• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA (KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM) SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA (KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM) SKRIPSI Disusun guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA

(KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN

ISLAM)

SKRIPSI

Disusun guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

ERYN FEBRIANA

NIM. 111-12-055

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

(2)

Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si Dosen IAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan FTIK IAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi,

maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Eryn Febriana

NIM : 111-12-055

Judul : “KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA

(KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN

ISLAM)”

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 1 Januari 2017

Pembimbing,

Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si NIP.196608141991032003

(3)

SKRIPSI

“KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA (KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM)”

Oleh:

ERYN FEBRIANA

NIM. 111-12-055

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 6 Januari 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Suwardi, M. Pd

Sekretaris Penguji : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si

Penguji I : Imam Mas Arum, M. Pd

Penguji II : Prof. Dr. Mansur. M. Ag

Salatiga, 20 Februari 2017

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga,

Suwardi, M.Pd

NIP. 19670121 199903 10002 KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706

Website:www.iainsalatiga.ac.idEmail:administrasi@iainsalatiga.ac.id

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN

PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eryn Febriana

Nomor Induk Mahasiswa : 111-12-055

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah. Dan saya menyatakan kesediaan apabila skripsi ini dipublikasikan.

Salatiga, 20 Februari 2017

Penulis,

Eryn Febriana NIM. 111-12-055

(5)

MOTTO

“Perfectness is the first thing i always think when i do a job.”

(Kesempurnaan adalah hal pertama yang selalu saya pikirkan

ketika saya melakukan suatu pekerjaan)

(6)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah ‘ala kulli hal, atas limpahan kasih sayang Sang Maha

Rahmaan dan Rahiim yang telah mengantarkan penulis pada kesempatan

istimewa ini. Penulis persembahkan karya kecil ini sebagai kado bukti keseriusan

kepada orang-orang terkasih yang Allah titipkan untuk mendampingi hingga

penghujung awal perjuangan.

1. Terimakasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, sang pemberi kasih tak

berkesudahan. Semoga Allah memberikan balasan setimpal Surga Firdaus

kepadanya.

2. Adik kandungku, Aditya Dwi Laksana, yang telah memberikan pelajaran

berharga dalam hidup.

3. Embah Kakung dan Embah Putri, terimakasih atas dekapan kasih sayangnya

yang tulus.

4. Ponakan-ponakan kecilku, yang selalu memberikan warna-warni keceriaan

setiap harinya.

5. Segenap keluarga besar, yang senantiasa mendukung dalam setiap langkah.

6. Seluruh anggota Lembaga Dakwah Kampus (LDK) “Fathir Ar-Rasyid” IAIN

Salatiga. Semoga ukhuwah yang telah terjalin erat menjadi washilah untuk

mengantarkan ke SurgaNya kelak.

7. Teman-teman Kelas PAI B serta seluruh teman-teman PAI Angkatan 2012

IAIN Salatiga. Kebersamaan yang terajut telah menciptakan canda, tawa,

tangis, bahagia, dan sejuta pengalaman yang terukir dalam bingkai kenangan

manis.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut asmaa Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Puji syukur hanya layak dan pantas dipersembahkan kepada Sang

Pemilik Keagungan, Allah swt. Atas takdirNyalah, dijadikannya manusia sebagai

“akhsani taqwiim”, yang senantiasa berfikir, berilmu dan beriman.

Lantunan shalawat serta salam terhaturkan kepada Nabi akhir zaman,

Nabi penyampai mau’idzah khasanah, Nabi penyempurna akhlak manusia,

Dialah Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam. Atas wahyu yang Ia

sampaikan kepada umatnya, telah mengantarkan manusia pada ketaqwaan kepada

Allah swt.

Skripsi ini terselesaikan bukan atas jerih payah penulis sendiri, melainkan

atas bantuan dan kebaikan dari orang-orang hebat. Maka dari itu, atas bimbingan

dan arahannya, penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK) IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI) IAIN Salatiga.

4. Ibu Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

mencurahkan pikiran, tenaga, dan waktunya dalam upaya membimbing

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Jaka Siswanta, M. Pd., selaku dosen pembimbing akademik.

(8)

6. Bapak/Ibu dosen IAIN Salatiga, yang telah mendidik, mengarahkan dan

memotivasi dari awal hingga akhir perkuliahan.

7. Segenap civitas akademika IAIN Salatiga, dan seluruh pihak yang telah

membantu hingga skipsi ini selesai.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik konstruktif sangat

diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini. Jazaakumullah akhsanal jazaa’.

Salatiga, 20 Februari 2017

Penulis,

Eryn Febriana NIM. 111-12-055

(9)

ABSTRAK

Febriana, Eryn. 2017. ”Konsep Pendidikan Seksual bagi Remaja (Kajian

dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si.

Kata Kunci: Pendidikan Seksual, Remaja, Pendidikan Islam.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan eksplorasi lebih lanjut tentang problem dinamika perkembangan seksual remaja. Remaja banyak terjerumus dalam perilaku seksual menyimpang. Hal ini disebabkan minimnya pengetahuan mengenai pendidikan seksual secara umum dan khususnya pendidikan seksual sesuai syari’at Islam.

Penulis menggunakan jenis penelitian library research atau penelitian kepustakaan untuk memperoleh data ilmiah. Metode ini digunakan untuk mencari data melalui sumber utama hukum Islam yaitu al-Qur’an dan hadits serta buku, jurnal, majalah, artikel, surat kabar terkait pendidikan seksual secara umum dan pendidikan seksual dalam perspektif Islam sebagai pelengkapnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam konsep pendidikan seksual perspektif pendidikan Islam terdapat etika dan kaidah yang lebih menyeluruh dan terperinci dibandingkan konsep umum, meliputi kebersihan dan kesehatan tubuh, akil baligh, pemahaman tentang mahram, aurat dan adab berpakaian, pergaulan sesama jenis dan lawan jenis, adab tidur dan bercengkrama dengan keluarga, etika bergaul dengan lawan jenis dan anjuran mengelola dorongan seksual. Pendidikan seksual perspektif Islam menekankan sisi moral kesantunan sebagai upaya mengembalikan fitrah manusia.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI .. iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Penegasan Istilah ... 7

E. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 11

G. Metode Penelitian... 12

H. Sistematika Penulisan ... 14

(11)

BAB II DESKRIPSI UMUM PENDIDIKAN SEKSUAL

A. Pengertian Pendidikan Seksual ... 16

B. Tujuan Pendidikan Seksual ... 19

C. Materi Pendidikan Seksual ... 20

D. Metode Pendidikan Seksual ... 31

BAB III REMAJA DAN DINAMIKA PERKEMBANGAN SEKSUALNYA A. Pengertian Remaja ... 34

B. Karakteristik Remaja ... 35

C. Perkembangan Remaja ... 37

D. Tugas Perkembangan Remaja ... 42

E. Dinamika Perkembangan Seksual Remaja ... 45

F. Penyimpangan Seksual... 50

G. Fenomena Pacaran pada Remaja ... 56

BAB IV PENDIDIKAN SEKSUAL DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 60

B. Dasar Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 62

C. Prinsip Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 67

D. Tujuan Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 68

E. Materi Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 72

F. Metode Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 87

(12)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Konsultasi Skripsi

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Surat Keterangan Kegiatan (SKK)

4. Daftar Riwayat Hidup

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbincangan mengenai seksual bagi orang awam masing dianggap

sebagai sesuatu yang tabu, terlebih bila dibicarakan di kalangan remaja.

Seksual merupakan bagian integral dalam kehidupan manusia. Tidak

hanya berhubungan dengan reproduksi, seksual juga berkaitan dengan

masalah kebiasaan atau adat istiadat, agama, seni, moral dan hukum.

Kenyataan dalam masyarakat muslim menunjukkan, bahwa

sebagian cenderung menolak membicarakan persoalan seksual, namun hal

tersebut tidak dapat menghindari keingintahuannya tentang seksual,

khususnya remaja. Sebab, bagaimanapun juga persoalan seksual adalah

alami. Relatif banyak kaum remaja yang pada akhirnya memenuhi

keingintahuannya tentang seksual melalui media internet yang sering kali

tanpa sensor hingga budaya vulgar dibelahan dunia barat terkadang

dipahami dan diadopsi secara apa adanya. Padahal, watak sosiologis suatu

kebudayaan tertentu manakala diterapkan, mempunyai implikasi

signifikan bagi kehidupan lainnya.

