• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCERAIAN DENGAN ALASAN SUAMI PECANDU NARKOBA DAN TIDAK MENJALANKAN KEWAJIBAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Salatiga Nomor: Pdt.G PA.Sal) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERCERAIAN DENGAN ALASAN SUAMI PECANDU NARKOBA DAN TIDAK MENJALANKAN KEWAJIBAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Salatiga Nomor: Pdt.G PA.Sal) SKRIPSI"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERCERAIAN DENGAN ALASAN SUAMI PECANDU NARKOBA

DAN TIDAK MENJALANKAN KEWAJIBAN DALAM RUMAH TANGGA

DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN PERUNDANG-UNDANGAN

DI INDONESIA

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Salatiga Nomor:

/Pdt.G/

/PA.Sal)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

ANISAH

NIM :

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PERCERAIAN DENGAN ALASAN SUAMI PECANDU NARKOBA

DAN TIDAK MENJALANKAN KEWAJIBAN DALAM RUMAH TANGGA

DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN PERUNDANG-UNDANGAN

DI INDONESIA

(Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Salatiga Nomor:

/Pdt.G/

/PA.Sal)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

Oleh:

Anisah

NIM

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

(4)

iv

NOTA PEMBIMBING

Lamp : (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Anisah

NIM : - -

Jurusan : Syari’ah

Program Studi : Ahwal Al-Syakhsiyyah

Judul : Perceraian Dengan Alasan Suami

Pecandu Narkoba Dan Tidak Menjalankan Kewajiban Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Fikih Dan Perundang-Undangan di Indonesia (Studi Putusan Pengadilan Agama

Salatiga Nomor:

/Pdt.G/ /PA.Sal)

dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.

(5)

v

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

Jl. NakulaSadewa V No. Telp.( ) Fax Salatiga

Website :www.iainsalatiga.ac.id. E-mail:administrasi@stainsalatiga.ac.id.

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

PERCERAIAN DENGAN ALASAN SUAMI PECANDU

NARKOBA DAN TIDAK MENJALANKAN KEWAJIBAN

DALAM RUMAH TANGGA DALAM PERSEPKTIF FIKIH

DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

(STUDI PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SALATIGA NOMOR:

/Pdt.G/ /PA.Sal)

Oleh:

ANISAH

NIM:

Telah dipertahankan di depan sidang Munaqosyah Skripsi Fakultas Syari’ah,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari selasa tanggal

Desember dan telah dinyataka nmemenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam.

Dewan Sidang Munaqasah

Dra. Siti Zumrotun, M. Ag.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Anisah

NIM : - -

Jurusan : Ahwal Al Syaksiyyah

Program Studi : Syari’ah

Judul : PERCERAIAN DENGAN ALASAN SUAMI

PECANDU NARKOBA DAN TIDAK

MENJALANKAN KEWAJIBAN DALAM

RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF

FIKIH DAN PERUNDANG-UNDANGAN DI

INDONESIA (Studi Putusan Pengadilan Agama

Salatiga Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal)

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya

sendiri, bukan jiplaan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik

ilmiah.

Salatiga, Desember

Yang menyatakan

Anisah

(7)

vii

MOTTO

Berangkatlah, baik kamu merasa ringan atau berat dan berjihadlah

dengan harta dan jiwamu... (At-Taubah:

).

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Atas nama cinta dan kasih dari dalam jiwa, skripsi ini penulis persembahkan untuk,

 Bapak,ibu beserta kakak ku tercinta (Rodin, Sumyati Lutfiah, Indro,

Fauzi, dan Zainah serta keponakanku Azka) yang tak henti-hentinya

memberikan dukungan dan semangat sepanjang masa buat saya.

 Semua teman seperjuangan di Ahwal AL Syakhsiyyah yang

mendampingi dalam pembuatan skripsi ini, juga selalu memotivasi,

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puji bagi Allah SWT senantiasa peneliti panjatkan kehadiran-Nya,

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti telah dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, sang penerang dari jaman kegelapan yang senantiasa peneliti

usahakan untuk bisa meneladani segala uswah hasanahnya, semoga peneliti

termasuk umatnya yang mendapatkan syafaatnya dihari kiamat. Amin.

Atas terselesainya skripsi ini, peneliti menghaturkan terima kasih yang tiada

akhir, kepada:

.Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah.

. Bapak Sukron Ma’mun, S.Hi.,M.Si. selaku ketua Jurusan Ahwal Al

Syakhsiyyah.

.Bapak Drs. Machfudz, M.Ag. Selaku pembimbing peneliti skripsi ini dan

semoga bimbingan dan perhatianya mendapatkan balasan kemudian hari .

. Seluruh Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga.

. Bapak Drs. Moch Rusdi selaku Hakim Pembimbing peneliti ini dan

(10)

x

. Seluruh Hakim dan Karyawan di lingkungan Pengadilan Agama Salatiga

yang senantiasa telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

. Ayah danIbukutercintaterimakasihatasdoadanpengorbananselamaini.

. Kepada segenap teman-temanku jurusan Ahwal Al Syakhsiyyah angkatan

, semoga kebersamaan ini akan terus dapat terjalin dengan baik.

.Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu terima kasih

atas kerja sama dan perhatiannya.

Teriring do’a dan harapan semoga amal baik semua pihak tersebut di atas

akan mendapat balasan dari Allah swt.

Wassalamu’alaikumwr.wb

Salatiga, Desember

Peneliti

(11)

xi

ABSTRAK

Anisah. . Perceraian Dengan Alasan Suami Pecandu Narkoba Dan Tidak

Menjalankan Kewajiban Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Fikih dan Perundang-Undangan di Indonesia (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga

Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal).Skripsi Fakultas Syari’ah. Jurusan Ahwal Al

Syakhsiyyah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Machfudz, M.Ag.

Kata Kunci: Perceraian, Narkoba, dan Kewajiban Dalam Rumah Tangga.

Perkawinan adalah sunatullah dan sakral serta agung, untuk itu diaturlah hak dan kewajiban dalam rumah tangga, sehingga dapat terciptanya rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah. Namun, terkadang suami atau isteri melalaikan kewajibanya sehingga menimbulkan perselisihan dan pertengkaran yang tidak bisa dirukunkan kembali dan mengakibatkan perceraian. Seperti dalam

pengajuan perkara Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal yang menjelaskan bahwa

telah terjadinya pengajuan cerai gugat dengan sebab suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga yang menimbulkan perselisihan dan pertengkaran yang tidak bisa dirukunkan lagi. Permasalahan yang

dikaji dalam penelitian ini, yaitu: . Bagaimana Proses Pengajuan dan

Penyelesaian Perceraian Putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal?. . Apa Dasar

Hukum dan Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perkara Putusan Nomor:

/Pdt.G/ /PA.Sal ?. . Bagaimana Tinjauan Fikih dan

Perundang-Undangan di Indonesia Terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim Dalam

Memutuskan Perkara Putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal?.

Jenis penelitian ini studi putusan Pengadilan Agama yang didukung dengan penelitian lapangan dengan sifat penelitian kualitatif-analisis dengan pendekatan normatif-yuridis yang didukung dengan wawancara, observasi dan dokumentasi yang kemudian dapat digunakan untuk menganalisa proses pengajuan dan penyelesaian perkara perceraian, apa dasar hukum dan pertimbangan Hakim yang

digunakan untuk menyelesaikan perkara putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal

dan bagaimana tinjauan fikih dan Perundang-Undangan di Indonesia dalam

menganalisis putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal.

Hasil penelitian ini adalah bahwa, . Proses pengajuan dan penyelesaian

perkara Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal diputuskan secara verstek dan dijatuhi

talak ba’in sughro. . Dasar hukum dan pertimbangan yang digunakan Majlis

Hakim adalah PP No. pasal huruf (f) Tahun dan pasal huruf (f)

KHI. . Dalam tinjauan hukum fikih pertimbangan Majlis Hakim dikenal dengan

shiqaqatau antara suami isteri terjadi perselisihan dan pertengkaran yang tidak bisa dirukunkan lagi, sedangkan menurut Perundang-Undangan di Indonesia

dengan PP No. pasal huruf (f) Tahun dan pasal KHI, sehingga

(12)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ...

