i
PERCERAIAN DENGAN ALASAN SUAMI PECANDU NARKOBA
DAN TIDAK MENJALANKAN KEWAJIBAN DALAM RUMAH TANGGA
DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA
(Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Salatiga Nomor:
/Pdt.G/
/PA.Sal)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh :
ANISAH
NIM :
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii
PERCERAIAN DENGAN ALASAN SUAMI PECANDU NARKOBA
DAN TIDAK MENJALANKAN KEWAJIBAN DALAM RUMAH TANGGA
DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA
(Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Salatiga Nomor:
/Pdt.G/
/PA.Sal)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam
Oleh:
Anisah
NIM
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
iv
NOTA PEMBIMBING
Lamp : (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Anisah
NIM : - -
Jurusan : Syari’ah
Program Studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah
Judul : Perceraian Dengan Alasan Suami
Pecandu Narkoba Dan Tidak Menjalankan Kewajiban Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Fikih Dan Perundang-Undangan di Indonesia (Studi Putusan Pengadilan Agama
Salatiga Nomor:
/Pdt.G/ /PA.Sal)
dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.
v
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA
FAKULTAS SYARI’AH
Jl. NakulaSadewa V No. Telp.( ) Fax Salatiga
Website :www.iainsalatiga.ac.id. E-mail:administrasi@stainsalatiga.ac.id.
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
PERCERAIAN DENGAN ALASAN SUAMI PECANDU
NARKOBA DAN TIDAK MENJALANKAN KEWAJIBAN
DALAM RUMAH TANGGA DALAM PERSEPKTIF FIKIH
DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
(STUDI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SALATIGA NOMOR:
/Pdt.G/ /PA.Sal)
Oleh:
ANISAH
NIM:
Telah dipertahankan di depan sidang Munaqosyah Skripsi Fakultas Syari’ah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari selasa tanggal
Desember dan telah dinyataka nmemenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam.
Dewan Sidang Munaqasah
Dra. Siti Zumrotun, M. Ag.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Anisah
NIM : - -
Jurusan : Ahwal Al Syaksiyyah
Program Studi : Syari’ah
Judul : PERCERAIAN DENGAN ALASAN SUAMI
PECANDU NARKOBA DAN TIDAK
MENJALANKAN KEWAJIBAN DALAM
RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF
FIKIH DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
INDONESIA (Studi Putusan Pengadilan Agama
Salatiga Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal)
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri, bukan jiplaan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Salatiga, Desember
Yang menyatakan
Anisah
vii
MOTTO
Berangkatlah, baik kamu merasa ringan atau berat dan berjihadlah
dengan harta dan jiwamu... (At-Taubah:
).
viii
PERSEMBAHAN
Atas nama cinta dan kasih dari dalam jiwa, skripsi ini penulis persembahkan untuk,
Bapak,ibu beserta kakak ku tercinta (Rodin, Sumyati Lutfiah, Indro,
Fauzi, dan Zainah serta keponakanku Azka) yang tak henti-hentinya
memberikan dukungan dan semangat sepanjang masa buat saya.
Semua teman seperjuangan di Ahwal AL Syakhsiyyah yang
mendampingi dalam pembuatan skripsi ini, juga selalu memotivasi,
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Segala puji bagi Allah SWT senantiasa peneliti panjatkan kehadiran-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti telah dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, sang penerang dari jaman kegelapan yang senantiasa peneliti
usahakan untuk bisa meneladani segala uswah hasanahnya, semoga peneliti
termasuk umatnya yang mendapatkan syafaatnya dihari kiamat. Amin.
Atas terselesainya skripsi ini, peneliti menghaturkan terima kasih yang tiada
akhir, kepada:
.Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah.
. Bapak Sukron Ma’mun, S.Hi.,M.Si. selaku ketua Jurusan Ahwal Al
Syakhsiyyah.
.Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing peneliti skripsi ini dan
semoga bimbingan dan perhatianya mendapatkan balasan kemudian hari .
. Seluruh Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga.
. Bapak Drs. Moch Rusdi selaku Hakim Pembimbing peneliti ini dan
x
. Seluruh Hakim dan Karyawan di lingkungan Pengadilan Agama Salatiga
yang senantiasa telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
. Ayah danIbukutercintaterimakasihatasdoadanpengorbananselamaini.
. Kepada segenap teman-temanku jurusan Ahwal Al Syakhsiyyah angkatan
, semoga kebersamaan ini akan terus dapat terjalin dengan baik.
.Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu terima kasih
atas kerja sama dan perhatiannya.
Teriring do’a dan harapan semoga amal baik semua pihak tersebut di atas
akan mendapat balasan dari Allah swt.
Wassalamu’alaikumwr.wb
Salatiga, Desember
Peneliti
xi
ABSTRAK
Anisah. . Perceraian Dengan Alasan Suami Pecandu Narkoba Dan Tidak
Menjalankan Kewajiban Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Fikih dan Perundang-Undangan di Indonesia (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga
Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal).Skripsi Fakultas Syari’ah. Jurusan Ahwal Al
Syakhsiyyah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Machfudz, M.Ag.
Kata Kunci: Perceraian, Narkoba, dan Kewajiban Dalam Rumah Tangga.
Perkawinan adalah sunatullah dan sakral serta agung, untuk itu diaturlah hak dan kewajiban dalam rumah tangga, sehingga dapat terciptanya rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah. Namun, terkadang suami atau isteri melalaikan kewajibanya sehingga menimbulkan perselisihan dan pertengkaran yang tidak bisa dirukunkan kembali dan mengakibatkan perceraian. Seperti dalam
pengajuan perkara Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal yang menjelaskan bahwa
telah terjadinya pengajuan cerai gugat dengan sebab suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga yang menimbulkan perselisihan dan pertengkaran yang tidak bisa dirukunkan lagi. Permasalahan yang
dikaji dalam penelitian ini, yaitu: . Bagaimana Proses Pengajuan dan
Penyelesaian Perceraian Putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal?. . Apa Dasar
Hukum dan Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perkara Putusan Nomor:
/Pdt.G/ /PA.Sal ?. . Bagaimana Tinjauan Fikih dan
Perundang-Undangan di Indonesia Terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim Dalam
Memutuskan Perkara Putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal?.
Jenis penelitian ini studi putusan Pengadilan Agama yang didukung dengan penelitian lapangan dengan sifat penelitian kualitatif-analisis dengan pendekatan normatif-yuridis yang didukung dengan wawancara, observasi dan dokumentasi yang kemudian dapat digunakan untuk menganalisa proses pengajuan dan penyelesaian perkara perceraian, apa dasar hukum dan pertimbangan Hakim yang
digunakan untuk menyelesaikan perkara putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal
dan bagaimana tinjauan fikih dan Perundang-Undangan di Indonesia dalam
menganalisis putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal.
Hasil penelitian ini adalah bahwa, . Proses pengajuan dan penyelesaian
perkara Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal diputuskan secara verstek dan dijatuhi
talak ba’in sughro. . Dasar hukum dan pertimbangan yang digunakan Majlis
Hakim adalah PP No. pasal huruf (f) Tahun dan pasal huruf (f)
KHI. . Dalam tinjauan hukum fikih pertimbangan Majlis Hakim dikenal dengan
shiqaqatau antara suami isteri terjadi perselisihan dan pertengkaran yang tidak bisa dirukunkan lagi, sedangkan menurut Perundang-Undangan di Indonesia
dengan PP No. pasal huruf (f) Tahun dan pasal KHI, sehingga
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
NOTA PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ...