Masa remaja merupakan suatu masa di antara masa kanak-kanak

dan masa dewasa. Pada masa tersebut ia sudah tidak tampak sebagai

kanak-kanak, namun juga belum tampak sebagai orang dewasa, baik jenis

kelamin laki-laki maupun perempuan. Dalam ranah kognitif, kapasitas

remaja untuk mengambil keputusan sering kali masih dalam masa

(15)

pertumbuhan dan dalam situasi rangsangan yang tinggi. Di samping itu,

perilaku seksual di kalangan remaja mungkin terjadi dalam

konteks-konteks yang beresiko, yang dilakukan tanpa pertimbangan yang baik,

atau benar-benar berbahaya.

Pengetahuan seksual remaja pada umumnya diperoleh dari

pergaulan teman sebaya, atau dari bacaan-bacaan yang mengungkapkan

masalah tersebut. Dari teman sebayanya yang sering memperbincangkan

lelucon yang cenderung kotor, sehingga tak jarang akan menimbulkan

sesuatu yang bersifat negatif.

Pemahaman remaja tentang seksual sering kali kurang memadai,

orang sekitar terutamanya orang tua, kurang membantu menunjang

pemahaman terhadap masalah seksual remaja. Demikian pula di sekolah,

lembaga pendidikan formal juga kurang memberikan pendidikan seksual

secara memadai bagi remaja di Indonesia termasuk di beberapa negara

barat.

Alasan yang dijadikan dasar untuk menyelenggarakan pendidikan

seksual adalah banyaknya kasus kehamilan dan melahirkan di usia muda.

Kerana hamil dan melahirkan pada usia muda memiliki resiko tinggi (tidak

sehat atau mati), maka perlu dicegah. Cara untuk mencegahnya adalah

dengan mendidiknya, maka dipilihlah pendidikan seksual untuk

meningkatkan pengetahuan remaja tentang masalah seksual guna

menghindari perilaku seksual menyimpang. Namun kenyataan yang ada

saat ini pendidikan seksual belum terselenggara secara baik dan tepat.

(16)

Akibarnya, perilaku seks bebas remaja yang masif dan terjadi di manapun

saat ini sudah sangat berbahaya.

Hasil penelitian yang ada di Indonesia, tepatnya di kota Semarang

dengan jumlah kasus AIDS terbesar di Jawa Tengah yaitu sampai dengan

tanggal 30 September 2011, ditemukan kasus AIDS sebanyak 195 dan

HIV sebanyak 769 kasus. Kasus ini meningkat drastis, karena pada tahun

sebelumnya jumlah kasus AIDS hanya 111 kasus, dan HIV sebanyak 491

kasus. Fenomena kasus HIV/AIDS adalah seperti gunung es, sehingga

diperkirakan jumlah penderita ini akan terus bertambah sejalan dengan

perilaku beresiko yang dilakukan oleh masyarakat seperti perilaku seksual,

penggunaan Napza suntik, dan sebagainya.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Unnes Sex Care Community

(USeCC) suatu organisasi mahasiswa peduli kesehatan reproduksi remaja

pada tahun 2009, menyebutkan bahwa kebiasaan pacaran mahasiswa

disebuah Universitas di Semarang dilakukan dengan aktivitas kissing 43%,

necking 17%, petting 15%, dan sebanyak 5% mengaku pernah melakukan

intercourse (hubungan seksual) sebelum menikah (Azinar, 2013:

154-155).

Berdasarkan norma yang ada di barat, hubungan seksual di luar

pernikahan dianggap biasa terjadi, karena diyakini bahwa yang terpenting

dalam melakukan hubungan seksual adalah sehat. Upaya yang biasa

dilakukan adalah dengan memakai alat kontrasepsi agar tidak terjadi

kehamilan dan sebagai alasan kesehatan. Pendidikan seksual secara secara

(17)

umum hanya mengajarkan tentang bagaimana upaya menjalin relasi yang

sehat antar lawan jenis.

Hal tersebut sangat bertentangan dengan norma-norma Islam,

seperti yang ada di Indonesia, sebagai mayoritas penganut agama Islam.

Islam mengajarkan bahwa zina merupakan perbuatan keji yang dilarang

sama sekali. Mendekati saja tidak diperbolehkan, apalagi sampai

melakukannya. Salah satu hal yang dapat mendekatkan seseorang pada

perbuatan zina adalah pacaran, yang justru tengah menjadi fenomena di

kalangan remaja saat ini.

Dari berbagai penelitian tersebut, dapat dilihat sumber yang

menjadikan maraknya seks bebas di kalangan remaja adalah karena tidak

adanya norma-norma kesantunan yang diterapkan. Misalnya seperti

pergaulan antar lawan jenis, hal sederhana ini banyak sekali hikmah dan

manfaatnya, karena jika dapat diterapkan dengan baik akan menjadi

benteng terjadinya zina. Islam melarang untuk menyalurkan hasrat

seksualnya dengan perbuatan tercela. Selanjutnya, untuk melakukan

hubungan seksual secara sah, seorang muslim harus sudah dalam ikatan

pernikahan.

Oleh karena itu, penting adanya menjadikan pendidikan seksual

sesuai ajaran Islam karena agama Islam adalah salah satu agama yang

mengajarkan kesantunan dalam mempelajari pengetahuan apapun, terlebih

soal seksual. Banyaknya informasi tentang seksual oleh remaja muslim

yang demikian apa adanya, mendorong pendidikan dalam dunia Islam

(18)

untuk merumuskan pendidikan seksual, dengan demikian diharapakan

mereka mampu membedakan dengan jelas dan tegas, mana pendidikan

seksual yang mencakup nilai-nilai Islam dengan pendidikan seksual secara

umum dan terkadang cenderung menafikan kaidah kesantunan yang ada

dalam nilai-nilai ajaran agama Islam.

QS. Al-Mu’minuun: 12-13

Artinya:”Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).”

Surah Al-Mu’minuun ayat 12-13 menjelaskan tentang asal mula

kejadian diciptakannya manusia. Manusia diciptakan dari sari pati (tanah),

kemudian disimpan di tempat yang kokoh yaitu rahim seorang ibu.

QS. Al-Israa’: 32

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”

Surah Al-Israa’ ayat 32 menjadi gambaran jelas bahwa seorang

manusia dilarang mendekati perbuatan zina. Karena sesungguhnya zina

merupakan perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk. Pelarangan zina

tentu akan meninggalkan hikmah yang sangat agung.

(19)

Islam adalah adalah agama yang universal yang mengatur segala

sesuatu secara rinci dan berlaku untuk semua umatnya, dengan maksud

memberikan tuntunan ke jalan yang benar. Segala persoalan yang dialami

manusia dikembalikan kepada ajaran Islam. Demikian masalah seksual.

Islam sudah mengatur sedemikian rupa sejak seribu empat ratus tahun

yang lalu. Islam juga memberikan konsep bagaimana cara mengendalikan

dorongan seksual, yaitu dengan menikah, namun bila belum mampu

dianjurkan untuk berpuasa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk

mengkajinya dengan mengambil judul “KONSEP PENDIDIKAN

SEKSUAL BAGI REMAJA (KAJIAN DALAM PERSPEKTIF

PENDIDIKAN ISLAM).”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep pendidikan seksual secara umum?

2. Bagaimana dinamika perkembangan seksual remaja?

3. Bagaimana konsep pendidikan seksual bagi remaja dalam perspektif

pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan seksual secara umum.

2. Untuk mengetahui dinamika perkembangan seksual remaja.

3. Untuk mengetahui konsep pendidikan seksual bagi remaja dalam

perspektif pendidikan Islam.

(20)

D. Penegasan Istilah

1. Konsep Pendidikan Seksual

Pendidikan seksual secara umum merupakan upaya memberikan

pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis dan psikososial

sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia.

Menurut Hurlock (1996), pendidikan seksual penting untuk

remaja dikarenakan untuk memupuk konsep tentang peran laki-laki

dan perempuan yang sesungguhnya.