A. LATAR BELAKANG MASALAH ...

B. RUMUSAN MASALAH ...

C. TUJUAN PENELITIAN ...

D. KEGUNAAN PENELITIAN ...

E. PENEGASAN ISTILAH ...

F. TELAAH PUSTAKA ...

G. METODE PENELITIAN ...

. Jenis Penelitian ...

(13)

xiii

MENJALANKAN KEWAJIBAN DALAM RUMAH TANGGA .

A. PERCERAIAN ...

a. Perceraian Menurut Undang-Undang Perkawinan ...

) Pengertian Perceraian ...

) Dasar Hukum Perceraian ...

) Bentuk-Bentuk Perceraian ...

) Alasan-Alasan Perceraian ...

b. Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam ...

(14)

xiv

c. Dampak Pengaruh Narkoba ...

C. KEWAJIBAN SUAMI DALAM RUMAH TANGGA ...

. Kewajiban Suami Dalam Rumah Tangga Menurut Fikih ...

a. Pengertian Kewajiban Suami Dalam Rumah Tangga .

b. Bentuk-Bentuk Kewajiban Suami Dalam Rumah Tangga.

) Kewajiban Suami Dalam Bentuk Kebendaan ...

) Kewajiban Suami Balam Bentuk Bukan Kebendaan

. Kewajiban Suami Dalam Rumah Tangga Menurut

Perundang-Undang diIndonesia... ...

a. Kewajiban Suami Dalam Rumah Tangga Menurut

Undang-Undang Perkawinan... ...

b. Kewajiban Suami Dalam Rumah Tangga Menurut

Kompilasi Hukum Islam... ...

BAB III DASAR HUKUM DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

PERKARA PERCERAIAN PUTUSAN NOMOR:

/Pdt.G/ /PA.Sal ...

A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Salatiga ...

. Profil Pengadilan Agama Salatiga ...

a. Sejarah Pengadilan Agama Salatiga ...

b. Batas Kewenangan Pengadilan Agama Salatiga ...

. Visi Dan Misi Pengadilan Agama Salatiga ...

. Struktur Dan Organisasi Pengadilan Agama Salatiga ...

. Administrasi Berperkara di Pengadilan Agama Salatiga ...

B. Diskripsi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Dalam Perkara

Perceraian Putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal ...

C. Proses Pengajuan Dan Penyelesaian Perkara Perceraian Putusan

Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal ...

D. Dasar Hukum Dan Pertimbangan Hakim Dalam Perkara Perceraian

(15)

xv

BAB IV DASAR HUKUM DAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

MEMUTUSKAN PERKARA PERCERAIAN DENGAN PUTUSAN

NOMOR: /Pdt.G/ /PA.Sal DALAM PERSPEKTIF FIKIH

DAN UNDANG-UNDANG DI INDONESIA... ..

A. Dasar Hukum Dan Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan

Perkara Perceraian Putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal

Dalam Fikih ...

B. Dasar Hukum Dan Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan

Perkara Perceraian Putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal

Dalam Undang-Undang Di Indonesia ... ..

. Dasar Hukum Dan pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan

Perkara Perceraian Menurut Undang-Undang Perkawinan

. Dasar Hukum Dan Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan

Perkara Perceraian Menurut Kompilasi Hukum Islam ... ..

BAB V PENUTUP ...

A. KESIMPULAN ...

B. SARAN-SARAN ...

DAFTAR PUSTAKA ...

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkawinan adalah sunatullah yang merupakan salah satu perintah

Allah kepada yang mampu untuk segara melaksanakanya, sebab dengan

adanya perkawinan akan menghindarkan dari perbuatan zina (H.

Zainuddin Ali, : ). Selain itu, perkaiwinan bertujuan untuk

mendapatkan ketenangan dan ketentraman, memenuhi kebutuhan

biologis,dan berlatih bertanggung jawab. Hal ini sejalan dengan Firman

Allah Swt bahwa tujuan pernikahan adalah untuk mendapatkan kehidupan

rumah tangga yang tenang dan tentram, berikut Firman Allah swt,

Artinya : Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia

menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari

jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran

Allah) bagi kaum yan berfikir.(QS. ar-Rum ayat ).

Dalam pasal Undang-Undang Nomor Tahun Tentang

Perkawinan telah menyebutkan bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin

antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

(17)

dalam pasal Kompilasi Hukum Islam juga menyebutkan tujuan

pernikahan bahwa “Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan

rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah”. Sehingga Allah Swt

memberikan aturan berupa hak dan kewajiban dalam rumah tangga.

Tujuan pernikahan dapat tercapai dengan baik, apabila suami dan

isteri mau menjalankan kewajibannya dan memperhatikan tanggung

jawabnya, sehingga terwujudlah rumah tangga yang tenang dan tentram,

sehingga dapat tercapai atau sempurnanya kebahagian dalam rumah

tangga. Kewajiban suami merupakan hak isteri dan sebaliknya, kewajiban

isteri merupakan hak isteri (Amir Syarifuddin, : ).

Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga

yang kedudukanya seimbang baik dalam rumah tangga maupun dalam

pergaulan di masyarakat. Kewajiban suami sebagaimana yang diatur

dalam Undang-Undang Nomor Tahun pasal ayat ( ) dan pasal

Kompilasi Hukum Islam, bahwa suami berkewajiban memberikan

bimbingan, melindungi, dan dengan kemampuanya berkewajiban untuk

memberikan nafkah, pakaian dan tempat tinggal serta memenuhi segala

keperluan keluarganya. Sedangkan kewajiban isteri dalam rumah tangga

sebagaimana dalam pasal ayat ( ) Undang-Undang Nomor Tahun

dan pasal Kompilasi Hukum Islam bahwa isteri harus mentaati

semua perintah suami dan mengatur segala urusan rumah tangga.

Kewajiban suami akan gugur apabila isteri mendurhakainya (Sayyid

(18)

mereka dengan cara yang yang patut.... (QS. al-Baqarah

ayat ).

Rumah tangga ideal merupakan dambaan setiap pasangan setiap

suami isteri. Rumah tangga ideal adalah keluarga yang mampu mengatasi

persoalan dalam rumah tangga dengan baik dan bijak, sebab semua rumah

tangga akan mengalami suatu permasalahan yang dapat bermunculan dari

pihak keluarga maupun pihak luar. Sehingga rumah tangga yang

mendapatkan persoalan tidak akan dengan mudah untuk melakukan

perceraian, sebab perceraian dalam hukum Islam merupakan perbuatan

yang halal namun terlarang dan Indonesia mempersempit adanya

perceraian.

Perceraian hanya diperbolehkan sebagai pintu darurat saja, dimana

perkawinan yang apabila tetap dipertahankan yang dikhawatirkan akan

menimbulkan kemadharatan ketimbang kemaslahatanya. Perceraian tidak

hanya berada di hak suami, namun isteri juga berhak untuk bernisiatif

dalam mengajukan perceraian kepada Pengadilan Agama yang disebut

dengan cerai gugat atau khulu’(Abd. Rahman Ghazaly, : ).

Perkawinan dapat diputuskan dengan mengajukan gugatan yang

disertai dengan alasan perceraian yang kuat kepada Pengadilan. Dalam

pasal ayat ( ) menyebutkan bahwa “Untuk melakukan perceraian harus

ada cukup alasan, bahwa suami isteri itu tidak akan hidup rukun sebagai

(19)

Nomor Tahun Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

Tahun Tentang Perkawinan yang mengatur tentang ketentuan

terhadap alasan yang dapat dijadikan sebagai alasan perceraian. Adapun

alasan yang dapat dijadikan sebagai alasan putusnya perkawinan adalah:

) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,

penjudi, dan sebagainya yang sukar disembuhkan;

) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau hal lain diluar kemampuannya;

) Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara lima tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat

yang membahayakan pihak lain;

) Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan

akibat tidak dapat menjalankan kewajibanya sebagai suami/isteri;

) Antara suami isteri terus menerus terjadi perselihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;

Alasan yang dapat dijadikan sebagai alasan putusnya perkawinan

serupa yang diatur dalam pasal Kompilasi Hukum Islam yang

menambahkan dua poin alasan putusnya perkawinan, antara lain adalah

sebagai berikut ini:

) Suami melanggar taklik talak;

) Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak

rukunan dalam rumah tangga.