A. LATAR BELAKANG MASALAH ...
B. RUMUSAN MASALAH ...
C. TUJUAN PENELITIAN ...
D. KEGUNAAN PENELITIAN ...
E. PENEGASAN ISTILAH ...
F. TELAAH PUSTAKA ...
G. METODE PENELITIAN ...
. Jenis Penelitian ...
xiii
MENJALANKAN KEWAJIBAN DALAM RUMAH TANGGA .
A. PERCERAIAN ...
a. Perceraian Menurut Undang-Undang Perkawinan ...
) Pengertian Perceraian ...
) Dasar Hukum Perceraian ...
) Bentuk-Bentuk Perceraian ...
) Alasan-Alasan Perceraian ...
b. Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam ...
xiv
c. Dampak Pengaruh Narkoba ...
C. KEWAJIBAN SUAMI DALAM RUMAH TANGGA ...
. Kewajiban Suami Dalam Rumah Tangga Menurut Fikih ...
a. Pengertian Kewajiban Suami Dalam Rumah Tangga .
b. Bentuk-Bentuk Kewajiban Suami Dalam Rumah Tangga.
) Kewajiban Suami Dalam Bentuk Kebendaan ...
) Kewajiban Suami Balam Bentuk Bukan Kebendaan
. Kewajiban Suami Dalam Rumah Tangga Menurut
Perundang-Undang diIndonesia... ...
a. Kewajiban Suami Dalam Rumah Tangga Menurut
Undang-Undang Perkawinan... ...
b. Kewajiban Suami Dalam Rumah Tangga Menurut
Kompilasi Hukum Islam... ...
BAB III DASAR HUKUM DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM
PERKARA PERCERAIAN PUTUSAN NOMOR:
/Pdt.G/ /PA.Sal ...
A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Salatiga ...
. Profil Pengadilan Agama Salatiga ...
a. Sejarah Pengadilan Agama Salatiga ...
b. Batas Kewenangan Pengadilan Agama Salatiga ...
. Visi Dan Misi Pengadilan Agama Salatiga ...
. Struktur Dan Organisasi Pengadilan Agama Salatiga ...
. Administrasi Berperkara di Pengadilan Agama Salatiga ...
B. Diskripsi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Dalam Perkara
Perceraian Putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal ...
C. Proses Pengajuan Dan Penyelesaian Perkara Perceraian Putusan
Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal ...
D. Dasar Hukum Dan Pertimbangan Hakim Dalam Perkara Perceraian
xv
BAB IV DASAR HUKUM DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM
MEMUTUSKAN PERKARA PERCERAIAN DENGAN PUTUSAN
NOMOR: /Pdt.G/ /PA.Sal DALAM PERSPEKTIF FIKIH
DAN UNDANG-UNDANG DI INDONESIA... ..
A. Dasar Hukum Dan Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan
Perkara Perceraian Putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal
Dalam Fikih ...
B. Dasar Hukum Dan Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan
Perkara Perceraian Putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal
Dalam Undang-Undang Di Indonesia ... ..
. Dasar Hukum Dan pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan
Perkara Perceraian Menurut Undang-Undang Perkawinan
. Dasar Hukum Dan Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan
Perkara Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam ... ..
BAB V PENUTUP ...
A. KESIMPULAN ...
B. SARAN-SARAN ...
DAFTAR PUSTAKA ...
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkawinan adalah sunatullah yang merupakan salah satu perintah
Allah kepada yang mampu untuk segara melaksanakanya, sebab dengan
adanya perkawinan akan menghindarkan dari perbuatan zina (H.
Zainuddin Ali, : ). Selain itu, perkaiwinan bertujuan untuk
mendapatkan ketenangan dan ketentraman, memenuhi kebutuhan
biologis,dan berlatih bertanggung jawab. Hal ini sejalan dengan Firman
Allah Swt bahwa tujuan pernikahan adalah untuk mendapatkan kehidupan
rumah tangga yang tenang dan tentram, berikut Firman Allah swt,
Artinya : Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari
jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yan berfikir.(QS. ar-Rum ayat ).
Dalam pasal Undang-Undang Nomor Tahun Tentang
Perkawinan telah menyebutkan bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin
antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
dalam pasal Kompilasi Hukum Islam juga menyebutkan tujuan
pernikahan bahwa “Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan
rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah”. Sehingga Allah Swt
memberikan aturan berupa hak dan kewajiban dalam rumah tangga.
Tujuan pernikahan dapat tercapai dengan baik, apabila suami dan
isteri mau menjalankan kewajibannya dan memperhatikan tanggung
jawabnya, sehingga terwujudlah rumah tangga yang tenang dan tentram,
sehingga dapat tercapai atau sempurnanya kebahagian dalam rumah
tangga. Kewajiban suami merupakan hak isteri dan sebaliknya, kewajiban
isteri merupakan hak isteri (Amir Syarifuddin, : ).
Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga
yang kedudukanya seimbang baik dalam rumah tangga maupun dalam
pergaulan di masyarakat. Kewajiban suami sebagaimana yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor Tahun pasal ayat ( ) dan pasal
Kompilasi Hukum Islam, bahwa suami berkewajiban memberikan
bimbingan, melindungi, dan dengan kemampuanya berkewajiban untuk
memberikan nafkah, pakaian dan tempat tinggal serta memenuhi segala
keperluan keluarganya. Sedangkan kewajiban isteri dalam rumah tangga
sebagaimana dalam pasal ayat ( ) Undang-Undang Nomor Tahun
dan pasal Kompilasi Hukum Islam bahwa isteri harus mentaati
semua perintah suami dan mengatur segala urusan rumah tangga.
Kewajiban suami akan gugur apabila isteri mendurhakainya (Sayyid
mereka dengan cara yang yang patut.... (QS. al-Baqarahayat ).
Rumah tangga ideal merupakan dambaan setiap pasangan setiap
suami isteri. Rumah tangga ideal adalah keluarga yang mampu mengatasi
persoalan dalam rumah tangga dengan baik dan bijak, sebab semua rumah
tangga akan mengalami suatu permasalahan yang dapat bermunculan dari
pihak keluarga maupun pihak luar. Sehingga rumah tangga yang
mendapatkan persoalan tidak akan dengan mudah untuk melakukan
perceraian, sebab perceraian dalam hukum Islam merupakan perbuatan
yang halal namun terlarang dan Indonesia mempersempit adanya
perceraian.
Perceraian hanya diperbolehkan sebagai pintu darurat saja, dimana
perkawinan yang apabila tetap dipertahankan yang dikhawatirkan akan
menimbulkan kemadharatan ketimbang kemaslahatanya. Perceraian tidak
hanya berada di hak suami, namun isteri juga berhak untuk bernisiatif
dalam mengajukan perceraian kepada Pengadilan Agama yang disebut
dengan cerai gugat atau khulu’(Abd. Rahman Ghazaly, : ).
Perkawinan dapat diputuskan dengan mengajukan gugatan yang
disertai dengan alasan perceraian yang kuat kepada Pengadilan. Dalam
pasal ayat ( ) menyebutkan bahwa “Untuk melakukan perceraian harus
ada cukup alasan, bahwa suami isteri itu tidak akan hidup rukun sebagai
Nomor Tahun Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
Tahun Tentang Perkawinan yang mengatur tentang ketentuan
terhadap alasan yang dapat dijadikan sebagai alasan perceraian. Adapun
alasan yang dapat dijadikan sebagai alasan putusnya perkawinan adalah:
) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,
penjudi, dan sebagainya yang sukar disembuhkan;
) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau hal lain diluar kemampuannya;
) Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara lima tahun atau
hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat
yang membahayakan pihak lain;
) Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan
akibat tidak dapat menjalankan kewajibanya sebagai suami/isteri;
) Antara suami isteri terus menerus terjadi perselihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;
Alasan yang dapat dijadikan sebagai alasan putusnya perkawinan
serupa yang diatur dalam pasal Kompilasi Hukum Islam yang
menambahkan dua poin alasan putusnya perkawinan, antara lain adalah
sebagai berikut ini:
) Suami melanggar taklik talak;
) Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak
rukunan dalam rumah tangga.