Teori pendidikan seksual menjelaskan tujuan yang dipakai dalam

penyelenggaraan pendidikan seksual, disajikan pula berbagai metode

pendidikan seksual yang dapat dipakai seorang guru, psikolog, atau

orang tua dalam mendidik anak, serta materi pendidikan seksual

seperti pubertas pada remaja, perkembangan dan pertumbuhan remaja,

kontrasepsi, sistem reproduksi pada manusia, menstruasi dan mimpi

basah, penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, dan lain

sebagainya.

Teori-teori tersebut disampaikan guna membekali pengetahuan

seksual pada remaja dan sebagai perlindungan terhadap perilaku

seksual menyimpang serta berbagai akibat yang akan muncul.

2. Perkembangan Seksual Remaja

Menurut Fathurrofiq (2014: 63), perkembangan merupakan suatu

perubahan yang bersifat kualitatif. Sedangkan, seksual remaja

(21)

berhubungan dengan anatomi tubuh atau fisiologi yang ada pada diri

remaja.

Perkembangan remaja meliputi berbagai aspek, diantaranya

adalah aspek perkembangan kepribadian, identitas diri, sosial, kognitif,

moral, seksual, dan sebagainya. Pada perkembangan seksual, masa

remaja diawali masa pubertas, yaitu masa terjadinya

perubahan-perubahan fisik yang meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh

dan proporsi tubuh serta fungsi fisiologis (kematangan organ-organ

seksual) (Desmita, 2010: 193).

Menurut Hurlock (1996: 230), remaja pada perkembangannya

mulai belajar memainkan peran seksual sesuai tugas perkembangan

yang dilalui pada tahap tersebut. Remaja mulai belajar menjalin relasi

dengan lawan jenis, tugas perkembangan ini dirasa lebih sulit bagi

remaja perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

3. Perspektif Pendidikan Islam

Secara sederhana perspektif berarti cara pandang terhadap

sesuatu. Islam adalah agama Allah. Agama artinya jalan. Agama Allah

berarti jalan menuju kepada-Nya dan bersumber pada-Nya (Zuhairini,

1998: 35).

Pendidikan merupakan proses transfer ilmu pengetahuan, yang

umumnya dilakukan dengan lisan, tulisan/gambar, dan perbuatan

(perilaku/sikap). Pendidikan juga diartikan sebagai sega usaha yang

dilakukan untuk mengarahkan manusia sehingga dapat tumbuh dan

(22)

berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana

mestinya (Muchtar, 2008: 14).

Pendidikan seksual dalam perspektif pendidikan Islam

mengajarkan manusia untuk menjaga kemaluannya, salah satunya

dengan tidak sedikitpun mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu

adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (Al-Israa:

32). Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan

etika bergaul dengan lawan jenis, menutup aurat, menundukkan

pandangan, cara tersebut merupakan langkah awal untuk menghindari

terjadinya zina mata yang berujung pada zina yang sesungguhnya.

Pendidikan seksual secara umum merupakan penerangan atau

pengajaran berkaitan dengan upaya menjaga dan merawat organ

reproduksi dengan baik agar terhindar dari jenis penyakit seksual serta

mengajarkan tentang bagaimana upaya menjalin relasi yang sehat antar

lawan jenis. Pendidikan seksual secara umum hanya mengajarkan

cara-cara sehat berkaitan dengan kehidupan seksual.

Berbeda dengan pendidikan seksual perspektif Islam yang

menekankan sisi moral kesantunan sebagai upaya mengembalikan

fithrah manusia.

E. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pendidikan seksual telah dilakukan sebelumnya.

Penelitian ini sebagai lanjutan atas penelitian sebelumnya. Pada penelitian

Masikun (2007), dengan judul Pendidikan Seksual bagi Remaja dalam

(23)

Kajian Pendidikan Islam, pembahasan pendidikan seksual ditinjau dari

kacamata pendidikan Islam. Deskripsi umum pendidikan seksual dan

pendidikan seksual dalam Islam dibahas secara bersama-sama. Pada bab

ke empat, pembahasan analisis pendidikan seksual direlevansikan dengan

pendidikan Islam. Selanjutnya ditemukan korelasi antara keduanya, yaitu

pendidikan seksual yang ada harus mengacu pada pendidikan Islam.

Penelitian selanjutnya oleh Hafidoh (2007) deskripsi pendidikan

seksual ditinjau dari kitab Uqudulujain karya Syekh Muhammad bin Umar

Nawawi yang memaparkan sekilas tentang kitab Uqudulujain dan muatan

pendidikan seksual di dalamnya. Inti dari pembahasan pendidikan seksual

dalam penelitian tersebut mengacu pada aplikasi dalam kehidupan

berumah tangga ditinjau dari kitab Uqudulujain, pada bab berikutnya

pembahasan dikaitkan dengan bagaimana Islam mengatur mengenai

pendidikan seksual.

Penelitian Saputri (2009) membahas mengenai pendidikan seksual

bagi remaja dalam perspektif pendidikan Islam. Tinjauan pada penelitian

hampir sama dengan penelitian Masikun (2007). Pada bab ketiga,

penelitian difokuskan pada deskripsi perkembangan remaja.

Sedangkan, pada penelitian pembahasan ini pendidikan seksual

secara umum dan pendidikan seksual dalam Islam dibahas secara terpisah,

dikarenakan keduanya memiliki ruang lingkup yang berbeda. Deskripsi

perkembangan seksual remaja dibahas lebih luas dan kekinian, karena

dilengkapi dengan pembahasan mengenai fenomena pacaran pada remaja

(24)

dan hasil penelitian beberapa tahun terakhir tentang

penyimpangan-penyimpangan seksual yang erat kaitannya dengan perilaku seks bebas

remaja masa kini. Pada bab keempat, pendidikan seksual dalam Islam

dibahas secara terperinci dan mendalam yang diperkuat dengan dasar

pendidikan seksual sesuai al-Qur’an dan Hadits.

Pendidikan seksual telah menjadi aspek penting dalam pendidikan

Islam. Pendidikan seksual yang ada seharusnya mengacu pada pendidikan

seksual dalam Islam. Pendidikan seksual sesuai syari’at Islam diharapkan

dapat membekali kehidupan remaja di masa depan menjadi pribadi yang

bermoral.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta

sumbangan bagi pengembangan dalam dunia pendidikan Islam

umumnya, khususnya bagi remaja untuk memperkaya khasanah

pendidikan seksual sesuai syariat Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Remaja

Penelitian ini diharapkan dapat menggugah kesadaran remaja

tentang pentingnya mendapatkan pengetahuan seksual secara

lengkap agar dapat berupaya menjadi makhluk sosial yang baik.

(25)

b. Bagi Orang tua

Bagi orang tua, diharapkan dapat menambah pengetahuan

dalam menanamkan pendidikan seksual pada anaknya, sehingga

tercipta generasi yang sehat dan produktif.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat meluruskan persepsi

masyarakat yang masih menganggap seksual sebagai sesuatu yang

tabu menjadi sebuah pengetahuan yang penting untuk dipelajari.

G. Metode Penelitian

Pengumpulan data dan informasi bersumber pada al-Qur’an dan

hadits serta bermacam-macam material yang terdapat di perpustakaan,

baik berupa buku-buku yang berhubungan dengan pendidikan, agama

Islam, pendidikan seksual dan bacaan-bacaan lain yang dapat digunakan

sebagai pelengkap.

1. Jenis Penelitian

Data ilmiah dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

jenis penelitian Library research atau Penelitian kepustakaan, metode

ini digunakan untuk mencari data dengan buku dan tulisan terkait

lainnya yang menjadi sumber dalam penyusunan tulisan ini.

Tujuan dari jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kualitatif yang mengungkapakan gejala secara menyeluruh melalui

pengumpulan data mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antara fenomena yang diselidiki. Data-data mengenai hasil penelitian

(26)

mengenai fakta perilaku menyimpang pada remaja masa kini menjadi

fokusnya.

Penulis berusaha memahami beragam perilaku seksual di

kalangan remaja yang dipaparkan dalam berbagai penelitian terdahulu

maupun terbaru, serta menganalisisnya berdasarkan teori yang ada.

2. Sumber Data

Sumber data kepustakaan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu

berbagai literatur yang berhubungan serta relevan dengan objek

penelitian. Penulis mengambil sumber data yang berasal dari al-Qur’an

dan hadits serta kumpulan berbagai artikel, buku dan internet yang

berkaitan dengan seksual remaja demi memperkaya kajian dan

analisis.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini, digunakan metode

dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai

hal-hal atau variabel, berupa buku, catatan, surat kabar, majalah dan lain

sebagainya. Data-data yang telah dikumpulkan, selanjutnya

dideskripsikan secara komprehensif (Hikmat, 2011).

Penulis mengumpulkan beragam jenis dokumen, seperti artikel,

surat kabar, jurnal yang berisi hasil penelitian kasus perilaku seksual

remaja, buku terkait teori pendidikan seksual secara umum, dan

buku-buku lain tentang pendidikan seksual dalam Islam pada khususnya.

(27)

4. Analisis Data

Metode yang digunakan dalam analisis data kulitatif untuk

membahas sekaligus sebagai kerangka berfikir pada penelitian ini

adalah metode Analisis deskriptif, yaitu suatu usaha untuk

mengumpulkan dan menyusun data, kemudian dianalisis dan

interpretasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut.

Penulis berusaha menganalisis susunan data yang telah

terkumpul secara menyeluruh, sekaligus menafsirkan data-data

tersebut.

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, penegasan istilah, manfaat penelitian,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI UMUM PENDIDIKAN SEKSUAL

Bab ini berisi teori pendidikan seksual secara umum,

seperti pengertian pendidikan seksual, tujuan pendidikan

seksual, materi pendidikan seksual, dan metode pendidikan

seksual.

(28)

BAB III REMAJA DAN DINAMIKA PERKEMBANGAN

SEKSUALNYA

Bab ini berisi pengertian remaja, perkembangan remaja,

tugas perkembangan remaja, dinamika perkembangan

seksual remaja yang berisi fakta-fakta problema seksual

remaja masa kini seperti hasil penemuan data tentang

penyimpangan seksual remaja. Serta bentuk-bentuk

penyimpangan seksual dan cara pencegahan perilaku

menyimpang seksual pada remaja, dan fenomena pacaran

pada remaja.

BAB IV PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA DALAM

PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Bab ini berisi pengertian pendidikan seksual dalam

perspektif pendidikan Islam, tujuan pendidikan seksual

dalam perspektif pendidikan Islam, prinsip pendidikan

seksual dalam perspektif pendidikan Islam, materi

pendidikan seksual dalam perspektif pendidikan Islam dan

metode pendidikan seksual dalam perspektif pendidikan

Islam.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

(29)

BAB II

DESKRIPSI UMUM PENDIDIKAN SEKSUAL

A. Pengertian Pendidikan Seksual

Menurut Dariyo (2004: 87), kata seks berati jenis kelamin, segala

sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin disebut dengan

seksualitas.

Menurut Gunarsa (2012: 63), istilah umum seksualitas sering

disamakan dengan seks. Seksualitas memiliki arti yang lebih luas,

seksualitas tidak hanya berkaitan dengan jenis kelamin saja, namun

berkaitan dengan perbedaan segi psikis, biologis dan fisiologis yang

menandakan ciri khusus laki-laki dan perempuan.

Menurut Depkes RI (2002) dalam Marmi (2014: 344), seksualitas

adalah karakteristik biologis-anatomisal (khususnya sistem reproduksi dan

hormonal) diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh yang menentukan

seseorang disebut laki-laki atau perempuan.

Sedangkan, menurut Sulistyo (1977: 19) sexual instruction adalah

penerangan mengenai anatomi dan biologi dari reproduksi, termasuk

pembinaan keluarga dan metode-metode kontrasepsi. Sedangkan

education in sexuality meliputi bidang-bidang etik, moral fisiologi,

ekonomi dan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang dibutuhkan

seseorang untuk dapat memahami dirinya sendiri sebagai individu, serta

untuk mengadakan hubungan interpersonal yang baik.

(30)

Menurut Sarwono (1997), pendidikan seksual merupakan

pengajaran yang berhubungan dengan perilaku seksual, perkawinan,

psikososial masyarakat, aspek-aspek kesehatan seksual, perkembangan

seksual, serta sistem reproduksi pada manusia. Pendidikan seksual juga

merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah

penyalahgunaan seksual, khususnya untuk mencegah dampak-dampak

negatif yang akan muncul, seperti kehamilan yang tidak direncanakan,

penyakit menular seksual, serta depresi sebagai dampak psikologisnya.

Pendidikan seksual meliputi bidang-bidang sebagai berikut:

1. Biologi dan fisiologi, mengenai fungsi reproduksi.

2. Etik, yang menyangkut kebahagiaan seseorang.

3. Moral, yaitu menjalin relasi dengan orang lain misalnya dengan

parternya atau anak-anaknya.

4. Sosiologi, yaitu mengenai pembentukan keluarga.

Sex Instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan

promiscuity (seks menyimpang) serta hubungan-hubungan seksual yang

tidak bertanggung jawab. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rusia

dan Swedia, pendidikan seksual berkaitan dengan tanggung jawab dari

aktivitas seksual terhadap masyarakat sulit diajarkan di sekolah-sekolah,

tanpa adanya latar belakang keluarga yang bahagia.

Berdasarkan teori psikoanalisa dari Sigmund Freud, pendidikan

seksual sudah dimulai sejak seorang bayi lahir, yaitu sejak adanya

hubungan pertama antara anak dengan orang tuanya, dan yang paling

(31)

menentukan adalah keadaan serta lingkungan yang dialami si bayi pada

dua tahun pertama dari kehidupannya. Tahun-tahun permulaan ini

menentukan sifat-sifat seorang bayi dan juga menjadi dasar bagi

interpersonal relationshipnya dikemudian hari.

Menurut Goble (1994: 109), jelas bahwa seorang anak yang

mendapatkan kasih sayang yang cukup semasa kecil, lebih mudah tumbuh

sehat (fisik dan mental) dibandingkan yang tidak mendapatkan kasih

sayang yang cukup.

Bukti yang menunjukkan bahwa anak yang dibesarkan dalam

keluarga yang bahagia, dikemudian hari dapat membentuk perkawinan dan

keluarga yang bahagia pula, yang dapat diberikan di sekolah ialah sex in

instruction disertai pendidikan mengenai moral, etik, kejujuran, tanggung

jawab, perlunya mempertimbangkan perasaan orang lain dalam setiap

tindakan (Sulistiyo, 1997: 20).

Jadi, pendidikan seksual secara umum adalah upaya memberikan

pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis dan psikososial

sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dengan kata

lain, pendidikan seksual pada dasarnya merupakan upaya untuk

memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan

menanamkan komitmen agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ

reproduksi.

Remaja harus mulai diberikan informasi pendidikan seksual yang

benar, karena jika tidak, remaja akan memperoleh informasi dari berbagai

(32)

sumber, seperti teman-teman yang sama-sama tidak tahu, buku-buku

porno, tayangan film dan lain sebagainya.

B. Tujuan Pendidikan Seksual

Munculnya hormon seksualitas pada remaja menyebabkan

dorongan-dorongan seksual tertentu. Gejala ini menimbulkan

kebingungan, remaja belum tentu tahu tentang apa yang harus dilakukan

dan bagaimana mengelolanya. Untuk itu perlu informasi yang tepat, perlu

bimbingan yang bijaksana, diperlukan pendidikan seksual sehingga

kehidupan remaja bisa berjalan dengan baik.

Matangnya organ reproduksi pada remaja menyebabkan gairah

seksualnya semakin kuat. Ditengah banyaknya media cetak dan elektronik

yang menyampaikan informasi secara bebas, remaja memahami secara apa

adanya pula. Menurut Piaget dalam Dariyo (2004: 39), walaupun remaja

telah mencapai kematangan secara kognitif, namun pada kenyataannya

belum mampu mengolah informasi yang diterima secara benar. Akibatnya

perilaku seksual remaja sering tidak terkontrol, menyebabkan maraknya

pacaran hingga seks bebas di kalangan remaja.

Berdasarkan hal tersebut, maka disinilah peran pendidikan seksual.

Tujuan dari pendidikan seksual secara umum tidak hanya mencegah

dampak negatif dari perilaku seksual diusia dini, tetapi lebih menekankan

pada kebutuhan akan informasi yang benar dan luas tentang perilaku

seksual yang sehat serta berusaha memahami seksualitas sebagai bagian

penting dari kepribadian yang menyeluruh.

(33)

Pendidikan seksual membantu remaja mengetahui tentang

penyakit-penyakit yang akan timbul akibat hubungan seksual tidak sehat

sekaligus upaya pencegahannya. Selain itu, menurut Hurlock (1996: 230),

pendidikan seksual perlu diketahui remaja untuk mengetahui peran seksual

sebagai salah satu tugas perkembangannya. Ia perlu menjalin relasi dengan

lawan jenis, dan berperilaku lurus sejalan dengan jenis kelaminnya.

Menurutnya, banyak remaja yang mendapatkan tekanan dari

lingkungannya untuk memerankan hal tersebut secara berlawanan.

Tujuan penting lainnya adalah untuk menghindari aktivitas seksual

yang tidak sehat, prematur, hubungan seksual yang tidak aman, kekerasan

dan pelecehan seksual dan juga untuk mensosialisasikan pandangan positif

tentang seksual. Memahami seksual secara positif bukan berarti

menginginkan untuk melakukan hubungan seksual tetapi lebih pada

bagaimana mempunyai pemahaman dan sikap positif terhadap seksual.

C. Materi Pendidikan Seksual

Materi pendidikan seksual sangat beragam, berbeda-beda satu

dengan lain. Menurut Wahyudi (2000) umumnya meteri pendidikan

seksual adalah sebagai berikut:

1. Pubertas

Menurut Hurlock (1996: 184), kata pubertas berasal dari bahasa

Latin yang berarti usia kedewasaan. Kata ini menunjuk pada

perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat

individu secara seksual menjadi matang dan mampu bereproduksi.

(34)

Menurut Santrock (1999) dalam Dariyo (2004), mendefinisikan

pubertas sebagai masa pertumbuhan dan kematangan seksual yang

terjadi pada masa awal remaja. Pubertas adalah masa perkembangan

fisik yang cepat ketika reproduksi seksual pertama kali terjadi. Dengan

kata lain, pubertas merupakan pertama kali seorang laki-laki dan

seorang perempuan mampu bereproduksi secara fisik. Umumnya

istilah pubertas dan remaja digunakan untuk maksud yang sama.

Istlilah yang lebih tepat digunakan adalah pubertas, ketika

membicarakan tentang beberapa perubahan fisik yang terjadi selama

masa pra remaja dan masa remaja.

Pada masa kanak-kanak, baik laki-laki maupun perempuan,

kelenjar yang mempengaruhi organ seksual (hopotalamus, hipofise)

tidak aktif. Pada saat memasuki kematangan seksual, hipotalamus

menstimulasi kelenjar hipofise untuk menghasilkan hormon.

Selanjutnya, hormon tersebut akan menstimulasi produksi hormon

seksual pada ovarium maupun testis. Masa dimana ovarium maupun

testis sudah menghasilkan hormon yang dikenal sebagai masa puber

(puberty period), masa dimana organ seksual laki-laki dan perempuan

mulai berfungsi (Windhu, 2009: 2).

Perubahan tanda-tanda seksualitas yang terlihat secara fisik yang

terjadi pada remaja terbagi menjadi 3 yaitu primer, sekunder dan

tertier. Seorang guru atau psikolog dapat menjelaskan secara rinci

mengenai tanda-tanda seksualitas tersebut kepada remaja, agar ia

(35)

mengetahui dan mempersiapkan psikisnya dengan perubahan fisiknya

yang akan atau sedang terjadi.

2. Sistem Reproduksi Manusia

Sistem reproduksi adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan organ-organ tubuh manusia yang memiliki dua fungsi utama

yaitu menjalankan berbagai macam aktivitas seksual dan mengandung

(hamil) yang menyebabkan kelahiran.

Salah satu hal yang dibahas dalam reproduksi manusia adalah

memahami anatomi dan fungsi organ reproduksi. Organ reproduksi

adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi dalam melanjutkan

keturunan. Menurut Windhu (2009: 12), organ-organ reproduksi pada

perempuan adalah sebagai berikut:

a. Tuba Falopi (saluran indung telur), yaitu saluran sel telur yang

menghubungkan ovarium dengan rahim.

b. Vulva, yaitu bagian luar dari organ reproduksi wanita yang dapat

diraba dan dilihat.

c. Vagina, berfungsi sebagai penghubung antara rahim dan bagian

luar dari alat kelamin.

d. Uterus (rahim), yaitu organ yang memiliki lapisan otot tebal dan

terletak di dalam rongga panggul di antara kandung kemih dan

rectum.

e. Cervix (leher rahim), yaitu bagian bawah rahim.

(36)

f. Ovarium (indung telur), yaitu organ bagian kiri dan kanan rahim di

ujung saluran fimbrae (umbai-umbai) dan terletak di rongga

pinggul.

g. Mulut Vagina, merupakan rongga penghubung rahim dangan

bagian luar tubuh.

h. Klitoris, yaitu sebuah benjolan kecil yang banyak mengandung

pembuluh darah dan syaraf.

i. Bibir Vagina, yang terdiri dari labia mayora dan labia minora.

j. Tulang Kemaluan, yaitu tulang yang terletak di depan kandung

kemih.

k. Rambut Kemaluan, yang berfungsi untuk menyaring kotoran agar

tidak langsung masuk ke dalam.

l. Kandung Kemih, yaitu tempat penampungan sementara air seni

yang berasal dari ginjal.

m. Uretra (saluran kencing), yaitu saluran untuk mengeluarkan air

seni.

n. Mulut Uretra, yaitu saluran akhir dari kencing/uretra.

o. Rectum, yaitu bagian akhir dari usus besar yang terletak di atas

anus.

p. Anus, yaitu tempat keluarnya kotoran.

q. Selaput Dara (hymen), yaitu selaput tipis yang terdapat di muka

vagina.

(37)

Sedangkan organ-organ reproduksi pada laki-laki adalah sebagai

berikut:

a. Penis, yaitu organ yang berbentuk silindris dan didalamnya

terdapat saluran kencing.

b. Testis, yaitu alat reproduksi priayang menggantung di pangkal

batang penis.

c. Glans, yaitu kelenjar yang terletak di belakang saluran sperma.

d. Vesikula seminalis, yaitu kantung kecil di bawah prostat yang

menghasilkan cairan yang disebut “semen”.

e. Foreskin (preputium), yaitu kulit yang menutupi bagian glans.

r. Kandung Kemih, yaitu tempat penampungan sementara air seni

yang berasal dari ginjal.

f. Uretra (saluran kencing), yaitu saluran untuk mengeluarkan air

seni dan air mani.

g. Mulut Uretra, yaitu awal dari saluran kencing/uretra.

h. Kelenjar Prostat, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan yang

berisi zat makanan untuk menghidupi sperma.

i. Vas deferens (saluran sperma), yaitu saluran yang menyalurkan

sperma dari testis menuju vesicle seminalis.

j. Epidydimis, yaitu saluran-saluran yang lebih besar dan

berkelok-kelok yang membentuk bangunan seperti topi.

k. Scrotum, yaitu kantung kulit yang melindungi testis.

l. Tulang Kemaluan, yang terletak didepan kandung kemih.

(38)

m. Rambut Kemaluan, yang berfungsi untuk menyaring kotoran agar

tidak langsung masuk ke dalam.

n. Rectum, yaitu bagian akhir dari usus besar yang terletak di atas

anus.

o. Anus, yaitu tempat keluarnya kotoran.

3. Kontrasepsi

Remaja juga perlu mengenal dan memahami kontrasepsi,

terutama terkait dengan bekal dalam menempuh kehidupan

berkeluarga dimasa yang akan datang. Kontrasepsi menggunakan ilmu

pengetahuan dan metode pencegahan konsepsi, yaitu mencegah

kehamilan. Kontrasepsi juga sebagai kontrol kelahiran.

Metode kontrasepsi terdiri dari jenis hormonal dan

non-hormonal. Alat kontrasepsi non hormonal, seperti kondom, spermisida,

dan AKDR. Sedangkan kontrasepsi hormonal seperti pil, suntikan dan

susuk. Masing-masing alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan

kekurangan. Oleh karena itu dibutuhkan ahli, dokter atau petugas KB

untuk membantu memilihkan alkon yang sesuai dengan penggunanya.

4. Menstruasi dan Mimpi Basah

a. Merurut Windhu (2009: 22), proses menstruasi dimulai dengan

proses pematangan sel telur karena rangsangan dari salah satu

kelenjar otak yang bernama hipofise. Selama kurang lebih 14 hari

sel telur berusaha melepaskan diri dari indung telur tersebut

kemudian menuju rahim dan siap untuk dibuahi. Menstruasi

(39)

merupakan peristiwa luruhnya lapisan dinding rahim yang banyak

mengandung pembuluh darah (endometrium). Lapisan ini

terbentuk sebagai persiapan jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel

sperma. Jika sel telur tidak dibuahi maka jaringan ini akan

meluruh. Menstruasi biasanya berlangsung kurang lebih 28 hari

(antara 21-35 hari). Siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh

kondisi tertentu, seperti stress, pengobatan dan latihan olahraga.

Remaja biasanya siklus ini belum teratur, terutama pada awal

menstruasi, namun setelah kurun waktu tertentu akan menjadi lebih

teratur.

b. Mimpi basah pertama terjadi pada remaja laki-laki kira-kira usia

9-14 tahun. Mimpi basah umumnya terjadi secara periodik, berkisar

setiap 2-3 minggu. Mimpi basah merupakan pengeluaran cairan

sperma secara alami. Ketika testis mulai berreproduksi maka setiap

hari testis memproduksi sperma. Remaja yang mengalami mimpi

basah merupakan pertanda bahwa organ reproduksinya sudah

mulai berfungsi dan telah mencapai pubertas.

5. Penyakit Menular Seksual

Menurut Marmi (2014: 151), penyakit menular seksual (PMS)

disebut juga venereal (dari kata venus, yaitu Dewi cinta dari Romawi

Kuno), didefinisikan sebagai salah satu akibat yang ditimbulkan dari

aktivitas seksual yang ditimbulkan karena aktivitas seksual yang tidak

(40)

sehat sehingga menyebabkan munculnya penyakit menular, bahkan

pada beberapa kasus PMS justru membahayakan.

Menurut Munajat (2000: 28), penyakit menular seksual juga

dikenal dengan sebutan STD (Sexually Transmitted Diseasses), yaitu

merupakan penyakit yang dapat menular dari seseorang ke orang lain

melalui hubungan seksual, PMS juga disebut Penyakit kelamin.

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah suatu gangguan atau

penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, atau

jamur yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak

atau hubungan seksual. Dulu pertama kali disebut “Penyakit kelamin”

atau Veneral disease, tetapi sekarang sebutan yang paling tepat adalah

Penyakit Hubungan Seksual atau Seksually Transmitted Disease atau

secara umum disebut Penyakit Menular Seksual (Marmi, 2014: 151).

Berikut beberapa penyebab terjadinya Penyakit Menular Seksual

(PMS):

a. Bakteri, yaitu Siphilis (Raja singa), Gonorrhoea (Kencing nanah),

Clamidia.

b. Virus, yaitu Herpes simplex, Chancroid (Ulcus mole), Kutil

(warts).

c. Jamur, yaitu Candida albicans.

d. Protozoa, yaitu Trichomonas vaginalis (Munajat, 2000: 40).

(41)

Dikutip dari Ulwan & Hathout (1996), jumlah kasus penyakit

kelamin di Amerika Serikat tahun 1985, dilaporkan sebagai berikut:

Tabel Kasus Penyakit Menular Seksual (PMS) di AS

Jenis Penyakit Jumlah Kasus

Clamydia 3-10 juta

Gonorrhea 2 juta

Venereal warts 1 juta

Genital herpes 0,2 - 0,5 juta

Syphilis 90.000

Sumber: Time (1985: 85) dalam Ulwan & Hathout (1996)

Menurut Erni (2013: 77) dalam jurnal penelitiannya, data

menunjukkan pengetahuan remaja mengenai HIV/AIDS sekitar 95%,

Siphilis 37%, Gonorrhoea 12%, Genital herpes 3%, Clamydia 2%, dan

Venereal warts 0,3 %. Pengetahuan remaja tentang Penyakit Menular

Seksual (PMS) masih sangat rendah, karena terbatasnya akses

informasi kesehatan reproduksi yang didapatkan remaja.

Data PKBI tahun 2006 menunjukkan bahwa, kisaran umur

pertama kali melakukan hubungan seksual diluar nikah adalah pada

umur 13-18 tahun, 60%nya tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan

yang sangat mengejutkan adalah 85% dilakukan di rumah sendiri.

Selanjutnya, data Pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)

menunjukkan bahwa 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per

tahun, 27% dilakukan oleh remaja lebih kurang 700 ribu, sebagian

(42)

dilakukan dengan cara tidak aman. Sebanyak 30-35% aborsi adalah

penyumbang tingkat kematian ibu (Maternal Mortality Rate) Indonesia

yang saat itu berada pada peringkat tertinggi di ASEAN (Erni, 2013:

77).

Upaya-upaya aborsi beresiko bagi ibu maupun janin.

Pendarahan, infeksi rahim, kanker, dan kesulitan mendapatkan

keturunan adalah resiko yang akan muncul. Perilaku seks bebas di

kalangan remaja menambah daftar panjang kasus PMS. Meskipun dari

hasil penelitian membuktikan bahwa beberapa PMS telah ada obatnya

dan dapat disembuhkan.

Secara umum gejala yang nampak akan dirasakan oleh

penderita PMS pada laki-laki dan perempuan adalah:

a. Rasa sakit atau gatal di sekitar organ kemaluan.

b. Muncul benjolan, bintik atau luka di sekitar organ kemaluan.

c. Keluarnya cairan yang tidak biasa dari organ kemaluan, seperti

nanah.

d. Terjadinya pembengkakan di pangkal paha.

e. Rasa sakit pada perut bagian bawah (Kusniati & Riati, 2000: 4).

Penyakit menular seksual yang paling populer di kalangan

masyarakat adalah HIV/AIDS. AIDS merupakan singkatan dari

Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS didefinisikan sebagai

suatu kumpulan penyakit yang disebabkan menurunnya sistem

kekebalan tubuh karena infeksi.

(43)

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency

Virus. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh yang fungsinya

melindungi tubuh dari serangan penyakit. HIV/AIDS tergolong

penyakit menular seksual karena munculnya disebabkan oleh

hubungan seksual. Para ahli memasukkan AIDS kedalam penyakit

baru. Karena baru maka masih banyak orang tidak paham tentang

penularan dan pencegahannya. Namun, yang jelas AIDS menuntut

perhatian yang besar, karena semua orang dapat terserang AIDS. Bayi

yang baru dilahirkan, anak-anak, remaja, orang tua, bahkan

kakek-nenek sekalipun. Beberapa kegiatan yang dapat menularkan HIV:

a. Berhubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.

b. Pengguanaan jarum suntik, tattoo, tindik yang dapat menimbulkan

luka yang tidak disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan

sebelumnya telah dipakai oleh orang yang terinfeksi HIV.

c. Melalui transfusi darah yang tercemar HIV.

d. Ibu hamil yang terinfeksi HIV, pada anak yang dikandungnya

(Kusniati & Riati, 2000: 42-51).

Sampai sekarang vaksin pencegahannya masih belum

ditemukan dan belum ada obatnya, penyebarannya pun diam-diam

tapi bergerak cepat. Oleh karena itu, yang harus diketahui adalah cara

pencegahannya agar tidak tertular, guna melindungi diri dan orang

lain. Media penularan HIV ke dalam tubuh manusia adalah melalui

darah, air mani, dan cairan vagina.

(44)

D. Metode Pendidikan Seksual

Dalam penyampaian materi pendidikan seksual perlu

menggunakan beberapa pilihan metode pendidikan guna menunjang

tersampaikannya materi dengan baik. Berikut beberapa metode pendidikan

seksual yang dapat digunakan:

1. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode konvensional yang dipakai

untuk penerangan dan penuturan secara lisan kepada sejumlah peserta

didik, pada umumnya diikuti secara pasif. Metode ini dinilai mudah

mempersiapkan dan melaksanakannya serta paling ekonomis untuk

menyampaikan informasi.

Metode ini berguna untuk memperjelas uraian tentang deskripsi

perkembangan seksual remaja, serta sistem reproduksi pada manusia.

2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab merupakan sebuah metode dimana guru

memberi pertanyaan kepada peserta didik dan peserta didik menjawab,

atau sebaliknya peseta didik bertanya pada guru dan guru

menjawabnya. Pada metode ini peserta didik dapat saling tukar

pendapat dan memberi kesempatan bertanya seputar informasi seksual

remaja yang ingin diketahuinya. Metode ini juga dapat merangsang

kreativitas peserta didik dalam berpikir, lebih mengaktifkan peserta

didik dibandingkan metode ceramah, mengembangkan keberanian dan

keterampilan peserta didik, serta memusatkan perhatian peserta didik.

(45)

3. Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan metode mengajar yang sangat erat

kaitannya dengan pemecahan masalah (problem solving). Metode ini

lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok dan pembahasan

bersama. Metode diskusi dapat pula diartikan sebagai siasat

penyampaian bahan ajar yang melibatkan peserta didik untuk

memdiskusikan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik

bahasan yang bersifat problematis.

4. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara

memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu

kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media

pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang

sedang disajikan.

Penyampaian meteri pendidikan seksual dapat menggunakan alat

peraga berupa torso laki-laki dan perempuan guna menerangkan

bagian-bagian organ reproduksi pada manusia. Cara ini menjadikan

pengajaran menjadi lebih jelas dan kongkrit, membuat peserta didik

lebih mudah memahami apa yang sedang dipelajari, membuat peserta

didik terangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori

dan kenyataan, serta pengajaran lebih hidup dan lebih menarik

(Rahyubi, 2014: 239).

(46)

Guru harus bijak dalam penggunaan metode. Masing-masing

metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Maka dari itu, guru perlu

memilih metode yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik.

(47)

BAB III

REMAJA DAN DINAMIKA PERKEMBANGAN

SEKSUALNYA

A. Pengertian Remaja

Menurut Hurlock (1996), istilah adolescence atau remaja berasal

dari bahasa Latin yaitu adolescere (kata bendanya adolescentia yang

berarti remaja) artinya tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.

Istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai

arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan

fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (121) dalam Hurlock (1996:

206):

“Secara psikologis, masa remaja adalah masa dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dan ia merasa tidak lebih rendah dari orang dewasa, melainkan setara. Minimal berkaitan dengan hak. Integrasi dalam masyarakat mempunyai banyak aspek berkaitan dengan masa puber, termasuk aspek intelektual. Transformasi intelektual yang khas dan umum dari cara berfikir remaja memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam berhubungan dengan orang dewasa.”

Kata remaja menggunakan istilah puber dan adolescent. Ahli-ahli

di Eropa menggunakan istilah puber untuk menyatakan masa kematangan

secara seksual, yang berlangsung antara umur 12 sampai 18 tahun.

Sedangkan istilah adolescent dipakai untuk menyatakan masa transisi

menuju dewasa, yaitu antara umur 18 sampai 20 tahun. Ahli-ahli Amerika

mengartikan adolesence sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

(48)

dewasa, yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda pubertas dan

diakhiri dengan kematangan fisik dan psikis (Simandjuntak, 1984: 84).

Menurut Thornburg (1982) dalam Dariyo (2004: 14),

penggolongan remaja terbagi menjadi tiga, yaitu remaja awal (usia 13-14

tahun), remaja madya (usia 15-17 tahun), remaja akhir (usia 18-21 tahun).

Penggunaan istilah untuk menyebutkan masa peralihan dari masa

anak menuju masa dewasa, ada yang memberi istilah Puberty (Inggris),

Pubertit (Belanda), Pubertas (Latin), yang berarti kedewasaan yang

ditandai dengan sifat maskulin. Ada pula yang yang menggunakan istilah

Adulscentio (Latin) yaitu masa muda. Istilah Puberscence yang berasal

dari kata Pubis yang dimaksud Pubishair atau bulu di sekitar organ

kemaluan. (Rumini & Sundari, 2004: 53).

Hal tersebut menjadi pertanda masa kanak-kanak berakhir dan

menuju kematangan seksual. Dalam buku-buku di Indonesia istilah-istilah

tersebut dipakai berganti-ganti. Agar penggunaan istilah tersebut tidak

rancu.

B. Karakteristik Remaja

Setiap fase perkembangan manusia mempunyai ciri khas yang

berbeda satu sama lain. Kondisi psikologis remaja yang baru saja

memasuki fase baru membuat remaja mengalami perubahan pola berpikir.

Perubahan cara berpikir dan perubahan konsep diri remaja ini

kadang tidak disadari oleh orang tua. Orang tua masih memperlakukan

remaja seperti tahun-tahun sebelumnya, masih menganggap seperti

(49)

anak. Remaja bisa saja tidak dihargai, tidak diterima apa adanya, dianggap

tidak mampu, remaja merasa disepelekan, serta merasa ide atau

pendapatnya tidak diterima. Hal ini dikarenakan orang tua masih

menganggap anaknya belum cukup matang dan belum cukup dewasa

untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Akibatnya

perbedaan pendapat dan konflik sering terjadi antara remaja dengan orang

tuanya.

Agar orang tua dapat memahami remaja seutuhnya, orang tua perlu

mengerti karakteristik remaja. Berikut beberapa karakteristik psikologis

remaja:

1. Meningkatnya minat terhadap kehidupan seksual

Hal ini menyebabkan munculnya keingintahuan yang tinggi dari

diri remaja yang ditandai dengan usaha mencari informasi dari

sumber-sumber yang seringkali tidak tepat, seperti film, gambar, dan

buku bacaan.

2. Minat dalam keintiman sesuai emosi dan fisik lawan jenis

Pada remaja muncul ketertarikan terhadap lawan jenis, yang

nampak dalam perilaku mendekati lawan jenis, ingin mempunyai

teman dekat (pacar), dan tak jarang berlanjut pada keintiman secara

fisik.

(50)

3. Kehidupan emosi masih labil

Remaja masih dalam fase mencari identitas diri, ingin

menemukan siapa dirinya, sementara kehidupan emosinya masih labil

dan mudah terpengaruh terhadap gejolak yang ada di sekitarnya.

4. Mempunyai daya eksperimen yang tinggi

Remaja mempunyai sifat ingin tahu yang sangat besar. Jiwa

petualangnya begitu kuat, termasuk petualangan dalam hubungan

percintaan (Sriyanti, 2009: 39).

C. Perkembangan Remaja

Perkembangan merupakan suatu perubahan yang bersifat kualitatif,

yang ditekakan pada segi fungsional (Ahmad & Sholeh, 2005: 6).

Menurut Herdiansiska & Wardani (2000: 9), aspek perkembangan

yang dialami oleh remaja adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan Kepribadian (Konsep Diri)

Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang

mengenai dirinya sendiri. Hal ini meliputi kemampuan, karakter diri,

sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Gambaran pribadi

remaja terhadap dirinya meliputi penilaian diri dan penilaian sosial.

2. Perkembangan Identitas Diri

Perkembangan identitas diri selain mempertanyakan siapa

dirinya, hal lain lebih penting bagi remaja adalah menemukan dalam

konteks kelompok mana dirinya bisa tampil dan bermakna. Identitas

(51)

atau jati diri remaja tergantung pada kelompok mana ia bisa

menghargai dan dihargai.

3. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial adalah kemampuan untuk berpikir secara

kritis mengenai isu-isu dalam hubungan interpersonal, yang

berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman, serta berguna untuk

memahami orang lain dan menentukan bagaimana melakukan interaksi

dengan orang lain.

4. Perkembangan Emosi

Emosi remaja lebih mudah bergejolak dan biasanya

diekspresikan secara meledak-ledak. Kondisi emosional berlangsung

cukup lama, sampai pada akhirnya kembali ke keadaan semula.

5. Perkembangan Kognitif

Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, kemampuan

kognif remaja berada pada tahap formal operational. Remaja harus

mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan

suatu masalah dan mempertanggung jawabkannya. Ia harus dapat

memandang masalah dari berbagai sudut pandang dan

menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai landasan

pertimbangannya.

6. Perkembangan Moral

Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih

abstrak dan kurang nyata. Remaja membentuk norma-norma moral

(52)

sendiri berdasarkan konsep benar dan salah yang diubah dan

diperbaikinya. Norma tersebut disesuaikan dengan tingkat

perkembangan yang lebih matang dan telah dilengkapi hukum-hukum

dan aturan-aturan dari orang tua, guru dan orang dewasa lainnya,

dilengkapi dengan pengetahuan yang diperoleh dari pelajaran agama.

7. Perkembangan Seksualitas

Masa remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya

perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk

tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan

organ-organ seksual). Perubahan-perubahan fisik dinilai sebagai gejala

primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis

muncul sebagai akibat dari perubahan fisik tersebut.

Tanda-tanda seksualitas dibagi menjadi tiga, yaitu primer,

sekunder, dan tertier. Tanda-tanda seksualitas primer merujuk pada

organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses

reproduksi. Tanda-tanda seksualitas primer ini berbeda antara laki-laki

dan perempuan.

Menurut Hurlock (1996), pada laki-laki, tanda-tanda seksual

primer ditunjukkan dengan pertumbuhan kemaluan dan scrotum yang

cepat, yang mulai terjadi pada usia 14 tahun, setelah itu ditandai

dengan terjadinya mimpi basah. Sementara itu, pada perempuan

perubahan tanda-tanda seksualitas ditandai dengan munculnya periode

(53)

menstruasi, yang juga disebut menarche, yaitu menstruasi yang

pertama kali dialami.

Sedangkan, tanda-tanda seksualitas sekunder adalah tanda-tanda

jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi,

namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara laki-laki dan

perempuan. Tanda-tanda jasmaniah ini muncul sebagai akibat dari

berfungsinya hormon-hormon seksualitas (Desmita, 2010: 193).

Menurut Hurlock (1996), pada laki-laki, hormon testosteron

diproduksi oleh testis, sedangkan pada perempuan diproduksi oleh

indung telur. Hormon-hormon tersebut ada di dalam darah dan

mempengaruhi organ-organ tubuh, sehingga terjadi beberapa

pertumbuhan yang menimbulkan tanda-tanda seksualitas sekunder.

Tanda-tanda seksualitas sekunder yang dialami perempuan adalah

sebagai berikut:

a. Pertambahan tinggi badan.

b. Suara lebih penuh dan semakin merdu.

c. Kelenjar lemak dan kelenjar minyak menjadi semakin aktif.

d. Otot semakin besar dan kuat.

e. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, dan berpori.

f. Buah dada membesar dan pinggul melebar.

g. Tumbuh bulu ketiak dan disekitar organ kelamin.

(54)

Sedangkan tanda-tanda seksualitas sekunder yang dialami

laki-laki adalah sebagai berikut:

a. Pertambahan tinggi badan.

b. Badan lebih berotot, sehingga membentuk lengan, tungkai kaki dan

bahu.

c. Kelenjar lemak dan kelenjar minyak menjadi semakin aktif.

d. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, agak pucat dan pori-pori

meluas.

e. Suara membesar dan dalam.

f. Tumbuhnya jakun.

g. Mengalami mimpi basah.

h. Tumbuhnya bulu-bulu (bulu ketiak, bulu di sekitar kemaluan, bulu

jenggot/kumis, bulu dada).

Adapun tanda-tanda tertier menunjuk pada sikap atau perilaku,

pada laki-laki misalnya perubahan mimik bicara, cara berpakaian, cara

mengatur rambut. Sedangkan pada perempuan adanya perubahan cara

berbicara, cara tertawa, cara berpakaian, cara berjalan, dan lain

sebagainya (Ahmad & Sholeh, 2005: 122).

8. Perkembangan Psikologis

Munculnya hormon seksualitas remaja mengakibatkan timbulnya

dorongan seksualitas pada remaja, secara psikologis mengakibatkan

rasa ketertarikan kepada lawan jenis. Remaja laki-laki maupun

perempuan menjadi begitu mudah terangsang kehidupan seksualnya.

(55)

Sementara karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan

pendidikannya terlebih dahulu, remaja tidak bisa segera menikah atau

menyalurkan dorongan seksualnya, norma yang berlaku dalam agama

juga membatasi penyaluran dorongan seksual yang tidak pada

tempatnya. Untuk itu perlu pengarahan agar remaja dapat

mengendalikan dorongan seksualnya dengan baik dan benar agar dapat

menyelesaikan problematika yang dihadapinya (Wahyudi, 2000: 5).

Sejalan dengan perubahan fisik yang terjadi juga merangsang

perkembangan psikologis remaja. Remaja mengalami cara berpikir

yang berbeda dengan masa sebelumnya. Remaja juga menemui

pola-pola baru yang juga berbeda dengan sebelumnya. Konsep diri dan cara

menghargai dirinya menjadi berubah. Intinya remaja mulai

membangun diri.

D. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Dariyo (2004: 77), tugas perkembangan adalah

tugas-tugas atau kewajiban yang harus dilalui oleh setiap individu sesuai dengan

tahap perkembangan individu tersebut. Tugas perkembangan yang dialami

remaja adalah sebagai berikut:

1. Menjalin relasi dengan teman sejenis maupun lawan jenis

Untuk menjalin relasi dengan sejenis, remaja mulai belajar untuk

menjadi pribadi yang dewasa. Sedangkan, untuk menjalin relasi

dengan lawan jenis, remaja belajar menguasai keterampilan sosial.

(56)

2. Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita

Hakikatnya, remaja mulai mempelajari sekaligus menerima

peranan sosialnya sebagai pria atau wanita. Peranan sosial antara pria

dan wanita tentu berbeda, khususnya di Indonesia. Peranan sosial

wanita sedang mengalami pergeseran ditengah masyarakat modern.

Seorang wanita lebih mementingkan karier/profesinya dibandingkan

dengan perannya sebagai ibu rumah tangga. Masyarakat menuntut agar

mereka tetap menjunjung tinggi peranan sosialnya sesuai kodratnya

masing-masing.

3. Menerima keadaan fisik sendiri

Remaja mulai mempelajari fisiknya, fisik yang mulai tumbuh

akan menimbulkan perubahan sikap dan minatnya. Ia pun mulai

menanamkan rasa percaya diri terhadap keadaannya secara fisik, serta

menjaga dan melindungi diri sendiri.

4. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan

Remaja mulai memilih pekerjaan sesuai dengan bakat dan

keinginannya, dan mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan

pekerjaan. Jika dilihat dari kekuatan fisiknya, remaja usia 18 tahun

telah dianggap cukup kuat untuk mempersiapkan diri untuk

memperoleh pekerjaan.

5. Memilih pasangan dan mempersiapkan diri untuk berkeluarga

Remaja mulai mengembangkan sikap positif terhadap kehidupan

berkeluarga. Sikap remaja sangat bervariasi terhadap pernikahan,

Gambar

Tabel Kasus Penyakit Menular Seksual (PMS) di AS
Tabel Frekuensi Masturbasi

Referensi

Dokumen terkait

a) Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh

Para dosen Universitas Bina Nusantara yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini dan yang telah membimbing penulis selama menempuh ilmu di Universitas

Penggunaan teknologi anaerobik dengan menggunakan reaktor rektor fixed bed (reaktor unggun tetap), selain dapat membantu menyelesaikan permasalahan pencemaran lingkungan

Dukungan Organisasional Terhadap Etos Kerja Pegawai Non PNS di Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman Lingkungan Hidup Kabupaten Kudus ”.. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi

Suatu versi pengungkapan langsung (direct assessement) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal dengan menggunakan aitem ganda (Azwar,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan mulsa dengan takaran 6 ton/ha mampu meningkatkan hasil jumlah daun, berat kering akar dan kandungan klorofil total tetapi tidak

Skaičiuojant kainų indeksus pagal Laspeireso formulę svoriai fiksuojami baziniu lygiu ir nekeičiami tam tikrą lai- kotarpį (pvz., Europos Sąjungoje – penkerius metus). Būtina

Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 2 Padang , Jurnal Pendidikan Matematika , Vol.3, N0.1, 2014.. Pada tahap clarifying , siswa menjelaskan pengetahuan mereka di depan kelas dan siswa