berikut adalah penjelasan tentang

dasar-dasar tersebut:

1) Al Qur’an

Al Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad SAW, sebagai pedoman hidup manusia, bagi

yang membacanya merupakan suatu ibadah dan mendapat

pahala. Seperti difirmankan dalam surat An-Nahl 89:

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.(QS.An-Nahl: 89)

Al Qur’an merupakan firman allah yang tidak ada

keraguan di dalamnya, yaitu sebagai petunjuk bagi orang-orang

yang bertakwa. Selain itu, Al Qur’an juga sebagai penawar atau

obat berbagai penyakit, dan Al Qur’an sebagai petunjuk arah

(57)

2) Sunnah

Dasar yang kedua adalah Sunnah Rasulullah SAW atau

hadis yaitu perkataan, perbuatan, serta pengakuan Rasulullah.

Sunnah berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia

dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia

seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Sebagaimana dalam

firman Allah dalam surat Al Ahzab:21.



“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.(QS.Al Ahzab: 21)

3) Perkataan, perbuatan dan sikap para sahabat

Pada masa khulafaur rasyidin sumber pendidikan dalam

Islam sudah mengalami perkembangan. Selain Al Qur’an dan

sunnah, juga perkataan, sikap, dan perbuatan para sahabat.

Perkataan para sahabat dapat dikuatkan karena Allah sendiri di

dalam Al Qur’an surat At-Taubah ayat 100 yang memberikan

(58)





“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orangorang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”.( QS. At-Taubah: 100)

4) Ijtihad

Ijtihad dilakukan untuk menetapkan hukum atau

tuntunan suatu perkara yang ada kalanya tidak terdapat di

dalam Al Qur’an maupun sunnah. Ijtihad dilakukan untuk

menjelaskan suatu perkara dan ditetapkan hukumnya bila tidak

terdapat keterangan dari Al Qur’an maupun sunnah.

Menurut Rachmat (dalam Syafaat, 2008:29) ijtihad

adalah pengerahan segala kesanggupan seseorang faqih (pakar

fiqih Islam) untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum

sesuatu melalui dalil syara’ (agama). Dalam istilah inilah

ijtihad banyak dikenal dan digunakan, bahkan banyak para

fuqaha (para pakar hukum Islam) yang menegaskan bahwa

ijtihad itu bisa dilakukan di bidang fiqih.

Maka dengan kata lain, ijtihad berarti usaha keras dan

(59)

menetapkan suatu hukum perkara atau suatu ketetapan atas

suatu perkara tertentu.

b. Tujuan pembinaan akhlak

Menurut Mahmud (2004:160) pembinaan akhlak mempunyai

tujuan diantaranya yaitu:

1) Mempersiapkan manusia yang beriman yang selalu beramal

shaleh. Tidak ada sesuatu pun yang menyamai amal sholeh

dalam mencerminkan akhlak mulia ini. Tidak ada pula yang

menyamai akhlak mulia dalam mencerminkan keimanan

seseorang kepada Allah.

2) Mempersiapkan insan beriman dan soleh yang menjalani

kehidupanya sesuai dengan ajaran Islam, melaksanakan apa

yang di perintahkan agama dan meninggalkan apa yang

diharamkan.

3) Mempersiapkan insan beriman dan soleh yang bisa berinteraksi

secara baik dengan sesama, baik dengan non-muslim maupun

muslim. Maupun bergaul dengan orang-orang ada

disekelilingnya dengan mencari ridho Allah yaitu mengikuti

ajaran-Nya dan petunjuk-petunjuk Nabi-Nya.

4) Mempersiapkan insan beriman dan soleh, yang mau merasa

bangga dengan persaudaraanya sesama muslim dan selalu

(60)

memberi hanya arena Allah, dan sedikitpun tidak kecut oleh

celaan orang khasad selama dia berada di jalan yang benar.

5) Mempersiapkan insan beriman dan soleh yang merasa bahwa

dia bagian dari seluruh umat Islam yang berasal dari berbagai

daerah, suku, dan bahasa. Atau insan yang siap melaksanakan

kewajiban yang harus ia penuhi demi seluruh umat Islam

selama dia mampu.