Salah satu persoalan yang muncul dalam rumah tangga
adalahapabila suami sebagai kepala keluarga yang melalaikan tanggung
jawabnya yakni dengan kemampuannya tidakmemenuhi segala keperluan
dalam rumah tangga bahkan juga sebagai menjadi pecandu narkoba. Telah
pikiran penggunanya dan narkoba atau obat-obatan terlarangan merupakan
induk dari segala bentuk kejahatan yang dapat mematikan.
Dalam perkara Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal ini merupakan
perkara cerai gugat yang dalam petitumnya untuk mengabulkan gugatan
cerai yang diajukan oleh isteri atau Penggugat kepada Hakim Pengadilan
Agama Salatiga. Dimana dalam positanya, diantara Penggugat dan
Tergugat telah melangsugkan pernikahan di Kantor Urusan Agama
Kecamatan Sidomukti dan telah berhubungan dengan baik dan telah
memiliki satu orang anak laki-laki. Namun pada tahun ,pernikahan
diantara Penggugat dan Tergugat sering mengalami perselisihan dan
pertengkaran yang tidak bisa dirukunkan lagi yang pada puncaknya pada
tahun dengan Tergugat pergi meninggalkan tempat kediaman
bersama. Dan pada tahun , Penggugat mengajukan cerai gugat kepada
Hakim Pengadilan Agama Salatiga dengan alasan utama cerainya adalah
suami pecandu narkoba dan tidak memberikan nafkah sehingga tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suami yang kemudian menimbulkan
perselisihan dan pertengkaran yang tidak dapat dirukunkan kembali
sebagai suami dan isteri.
Dalam prosesi hari persidangan, Penggugat hadir dengan kuasanya
dan Tergugat tidak pernah hadir dengan alasan yang sah dan tidak pula
mengirim wakil sebagai kuasanya padahal telah dipanggil secara resmi dan
patut, sehingga prosesi persidangan tetap dilanjutkan tanpa hadirnya
/Pdt.G/ /PA.Sal diputuskan dengan putusan verstek. Untuk itu,
dalam petitum gugatan, Penggugat memohon kepada Majlis Hakim
Pengadilan Agama Salatiga, agar:
. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
. Menetapkan jatuh talak satu ba’in sughro Tergugat (Tergugat) kepada
Penggugat (Penggugat).
. Membebankan biaya yang ditimbulkan dalam perkara ini kepada
Penggugat.
. Atau, menjatuhkan putusan lain yang seadil-adilnya.
Begitu banyaknya pengajuan perceraian yang masuk di Pengadilan
Agama Salatiga, Namun peneliti begitu tertarik dengan persoalan perkara
Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal dengan kasus perceraian suami pecandu
narkoba dan tidak memberikan nafkah yang berdampak kepada
perselisihan dan pertengkaran yang tidak dapat dirukunkan
kembali.Karena alasan perceraian yang diajukan oleh Penggugat tidak
tercamtum dalam alasan yang dapat dijadikan sebagai alasan perceraian
dan Majlis Hakim memetuskan bahwa alasan perceraian yang diajukan
Penggugat telah cukup beralasan untuk dijadikan sebagai alasan
perceraian.
Berdasarkan fenomena diatas menarik peneliti untuk melakukan
penelitian terkait latar belakang masalah diatas dan mengangkat kedalam
sebuah karya ilmiah yang diskripsikan. Untuk menghindari judul yang
penelitian “PERCERAIAN DENGAN ALASAN SUAMI PECANDU
NARKOBA DAN TIDAK MENJALANKAN KEWAJIBAN DALAM
RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Putusan Pengadilan
Agama Salatiga Nomor /Pdt.G/ /PA.Sal)”.
B. RUMUSAN MASALAH
Bertolak kepada uraian-uraian masalah diatas, maka masalah yang
menjadi fokus penelitian ini dengan memberikan tiga rumusan masalah,
sebagai berikut ini:
. Bagaimana Proses pengajuan dan penyelesaian perkara perceraian di
Pengadilan Agama Salatiga dengan alasan Suami pecandu narkoba dan
tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga putusan
Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal?.
. Apa dasar hukum dan pertimbangan Hakim dalam memutuskan
perkara perceraian dengan alasan suami pecandu narkoba dan tidak
menjalankan kewajiban dalam rumah tangga di Pengadilan Agama
Salatiga putusanNomor: /Pdt.G/ /PA.Sal?
. Bagaimana tinjauan Fikih dan Perundang-Undangan di Indonesia
terhadap dasar hukum dan pertimbangan Hakim dalam
memutuskanperkara perceraian dengan alasan suami menjadi pecandu
narkoba dan tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga di
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian merupakan suatu pernyataan sasaran dalam
penelitian. Tujuan-tujuan penelitian hasil dari rumusan masalah yang akan
dicapai adalah, sebagai berikut:
. Untuk mengetahui gambaran mengenai proses pengajuan dan
penyelesaian perkara perceraian di Pengadilan Agama Salatiga dengan
alasan suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan kewajiban dalam
rumah tangga putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal?
. Untuk mengetahui apa dasar hukum dan pertimbangan Hakim dalam
memutuskanperkara perceraian dengan alasan suami menjadi pecandu
narkoba dan tidak memberikan nafkah di Pengadilan Agama Salatiga
dengan putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal.
. Untuk mengetahui bagaimana tinjuan fikih dan Perundang-Undangan
di Indonesia terhadap dasar hukum dan pertimbangan Hakim di dalam
memutuskan perkara perceraian dengan alasan suami menjadi pecandu
narkoba dan tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga di
Pengadilan Agama Salatiga dengan perkara Nomor:
/Pdt.G/ /PA.Sal.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan atau manfaat penelitian dalam penelitian ini yaitu
adalah secara teoritis dan secara praktis sebagai berikut ini:
Kegunaan teoritis tersebut diharapkan dapat menambahkan
wawasan terhahadap Mahasiswa Hukum dan Pakar Hukum dalam
mendalami perkara perceraian, khususnya dalam perkara cerai gugat
yang beralaskan alasan suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan
kewajiban dalam rumah tangga.
. Kegunaan Praktis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambahkan
kontribusi dan dapat berguna dalam penerapan suatu ilmu
pengetahuan.
E. PENEGASAN ISTILAH
Untuk mempermudah proses pemahaman dan kejelasan judul
diatas untuk itu peneliti perlu dalam memberikan penegasan dan batasan
terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian ini, antara lain sebagai
berikut:
. Perceraian
Kata perceraian berasal dari kata cerai artinya pisah; putus
hubungan sebagai suami isteri; talak (Tim Redaksi, : ). Dalam
hukum Islam talak adalah melepaskan ikatan tali perkawinan (Sayyid
Sabiq, : ).
. Suami
Suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang
. Pecandu Narkoba
Pecandu adalah pemadat; pengisap candu (Tim Redaksi, :
). Sedangkan narkoba obat yang dapat menenagkan saraf,
menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau
merangsang (Tim Redaksi, : ). Sehingga, pecandu narkoba
adalah orang yang mengisap candu yang bertujuan untuk menenagkan
saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau
merangsang yang kelamaan akan membuat rasa ketergantungan.