Salah satu persoalan yang muncul dalam rumah tangga

adalahapabila suami sebagai kepala keluarga yang melalaikan tanggung

jawabnya yakni dengan kemampuannya tidakmemenuhi segala keperluan

dalam rumah tangga bahkan juga sebagai menjadi pecandu narkoba. Telah

(20)

pikiran penggunanya dan narkoba atau obat-obatan terlarangan merupakan

induk dari segala bentuk kejahatan yang dapat mematikan.

Dalam perkara Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal ini merupakan

perkara cerai gugat yang dalam petitumnya untuk mengabulkan gugatan

cerai yang diajukan oleh isteri atau Penggugat kepada Hakim Pengadilan

Agama Salatiga. Dimana dalam positanya, diantara Penggugat dan

Tergugat telah melangsugkan pernikahan di Kantor Urusan Agama

Kecamatan Sidomukti dan telah berhubungan dengan baik dan telah

memiliki satu orang anak laki-laki. Namun pada tahun ,pernikahan

diantara Penggugat dan Tergugat sering mengalami perselisihan dan

pertengkaran yang tidak bisa dirukunkan lagi yang pada puncaknya pada

tahun dengan Tergugat pergi meninggalkan tempat kediaman

bersama. Dan pada tahun , Penggugat mengajukan cerai gugat kepada

Hakim Pengadilan Agama Salatiga dengan alasan utama cerainya adalah

suami pecandu narkoba dan tidak memberikan nafkah sehingga tidak dapat

menjalankan kewajibannya sebagai suami yang kemudian menimbulkan

perselisihan dan pertengkaran yang tidak dapat dirukunkan kembali

sebagai suami dan isteri.

Dalam prosesi hari persidangan, Penggugat hadir dengan kuasanya

dan Tergugat tidak pernah hadir dengan alasan yang sah dan tidak pula

mengirim wakil sebagai kuasanya padahal telah dipanggil secara resmi dan

patut, sehingga prosesi persidangan tetap dilanjutkan tanpa hadirnya

(21)

/Pdt.G/ /PA.Sal diputuskan dengan putusan verstek. Untuk itu,

dalam petitum gugatan, Penggugat memohon kepada Majlis Hakim

Pengadilan Agama Salatiga, agar:

. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

. Menetapkan jatuh talak satu ba’in sughro Tergugat (Tergugat) kepada

Penggugat (Penggugat).

. Membebankan biaya yang ditimbulkan dalam perkara ini kepada

Penggugat.

. Atau, menjatuhkan putusan lain yang seadil-adilnya.

Begitu banyaknya pengajuan perceraian yang masuk di Pengadilan

Agama Salatiga, Namun peneliti begitu tertarik dengan persoalan perkara

Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal dengan kasus perceraian suami pecandu

narkoba dan tidak memberikan nafkah yang berdampak kepada

perselisihan dan pertengkaran yang tidak dapat dirukunkan

kembali.Karena alasan perceraian yang diajukan oleh Penggugat tidak

tercamtum dalam alasan yang dapat dijadikan sebagai alasan perceraian

dan Majlis Hakim memetuskan bahwa alasan perceraian yang diajukan

Penggugat telah cukup beralasan untuk dijadikan sebagai alasan

perceraian.

Berdasarkan fenomena diatas menarik peneliti untuk melakukan

penelitian terkait latar belakang masalah diatas dan mengangkat kedalam

sebuah karya ilmiah yang diskripsikan. Untuk menghindari judul yang

(22)

penelitian “PERCERAIAN DENGAN ALASAN SUAMI PECANDU

NARKOBA DAN TIDAK MENJALANKAN KEWAJIBAN DALAM

RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN

PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA (Studi Putusan Pengadilan

Agama Salatiga Nomor /Pdt.G/ /PA.Sal)”.

B. RUMUSAN MASALAH

Bertolak kepada uraian-uraian masalah diatas, maka masalah yang

menjadi fokus penelitian ini dengan memberikan tiga rumusan masalah,

sebagai berikut ini:

. Bagaimana Proses pengajuan dan penyelesaian perkara perceraian di

Pengadilan Agama Salatiga dengan alasan Suami pecandu narkoba dan

tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga putusan

Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal?.

. Apa dasar hukum dan pertimbangan Hakim dalam memutuskan

perkara perceraian dengan alasan suami pecandu narkoba dan tidak

menjalankan kewajiban dalam rumah tangga di Pengadilan Agama

Salatiga putusanNomor: /Pdt.G/ /PA.Sal?

. Bagaimana tinjauan Fikih dan Perundang-Undangan di Indonesia

terhadap dasar hukum dan pertimbangan Hakim dalam

memutuskanperkara perceraian dengan alasan suami menjadi pecandu

narkoba dan tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga di

(23)

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan suatu pernyataan sasaran dalam

penelitian. Tujuan-tujuan penelitian hasil dari rumusan masalah yang akan

dicapai adalah, sebagai berikut:

. Untuk mengetahui gambaran mengenai proses pengajuan dan

penyelesaian perkara perceraian di Pengadilan Agama Salatiga dengan

alasan suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan kewajiban dalam

rumah tangga putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal?

. Untuk mengetahui apa dasar hukum dan pertimbangan Hakim dalam

memutuskanperkara perceraian dengan alasan suami menjadi pecandu

narkoba dan tidak memberikan nafkah di Pengadilan Agama Salatiga

dengan putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal.

. Untuk mengetahui bagaimana tinjuan fikih dan Perundang-Undangan

di Indonesia terhadap dasar hukum dan pertimbangan Hakim di dalam

memutuskan perkara perceraian dengan alasan suami menjadi pecandu

narkoba dan tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga di

Pengadilan Agama Salatiga dengan perkara Nomor:

/Pdt.G/ /PA.Sal.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Kegunaan atau manfaat penelitian dalam penelitian ini yaitu

adalah secara teoritis dan secara praktis sebagai berikut ini:

(24)

Kegunaan teoritis tersebut diharapkan dapat menambahkan

wawasan terhahadap Mahasiswa Hukum dan Pakar Hukum dalam

mendalami perkara perceraian, khususnya dalam perkara cerai gugat

yang beralaskan alasan suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan

kewajiban dalam rumah tangga.

. Kegunaan Praktis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambahkan

kontribusi dan dapat berguna dalam penerapan suatu ilmu

pengetahuan.

E. PENEGASAN ISTILAH

Untuk mempermudah proses pemahaman dan kejelasan judul

diatas untuk itu peneliti perlu dalam memberikan penegasan dan batasan

terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian ini, antara lain sebagai

berikut:

. Perceraian

Kata perceraian berasal dari kata cerai artinya pisah; putus

hubungan sebagai suami isteri; talak (Tim Redaksi, : ). Dalam

hukum Islam talak adalah melepaskan ikatan tali perkawinan (Sayyid

Sabiq, : ).

. Suami

Suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang

(25)

. Pecandu Narkoba

Pecandu adalah pemadat; pengisap candu (Tim Redaksi, :

). Sedangkan narkoba obat yang dapat menenagkan saraf,

menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau

merangsang (Tim Redaksi, : ). Sehingga, pecandu narkoba

adalah orang yang mengisap candu yang bertujuan untuk menenagkan

saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau

merangsang yang kelamaan akan membuat rasa ketergantungan.