6) Mempersiapkan insan beriman dan soleh yang merasa bangga

terhadap loyalitasnya kepada agama Islam, dan berusaha sekuat

tenaga demi tegaknya panji-panji Islam dimuka bumi. Atau

insan yang rela mengorbankan harta, kedudukan, waktu, dan

jiwanya demi tegaknya syariat Islam.

Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari

pembinaan akhlak adalah untuk mewujudkan masyarakat yang

beriman yang senantiasa berjalan diatas kebenaran. Masyarakat

yang konsisten dengan nilai-nilai keadilan dan kebaikan.

Disamping itu juga untuk menciptakan masyarakat yang

berwawasan demi tercapainya kehidupan manusia yang

berlandaskan pada nilai-nilai sosial.

3. Ruang Lingkup Akhlak Islami

Menurut Nata (2002:147-152) ruang lingkup akhlak Islami

(61)

a. Akhlak terhadap Allah

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau

perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai

makhluk, kepada tuhan sebagai khalik. Sekurang-kurangnya ada 4

alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama,

karena allah yang telah menciptakan manusia. Kedua,karena Allah

yang telah memberikan perlengkapan panca indera. Ketiga, karena

Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang

diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Keempat, Allah

yang memuliakan manusia dengan diberikanya kemampuan

menguasai daratan dan lautan.

b. Akhlak terhadap sesama manusia

Al Quran telah merinci bebrapa perlakuan yang berkaitan

terhadap sesama manusia. petujuk mengenai hal ini bukan hanya

dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti,

membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan

yang benar, melainkan juga sampai pada menyakiti hati dengan

jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya, tidak peduli aib

itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada

yang disakiti hatinya itu.

c. Akhlak terhadap lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu

(62)

maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang

diajarakan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi

manusia sebagai kholifah. Kekholifahan menurut adanya interaksi

antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam.

Kekholifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta

bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaanya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup

akhlak Islami adalah bagaimana seorang menjadi makhluk yang mulia

dihadapan Allah, serta memiliki sifat saling menghargai sesama

manusia. dan mencintai lingkungannya.

4. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam membina Akhlak

Siswa

Pembinaan akhlak menurut Nata (2002:162-164) dapat dilakukan

dengan beberapa cara diantaranya yaitu:

a. Pembinaan akhlak dapat dibentuk melalui pembiasaan yang

dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Bekenaan

dengan ini imam Al Ghazali mengatakan bahwa kepribadian

manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha

pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia membiasakan

berbuat jahat, maka ia akan menjadi jahat. Maka akhlak harus

diajarakan dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah

Gambar

Tabel I
Tabel  II Data Siswa

Referensi

Dokumen terkait

think aloud para pengguna menemukan permasalahan usability pada web FILKOM APPS untuk mahasiswa seperti kendala-kendala yang dihadapi saat melakukan suatu aksi/tugas

9) Mengevaluasi hasil belajar ( evaluation of performance ).. Kegiatan belajar adalah interaksi antara pengajar dan siswa, interaksi antara siswa dan media instruksional.

Suatu metode untuk menentukan tegangan permukaan dari cairan adalah dengan mencari gaya yang diperlukan untuk menarik cincin platina dari permukaan seperti pada gambar 1.12. Gambar

Jika 3 berkas sequential, seperti master file, transaction file dan update master file yang digunakan oleh sebuah program. Karena hanya ada 2 tape drive, maka salah satu dari

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan (ijin usaha perdagangan umum, klasifikasi barang Meubelair dan kualifikasi kecil yang

Akuakultur merupakan sistem produksi yang mencakup input produksi (prasarana dan sarana produksi), proses produksi (persiapan hingga pemanenan) dan output produksi (pascapanen

dilakukan oleh pelaku usaha atau tidak sesuai dengan contoh,. mutu,

(tidak sesuai) Unit lahan memiliki lebih dari 3 pembatas (Azis et al ., 2006) Setelah ditentukan bahwa pada penelitian ini terdapat tiga kelas kesesuaian lahan maka berikut