. Tidak Menjalankan Kewajiban Dalam Rumah Tangga
Kewajiban berasal dari kata wajib, wajib adalah harus dilakukan
sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib; sesuatu yang harus
dilaksanakan (Tim Redaksi, : ). Rumah Tangga adalah yang
berkenaan dengan urusan kehidupan dalam rumah (hal belanja rumah);
berkenaan dengan keluarga (Tim Redaksi, : ).
Maksud dari tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga
adalah suami yang telah meninggalkan apa yang telah menjadi
kewajibannya sebagai kepala keluarga dengan tidak memberikan
nafkah lahir dan batin sehingga tidak terwujudnya keluraga yang
harmonis.
. Perspektif
Perspektif adalah sudut pandang ataupandangan (Tim
Redaksi, : ). Adapun perspektif yang digunakan dalam
di Indonesia yaitu Undang-Undang Perkawinan atau Undang-Undang
Nomor Tahun Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum
Islam.
. Fikih
Fikih adalah ilmu tentang Hukum Islam (Tim Redaksi, :
). Fikih secara etimologi bermakna mengetahui dan memahaminya
dengan baik, sedangkan secara terminologisnya adalah mengetahui
hukum-hukum syara’ yang sifatnya amaliyah yang dikaji dari dalil
-dalil yang terperinci (Mardani, : ).
. Perundang-Undangan di Indonesia
Perundang-Undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara
umum yang dibuat untuk dipatuhi oleh seluruh warga negara dalam
lingkung nasional dan berlaku untuk seluruh warga Indonesia (Online),
(http://materisoalppkn.blogspot.com/
/pengertian-perundang-undangan.html, diakses pada tanggal Desember ).
Perundang-Perundangan di Indonesia yang dipakai dalam
penelitian ini adalah Undang Perkawinan atau
Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Perkawinan dan Kompilasi
Hukum Islam.
F. TELAAN PUSTAKA
Dari hasil penulusuran yang dilakukan peneliti, ternayata cukup
dalam rumah tangga dan peneliti tiga buah karya ilmiah yang dibentukan
dalam skirpsi oleh peneliti-peneliti lain, antara lain adalah sebagai berikut:
Pertama, skripsi yang diteliti oleh Elia Indriyani NIM
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang berjudul
“Cerai Talak Akibat Isteri Tidak Menjalankan Kewajibannya Dalam
Rumah Tangga (Studi Putusan Pengadilan Nomor
/Pdt.G/ PA.Sal)”. Pembahasan pokok penelitian ini terdapat tiga
rumusan masalah, antara lain: ) Bagaimana konsep kewajiban isteri
dalam rumah tangga menurut hukum Islam dan Kompilasi Hukum Islam.
) Bagaimana Putusan Hakim terhadap cerai talak akibat isteri tidak
menjalankan kewajiban dalam rumah tangga di Pengadilan Agama
Salatiga. ) Bagaimana pertimbangan Hakim dalam putusan cerai
talakakibat isteri tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga.
Dalam penelitian menemukan hasil penelitian, antara lain: ) Kewajiban
isteri menurut hukum Islam adalah taat kepada suami sehingga akan
tercapai kebahagian dan kedamaian dalam rumah tangga yakni kewajiban
dalam memberikan pelayanan dan berbuat baik terhadap suami dan tidak
boleh melawan atau menyakiti hati suami, taat yang dimaksud adalah tidak
kepada yang maksiat, namun apabila isteri telah berbuat nuzyuz maka
langkah yang harus dilakukan oleh suami adalah diberi pelajaran yang
benar dan mengundang hakam dari kedua belah pihak. Kewajiban isteri
menurut Kompilasi Hukum Islam adalah berbakti lahir batin kepada suami
permohonan Pemohon dan menetapkan memberi izin kepada Pemohon
untuk menjatuhkan talak atas Termohon dihadapan sidang Pengadilan
Agama Salatiga. ) Pertimbangan Hakim dalam memutuskan perkara cerai
talak berdasarkan pembuktian dan tuntutan tersebut dikabulkan karena
dalil-dalil permohonan Pemohon telah terbukti kebenaranya.
Kedua, skripsi yang diteliti oleh Wiwien Tri Haryono NIM
yang berjudul “Khulu’ Sebagai Penyebab Putusnya Perkawinan
(Studi Kasus di Pengadilan Agama Salatiga - )”. Pembahasan
pokok dalam penelitian ini terdapat empat rumusan masalah, antara lain:
) Bagaimana Tinjuan teoritis tentang khulu’ menurut hukum Islam. )
Bagaimana tinjuan praktis tentang khulu’ di Pengadilan Salatiga. )
Bagaimana pertimbangan Hakim dalam memutuskan permashalahan
khulu’ sebagai penyebab putusnya perkawinan di Pengadilan Agama
Salatiga. ) Bagaimana akibat hukum dari permasalahan tentang khulu’
yang terjadi di Pengadilan Agama Salatiga.Dalam penelitian ini
menemukan hasil penelitian, antara lain: ) Secara teoritis khulu’ (thalaq
tebus) adalag talak yang diucapkan oleh suami dengan pembayaran dari
pihak isteri kepada suami. Haram bagi seorang wanita untuk menuntut
cerai dari suaminya tanpa sebab atau alasan syar’i. Suami tidak boleh
mengambil lebih dari harta yang pernah diberikan kepada isterinya saat
khulu’. ) Secara praktis khulu’ diperbolehkan kalau seseorang isteri
membenci suaminya dan tidak bisa menjalankan kewajiban-kewajiban
yang terjadi pada saat sidang berlangsung dan dalam pendaftaran tidak ada
kata khulu’, mungkin sebab ketidakpahaman Penggugat tentang khulu’. )
Menurut tinjauan Pengadilan Agama Salatiga didalam menyelesaikan cerai
gugat (khulu’) berpedoman kepada Undang-Undang Perkawinan dan KHI
serta ilmu-ilmu tentang khulu’ (fiqih). ) Perceraian dengan jalan khulu’
menimbulkan akibat, yaitu: Perkawinan putus dengan talak khul’i,
berkurangnya jumlah talak dan tidak dapat dirujuk (Pasal KHI), isteri
menjalani iddah talak biasa (pasal KHI), bekas suami bebas dari
kewajiban untuk membayar nafkah iddah terhadap isteri (pasal KHI).
Ketiga, skripsi yang diteliti oleh Aang Setiawan NIM
yang berjudul “Ketidakmampuan Suami Memberi Nafkah Dalam Kasus
Perceraian (Studi Analisis Terhadap Keputusan Pengadilan Agama
Salatiga Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal). Pembahasan pokok dalam
penelitian ini terdapat tiga rumusan masalah, antara lain: ) Bagaiamana
alasan Ketidakmampuan suami memberi nafkah kepada isteri dalam kasus
perceraian. ) Apa dasar diputuskanya gugat cerai Ketidakmampuan suami
memberi nafkah isteri. ) Bagaimana pandangan Kompilasi Hukum Islam
tentang gugatan cerai karena ketidakmampuan suami memberi nafkah
kepada isteri.Dalam penelitian menemukan hasil penelitian, antara lain: )
Tergugat tidak pernah memberikan nafkah kepada Penggugat, karena a)
Tergugat tidak bekerja dan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga
masih ditanggung sepenuhnya oleh orang tua Penggugat,b) Tergugat telah
empat tahun lamanya tidak pernah pulang dan tidak pernah mengirimkan
kabar dan nafkah kepada Penggugat dan seorang anaknya, c) berdasarkan
fakta-fakta hukum diatas dapat dinyatakan Tergugat telah melalaikan
kewajibannya yaitu tidak memperdulikan dan tidak memberikan nafkah
kepada Penggugat selama tahun bulan. ) Bahwa berdasarkan
pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Salatiga dalam memutuskan
perkaranya adalag disesuaikan dengan Nomor: Hakim memberikan
putusan menerima gugatan Penggugat dan memutuskan perceraian
berdasarkan keterangan saksi dan taklik talak dengan alasan telah
memenuhi pasal PP No. . C) Berdasarkan KHI Pasal huruf (f)
dan (g) KHI bahwa Tergugat telah melanggar taklik talak yang telah
diucapkan oleh Tergugat pada awal pernikahan.