. Tidak Menjalankan Kewajiban Dalam Rumah Tangga

Kewajiban berasal dari kata wajib, wajib adalah harus dilakukan

sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib; sesuatu yang harus

dilaksanakan (Tim Redaksi, : ). Rumah Tangga adalah yang

berkenaan dengan urusan kehidupan dalam rumah (hal belanja rumah);

berkenaan dengan keluarga (Tim Redaksi, : ).

Maksud dari tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga

adalah suami yang telah meninggalkan apa yang telah menjadi

kewajibannya sebagai kepala keluarga dengan tidak memberikan

nafkah lahir dan batin sehingga tidak terwujudnya keluraga yang

harmonis.

. Perspektif

Perspektif adalah sudut pandang ataupandangan (Tim

Redaksi, : ). Adapun perspektif yang digunakan dalam

(26)

di Indonesia yaitu Undang-Undang Perkawinan atau Undang-Undang

Nomor Tahun Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum

Islam.

. Fikih

Fikih adalah ilmu tentang Hukum Islam (Tim Redaksi, :

). Fikih secara etimologi bermakna mengetahui dan memahaminya

dengan baik, sedangkan secara terminologisnya adalah mengetahui

hukum-hukum syara’ yang sifatnya amaliyah yang dikaji dari dalil

-dalil yang terperinci (Mardani, : ).

. Perundang-Undangan di Indonesia

Perundang-Undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk

oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara

umum yang dibuat untuk dipatuhi oleh seluruh warga negara dalam

lingkung nasional dan berlaku untuk seluruh warga Indonesia (Online),

(http://materisoalppkn.blogspot.com/

/pengertian-perundang-undangan.html, diakses pada tanggal Desember ).

Perundang-Perundangan di Indonesia yang dipakai dalam

penelitian ini adalah Undang Perkawinan atau

Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam.

F. TELAAN PUSTAKA

Dari hasil penulusuran yang dilakukan peneliti, ternayata cukup

(27)

dalam rumah tangga dan peneliti tiga buah karya ilmiah yang dibentukan

dalam skirpsi oleh peneliti-peneliti lain, antara lain adalah sebagai berikut:

Pertama, skripsi yang diteliti oleh Elia Indriyani NIM

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang berjudul

“Cerai Talak Akibat Isteri Tidak Menjalankan Kewajibannya Dalam

Rumah Tangga (Studi Putusan Pengadilan Nomor

/Pdt.G/ PA.Sal)”. Pembahasan pokok penelitian ini terdapat tiga

rumusan masalah, antara lain: ) Bagaimana konsep kewajiban isteri

dalam rumah tangga menurut hukum Islam dan Kompilasi Hukum Islam.

) Bagaimana Putusan Hakim terhadap cerai talak akibat isteri tidak

menjalankan kewajiban dalam rumah tangga di Pengadilan Agama

Salatiga. ) Bagaimana pertimbangan Hakim dalam putusan cerai

talakakibat isteri tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga.

Dalam penelitian menemukan hasil penelitian, antara lain: ) Kewajiban

isteri menurut hukum Islam adalah taat kepada suami sehingga akan

tercapai kebahagian dan kedamaian dalam rumah tangga yakni kewajiban

dalam memberikan pelayanan dan berbuat baik terhadap suami dan tidak

boleh melawan atau menyakiti hati suami, taat yang dimaksud adalah tidak

kepada yang maksiat, namun apabila isteri telah berbuat nuzyuz maka

langkah yang harus dilakukan oleh suami adalah diberi pelajaran yang

benar dan mengundang hakam dari kedua belah pihak. Kewajiban isteri

menurut Kompilasi Hukum Islam adalah berbakti lahir batin kepada suami

(28)

permohonan Pemohon dan menetapkan memberi izin kepada Pemohon

untuk menjatuhkan talak atas Termohon dihadapan sidang Pengadilan

Agama Salatiga. ) Pertimbangan Hakim dalam memutuskan perkara cerai

talak berdasarkan pembuktian dan tuntutan tersebut dikabulkan karena

dalil-dalil permohonan Pemohon telah terbukti kebenaranya.

Kedua, skripsi yang diteliti oleh Wiwien Tri Haryono NIM

yang berjudul “Khulu’ Sebagai Penyebab Putusnya Perkawinan

(Studi Kasus di Pengadilan Agama Salatiga - )”. Pembahasan

pokok dalam penelitian ini terdapat empat rumusan masalah, antara lain:

) Bagaimana Tinjuan teoritis tentang khulu’ menurut hukum Islam. )

Bagaimana tinjuan praktis tentang khulu’ di Pengadilan Salatiga. )

Bagaimana pertimbangan Hakim dalam memutuskan permashalahan

khulu’ sebagai penyebab putusnya perkawinan di Pengadilan Agama

Salatiga. ) Bagaimana akibat hukum dari permasalahan tentang khulu’

yang terjadi di Pengadilan Agama Salatiga.Dalam penelitian ini

menemukan hasil penelitian, antara lain: ) Secara teoritis khulu’ (thalaq

tebus) adalag talak yang diucapkan oleh suami dengan pembayaran dari

pihak isteri kepada suami. Haram bagi seorang wanita untuk menuntut

cerai dari suaminya tanpa sebab atau alasan syar’i. Suami tidak boleh

mengambil lebih dari harta yang pernah diberikan kepada isterinya saat

khulu’. ) Secara praktis khulu’ diperbolehkan kalau seseorang isteri

membenci suaminya dan tidak bisa menjalankan kewajiban-kewajiban

(29)

yang terjadi pada saat sidang berlangsung dan dalam pendaftaran tidak ada

kata khulu’, mungkin sebab ketidakpahaman Penggugat tentang khulu’. )

Menurut tinjauan Pengadilan Agama Salatiga didalam menyelesaikan cerai

gugat (khulu’) berpedoman kepada Undang-Undang Perkawinan dan KHI

serta ilmu-ilmu tentang khulu’ (fiqih). ) Perceraian dengan jalan khulu’

menimbulkan akibat, yaitu: Perkawinan putus dengan talak khul’i,

berkurangnya jumlah talak dan tidak dapat dirujuk (Pasal KHI), isteri

menjalani iddah talak biasa (pasal KHI), bekas suami bebas dari

kewajiban untuk membayar nafkah iddah terhadap isteri (pasal KHI).

Ketiga, skripsi yang diteliti oleh Aang Setiawan NIM

yang berjudul “Ketidakmampuan Suami Memberi Nafkah Dalam Kasus

Perceraian (Studi Analisis Terhadap Keputusan Pengadilan Agama

Salatiga Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal). Pembahasan pokok dalam

penelitian ini terdapat tiga rumusan masalah, antara lain: ) Bagaiamana

alasan Ketidakmampuan suami memberi nafkah kepada isteri dalam kasus

perceraian. ) Apa dasar diputuskanya gugat cerai Ketidakmampuan suami

memberi nafkah isteri. ) Bagaimana pandangan Kompilasi Hukum Islam

tentang gugatan cerai karena ketidakmampuan suami memberi nafkah

kepada isteri.Dalam penelitian menemukan hasil penelitian, antara lain: )

Tergugat tidak pernah memberikan nafkah kepada Penggugat, karena a)

Tergugat tidak bekerja dan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga

masih ditanggung sepenuhnya oleh orang tua Penggugat,b) Tergugat telah

(30)

empat tahun lamanya tidak pernah pulang dan tidak pernah mengirimkan

kabar dan nafkah kepada Penggugat dan seorang anaknya, c) berdasarkan

fakta-fakta hukum diatas dapat dinyatakan Tergugat telah melalaikan

kewajibannya yaitu tidak memperdulikan dan tidak memberikan nafkah

kepada Penggugat selama tahun bulan. ) Bahwa berdasarkan

pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Salatiga dalam memutuskan

perkaranya adalag disesuaikan dengan Nomor: Hakim memberikan

putusan menerima gugatan Penggugat dan memutuskan perceraian

berdasarkan keterangan saksi dan taklik talak dengan alasan telah

memenuhi pasal PP No. . C) Berdasarkan KHI Pasal huruf (f)

dan (g) KHI bahwa Tergugat telah melanggar taklik talak yang telah

diucapkan oleh Tergugat pada awal pernikahan.