Berbagai skripsi-skripsi diatas mempunyai beberapa perbedaan
dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Yaitu penelitian yang
diteliti peneliti ini lebih terfokus kepada perceraian dengan alasan suami
pecandu narkoba dan tidak menjalankan tanggung jawabnya dalam perkara
putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal yang kemudian ditinjau dari segi
hukum Islam dan juga mengkaji tentang dasar hukum serta bagaimana
pertimbangan Hakim dalam memutuskan perkara tersebut, padahal alasan
percerain tidak tertuang dalam alasan perceraian yang diatur dalam hukum
positif. Sedangkan penelitian lain hanyalah mengkaji bagaimana putusan
Hakim dapat memutuskan perceraian dengan alasan tersebut dan
G. METODE PENELITIAN
. Jenis Penelitian
Untuk memperoleh data yang lengkap penelitian ini, penulis
menggunakan penelitian pustaka (Library Research), yaitu penelitian
yang dilakukan di Pengadilan Agama Salatiga yang didukung dengan
penelitian lapangan (field research) untuk mendapatkan data yang
diperlukan (Saifuddin Azwar, : ).
Untuk itu, selain peneliti menggunakan buku-buku dan
dokumen-dokumen yang mempunyai kaitan dengan penelitian serta
salinan putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal, peneliti juga
melakukan penelitian lapangan (field research) yakni dengan terjun
langsung ke Pengadilan Agama Salatiga guna melakukan wawancara
dan pengamatan baik langsung atau tidak langsung, sehingga dapat
menunjang kelengkapan data dalam penelitian peneliti ini.
Sifat penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
analisis yakni sebagai alat analisis dengan melakukan penyelidikan,
penemuan sehingga dapat menggambarkan atau menjelaskan
perceraian dengan sebab suami pecandu narkoba dan tidak
menjalankan kewajiban dalam rumah tangga dalam putusan Nomor:
/Pdt.G/ /PA.Sal ini.
. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam peneliti ini adalah dengan
a. Pendekatan Normatif
Pendekatan Normatif adalah pendekatan yang menuju dan
mengarah kepada persoalan dengan ditetapkanya sesuatu yang
berdasarkan pada hukum Islam, yakni berdasarkan kepada
teks-teks al-Qur’an dan fiqih (Saifuddin Azwar, : ) yakni dengan
menganalisa hasil putusan Pengadilan Agama Salatiga Nomor:
/Pdt.G/ /PA.Sal apakah dasar hukum dan Pertimbangan
Hakim sudah sesuai atau tidak dengan hukum Islam yakni hukum
fikih.
b. Pendekatan Yuridis
Pendekatan Yuridis adalah pendekatan yang dilakukan
dengan Perundang-Undangan yang ada dan disesuaikan dengan
Peraturan yang berlaku di Indonesia(Saifuddin Azwar, : ).
Dalam pendekatan ini dimana lebih mendekati kepada masalah
yang belum diatur dalam Undang-Undang seperti dalam perkara
perceraian dalam suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan
kewajiban dalam rumah tangga yang dijadikan sebagai alasan
utama perceraian, sehingga dapat diketahui apakah dasar hukum
dan pertimbangan Hakim dalam memutuskan perkara perceraian
dengan alasan suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan
kewajiban dalam rumah tangga telah sesuai atau tidak bertentangan
Perkawinan atau Undang-Undang Nomor Tahun Tentang
Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.
. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti yang bertindak sebagai pengumpul
data, sehingga data menjadi akurat dan terpercaya. Alat-alat yang dapat
diajadikan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah alat
tulis, alat perekam, serta dokumen-dokumen seperti, salinan putusan
Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal yang dapat dijadikan sebagai
penunjang dalam penelitian.
. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pada penelitian ini dilakukan di Pengadilan
Agama Salatiga yang beralamatkan di Jalan Lingkar Selatan, RT
RW , Kelurahan Cebongan, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga,
Jawa Tengah. Alasan peneliti memlih lokasi di Pengadilan Agama
Salatiga adalah karena kasus perceraian karena suami pecandu narkoba
dan tidak menjalankan kewajibannya dalam rumah tangga dalam
putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal ini telah diputus oleh Hakim
Pengadilan Agama Salatiga.
. Sumber Data
Sumber data merupakan faktor terpenting dalam pengumpulan
data. Ada dua sumber data yang digunakan peneliti, antara lain berikut
ini:
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sumber tambahan yang mencakup seperti: dokumen-dokumen
resmi, buku-buku hasil penelitian yang berwujud kedalam laporan
(Soerjono Soekamto, : ).
b. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan adalah data yang diperoleh
dari sumber-sumber data secara langsung dari sumbernya yaitu
melalui wawancara maupun observasi baik observasi langsung
mapun tidak langsung (Sutrisno Hadi, : ).
. Metode Pengumpulan Data
a. Interview (wawancara)
Interview (wawancara) adalah suatu dialog atau percakapan
antara pewawancara (orang yang mengajukan pertanyaan) dan
terwawancara (orang yang memberi jawaban pewawancara) yang
mengarah kepada pembicaraan atau persoalan yang berkaitan
dengan suatu permasalahan tertentu (Moeleong, : ).
Cara memperoleh data dalam metode ini adalah dengan
cara melakukan tanya jawabatau wawancara kepada pihak
Pengadilan Agama yaitu, dengan Hakim, Panitera, dan Petugas pra
meja. Wawancara atau tanya jawab tersebut terikaitdengan perkara
perceraian yang beralaskan suami pecandu narkoba dan tidak
menjalankan kewajiban dalam rumah tangga dengan perkara
b. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan mengenai obyek penelitian secara
langsung maupun tidak secara langsung (Burhan Ashshofa: :
).
Cara melakukan pengamatan penelitian ini dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung yang dilakukan di lokasi
Pengadilan Agama Salatiga.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data yang mencakup surat-surat resmi,
buku, hasil penelitian yang terbentuk laporan dan juga sejenisnya
(Moelong, : ). Dalam penelitian ini, dokumen terkait
dengan penelitian ini adalah salinan putusan Pengadilan Agama
Salatiga Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal.
d. Studi Pustaka
Studi Pustaka yaitu studi pustaka yang peneliti digunakan
untuk mencari dari data dari bahan-bahan tertulis, khususunya
berupa teori-teori (Tatang M. Amirin, : ).
. Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan pola
pikir induktif – deduktif, antara lain adalah:
a. Induktif, yaitu metode analisis data terkait dengan hal-hal yang
(Sutrisno Hadi, : ). Dengan begitu dapat teruraikan terlebih
dahulu persoalan perceraian dengan alasan suami pecandu narkoba
dan tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga yang
kemudian dianalisis dan diintrepretasikan secara obyektif, sehingga
dapat ditemukan kesimpulan mengenai dasar hukum dan
pertimbangan Hakim tentang pecandu narkoba dan tidak
menjalankan kewajiban dalam rumah tangga yang dijadikan
sebagai sebab alasan perceraian.
b. Deduktif, yaitu metode analisis data dari hal-hal yang bersifatnya
itu umum kepada yang hal-hal khusus (Sutrisno Hadi, : ).