Berbagai skripsi-skripsi diatas mempunyai beberapa perbedaan

dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Yaitu penelitian yang

diteliti peneliti ini lebih terfokus kepada perceraian dengan alasan suami

pecandu narkoba dan tidak menjalankan tanggung jawabnya dalam perkara

putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal yang kemudian ditinjau dari segi

hukum Islam dan juga mengkaji tentang dasar hukum serta bagaimana

pertimbangan Hakim dalam memutuskan perkara tersebut, padahal alasan

percerain tidak tertuang dalam alasan perceraian yang diatur dalam hukum

positif. Sedangkan penelitian lain hanyalah mengkaji bagaimana putusan

Hakim dapat memutuskan perceraian dengan alasan tersebut dan

(31)

G. METODE PENELITIAN

. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh data yang lengkap penelitian ini, penulis

menggunakan penelitian pustaka (Library Research), yaitu penelitian

yang dilakukan di Pengadilan Agama Salatiga yang didukung dengan

penelitian lapangan (field research) untuk mendapatkan data yang

diperlukan (Saifuddin Azwar, : ).

Untuk itu, selain peneliti menggunakan buku-buku dan

dokumen-dokumen yang mempunyai kaitan dengan penelitian serta

salinan putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal, peneliti juga

melakukan penelitian lapangan (field research) yakni dengan terjun

langsung ke Pengadilan Agama Salatiga guna melakukan wawancara

dan pengamatan baik langsung atau tidak langsung, sehingga dapat

menunjang kelengkapan data dalam penelitian peneliti ini.

Sifat penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

analisis yakni sebagai alat analisis dengan melakukan penyelidikan,

penemuan sehingga dapat menggambarkan atau menjelaskan

perceraian dengan sebab suami pecandu narkoba dan tidak

menjalankan kewajiban dalam rumah tangga dalam putusan Nomor:

/Pdt.G/ /PA.Sal ini.

. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian dalam peneliti ini adalah dengan

(32)

a. Pendekatan Normatif

Pendekatan Normatif adalah pendekatan yang menuju dan

mengarah kepada persoalan dengan ditetapkanya sesuatu yang

berdasarkan pada hukum Islam, yakni berdasarkan kepada

teks-teks al-Qur’an dan fiqih (Saifuddin Azwar, : ) yakni dengan

menganalisa hasil putusan Pengadilan Agama Salatiga Nomor:

/Pdt.G/ /PA.Sal apakah dasar hukum dan Pertimbangan

Hakim sudah sesuai atau tidak dengan hukum Islam yakni hukum

fikih.

b. Pendekatan Yuridis

Pendekatan Yuridis adalah pendekatan yang dilakukan

dengan Perundang-Undangan yang ada dan disesuaikan dengan

Peraturan yang berlaku di Indonesia(Saifuddin Azwar, : ).

Dalam pendekatan ini dimana lebih mendekati kepada masalah

yang belum diatur dalam Undang-Undang seperti dalam perkara

perceraian dalam suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan

kewajiban dalam rumah tangga yang dijadikan sebagai alasan

utama perceraian, sehingga dapat diketahui apakah dasar hukum

dan pertimbangan Hakim dalam memutuskan perkara perceraian

dengan alasan suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan

kewajiban dalam rumah tangga telah sesuai atau tidak bertentangan

(33)

Perkawinan atau Undang-Undang Nomor Tahun Tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti yang bertindak sebagai pengumpul

data, sehingga data menjadi akurat dan terpercaya. Alat-alat yang dapat

diajadikan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah alat

tulis, alat perekam, serta dokumen-dokumen seperti, salinan putusan

Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal yang dapat dijadikan sebagai

penunjang dalam penelitian.

. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada penelitian ini dilakukan di Pengadilan

Agama Salatiga yang beralamatkan di Jalan Lingkar Selatan, RT

RW , Kelurahan Cebongan, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga,

Jawa Tengah. Alasan peneliti memlih lokasi di Pengadilan Agama

Salatiga adalah karena kasus perceraian karena suami pecandu narkoba

dan tidak menjalankan kewajibannya dalam rumah tangga dalam

putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal ini telah diputus oleh Hakim

Pengadilan Agama Salatiga.

. Sumber Data

Sumber data merupakan faktor terpenting dalam pengumpulan

data. Ada dua sumber data yang digunakan peneliti, antara lain berikut

ini:

(34)

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

sumber tambahan yang mencakup seperti: dokumen-dokumen

resmi, buku-buku hasil penelitian yang berwujud kedalam laporan

(Soerjono Soekamto, : ).

b. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan adalah data yang diperoleh

dari sumber-sumber data secara langsung dari sumbernya yaitu

melalui wawancara maupun observasi baik observasi langsung

mapun tidak langsung (Sutrisno Hadi, : ).

. Metode Pengumpulan Data

a. Interview (wawancara)

Interview (wawancara) adalah suatu dialog atau percakapan

antara pewawancara (orang yang mengajukan pertanyaan) dan

terwawancara (orang yang memberi jawaban pewawancara) yang

mengarah kepada pembicaraan atau persoalan yang berkaitan

dengan suatu permasalahan tertentu (Moeleong, : ).

Cara memperoleh data dalam metode ini adalah dengan

cara melakukan tanya jawabatau wawancara kepada pihak

Pengadilan Agama yaitu, dengan Hakim, Panitera, dan Petugas pra

meja. Wawancara atau tanya jawab tersebut terikaitdengan perkara

perceraian yang beralaskan suami pecandu narkoba dan tidak

menjalankan kewajiban dalam rumah tangga dengan perkara

(35)

b. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan mengenai obyek penelitian secara

langsung maupun tidak secara langsung (Burhan Ashshofa: :

).

Cara melakukan pengamatan penelitian ini dilakukan secara

langsung maupun tidak langsung yang dilakukan di lokasi

Pengadilan Agama Salatiga.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data yang mencakup surat-surat resmi,

buku, hasil penelitian yang terbentuk laporan dan juga sejenisnya

(Moelong, : ). Dalam penelitian ini, dokumen terkait

dengan penelitian ini adalah salinan putusan Pengadilan Agama

Salatiga Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal.

d. Studi Pustaka

Studi Pustaka yaitu studi pustaka yang peneliti digunakan

untuk mencari dari data dari bahan-bahan tertulis, khususunya

berupa teori-teori (Tatang M. Amirin, : ).

. Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan pola

pikir induktif – deduktif, antara lain adalah:

a. Induktif, yaitu metode analisis data terkait dengan hal-hal yang

(36)

(Sutrisno Hadi, : ). Dengan begitu dapat teruraikan terlebih

dahulu persoalan perceraian dengan alasan suami pecandu narkoba

dan tidak menjalankan kewajiban dalam rumah tangga yang

kemudian dianalisis dan diintrepretasikan secara obyektif, sehingga

dapat ditemukan kesimpulan mengenai dasar hukum dan

pertimbangan Hakim tentang pecandu narkoba dan tidak

menjalankan kewajiban dalam rumah tangga yang dijadikan

sebagai sebab alasan perceraian.

b. Deduktif, yaitu metode analisis data dari hal-hal yang bersifatnya

itu umum kepada yang hal-hal khusus (Sutrisno Hadi, : ).

Sehingga, dengan metode ini, dapat dianalisiskan perceraian akibat

suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan kewajiban dalam

rumah tangga dengan tujuan yuridis normatifnya.

. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam pengecekan keabsahan data peneliti menggunakan teknik

triangulasi. Trinagulasi adalah suatu teknik pemeriksaan dalam

keabsahan data dengan cara memanfaatkan sumber yang lain diluar

data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data tersebut (Moloeng, : ). Teknik triangulasi ini dilakukan

dengan melakukan wawancara, observasi atas beberapa hal yang

dilakukan dan kejadian yang kemudian dapat diambil kesimpulanya

(37)

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Agar pokok pembahasan penelitian ini tidak keluar dari pokok

pemikiran dan kerangka yang sudah ditentukan, maka penulis

menggunakan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Dalam bab pendahuluan

meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka dan metode

penelitian serta sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan bab tinjauan umum dari perceraian, narkoba

dan kewajiban suami dalam rumah tangga dalam hukum fikih dan

Perundang-Undangan di Indonesia.