Sehingga, dengan metode ini, dapat dianalisiskan perceraian akibat
suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan kewajiban dalam
rumah tangga dengan tujuan yuridis normatifnya.
. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam pengecekan keabsahan data peneliti menggunakan teknik
triangulasi. Trinagulasi adalah suatu teknik pemeriksaan dalam
keabsahan data dengan cara memanfaatkan sumber yang lain diluar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data tersebut (Moloeng, : ). Teknik triangulasi ini dilakukan
dengan melakukan wawancara, observasi atas beberapa hal yang
dilakukan dan kejadian yang kemudian dapat diambil kesimpulanya
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Agar pokok pembahasan penelitian ini tidak keluar dari pokok
pemikiran dan kerangka yang sudah ditentukan, maka penulis
menggunakan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Dalam bab pendahuluan
meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka dan metode
penelitian serta sistematika penulisan.
Bab kedua merupakan bab tinjauan umum dari perceraian, narkoba
dan kewajiban suami dalam rumah tangga dalam hukum fikih dan
Perundang-Undangan di Indonesia.
Bab ketiga adalah hasil penelitian dari putusan Nomor:
/Pdt.G/ /PA.Sal yang memuat gambaran umum Pengadilan
Agama Salatiga, diskripsi putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal,
pengajuan dan penyelesaian putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal,
dan dasar hukum dan pertimbangan Hakim dalam putusan Nomor:
/Pdt.G/ /PA.Sal.
Bab keempat merupakan hasil analisa dalam penelitian dari
tinjauan Fikih dan Perundang-Undangan di Indonesia terhadap perceraian
dengan alasan suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan kewajiban
dalam rumah tangga putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal.
Bab kelima merupakan penutup dalam penelitian ini yang
BAB II
TINJAUAN UMUM PERCERAIAN, NARKOBA DAN KEWAJIBAN
SUAMI DALAM RUMAH TANGGA
A. PERCERAIAN
. Perceraian Dalam Fikih
a. Pengertian Perceraian atau talak
Kata thalaq berasal dari kata ithlaq yang berarti irsal
(melepaskan) dan tark (meninggalkan). Athlaqtu al-asira yang
artinya adalah meninggalkan ikatan tawanan atau pernikahan dan
melepaskan. Sedangkan secara terminologi syariat, thalaq adalah
melepaskan ikatan perkawinan yang bertujuan untuk mengakhiri
hubungan perkawinan (Sulaiman Al-Faifi, : ).
Dalam hukum fiqih, perceraian menurut ahli fiqih dikenal
dengan sebutan talak atau furqah. talak adalah melepaskan atau
meninggalkan, sedangkan furqah adalah bercerai lawan dari
berkumpul (Soemiyati, : ). Kemudian talak atau furqah
tersebut dijadikan oleh ahli fiqih sebagai istilah dalam putusnya
perkawinan.
Menurut hemat penulis, talak adalah suatu hakikat
pernikahan yang dipandag telah rusak dan pecah, sehingga hanya
perceraianlah merupakan jalan yang paling tepat untuk mengakhiri
tersebut tetap dijalankan hanyalah suatu perbuatan yang sangat
sia-sia dijalankan.
b. Dasar Hukum Talak
Terkait dengan kebolehan melakukan talak para ahli fiqih
berbeda pendapat, namun pendapat yang paling benar dan kuat
adalah pendapat golongan Hambali dan Hanafi. Menurut mereka
bahwa talak itu dilarang sebab talak termasuk kedalam perbuatan
yang memurkai nikmat Allah, sebab perkawinan merupakan
nikmat Allah yang tidak boleh sembarangan untuk dijalankan
(Sayyid Sabiq, : ). Darurat disini yang dimaksud adalah
apabila sudah tidak adanya rasa cinta dan kasih sayang diantara
suami dan isteri, Rasullulah bersabda:
ملسو هيلع الله ىلص الله لوسر لق
الله ىلا للاحلا ضغبا
لاالا
وبآ هاور (
)مك احلاو دواد
Artinya : Nabi Saw bersabda: Sesuatu halal yang paling dibenci
Allah adalah talak” (HR. Abu Daud dan al- Hakim).
Meskipun talak itu dilarang atau haram, namun adakalanya
hukum talak tersebut berhukum wajib, adakalanya berhukum
sunnah, adakalanya berhukum haram, dan adakalanya juga
berhukum mubah (Sayyid Sabiq, : ), sebagai berikut ini:
) Talak wajib
Talak wajib dalah talak yang dijatuhkan oleh pihak Hakam
(penengah) karena adanya perpecahan diantara suami dan isteri
menyelamatkan perkawinan yang sudah rusak atau pecah
tersebut.
) Talak haram
Talak haram dalah talak yang dijatuhkan tanpa adanya
alasan sedangkan isteri dalam keadaan haid atau suci yang
dalam masa itu telah digauli (Amir Syarifuddin, : ),
sehingga tidak dapat memberikan kemaslahatan dari perbuatan
talak tersebut.
) Talak Sunnah
Talak sunnah adalah talak yang dianjurkan untuk
dilakukan sebab tidak ada kemaslahatan apabila perkawinan
tersebut tetap dilanjutkan dan dikhawatirkan akan menimbulkan
kemdharatan apabila perkawinan tersebut tetap dijalankan.
) Talak Mubah
Talak mubah adalah talak yang diperbolehkan ketika ada
keperluan untuk melakukan perbuatan talak, seperti halnya
dengan jeleknya sikap isteri atau isteri yang tersiksa dengan
lantaran perilaku suami atau suami yang tidak mencapai tujuan
pernikahanya dengan isterinya (Abd. Rahman Ghazaly, :
).
c. Rukun dan Syarat Talak
Terwujudnya talak tergantung dari ada dan kelengkapan
fikih, yaitu adanya suami, perempuan atau isteri, sighat talak dan
qasdhu, antara lain sebagai berikut ini:
) Suami
Suami adalah orang yang memiliki hak untuk
menjatuhkan talak. Untuk itu suami disyaratkan dewasa,
berakal dan tidak adanya paksaan atau atas kemuanya sendiri.
) Perempuan atau Isteri
Perempuan atau isteri adalah perempuan yang menjadi
isteri suami dengan akad perkawinan yang sah, dimana
disyaratkan isteri itu masih dalam atau tetap berada dalam
perlindungan kekuasaan suami dan kedudukan isteri itu dengan
akad nikah yang sah.
) Sighat Talak
Sighat talak adalah ucapan tertentu yang diucapkan suami
untuk menjatuhkan talak kepada isterinya baik secara jelas
maupun sindiran serta dengan menggunakan ucapan, tulisan
maupun isyarat, dimana semuanya tersebut mengandung
jatuhnya talak untuk isterinya.
) Qasdhu
Qasdhu adalah kesengajaan suami dalam berucap atau
berkata adalah bermaksud dan berniat untuk menjatuhkan talak
dan bukan kepada maksud yang lainnya, sehingga apabila salah
Ghazaly, : - ). Seperti, suami yang berucap talak,
namun maksudnya adalah salah, maka ucapan talak tidak sah
atau tidak berlaku untuk isterinya.
d. Macam-Macam Talak
Talak itu dapat dibagi-bagi dengan melihat empat keadaan,
yaitu keadaan isteri waktu diucapkan talak, kemungkinan suami
boleh merujuk isterinya, pengucapan suami dalam menjatuhkan
talak dan cara suami menyampaikan talak kepada isterinya. Antara
lain adalah:
) Dengan melihat kepada keadaan isteri waktu talak itu
diucapkan suami
Talak ini ada dua macam yaitu talak sunni dan talak bid’i
(Amir Syarifuddin, : - ), antara lain adalah:
(a) Talak Sunni
Talak sunni adalah talak yang pelaksanaanya sesuai
dengan petunjuk agama dalam al-Qur’an maupun sunnah
Nabi. Bentuk talak sunni yang disekapati oleh ulama adalah
talak yang dijatuhkan kepada isteri oleh suami, dimana
keadaan isteri yang haid atau masa suci yang belum pernah
dicampuri oleh suaminya.
(b) Talak bid’i
Talak bid’i adalah talak yang dijatuhkan suami yang
al-Qur’an maupun sunnah Nabi. Bentuk talak bid’i adalah
talak yang dijatuhkan sewaktu isteri dalam keadaan haid
ataupun suci dan dalam keadaan hamil, namun telah digauli
oleh suaminya. Talak bentuk bid’i ini hukumnya haram,
karena akan memberikan mudharat bagi isteri, karena dapat
memperpanjang masa iddahnya.
) Dengan melihat keadaan kemungkinan bolehnya si suami
kembali atau rujuk kepada mantan isterinya
Talak bentuk ini ada dua macam yaitu, talak raj’i dan
talak ba’in (Amir Syarifuddin, : - ), antara lain
adalah:
(a) Talak raj’i
Talak raj’i atau talak satu atau dua adalah talak yang
masih memungkinkan bekas suami untuk merujuk bekas
isterinya tanpa adanya nikah baru yang selama isteri dalam
masa iddah.
(b) Talak bain
Talak bain atau talak tiga adalah talak yang putus
secara penuh, sehingga bekas suami dan bekas isteri tidak
boleh rujuk tanpa dengan nikah baru, selama isteri dalam
masa iddah. Talak ini terbagi kedalam dua macam, yakni
Talak bain sugrho adalah talak yang masih
memungkinkan bekas suami untuk mengadakan nikah baru
dengan bekas isterinya, baik masih dalam masa iddah atau
masa iddahnya sudah habis (Abd. Rahman Ghazaly, :
).
Talak yang termasuk talak bain sughro adalah:Talak
sebelum berkumpul.Talak yang dilakukan dengan cara
tebusan dari pihak isteri atau khulu’ Perceraian melalui
putusan Hakim Pengadilan atau fasakh (Amir
Syarifuddin, : ).
Talak bain kubhro adalah talak yang membolehkan
bekas suami dan bekas isteri untuk rujuk kembali yakni
apabila bekas isteri melakukan pernikahan dengan laki-laki
lain dan ba’da dukhul dan bercerai dengan suami barunya
dan telah habis masa iddah cerai dengan suami barunya,
setalah itu bekas suami pertama bisa merujuk bekas
isterinya.
) Talak ditinjua dari segi pengucapan suami dalam menjatuhkan
talak kepada isterinya
Talak ini terbagi dalam dua macam yakni talak sharih atau
tegas dan talak kinayah atau sindiran (Abd. Rahman
(a) Talak sharih
Talak sharih adalah ucapan talak yang diucapkan
suami secara tegas dan jelas sehingga dapat dengan mudah
dipahami pernyataan cerai suami dengan seketika oleh
isteri. Seperti, “Engkau Tertalak”, kalimat “Engkau
Tertalak” atau kata yang diambil dari dasar kata talak sudah
cukup jelas untuk dipahami isteri yang diucapkan oleh
suaminya dan bukan bermaksud kepada yang lainnya.
(b) Talak kinayah
Talak kinayah adalah ucapan talak yang diucapkan
suami dengan menggunakan kata-kata sindiran atau
samar-samar, sehingga tidak mudah dipahami maksud ucapan
suami, ucapan suami tersebut apakah bermaksud kepada
penjatuhan talak atau bermaksud dengan yang lainnya,
sehingga talak kinayah diperlukan adanya niat suami dalam
berucap.
Seperti, “Perkaramu ada ditanganmu sendiri”.
Kalimat “Perkaramu ada ditanganmu sendiri” bisa
mempunyai maksud dua. Pertama, bahwa suami ingin
isterinya bertanggung jawab akan perbuatannya. Kedua,
bermaksud kepada jatuhnya talak. Sehingga kalimat
dari suami, apakah ucapan tersebut bermaksud atau berniat
jatuhnya talak atau tidak.
) Talak dari segi cara suami menyampaikan talak terhadap
isterinya
Talak bentuk ini terbagi menjadi empat yaitu ucapan,
tulisan, isyarat dan utusan (Abd. Rahman Ghazaly, :
). Antara lain adalah:
(a) Ucapan
Talak dengan ucapan adalah talak yang diucapkan
secara langsung dihapan sang isteri dan didengar secara
baik oleh isteri pengucapan talak suaminya.
(b) Tulisan
Talak dengan tulisan adalah talak yang dijatuhkan
suami dengan menuliskan pernyataan talak yang kemudian
dibaca isi pernyataan talak tersebut oleh suaminya.
(c) Isyarat
Talak dengan isyarat meruapakan alat komunikasi bagi
tuna wicara atau bisu. Apabila isyarat yang digunakan
suami jelas bahwa maksudnya adalah penjatuhan talak
untuk suaminya maka dapat sah jatuhnya talak untuk
suaminya dengan isyarat.
Talak dengan utusan adalah suami yang menjatuhkan
talak kepada isterinya dengan melalui utusan untuk
menyampaikan jatuhnya talak kepada isterinya.
e. Sebab-Sebab Talak
Ada empat sebab-sebab yang dapat terjadinya talak, yaitu
sebab nuzyuz-nya isteri, nuzyuz-nya suami, shiqaq dan fakshiyyah,
sebagai berikut ini:
) Nuzyuz-nya isteri
Nuzyuz-nya isteri terjadi apabila telah lalai akan
kewajibanya yakni dengan tidak mau taat akan perintah suami,
tidak mau bertempat tinggal bersama suami, suka menerima
tamu yang tidak disukai suami, dan suka keluar tanpa seijin
Artinya : ... Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan
akan nuzyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada
Dalam hal ini ada tiga cara menghadapi isteri yang
nuzyuz sebagaimana yang telah dinyatakan dalam surah
an-Nisa’ ayat diatas yakni ada tiga cara. Pertama, menasehati
isterinya. Kedua, suami melakukan pisah tidur (pisah ranjang).
Ketiga, apabila kedua cara tersebut tidak berhasil, maka suami
boleh memukul isteri dengan maksud untuk memberi
pengajaran terhadap isterinya.
) Nuzyuz-nya suami
Nuzyuz-nya suami terjadi apabila suami tidak mau
memenuhi kewajibanya terhadap isteri. Sikap yang harus
dilakukan isteri terhadap suaminya yang nuzyuz adalah
hendaknya diberi nasehat yang secukupnya agar mau kembali
dalam menjalankan kewajibanya sebagai suami. Dan apabila
sikap nuzyuz suami itu berasal dari isterinya seperti suami yang
sudah tidak menyukai isterinya sebab isterinya makin tua,
kusut dan sakit yang tidak berkunjung sembuh (Ahmad Azhar
mengadakan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu memperbaiki (pergaulan dengan istrimu) dan memelihara dirimu (dari
nuzyuz dan sikap acuh tak acuh), maka sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu
kerjakan (Q.S. an-Nisa’ : ).
Jalan yang ditempuh apabila suami melakukan perbuatan
nuzyuz, seperti suami yang bersikap acuh tak acuh terhadap
isterinya, tidak mau menggauli isterinya atau tidak mau
menjalankan kewajibanya, maka jalan perlu ditempuh isteri
adalah dengan melakukan perdamaian dengan cara haknya
dikurangi untuk sementara waktu. Hal ini bertujuan supaya
suaminya bersedia kembali dengan isterinya dengan perbuatan
yang baik (Ahmad Rafiq, : ).