Bab ketiga adalah hasil penelitian dari putusan Nomor:

/Pdt.G/ /PA.Sal yang memuat gambaran umum Pengadilan

Agama Salatiga, diskripsi putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal,

pengajuan dan penyelesaian putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal,

dan dasar hukum dan pertimbangan Hakim dalam putusan Nomor:

/Pdt.G/ /PA.Sal.

Bab keempat merupakan hasil analisa dalam penelitian dari

tinjauan Fikih dan Perundang-Undangan di Indonesia terhadap perceraian

dengan alasan suami pecandu narkoba dan tidak menjalankan kewajiban

dalam rumah tangga putusan Nomor: /Pdt.G/ /PA.Sal.

Bab kelima merupakan penutup dalam penelitian ini yang

(38)

BAB II

TINJAUAN UMUM PERCERAIAN, NARKOBA DAN KEWAJIBAN

SUAMI DALAM RUMAH TANGGA

A. PERCERAIAN

. Perceraian Dalam Fikih

a. Pengertian Perceraian atau talak

Kata thalaq berasal dari kata ithlaq yang berarti irsal

(melepaskan) dan tark (meninggalkan). Athlaqtu al-asira yang

artinya adalah meninggalkan ikatan tawanan atau pernikahan dan

melepaskan. Sedangkan secara terminologi syariat, thalaq adalah

melepaskan ikatan perkawinan yang bertujuan untuk mengakhiri

hubungan perkawinan (Sulaiman Al-Faifi, : ).

Dalam hukum fiqih, perceraian menurut ahli fiqih dikenal

dengan sebutan talak atau furqah. talak adalah melepaskan atau

meninggalkan, sedangkan furqah adalah bercerai lawan dari

berkumpul (Soemiyati, : ). Kemudian talak atau furqah

tersebut dijadikan oleh ahli fiqih sebagai istilah dalam putusnya

perkawinan.

Menurut hemat penulis, talak adalah suatu hakikat

pernikahan yang dipandag telah rusak dan pecah, sehingga hanya

perceraianlah merupakan jalan yang paling tepat untuk mengakhiri

(39)

tersebut tetap dijalankan hanyalah suatu perbuatan yang sangat

sia-sia dijalankan.

b. Dasar Hukum Talak

Terkait dengan kebolehan melakukan talak para ahli fiqih

berbeda pendapat, namun pendapat yang paling benar dan kuat

adalah pendapat golongan Hambali dan Hanafi. Menurut mereka

bahwa talak itu dilarang sebab talak termasuk kedalam perbuatan

yang memurkai nikmat Allah, sebab perkawinan merupakan

nikmat Allah yang tidak boleh sembarangan untuk dijalankan

(Sayyid Sabiq, : ). Darurat disini yang dimaksud adalah

apabila sudah tidak adanya rasa cinta dan kasih sayang diantara

suami dan isteri, Rasullulah bersabda:

ملسو هيلع الله ىلص الله لوسر لق

الله ىلا للاحلا ضغبا

لاالا

وبآ هاور (

)مك احلاو دواد

Artinya : Nabi Saw bersabda: Sesuatu halal yang paling dibenci

Allah adalah talak” (HR. Abu Daud dan al- Hakim).

Meskipun talak itu dilarang atau haram, namun adakalanya

hukum talak tersebut berhukum wajib, adakalanya berhukum

sunnah, adakalanya berhukum haram, dan adakalanya juga

berhukum mubah (Sayyid Sabiq, : ), sebagai berikut ini:

) Talak wajib

Talak wajib dalah talak yang dijatuhkan oleh pihak Hakam

(penengah) karena adanya perpecahan diantara suami dan isteri

(40)

menyelamatkan perkawinan yang sudah rusak atau pecah

tersebut.

) Talak haram

Talak haram dalah talak yang dijatuhkan tanpa adanya

alasan sedangkan isteri dalam keadaan haid atau suci yang

dalam masa itu telah digauli (Amir Syarifuddin, : ),

sehingga tidak dapat memberikan kemaslahatan dari perbuatan

talak tersebut.

) Talak Sunnah

Talak sunnah adalah talak yang dianjurkan untuk

dilakukan sebab tidak ada kemaslahatan apabila perkawinan

tersebut tetap dilanjutkan dan dikhawatirkan akan menimbulkan

kemdharatan apabila perkawinan tersebut tetap dijalankan.

) Talak Mubah

Talak mubah adalah talak yang diperbolehkan ketika ada

keperluan untuk melakukan perbuatan talak, seperti halnya

dengan jeleknya sikap isteri atau isteri yang tersiksa dengan

lantaran perilaku suami atau suami yang tidak mencapai tujuan

pernikahanya dengan isterinya (Abd. Rahman Ghazaly, :

).

c. Rukun dan Syarat Talak

Terwujudnya talak tergantung dari ada dan kelengkapan

(41)

fikih, yaitu adanya suami, perempuan atau isteri, sighat talak dan

qasdhu, antara lain sebagai berikut ini:

) Suami

Suami adalah orang yang memiliki hak untuk

menjatuhkan talak. Untuk itu suami disyaratkan dewasa,

berakal dan tidak adanya paksaan atau atas kemuanya sendiri.

) Perempuan atau Isteri

Perempuan atau isteri adalah perempuan yang menjadi

isteri suami dengan akad perkawinan yang sah, dimana

disyaratkan isteri itu masih dalam atau tetap berada dalam

perlindungan kekuasaan suami dan kedudukan isteri itu dengan

akad nikah yang sah.

) Sighat Talak

Sighat talak adalah ucapan tertentu yang diucapkan suami

untuk menjatuhkan talak kepada isterinya baik secara jelas

maupun sindiran serta dengan menggunakan ucapan, tulisan

maupun isyarat, dimana semuanya tersebut mengandung

jatuhnya talak untuk isterinya.

) Qasdhu

Qasdhu adalah kesengajaan suami dalam berucap atau

berkata adalah bermaksud dan berniat untuk menjatuhkan talak

dan bukan kepada maksud yang lainnya, sehingga apabila salah

(42)

Ghazaly, : - ). Seperti, suami yang berucap talak,

namun maksudnya adalah salah, maka ucapan talak tidak sah

atau tidak berlaku untuk isterinya.

d. Macam-Macam Talak

Talak itu dapat dibagi-bagi dengan melihat empat keadaan,

yaitu keadaan isteri waktu diucapkan talak, kemungkinan suami

boleh merujuk isterinya, pengucapan suami dalam menjatuhkan

talak dan cara suami menyampaikan talak kepada isterinya. Antara

lain adalah:

) Dengan melihat kepada keadaan isteri waktu talak itu

diucapkan suami

Talak ini ada dua macam yaitu talak sunni dan talak bid’i

(Amir Syarifuddin, : - ), antara lain adalah:

(a) Talak Sunni

Talak sunni adalah talak yang pelaksanaanya sesuai

dengan petunjuk agama dalam al-Qur’an maupun sunnah

Nabi. Bentuk talak sunni yang disekapati oleh ulama adalah

talak yang dijatuhkan kepada isteri oleh suami, dimana

keadaan isteri yang haid atau masa suci yang belum pernah

dicampuri oleh suaminya.

(b) Talak bid’i

Talak bid’i adalah talak yang dijatuhkan suami yang

(43)

al-Qur’an maupun sunnah Nabi. Bentuk talak bid’i adalah

talak yang dijatuhkan sewaktu isteri dalam keadaan haid

ataupun suci dan dalam keadaan hamil, namun telah digauli

oleh suaminya. Talak bentuk bid’i ini hukumnya haram,

karena akan memberikan mudharat bagi isteri, karena dapat

memperpanjang masa iddahnya.

) Dengan melihat keadaan kemungkinan bolehnya si suami

kembali atau rujuk kepada mantan isterinya

Talak bentuk ini ada dua macam yaitu, talak raj’i dan

talak ba’in (Amir Syarifuddin, : - ), antara lain

adalah:

(a) Talak raj’i

Talak raj’i atau talak satu atau dua adalah talak yang

masih memungkinkan bekas suami untuk merujuk bekas

isterinya tanpa adanya nikah baru yang selama isteri dalam

masa iddah.

(b) Talak bain

Talak bain atau talak tiga adalah talak yang putus

secara penuh, sehingga bekas suami dan bekas isteri tidak

boleh rujuk tanpa dengan nikah baru, selama isteri dalam

masa iddah. Talak ini terbagi kedalam dua macam, yakni

(44)

Talak bain sugrho adalah talak yang masih

memungkinkan bekas suami untuk mengadakan nikah baru

dengan bekas isterinya, baik masih dalam masa iddah atau

masa iddahnya sudah habis (Abd. Rahman Ghazaly, :

).

Talak yang termasuk talak bain sughro adalah:Talak

sebelum berkumpul.Talak yang dilakukan dengan cara

tebusan dari pihak isteri atau khulu’ Perceraian melalui

putusan Hakim Pengadilan atau fasakh (Amir

Syarifuddin, : ).

Talak bain kubhro adalah talak yang membolehkan

bekas suami dan bekas isteri untuk rujuk kembali yakni

apabila bekas isteri melakukan pernikahan dengan laki-laki

lain dan ba’da dukhul dan bercerai dengan suami barunya

dan telah habis masa iddah cerai dengan suami barunya,

setalah itu bekas suami pertama bisa merujuk bekas

isterinya.

) Talak ditinjua dari segi pengucapan suami dalam menjatuhkan

talak kepada isterinya

Talak ini terbagi dalam dua macam yakni talak sharih atau

tegas dan talak kinayah atau sindiran (Abd. Rahman

(45)

(a) Talak sharih

Talak sharih adalah ucapan talak yang diucapkan

suami secara tegas dan jelas sehingga dapat dengan mudah

dipahami pernyataan cerai suami dengan seketika oleh

isteri. Seperti, “Engkau Tertalak”, kalimat “Engkau

Tertalak” atau kata yang diambil dari dasar kata talak sudah

cukup jelas untuk dipahami isteri yang diucapkan oleh

suaminya dan bukan bermaksud kepada yang lainnya.

(b) Talak kinayah

Talak kinayah adalah ucapan talak yang diucapkan

suami dengan menggunakan kata-kata sindiran atau

samar-samar, sehingga tidak mudah dipahami maksud ucapan

suami, ucapan suami tersebut apakah bermaksud kepada

penjatuhan talak atau bermaksud dengan yang lainnya,

sehingga talak kinayah diperlukan adanya niat suami dalam

berucap.

Seperti, “Perkaramu ada ditanganmu sendiri”.

Kalimat “Perkaramu ada ditanganmu sendiri” bisa

mempunyai maksud dua. Pertama, bahwa suami ingin

isterinya bertanggung jawab akan perbuatannya. Kedua,

bermaksud kepada jatuhnya talak. Sehingga kalimat

(46)

dari suami, apakah ucapan tersebut bermaksud atau berniat

jatuhnya talak atau tidak.

) Talak dari segi cara suami menyampaikan talak terhadap

isterinya

Talak bentuk ini terbagi menjadi empat yaitu ucapan,

tulisan, isyarat dan utusan (Abd. Rahman Ghazaly, :

). Antara lain adalah:

(a) Ucapan

Talak dengan ucapan adalah talak yang diucapkan

secara langsung dihapan sang isteri dan didengar secara

baik oleh isteri pengucapan talak suaminya.

(b) Tulisan

Talak dengan tulisan adalah talak yang dijatuhkan

suami dengan menuliskan pernyataan talak yang kemudian

dibaca isi pernyataan talak tersebut oleh suaminya.

(c) Isyarat

Talak dengan isyarat meruapakan alat komunikasi bagi

tuna wicara atau bisu. Apabila isyarat yang digunakan

suami jelas bahwa maksudnya adalah penjatuhan talak

untuk suaminya maka dapat sah jatuhnya talak untuk

suaminya dengan isyarat.

(47)

Talak dengan utusan adalah suami yang menjatuhkan

talak kepada isterinya dengan melalui utusan untuk

menyampaikan jatuhnya talak kepada isterinya.

e. Sebab-Sebab Talak

Ada empat sebab-sebab yang dapat terjadinya talak, yaitu

sebab nuzyuz-nya isteri, nuzyuz-nya suami, shiqaq dan fakshiyyah,

sebagai berikut ini:

) Nuzyuz-nya isteri

Nuzyuz-nya isteri terjadi apabila telah lalai akan

kewajibanya yakni dengan tidak mau taat akan perintah suami,

tidak mau bertempat tinggal bersama suami, suka menerima

tamu yang tidak disukai suami, dan suka keluar tanpa seijin

Artinya : ... Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan

akan nuzyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada

(48)

Dalam hal ini ada tiga cara menghadapi isteri yang

nuzyuz sebagaimana yang telah dinyatakan dalam surah

an-Nisa’ ayat diatas yakni ada tiga cara. Pertama, menasehati

isterinya. Kedua, suami melakukan pisah tidur (pisah ranjang).

Ketiga, apabila kedua cara tersebut tidak berhasil, maka suami

boleh memukul isteri dengan maksud untuk memberi

pengajaran terhadap isterinya.

) Nuzyuz-nya suami

Nuzyuz-nya suami terjadi apabila suami tidak mau

memenuhi kewajibanya terhadap isteri. Sikap yang harus

dilakukan isteri terhadap suaminya yang nuzyuz adalah

hendaknya diberi nasehat yang secukupnya agar mau kembali

dalam menjalankan kewajibanya sebagai suami. Dan apabila

sikap nuzyuz suami itu berasal dari isterinya seperti suami yang

sudah tidak menyukai isterinya sebab isterinya makin tua,

kusut dan sakit yang tidak berkunjung sembuh (Ahmad Azhar

(49)

mengadakan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu memperbaiki (pergaulan dengan istrimu) dan memelihara dirimu (dari

nuzyuz dan sikap acuh tak acuh), maka sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu

kerjakan (Q.S. an-Nisa’ : ).

Jalan yang ditempuh apabila suami melakukan perbuatan

nuzyuz, seperti suami yang bersikap acuh tak acuh terhadap

isterinya, tidak mau menggauli isterinya atau tidak mau

menjalankan kewajibanya, maka jalan perlu ditempuh isteri

adalah dengan melakukan perdamaian dengan cara haknya

dikurangi untuk sementara waktu. Hal ini bertujuan supaya

suaminya bersedia kembali dengan isterinya dengan perbuatan

yang baik (Ahmad Rafiq, : ).

) Shiqaq

Shiqaq merupakan perbuatan diantara suami isteri yang

menimbulkan perselisihan dan pertengkaran yang tidak bisa

dirukunkan lagi. Allah memberikan petunjuk untuk

diselesaikan dengan mendatangkan dua orang Hakam yang

bersal dari satu hakam dari pihak suami dan satu pihak hakam

dari isteri (Amir Syarifuddin, : ).

Allah berfiman dalam surah an-Nisa ayat yang artinya

“Jika kamu khawatir akan terjadi pertengkaran diantara suami

isteri, maka utuslah seorang hakam dari pihak suami dan

(50)

perdamaian, maka Allah akan memberi taufik diantara

keduanya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Memperhatikan.

) Fakhsiyyah

Fakhsiyyah merupakan salah satu perbuatan zina yang

mengakibatkan suami isteri saling tuduh menuduh. Cara

penyelesaianya adalah dengan membuktikan akan kebenaranya

atau dengan li’an yang harus mendatangkan empat orang saksi

sebagaimana yang diatur dalam surah an-Nur ayat , sampai

yang menjelaskan bahwa apabila suami tidak mampu

membuktikan tuduhanya (isteri berbuat zina), maka suami

akan mendapatkan had qadzaf sebanyak kali (Ahmad

Rafiq, : ).

. Perceraian Dalam Perundang-Undangan di Indonesia

a. Perceraian Dalam Undang-Undang Perkawinan

) Pengertian Perceraian

Dalam Kamus Bahasa Indonesia atau KBBI kata

perceraian berasal dari kata cerai yang telah mendapatkan

imbuhan kata kerja per dan an yang menjadi kata perceraian,

sehingga perceraian atau cerai berarti pisah, putus hubungan

sebagai suami dan isteri, thalaq (Tim Redaksi, : ).

Dalam Undang-Undang Nomor Tahun Tentang

(51)

hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah

Pengadilan berusaha mendamaikan namun tidak berhasil”.

Putus perkawinan adalah ikatan perkawinan antara

seorang pria dengan seorang wanita yang salah seorangnya

telah meninggal dunia, antara pria dengan seorang wanita sudah

bercerai, salah satu pihak meninggalkan pihak lain atau ghaib

sehingga Pengadilan beranggapan bahwa pihak lain yang ghaib

tersebut telah meninggal (H. Zainuddin Ali, : ).

) Dasar Hukum Perceraian

Dalam Undang-Undang yang berlaku di Indonesia yang

mengenai perceraian itu diatur dalam Undang-Undang Nomor

Tahun Tentang Perkawinan yang dicantumkan dalam Bab

VIII Putusnya Perkawinan Serta Akibatnya dalam pasal

sampai pasal .

Dalam pasal Undang-Undang Nomor Tahun

Tentang Perkawinan disebutkan bahwa “Perkawinan dapat

putus karena; a) kematian, b) perceraian, dan c) atas putusan

Pengadilan”.

Dalam Perundang-Undangan di Indonesia, perceraian

dibedakan antara perceraian atas kehendak suami dan atas

kehendak isteri, sebab karakteristik hukum positif dalam

(52)

penyelesaian kedua bentuk perceraian ini berbeda (Mukti

Arto, : ).

) Bentuk-Bentuk Perceraian

Menurut tata beracara di Pengadilan Agama perceraian

dibentuk menjadi dua yaitu, cerai talak dan cerai gugat , sebagai

berikut ini:

(a) Cerai talak

Cerai talak adalah cerai yang diajukan atas inisiatif

suami terhadap isterinya kepada Pengadilan guna

melakukan pengucapan ikrar talak. Dimana suami berstatus

sebagai Pemohon, sedangkan isteri berstatus sebagai

Termohon (Adib Bahari, : ).

(b) Cerai gugat

Cerai gugat adalah perceraian yang didasarkan atas

adanya pengajuan gugatan perceraian oleh isteri terhadap

suaminya kepada Pengadilan guna dapat terputuskanya

perkawinan diantara mereka (Abdul Manan, : ).

) Alasan-Alasan Perceraian

Dalam pasal ayat ( ) Undang-Undang Nomor

Tahun Tentang Perkawinan menyebutkan bahwa “Untuk

melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara

suami isteri itu tidak akan hidup rukun sebagai suami isteri”.

(53)

dijelaskan dalam pasal Peraturan Pemerintah Nomor

Tahun Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

Tahun Tentang Perkawinan, sebagai berikut ini:

(a) “Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan sebagainya yang sukar disembuhkan;

(b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selam dua tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau hal lain diluar kemampuannya;

(c) Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara lima tahun

atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

(d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan

berat yang membahayakan pihak lain;

(e) Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit

dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibanya sebagai suami/isteri;

(f) Antara suami isteri terus menerus terjadi perselihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;

Keenam alasan perceraian ini telah cukup untuk dijadikan

dalam alasan perceraian bagi suami atau isteri yang berinisiatif

untuk mengajukan perceraian di Pengadilan.

b. Perceraian Dalam Kompilasi Hukum Islam

) Pengertian perceraian menurut Kompilasi Hukum Islam

Arti Perceraian dalam Kompilasi Hukum Islam berarti

membuka ikatan atau mebatalkan perjanjian. Sedangkan talak

secara umum adalah perceraian baik yang dijatuhkan oleh

suami yang ditetapkan oleh Hakim maupun perceraian yang

jatuh dengan sednirinya ataupun perceraian karena sebab

(54)

perceraian secara khusus adalah perceraian yang dijatuhkan

oleh suami .

Dalam pasal Kompilasi Hukum Islam menyebutkan

bahwa “Talak adalah ikrar suami dihadapan sidang pengadilan

Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan,

dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal , dan

”.

Dalam pasal Kompilasi Hukum Islam dijelaskan

bahwa putusnya perkawinan yang disebabkan oleh perceraian

hanya bisa dilakukan dihadapan sidang Pengadilan setelah

pihak Pengadilan Agama tidak berhasil mendamaikan kedua

belah pihak. Dan perkawinan dapat terputuskan dengan sebab

perceraian dapat terjadi karena talak dan berdasarkan gugatan

perceraian, sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal

Kompilasi Hukum Islam.

) Bentuk-Bentuk Perceraian

Perceraian yang apabila ditinjau dari tata beracara di

Pengadilan Agama terdapat yang diatur dalam pasal

sampai pasal Kompilasi Hukum Islam menjelaskan bahwa

perceraian ada dua bentuk perceraian, yakni dengan

permohonan talak dan cerai gugat (Abdul Manan, : ),

sebagai berikut ini:

(55)

Dalam pasal dan Kompilasi Hukum Islam

menyatakan bahwa Seorang suami yang akan menjatuhkan

talak kepada isterinya mengajukan permohonan baik lisan

maupun tertulis kepada Pengadilan Agama Salatiga yang

mewilayahi tempat tinggal isteri disertai dengan alasan

serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu.

Dalam hal ini, Pengadilan Agama dapat mengabulkan atau

menolak permohonan cerai tersebut, dan apabila

permohonan tersebut ditolak dapat mengupayakan hukum

banding atau kasasi.

(b) Cerai gugat

Berdasarkan pasal Kompilasi Hukum Islam, cerai

gugat adalah “Perceraian yang diajukan oleh isteri atau

dengan kuasanya kepada Pengadilan Agama kecuali isteri

meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa seijin

suaminya”.

) Alasan-Alasan Perceraian

Alasan-alasan perceraian menurut Kompilasi Hukum

Islam diatur dalam pasal Kompilasi Hukum Islam, sebagai

berikut ini:

(a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk,

pemadat, penjudi, dan sebagainya yang sukar

disembuhkan;

(b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua

Referensi

Dokumen terkait

Terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu pada bahasa penerima yang sedang digunakan, pada umumnya terjadi karena kurangnya kontrol bahasa dan kurangnya penguasaan terhadap

Rentetan upacara saat Rejang Sutri dilaksanakan adalah pertama mengadakan upacara Dewa Yadnya yaitu melaksanakan upacara persembahyangan di Pura Desa dan

Promosi koperasi mempunyai indikasi berpengaruh terhadap penjualan kredit koperasi Karya Husada sehingga dengan tingkat promosi baiknya koperasi tersebut maka para anggota

Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Perilaku Sosial Terhadap Teman Melalui Metode Bercerita dengan Media Boneka Jari pada Anak Didik Kelompok B1 TK Al Mujahidin Cilacap

Proksi dari intergovernmental revenue dalam penelitian ini menggunakan perbandingan antara total dana perimbangan dengan total pendapatan.. Intergovernmental revenue diukur

Mendiskripsikan kadar HDL ( High Density Lipoprotein ) berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin pada penderita Diabetes Melitus tipe II di. RSUD

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, Pemahaman Akuntansi, dan Ketaatan Peraturan Perundangan Terhadap Akuntabilitas

Sumber: Kotler (1997) Rangsangan pemasaran Produk Harga Tempat Promosi Rangsangan lain Ekonomi Teknologi Politik Budaya Karakteristik pembeli Budaya Sosial Pribadi Psikologis