) Shiqaq
Shiqaq merupakan perbuatan diantara suami isteri yang
menimbulkan perselisihan dan pertengkaran yang tidak bisa
dirukunkan lagi. Allah memberikan petunjuk untuk
diselesaikan dengan mendatangkan dua orang Hakam yang
bersal dari satu hakam dari pihak suami dan satu pihak hakam
dari isteri (Amir Syarifuddin, : ).
Allah berfiman dalam surah an-Nisa ayat yang artinya
“Jika kamu khawatir akan terjadi pertengkaran diantara suami
isteri, maka utuslah seorang hakam dari pihak suami dan
perdamaian, maka Allah akan memberi taufik diantara
keduanya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Memperhatikan.
) Fakhsiyyah
Fakhsiyyah merupakan salah satu perbuatan zina yang
mengakibatkan suami isteri saling tuduh menuduh. Cara
penyelesaianya adalah dengan membuktikan akan kebenaranya
atau dengan li’an yang harus mendatangkan empat orang saksi
sebagaimana yang diatur dalam surah an-Nur ayat , sampai
yang menjelaskan bahwa apabila suami tidak mampu
membuktikan tuduhanya (isteri berbuat zina), maka suami
akan mendapatkan had qadzaf sebanyak kali (Ahmad
Rafiq, : ).
. Perceraian Dalam Perundang-Undangan di Indonesia
a. Perceraian Dalam Undang-Undang Perkawinan
) Pengertian Perceraian
Dalam Kamus Bahasa Indonesia atau KBBI kata
perceraian berasal dari kata cerai yang telah mendapatkan
imbuhan kata kerja per dan an yang menjadi kata perceraian,
sehingga perceraian atau cerai berarti pisah, putus hubungan
sebagai suami dan isteri, thalaq (Tim Redaksi, : ).
Dalam Undang-Undang Nomor Tahun Tentang
hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah
Pengadilan berusaha mendamaikan namun tidak berhasil”.
Putus perkawinan adalah ikatan perkawinan antara
seorang pria dengan seorang wanita yang salah seorangnya
telah meninggal dunia, antara pria dengan seorang wanita sudah
bercerai, salah satu pihak meninggalkan pihak lain atau ghaib
sehingga Pengadilan beranggapan bahwa pihak lain yang ghaib
tersebut telah meninggal (H. Zainuddin Ali, : ).
) Dasar Hukum Perceraian
Dalam Undang-Undang yang berlaku di Indonesia yang
mengenai perceraian itu diatur dalam Undang-Undang Nomor
Tahun Tentang Perkawinan yang dicantumkan dalam Bab
VIII Putusnya Perkawinan Serta Akibatnya dalam pasal
sampai pasal .
Dalam pasal Undang-Undang Nomor Tahun
Tentang Perkawinan disebutkan bahwa “Perkawinan dapat
putus karena; a) kematian, b) perceraian, dan c) atas putusan
Pengadilan”.
Dalam Perundang-Undangan di Indonesia, perceraian
dibedakan antara perceraian atas kehendak suami dan atas
kehendak isteri, sebab karakteristik hukum positif dalam
penyelesaian kedua bentuk perceraian ini berbeda (Mukti
Arto, : ).
) Bentuk-Bentuk Perceraian
Menurut tata beracara di Pengadilan Agama perceraian
dibentuk menjadi dua yaitu, cerai talak dan cerai gugat , sebagai
berikut ini:
(a) Cerai talak
Cerai talak adalah cerai yang diajukan atas inisiatif
suami terhadap isterinya kepada Pengadilan guna
melakukan pengucapan ikrar talak. Dimana suami berstatus
sebagai Pemohon, sedangkan isteri berstatus sebagai
Termohon (Adib Bahari, : ).
(b) Cerai gugat
Cerai gugat adalah perceraian yang didasarkan atas
adanya pengajuan gugatan perceraian oleh isteri terhadap
suaminya kepada Pengadilan guna dapat terputuskanya
perkawinan diantara mereka (Abdul Manan, : ).
) Alasan-Alasan Perceraian
Dalam pasal ayat ( ) Undang-Undang Nomor
Tahun Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa “Untuk
melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara
suami isteri itu tidak akan hidup rukun sebagai suami isteri”.
dijelaskan dalam pasal Peraturan Pemerintah Nomor
Tahun Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
Tahun Tentang Perkawinan, sebagai berikut ini:
(a) “Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan sebagainya yang sukar disembuhkan;
(b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selam dua tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau hal lain diluar kemampuannya;
(c) Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara lima tahun
atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
(d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan
berat yang membahayakan pihak lain;
(e) Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit
dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibanya sebagai suami/isteri;
(f) Antara suami isteri terus menerus terjadi perselihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;
Keenam alasan perceraian ini telah cukup untuk dijadikan
dalam alasan perceraian bagi suami atau isteri yang berinisiatif
untuk mengajukan perceraian di Pengadilan.
b. Perceraian Dalam Kompilasi Hukum Islam
) Pengertian perceraian menurut Kompilasi Hukum Islam
Arti Perceraian dalam Kompilasi Hukum Islam berarti
membuka ikatan atau mebatalkan perjanjian. Sedangkan talak
secara umum adalah perceraian baik yang dijatuhkan oleh
suami yang ditetapkan oleh Hakim maupun perceraian yang
jatuh dengan sednirinya ataupun perceraian karena sebab
perceraian secara khusus adalah perceraian yang dijatuhkan
oleh suami .
Dalam pasal Kompilasi Hukum Islam menyebutkan
bahwa “Talak adalah ikrar suami dihadapan sidang pengadilan
Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan,
dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal , dan
”.
Dalam pasal Kompilasi Hukum Islam dijelaskan
bahwa putusnya perkawinan yang disebabkan oleh perceraian
hanya bisa dilakukan dihadapan sidang Pengadilan setelah
pihak Pengadilan Agama tidak berhasil mendamaikan kedua
belah pihak. Dan perkawinan dapat terputuskan dengan sebab
perceraian dapat terjadi karena talak dan berdasarkan gugatan
perceraian, sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal
Kompilasi Hukum Islam.
) Bentuk-Bentuk Perceraian
Perceraian yang apabila ditinjau dari tata beracara di
Pengadilan Agama terdapat yang diatur dalam pasal
sampai pasal Kompilasi Hukum Islam menjelaskan bahwa
perceraian ada dua bentuk perceraian, yakni dengan
permohonan talak dan cerai gugat (Abdul Manan, : ),
sebagai berikut ini:
Dalam pasal dan Kompilasi Hukum Islam
menyatakan bahwa Seorang suami yang akan menjatuhkan
talak kepada isterinya mengajukan permohonan baik lisan
maupun tertulis kepada Pengadilan Agama Salatiga yang
mewilayahi tempat tinggal isteri disertai dengan alasan
serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu.
Dalam hal ini, Pengadilan Agama dapat mengabulkan atau
menolak permohonan cerai tersebut, dan apabila
permohonan tersebut ditolak dapat mengupayakan hukum
banding atau kasasi.
(b) Cerai gugat
Berdasarkan pasal Kompilasi Hukum Islam, cerai
gugat adalah “Perceraian yang diajukan oleh isteri atau
dengan kuasanya kepada Pengadilan Agama kecuali isteri
meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa seijin
suaminya”.
) Alasan-Alasan Perceraian
Alasan-alasan perceraian menurut Kompilasi Hukum
Islam diatur dalam pasal Kompilasi Hukum Islam, sebagai
berikut ini:
(a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk,
pemadat, penjudi, dan sebagainya yang sukar
disembuhkan;
(b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua