KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA
(KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
ISLAM)
SKRIPSI
Disusun guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
ERYN FEBRIANA
NIM. 111-12-055
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si Dosen IAIN Salatiga
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi,
maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Eryn Febriana
NIM : 111-12-055
Judul : “KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA
(KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
ISLAM)”
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 1 Januari 2017
Pembimbing,
Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si NIP.196608141991032003
SKRIPSI
“KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA (KAJIAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM)”
Oleh:
ERYN FEBRIANA
NIM. 111-12-055
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 6 Januari 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd).
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Suwardi, M. Pd
Sekretaris Penguji : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si
Penguji I : Imam Mas Arum, M. Pd
Penguji II : Prof. Dr. Mansur. M. Ag
Salatiga, 20 Februari 2017
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga,
Suwardi, M.Pd
NIP. 19670121 199903 10002 KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706
Website:www.iainsalatiga.ac.idEmail:administrasi@iainsalatiga.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN
PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Eryn Febriana
Nomor Induk Mahasiswa : 111-12-055
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat dan temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Dan saya menyatakan kesediaan apabila skripsi ini dipublikasikan.
Salatiga, 20 Februari 2017
Penulis,
Eryn Febriana NIM. 111-12-055
MOTTO
“Perfectness is the first thing i always think when i do a job.”
(Kesempurnaan adalah hal pertama yang selalu saya pikirkan
ketika saya melakukan suatu pekerjaan)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah ‘ala kulli hal, atas limpahan kasih sayang Sang Maha
Rahmaan dan Rahiim yang telah mengantarkan penulis pada kesempatan
istimewa ini. Penulis persembahkan karya kecil ini sebagai kado bukti keseriusan
kepada orang-orang terkasih yang Allah titipkan untuk mendampingi hingga
penghujung awal perjuangan.
1. Terimakasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, sang pemberi kasih tak
berkesudahan. Semoga Allah memberikan balasan setimpal Surga Firdaus
kepadanya.
2. Adik kandungku, Aditya Dwi Laksana, yang telah memberikan pelajaran
berharga dalam hidup.
3. Embah Kakung dan Embah Putri, terimakasih atas dekapan kasih sayangnya
yang tulus.
4. Ponakan-ponakan kecilku, yang selalu memberikan warna-warni keceriaan
setiap harinya.
5. Segenap keluarga besar, yang senantiasa mendukung dalam setiap langkah.
6. Seluruh anggota Lembaga Dakwah Kampus (LDK) “Fathir Ar-Rasyid” IAIN
Salatiga. Semoga ukhuwah yang telah terjalin erat menjadi washilah untuk
mengantarkan ke SurgaNya kelak.
7. Teman-teman Kelas PAI B serta seluruh teman-teman PAI Angkatan 2012
IAIN Salatiga. Kebersamaan yang terajut telah menciptakan canda, tawa,
tangis, bahagia, dan sejuta pengalaman yang terukir dalam bingkai kenangan
manis.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asmaa Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur hanya layak dan pantas dipersembahkan kepada Sang
Pemilik Keagungan, Allah swt. Atas takdirNyalah, dijadikannya manusia sebagai
“akhsani taqwiim”, yang senantiasa berfikir, berilmu dan beriman.
Lantunan shalawat serta salam terhaturkan kepada Nabi akhir zaman,
Nabi penyampai mau’idzah khasanah, Nabi penyempurna akhlak manusia,
Dialah Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa salam. Atas wahyu yang Ia
sampaikan kepada umatnya, telah mengantarkan manusia pada ketaqwaan kepada
Allah swt.
Skripsi ini terselesaikan bukan atas jerih payah penulis sendiri, melainkan
atas bantuan dan kebaikan dari orang-orang hebat. Maka dari itu, atas bimbingan
dan arahannya, penulis ucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) IAIN Salatiga.
4. Ibu Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan waktunya dalam upaya membimbing
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Jaka Siswanta, M. Pd., selaku dosen pembimbing akademik.
6. Bapak/Ibu dosen IAIN Salatiga, yang telah mendidik, mengarahkan dan
memotivasi dari awal hingga akhir perkuliahan.
7. Segenap civitas akademika IAIN Salatiga, dan seluruh pihak yang telah
membantu hingga skipsi ini selesai.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik konstruktif sangat
diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini. Jazaakumullah akhsanal jazaa’.
Salatiga, 20 Februari 2017
Penulis,
Eryn Febriana NIM. 111-12-055
ABSTRAK
Febriana, Eryn. 2017. ”Konsep Pendidikan Seksual bagi Remaja (Kajian
dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si.
Kata Kunci: Pendidikan Seksual, Remaja, Pendidikan Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan eksplorasi lebih lanjut tentang problem dinamika perkembangan seksual remaja. Remaja banyak terjerumus dalam perilaku seksual menyimpang. Hal ini disebabkan minimnya pengetahuan mengenai pendidikan seksual secara umum dan khususnya pendidikan seksual sesuai syari’at Islam.
Penulis menggunakan jenis penelitian library research atau penelitian kepustakaan untuk memperoleh data ilmiah. Metode ini digunakan untuk mencari data melalui sumber utama hukum Islam yaitu al-Qur’an dan hadits serta buku, jurnal, majalah, artikel, surat kabar terkait pendidikan seksual secara umum dan pendidikan seksual dalam perspektif Islam sebagai pelengkapnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dalam konsep pendidikan seksual perspektif pendidikan Islam terdapat etika dan kaidah yang lebih menyeluruh dan terperinci dibandingkan konsep umum, meliputi kebersihan dan kesehatan tubuh, akil baligh, pemahaman tentang mahram, aurat dan adab berpakaian, pergaulan sesama jenis dan lawan jenis, adab tidur dan bercengkrama dengan keluarga, etika bergaul dengan lawan jenis dan anjuran mengelola dorongan seksual. Pendidikan seksual perspektif Islam menekankan sisi moral kesantunan sebagai upaya mengembalikan fitrah manusia.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
NOTA PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI .. iv
MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Penegasan Istilah ... 7
E. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 11
G. Metode Penelitian... 12
H. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II DESKRIPSI UMUM PENDIDIKAN SEKSUAL
A. Pengertian Pendidikan Seksual ... 16
B. Tujuan Pendidikan Seksual ... 19
C. Materi Pendidikan Seksual ... 20
D. Metode Pendidikan Seksual ... 31
BAB III REMAJA DAN DINAMIKA PERKEMBANGAN SEKSUALNYA A. Pengertian Remaja ... 34
B. Karakteristik Remaja ... 35
C. Perkembangan Remaja ... 37
D. Tugas Perkembangan Remaja ... 42
E. Dinamika Perkembangan Seksual Remaja ... 45
F. Penyimpangan Seksual... 50
G. Fenomena Pacaran pada Remaja ... 56
BAB IV PENDIDIKAN SEKSUAL DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 60
B. Dasar Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 62
C. Prinsip Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 67
D. Tujuan Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 68
E. Materi Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 72
F. Metode Pendidikan Seksual dalam Perspektif Pendidikan Islam ... 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Konsultasi Skripsi
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Surat Keterangan Kegiatan (SKK)
4. Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbincangan mengenai seksual bagi orang awam masing dianggap
sebagai sesuatu yang tabu, terlebih bila dibicarakan di kalangan remaja.
Seksual merupakan bagian integral dalam kehidupan manusia. Tidak
hanya berhubungan dengan reproduksi, seksual juga berkaitan dengan
masalah kebiasaan atau adat istiadat, agama, seni, moral dan hukum.
Kenyataan dalam masyarakat muslim menunjukkan, bahwa
sebagian cenderung menolak membicarakan persoalan seksual, namun hal
tersebut tidak dapat menghindari keingintahuannya tentang seksual,
khususnya remaja. Sebab, bagaimanapun juga persoalan seksual adalah
alami. Relatif banyak kaum remaja yang pada akhirnya memenuhi
keingintahuannya tentang seksual melalui media internet yang sering kali
tanpa sensor hingga budaya vulgar dibelahan dunia barat terkadang
dipahami dan diadopsi secara apa adanya. Padahal, watak sosiologis suatu
kebudayaan tertentu manakala diterapkan, mempunyai implikasi
signifikan bagi kehidupan lainnya.
Masa remaja merupakan suatu masa di antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa. Pada masa tersebut ia sudah tidak tampak sebagai
kanak-kanak, namun juga belum tampak sebagai orang dewasa, baik jenis
kelamin laki-laki maupun perempuan. Dalam ranah kognitif, kapasitas
remaja untuk mengambil keputusan sering kali masih dalam masa
pertumbuhan dan dalam situasi rangsangan yang tinggi. Di samping itu,
perilaku seksual di kalangan remaja mungkin terjadi dalam
konteks-konteks yang beresiko, yang dilakukan tanpa pertimbangan yang baik,
atau benar-benar berbahaya.
Pengetahuan seksual remaja pada umumnya diperoleh dari
pergaulan teman sebaya, atau dari bacaan-bacaan yang mengungkapkan
masalah tersebut. Dari teman sebayanya yang sering memperbincangkan
lelucon yang cenderung kotor, sehingga tak jarang akan menimbulkan
sesuatu yang bersifat negatif.
Pemahaman remaja tentang seksual sering kali kurang memadai,
orang sekitar terutamanya orang tua, kurang membantu menunjang
pemahaman terhadap masalah seksual remaja. Demikian pula di sekolah,
lembaga pendidikan formal juga kurang memberikan pendidikan seksual
secara memadai bagi remaja di Indonesia termasuk di beberapa negara
barat.
Alasan yang dijadikan dasar untuk menyelenggarakan pendidikan
seksual adalah banyaknya kasus kehamilan dan melahirkan di usia muda.
Kerana hamil dan melahirkan pada usia muda memiliki resiko tinggi (tidak
sehat atau mati), maka perlu dicegah. Cara untuk mencegahnya adalah
dengan mendidiknya, maka dipilihlah pendidikan seksual untuk
meningkatkan pengetahuan remaja tentang masalah seksual guna
menghindari perilaku seksual menyimpang. Namun kenyataan yang ada
saat ini pendidikan seksual belum terselenggara secara baik dan tepat.
Akibarnya, perilaku seks bebas remaja yang masif dan terjadi di manapun
saat ini sudah sangat berbahaya.
Hasil penelitian yang ada di Indonesia, tepatnya di kota Semarang
dengan jumlah kasus AIDS terbesar di Jawa Tengah yaitu sampai dengan
tanggal 30 September 2011, ditemukan kasus AIDS sebanyak 195 dan
HIV sebanyak 769 kasus. Kasus ini meningkat drastis, karena pada tahun
sebelumnya jumlah kasus AIDS hanya 111 kasus, dan HIV sebanyak 491
kasus. Fenomena kasus HIV/AIDS adalah seperti gunung es, sehingga
diperkirakan jumlah penderita ini akan terus bertambah sejalan dengan
perilaku beresiko yang dilakukan oleh masyarakat seperti perilaku seksual,
penggunaan Napza suntik, dan sebagainya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Unnes Sex Care Community
(USeCC) suatu organisasi mahasiswa peduli kesehatan reproduksi remaja
pada tahun 2009, menyebutkan bahwa kebiasaan pacaran mahasiswa
disebuah Universitas di Semarang dilakukan dengan aktivitas kissing 43%,
necking 17%, petting 15%, dan sebanyak 5% mengaku pernah melakukan
intercourse (hubungan seksual) sebelum menikah (Azinar, 2013:
154-155).
Berdasarkan norma yang ada di barat, hubungan seksual di luar
pernikahan dianggap biasa terjadi, karena diyakini bahwa yang terpenting
dalam melakukan hubungan seksual adalah sehat. Upaya yang biasa
dilakukan adalah dengan memakai alat kontrasepsi agar tidak terjadi
kehamilan dan sebagai alasan kesehatan. Pendidikan seksual secara secara
umum hanya mengajarkan tentang bagaimana upaya menjalin relasi yang
sehat antar lawan jenis.
Hal tersebut sangat bertentangan dengan norma-norma Islam,
seperti yang ada di Indonesia, sebagai mayoritas penganut agama Islam.
Islam mengajarkan bahwa zina merupakan perbuatan keji yang dilarang
sama sekali. Mendekati saja tidak diperbolehkan, apalagi sampai
melakukannya. Salah satu hal yang dapat mendekatkan seseorang pada
perbuatan zina adalah pacaran, yang justru tengah menjadi fenomena di
kalangan remaja saat ini.
Dari berbagai penelitian tersebut, dapat dilihat sumber yang
menjadikan maraknya seks bebas di kalangan remaja adalah karena tidak
adanya norma-norma kesantunan yang diterapkan. Misalnya seperti
pergaulan antar lawan jenis, hal sederhana ini banyak sekali hikmah dan
manfaatnya, karena jika dapat diterapkan dengan baik akan menjadi
benteng terjadinya zina. Islam melarang untuk menyalurkan hasrat
seksualnya dengan perbuatan tercela. Selanjutnya, untuk melakukan
hubungan seksual secara sah, seorang muslim harus sudah dalam ikatan
pernikahan.
Oleh karena itu, penting adanya menjadikan pendidikan seksual
sesuai ajaran Islam karena agama Islam adalah salah satu agama yang
mengajarkan kesantunan dalam mempelajari pengetahuan apapun, terlebih
soal seksual. Banyaknya informasi tentang seksual oleh remaja muslim
yang demikian apa adanya, mendorong pendidikan dalam dunia Islam
untuk merumuskan pendidikan seksual, dengan demikian diharapakan
mereka mampu membedakan dengan jelas dan tegas, mana pendidikan
seksual yang mencakup nilai-nilai Islam dengan pendidikan seksual secara
umum dan terkadang cenderung menafikan kaidah kesantunan yang ada
dalam nilai-nilai ajaran agama Islam.
QS. Al-Mu’minuun: 12-13
Artinya:”Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).”
Surah Al-Mu’minuun ayat 12-13 menjelaskan tentang asal mula
kejadian diciptakannya manusia. Manusia diciptakan dari sari pati (tanah),
kemudian disimpan di tempat yang kokoh yaitu rahim seorang ibu.
QS. Al-Israa’: 32
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”
Surah Al-Israa’ ayat 32 menjadi gambaran jelas bahwa seorang
manusia dilarang mendekati perbuatan zina. Karena sesungguhnya zina
merupakan perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk. Pelarangan zina
tentu akan meninggalkan hikmah yang sangat agung.
Islam adalah adalah agama yang universal yang mengatur segala
sesuatu secara rinci dan berlaku untuk semua umatnya, dengan maksud
memberikan tuntunan ke jalan yang benar. Segala persoalan yang dialami
manusia dikembalikan kepada ajaran Islam. Demikian masalah seksual.
Islam sudah mengatur sedemikian rupa sejak seribu empat ratus tahun
yang lalu. Islam juga memberikan konsep bagaimana cara mengendalikan
dorongan seksual, yaitu dengan menikah, namun bila belum mampu
dianjurkan untuk berpuasa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengkajinya dengan mengambil judul “KONSEP PENDIDIKAN
SEKSUAL BAGI REMAJA (KAJIAN DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN ISLAM).”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pendidikan seksual secara umum?
2. Bagaimana dinamika perkembangan seksual remaja?
3. Bagaimana konsep pendidikan seksual bagi remaja dalam perspektif
pendidikan Islam?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan seksual secara umum.
2. Untuk mengetahui dinamika perkembangan seksual remaja.
3. Untuk mengetahui konsep pendidikan seksual bagi remaja dalam
perspektif pendidikan Islam.
D. Penegasan Istilah
1. Konsep Pendidikan Seksual
Pendidikan seksual secara umum merupakan upaya memberikan
pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis dan psikososial
sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Menurut Hurlock (1996), pendidikan seksual penting untuk
remaja dikarenakan untuk memupuk konsep tentang peran laki-laki
dan perempuan yang sesungguhnya.
Teori pendidikan seksual menjelaskan tujuan yang dipakai dalam
penyelenggaraan pendidikan seksual, disajikan pula berbagai metode
pendidikan seksual yang dapat dipakai seorang guru, psikolog, atau
orang tua dalam mendidik anak, serta materi pendidikan seksual
seperti pubertas pada remaja, perkembangan dan pertumbuhan remaja,
kontrasepsi, sistem reproduksi pada manusia, menstruasi dan mimpi
basah, penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, dan lain
sebagainya.
Teori-teori tersebut disampaikan guna membekali pengetahuan
seksual pada remaja dan sebagai perlindungan terhadap perilaku
seksual menyimpang serta berbagai akibat yang akan muncul.
2. Perkembangan Seksual Remaja
Menurut Fathurrofiq (2014: 63), perkembangan merupakan suatu
perubahan yang bersifat kualitatif. Sedangkan, seksual remaja
berhubungan dengan anatomi tubuh atau fisiologi yang ada pada diri
remaja.
Perkembangan remaja meliputi berbagai aspek, diantaranya
adalah aspek perkembangan kepribadian, identitas diri, sosial, kognitif,
moral, seksual, dan sebagainya. Pada perkembangan seksual, masa
remaja diawali masa pubertas, yaitu masa terjadinya
perubahan-perubahan fisik yang meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh
dan proporsi tubuh serta fungsi fisiologis (kematangan organ-organ
seksual) (Desmita, 2010: 193).
Menurut Hurlock (1996: 230), remaja pada perkembangannya
mulai belajar memainkan peran seksual sesuai tugas perkembangan
yang dilalui pada tahap tersebut. Remaja mulai belajar menjalin relasi
dengan lawan jenis, tugas perkembangan ini dirasa lebih sulit bagi
remaja perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
3. Perspektif Pendidikan Islam
Secara sederhana perspektif berarti cara pandang terhadap
sesuatu. Islam adalah agama Allah. Agama artinya jalan. Agama Allah
berarti jalan menuju kepada-Nya dan bersumber pada-Nya (Zuhairini,
1998: 35).
Pendidikan merupakan proses transfer ilmu pengetahuan, yang
umumnya dilakukan dengan lisan, tulisan/gambar, dan perbuatan
(perilaku/sikap). Pendidikan juga diartikan sebagai sega usaha yang
dilakukan untuk mengarahkan manusia sehingga dapat tumbuh dan
berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana
mestinya (Muchtar, 2008: 14).
Pendidikan seksual dalam perspektif pendidikan Islam
mengajarkan manusia untuk menjaga kemaluannya, salah satunya
dengan tidak sedikitpun mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (Al-Israa:
32). Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan
etika bergaul dengan lawan jenis, menutup aurat, menundukkan
pandangan, cara tersebut merupakan langkah awal untuk menghindari
terjadinya zina mata yang berujung pada zina yang sesungguhnya.
Pendidikan seksual secara umum merupakan penerangan atau
pengajaran berkaitan dengan upaya menjaga dan merawat organ
reproduksi dengan baik agar terhindar dari jenis penyakit seksual serta
mengajarkan tentang bagaimana upaya menjalin relasi yang sehat antar
lawan jenis. Pendidikan seksual secara umum hanya mengajarkan
cara-cara sehat berkaitan dengan kehidupan seksual.
Berbeda dengan pendidikan seksual perspektif Islam yang
menekankan sisi moral kesantunan sebagai upaya mengembalikan
fithrah manusia.
E. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pendidikan seksual telah dilakukan sebelumnya.
Penelitian ini sebagai lanjutan atas penelitian sebelumnya. Pada penelitian
Masikun (2007), dengan judul Pendidikan Seksual bagi Remaja dalam
Kajian Pendidikan Islam, pembahasan pendidikan seksual ditinjau dari
kacamata pendidikan Islam. Deskripsi umum pendidikan seksual dan
pendidikan seksual dalam Islam dibahas secara bersama-sama. Pada bab
ke empat, pembahasan analisis pendidikan seksual direlevansikan dengan
pendidikan Islam. Selanjutnya ditemukan korelasi antara keduanya, yaitu
pendidikan seksual yang ada harus mengacu pada pendidikan Islam.
Penelitian selanjutnya oleh Hafidoh (2007) deskripsi pendidikan
seksual ditinjau dari kitab Uqudulujain karya Syekh Muhammad bin Umar
Nawawi yang memaparkan sekilas tentang kitab Uqudulujain dan muatan
pendidikan seksual di dalamnya. Inti dari pembahasan pendidikan seksual
dalam penelitian tersebut mengacu pada aplikasi dalam kehidupan
berumah tangga ditinjau dari kitab Uqudulujain, pada bab berikutnya
pembahasan dikaitkan dengan bagaimana Islam mengatur mengenai
pendidikan seksual.
Penelitian Saputri (2009) membahas mengenai pendidikan seksual
bagi remaja dalam perspektif pendidikan Islam. Tinjauan pada penelitian
hampir sama dengan penelitian Masikun (2007). Pada bab ketiga,
penelitian difokuskan pada deskripsi perkembangan remaja.
Sedangkan, pada penelitian pembahasan ini pendidikan seksual
secara umum dan pendidikan seksual dalam Islam dibahas secara terpisah,
dikarenakan keduanya memiliki ruang lingkup yang berbeda. Deskripsi
perkembangan seksual remaja dibahas lebih luas dan kekinian, karena
dilengkapi dengan pembahasan mengenai fenomena pacaran pada remaja
dan hasil penelitian beberapa tahun terakhir tentang
penyimpangan-penyimpangan seksual yang erat kaitannya dengan perilaku seks bebas
remaja masa kini. Pada bab keempat, pendidikan seksual dalam Islam
dibahas secara terperinci dan mendalam yang diperkuat dengan dasar
pendidikan seksual sesuai al-Qur’an dan Hadits.
Pendidikan seksual telah menjadi aspek penting dalam pendidikan
Islam. Pendidikan seksual yang ada seharusnya mengacu pada pendidikan
seksual dalam Islam. Pendidikan seksual sesuai syari’at Islam diharapkan
dapat membekali kehidupan remaja di masa depan menjadi pribadi yang
bermoral.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
sumbangan bagi pengembangan dalam dunia pendidikan Islam
umumnya, khususnya bagi remaja untuk memperkaya khasanah
pendidikan seksual sesuai syariat Islam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Remaja
Penelitian ini diharapkan dapat menggugah kesadaran remaja
tentang pentingnya mendapatkan pengetahuan seksual secara
lengkap agar dapat berupaya menjadi makhluk sosial yang baik.
b. Bagi Orang tua
Bagi orang tua, diharapkan dapat menambah pengetahuan
dalam menanamkan pendidikan seksual pada anaknya, sehingga
tercipta generasi yang sehat dan produktif.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat meluruskan persepsi
masyarakat yang masih menganggap seksual sebagai sesuatu yang
tabu menjadi sebuah pengetahuan yang penting untuk dipelajari.
G. Metode Penelitian
Pengumpulan data dan informasi bersumber pada al-Qur’an dan
hadits serta bermacam-macam material yang terdapat di perpustakaan,
baik berupa buku-buku yang berhubungan dengan pendidikan, agama
Islam, pendidikan seksual dan bacaan-bacaan lain yang dapat digunakan
sebagai pelengkap.
1. Jenis Penelitian
Data ilmiah dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
jenis penelitian Library research atau Penelitian kepustakaan, metode
ini digunakan untuk mencari data dengan buku dan tulisan terkait
lainnya yang menjadi sumber dalam penyusunan tulisan ini.
Tujuan dari jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif yang mengungkapakan gejala secara menyeluruh melalui
pengumpulan data mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antara fenomena yang diselidiki. Data-data mengenai hasil penelitian
mengenai fakta perilaku menyimpang pada remaja masa kini menjadi
fokusnya.
Penulis berusaha memahami beragam perilaku seksual di
kalangan remaja yang dipaparkan dalam berbagai penelitian terdahulu
maupun terbaru, serta menganalisisnya berdasarkan teori yang ada.
2. Sumber Data
Sumber data kepustakaan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu
berbagai literatur yang berhubungan serta relevan dengan objek
penelitian. Penulis mengambil sumber data yang berasal dari al-Qur’an
dan hadits serta kumpulan berbagai artikel, buku dan internet yang
berkaitan dengan seksual remaja demi memperkaya kajian dan
analisis.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini, digunakan metode
dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variabel, berupa buku, catatan, surat kabar, majalah dan lain
sebagainya. Data-data yang telah dikumpulkan, selanjutnya
dideskripsikan secara komprehensif (Hikmat, 2011).
Penulis mengumpulkan beragam jenis dokumen, seperti artikel,
surat kabar, jurnal yang berisi hasil penelitian kasus perilaku seksual
remaja, buku terkait teori pendidikan seksual secara umum, dan
buku-buku lain tentang pendidikan seksual dalam Islam pada khususnya.
4. Analisis Data
Metode yang digunakan dalam analisis data kulitatif untuk
membahas sekaligus sebagai kerangka berfikir pada penelitian ini
adalah metode Analisis deskriptif, yaitu suatu usaha untuk
mengumpulkan dan menyusun data, kemudian dianalisis dan
interpretasi atau penafsiran terhadap data-data tersebut.
Penulis berusaha menganalisis susunan data yang telah
terkumpul secara menyeluruh, sekaligus menafsirkan data-data
tersebut.
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, penegasan istilah, manfaat penelitian,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II DESKRIPSI UMUM PENDIDIKAN SEKSUAL
Bab ini berisi teori pendidikan seksual secara umum,
seperti pengertian pendidikan seksual, tujuan pendidikan
seksual, materi pendidikan seksual, dan metode pendidikan
seksual.
BAB III REMAJA DAN DINAMIKA PERKEMBANGAN
SEKSUALNYA
Bab ini berisi pengertian remaja, perkembangan remaja,
tugas perkembangan remaja, dinamika perkembangan
seksual remaja yang berisi fakta-fakta problema seksual
remaja masa kini seperti hasil penemuan data tentang
penyimpangan seksual remaja. Serta bentuk-bentuk
penyimpangan seksual dan cara pencegahan perilaku
menyimpang seksual pada remaja, dan fenomena pacaran
pada remaja.
BAB IV PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA DALAM
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
Bab ini berisi pengertian pendidikan seksual dalam
perspektif pendidikan Islam, tujuan pendidikan seksual
dalam perspektif pendidikan Islam, prinsip pendidikan
seksual dalam perspektif pendidikan Islam, materi
pendidikan seksual dalam perspektif pendidikan Islam dan
metode pendidikan seksual dalam perspektif pendidikan
Islam.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
DESKRIPSI UMUM PENDIDIKAN SEKSUAL
A. Pengertian Pendidikan Seksual
Menurut Dariyo (2004: 87), kata seks berati jenis kelamin, segala
sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin disebut dengan
seksualitas.
Menurut Gunarsa (2012: 63), istilah umum seksualitas sering
disamakan dengan seks. Seksualitas memiliki arti yang lebih luas,
seksualitas tidak hanya berkaitan dengan jenis kelamin saja, namun
berkaitan dengan perbedaan segi psikis, biologis dan fisiologis yang
menandakan ciri khusus laki-laki dan perempuan.
Menurut Depkes RI (2002) dalam Marmi (2014: 344), seksualitas
adalah karakteristik biologis-anatomisal (khususnya sistem reproduksi dan
hormonal) diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh yang menentukan
seseorang disebut laki-laki atau perempuan.
Sedangkan, menurut Sulistyo (1977: 19) sexual instruction adalah
penerangan mengenai anatomi dan biologi dari reproduksi, termasuk
pembinaan keluarga dan metode-metode kontrasepsi. Sedangkan
education in sexuality meliputi bidang-bidang etik, moral fisiologi,
ekonomi dan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang dibutuhkan
seseorang untuk dapat memahami dirinya sendiri sebagai individu, serta
untuk mengadakan hubungan interpersonal yang baik.
Menurut Sarwono (1997), pendidikan seksual merupakan
pengajaran yang berhubungan dengan perilaku seksual, perkawinan,
psikososial masyarakat, aspek-aspek kesehatan seksual, perkembangan
seksual, serta sistem reproduksi pada manusia. Pendidikan seksual juga
merupakan salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah
penyalahgunaan seksual, khususnya untuk mencegah dampak-dampak
negatif yang akan muncul, seperti kehamilan yang tidak direncanakan,
penyakit menular seksual, serta depresi sebagai dampak psikologisnya.
Pendidikan seksual meliputi bidang-bidang sebagai berikut:
1. Biologi dan fisiologi, mengenai fungsi reproduksi.
2. Etik, yang menyangkut kebahagiaan seseorang.
3. Moral, yaitu menjalin relasi dengan orang lain misalnya dengan
parternya atau anak-anaknya.
4. Sosiologi, yaitu mengenai pembentukan keluarga.
Sex Instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan
promiscuity (seks menyimpang) serta hubungan-hubungan seksual yang
tidak bertanggung jawab. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rusia
dan Swedia, pendidikan seksual berkaitan dengan tanggung jawab dari
aktivitas seksual terhadap masyarakat sulit diajarkan di sekolah-sekolah,
tanpa adanya latar belakang keluarga yang bahagia.
Berdasarkan teori psikoanalisa dari Sigmund Freud, pendidikan
seksual sudah dimulai sejak seorang bayi lahir, yaitu sejak adanya
hubungan pertama antara anak dengan orang tuanya, dan yang paling
menentukan adalah keadaan serta lingkungan yang dialami si bayi pada
dua tahun pertama dari kehidupannya. Tahun-tahun permulaan ini
menentukan sifat-sifat seorang bayi dan juga menjadi dasar bagi
interpersonal relationshipnya dikemudian hari.
Menurut Goble (1994: 109), jelas bahwa seorang anak yang
mendapatkan kasih sayang yang cukup semasa kecil, lebih mudah tumbuh
sehat (fisik dan mental) dibandingkan yang tidak mendapatkan kasih
sayang yang cukup.
Bukti yang menunjukkan bahwa anak yang dibesarkan dalam
keluarga yang bahagia, dikemudian hari dapat membentuk perkawinan dan
keluarga yang bahagia pula, yang dapat diberikan di sekolah ialah sex in
instruction disertai pendidikan mengenai moral, etik, kejujuran, tanggung
jawab, perlunya mempertimbangkan perasaan orang lain dalam setiap
tindakan (Sulistiyo, 1997: 20).
Jadi, pendidikan seksual secara umum adalah upaya memberikan
pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis dan psikososial
sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dengan kata
lain, pendidikan seksual pada dasarnya merupakan upaya untuk
memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan
menanamkan komitmen agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ
reproduksi.
Remaja harus mulai diberikan informasi pendidikan seksual yang
benar, karena jika tidak, remaja akan memperoleh informasi dari berbagai
sumber, seperti teman-teman yang sama-sama tidak tahu, buku-buku
porno, tayangan film dan lain sebagainya.
B. Tujuan Pendidikan Seksual
Munculnya hormon seksualitas pada remaja menyebabkan
dorongan-dorongan seksual tertentu. Gejala ini menimbulkan
kebingungan, remaja belum tentu tahu tentang apa yang harus dilakukan
dan bagaimana mengelolanya. Untuk itu perlu informasi yang tepat, perlu
bimbingan yang bijaksana, diperlukan pendidikan seksual sehingga
kehidupan remaja bisa berjalan dengan baik.
Matangnya organ reproduksi pada remaja menyebabkan gairah
seksualnya semakin kuat. Ditengah banyaknya media cetak dan elektronik
yang menyampaikan informasi secara bebas, remaja memahami secara apa
adanya pula. Menurut Piaget dalam Dariyo (2004: 39), walaupun remaja
telah mencapai kematangan secara kognitif, namun pada kenyataannya
belum mampu mengolah informasi yang diterima secara benar. Akibatnya
perilaku seksual remaja sering tidak terkontrol, menyebabkan maraknya
pacaran hingga seks bebas di kalangan remaja.
Berdasarkan hal tersebut, maka disinilah peran pendidikan seksual.
Tujuan dari pendidikan seksual secara umum tidak hanya mencegah
dampak negatif dari perilaku seksual diusia dini, tetapi lebih menekankan
pada kebutuhan akan informasi yang benar dan luas tentang perilaku
seksual yang sehat serta berusaha memahami seksualitas sebagai bagian
penting dari kepribadian yang menyeluruh.
Pendidikan seksual membantu remaja mengetahui tentang
penyakit-penyakit yang akan timbul akibat hubungan seksual tidak sehat
sekaligus upaya pencegahannya. Selain itu, menurut Hurlock (1996: 230),
pendidikan seksual perlu diketahui remaja untuk mengetahui peran seksual
sebagai salah satu tugas perkembangannya. Ia perlu menjalin relasi dengan
lawan jenis, dan berperilaku lurus sejalan dengan jenis kelaminnya.
Menurutnya, banyak remaja yang mendapatkan tekanan dari
lingkungannya untuk memerankan hal tersebut secara berlawanan.
Tujuan penting lainnya adalah untuk menghindari aktivitas seksual
yang tidak sehat, prematur, hubungan seksual yang tidak aman, kekerasan
dan pelecehan seksual dan juga untuk mensosialisasikan pandangan positif
tentang seksual. Memahami seksual secara positif bukan berarti
menginginkan untuk melakukan hubungan seksual tetapi lebih pada
bagaimana mempunyai pemahaman dan sikap positif terhadap seksual.
C. Materi Pendidikan Seksual
Materi pendidikan seksual sangat beragam, berbeda-beda satu
dengan lain. Menurut Wahyudi (2000) umumnya meteri pendidikan
seksual adalah sebagai berikut:
1. Pubertas
Menurut Hurlock (1996: 184), kata pubertas berasal dari bahasa
Latin yang berarti usia kedewasaan. Kata ini menunjuk pada
perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat
individu secara seksual menjadi matang dan mampu bereproduksi.
Menurut Santrock (1999) dalam Dariyo (2004), mendefinisikan
pubertas sebagai masa pertumbuhan dan kematangan seksual yang
terjadi pada masa awal remaja. Pubertas adalah masa perkembangan
fisik yang cepat ketika reproduksi seksual pertama kali terjadi. Dengan
kata lain, pubertas merupakan pertama kali seorang laki-laki dan
seorang perempuan mampu bereproduksi secara fisik. Umumnya
istilah pubertas dan remaja digunakan untuk maksud yang sama.
Istlilah yang lebih tepat digunakan adalah pubertas, ketika
membicarakan tentang beberapa perubahan fisik yang terjadi selama
masa pra remaja dan masa remaja.
Pada masa kanak-kanak, baik laki-laki maupun perempuan,
kelenjar yang mempengaruhi organ seksual (hopotalamus, hipofise)
tidak aktif. Pada saat memasuki kematangan seksual, hipotalamus
menstimulasi kelenjar hipofise untuk menghasilkan hormon.
Selanjutnya, hormon tersebut akan menstimulasi produksi hormon
seksual pada ovarium maupun testis. Masa dimana ovarium maupun
testis sudah menghasilkan hormon yang dikenal sebagai masa puber
(puberty period), masa dimana organ seksual laki-laki dan perempuan
mulai berfungsi (Windhu, 2009: 2).
Perubahan tanda-tanda seksualitas yang terlihat secara fisik yang
terjadi pada remaja terbagi menjadi 3 yaitu primer, sekunder dan
tertier. Seorang guru atau psikolog dapat menjelaskan secara rinci
mengenai tanda-tanda seksualitas tersebut kepada remaja, agar ia
mengetahui dan mempersiapkan psikisnya dengan perubahan fisiknya
yang akan atau sedang terjadi.
2. Sistem Reproduksi Manusia
Sistem reproduksi adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan organ-organ tubuh manusia yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menjalankan berbagai macam aktivitas seksual dan mengandung
(hamil) yang menyebabkan kelahiran.
Salah satu hal yang dibahas dalam reproduksi manusia adalah
memahami anatomi dan fungsi organ reproduksi. Organ reproduksi
adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi dalam melanjutkan
keturunan. Menurut Windhu (2009: 12), organ-organ reproduksi pada
perempuan adalah sebagai berikut:
a. Tuba Falopi (saluran indung telur), yaitu saluran sel telur yang
menghubungkan ovarium dengan rahim.
b. Vulva, yaitu bagian luar dari organ reproduksi wanita yang dapat
diraba dan dilihat.
c. Vagina, berfungsi sebagai penghubung antara rahim dan bagian
luar dari alat kelamin.
d. Uterus (rahim), yaitu organ yang memiliki lapisan otot tebal dan
terletak di dalam rongga panggul di antara kandung kemih dan
rectum.
e. Cervix (leher rahim), yaitu bagian bawah rahim.
f. Ovarium (indung telur), yaitu organ bagian kiri dan kanan rahim di
ujung saluran fimbrae (umbai-umbai) dan terletak di rongga
pinggul.
g. Mulut Vagina, merupakan rongga penghubung rahim dangan
bagian luar tubuh.
h. Klitoris, yaitu sebuah benjolan kecil yang banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf.
i. Bibir Vagina, yang terdiri dari labia mayora dan labia minora.
j. Tulang Kemaluan, yaitu tulang yang terletak di depan kandung
kemih.
k. Rambut Kemaluan, yang berfungsi untuk menyaring kotoran agar
tidak langsung masuk ke dalam.
l. Kandung Kemih, yaitu tempat penampungan sementara air seni
yang berasal dari ginjal.
m. Uretra (saluran kencing), yaitu saluran untuk mengeluarkan air
seni.
n. Mulut Uretra, yaitu saluran akhir dari kencing/uretra.
o. Rectum, yaitu bagian akhir dari usus besar yang terletak di atas
anus.
p. Anus, yaitu tempat keluarnya kotoran.
q. Selaput Dara (hymen), yaitu selaput tipis yang terdapat di muka
vagina.
Sedangkan organ-organ reproduksi pada laki-laki adalah sebagai
berikut:
a. Penis, yaitu organ yang berbentuk silindris dan didalamnya
terdapat saluran kencing.
b. Testis, yaitu alat reproduksi priayang menggantung di pangkal
batang penis.
c. Glans, yaitu kelenjar yang terletak di belakang saluran sperma.
d. Vesikula seminalis, yaitu kantung kecil di bawah prostat yang
menghasilkan cairan yang disebut “semen”.
e. Foreskin (preputium), yaitu kulit yang menutupi bagian glans.
r. Kandung Kemih, yaitu tempat penampungan sementara air seni
yang berasal dari ginjal.
f. Uretra (saluran kencing), yaitu saluran untuk mengeluarkan air
seni dan air mani.
g. Mulut Uretra, yaitu awal dari saluran kencing/uretra.
h. Kelenjar Prostat, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan yang
berisi zat makanan untuk menghidupi sperma.
i. Vas deferens (saluran sperma), yaitu saluran yang menyalurkan
sperma dari testis menuju vesicle seminalis.
j. Epidydimis, yaitu saluran-saluran yang lebih besar dan
berkelok-kelok yang membentuk bangunan seperti topi.
k. Scrotum, yaitu kantung kulit yang melindungi testis.
l. Tulang Kemaluan, yang terletak didepan kandung kemih.
m. Rambut Kemaluan, yang berfungsi untuk menyaring kotoran agar
tidak langsung masuk ke dalam.
n. Rectum, yaitu bagian akhir dari usus besar yang terletak di atas
anus.
o. Anus, yaitu tempat keluarnya kotoran.
3. Kontrasepsi
Remaja juga perlu mengenal dan memahami kontrasepsi,
terutama terkait dengan bekal dalam menempuh kehidupan
berkeluarga dimasa yang akan datang. Kontrasepsi menggunakan ilmu
pengetahuan dan metode pencegahan konsepsi, yaitu mencegah
kehamilan. Kontrasepsi juga sebagai kontrol kelahiran.
Metode kontrasepsi terdiri dari jenis hormonal dan
non-hormonal. Alat kontrasepsi non hormonal, seperti kondom, spermisida,
dan AKDR. Sedangkan kontrasepsi hormonal seperti pil, suntikan dan
susuk. Masing-masing alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan
kekurangan. Oleh karena itu dibutuhkan ahli, dokter atau petugas KB
untuk membantu memilihkan alkon yang sesuai dengan penggunanya.
4. Menstruasi dan Mimpi Basah
a. Merurut Windhu (2009: 22), proses menstruasi dimulai dengan
proses pematangan sel telur karena rangsangan dari salah satu
kelenjar otak yang bernama hipofise. Selama kurang lebih 14 hari
sel telur berusaha melepaskan diri dari indung telur tersebut
kemudian menuju rahim dan siap untuk dibuahi. Menstruasi
merupakan peristiwa luruhnya lapisan dinding rahim yang banyak
mengandung pembuluh darah (endometrium). Lapisan ini
terbentuk sebagai persiapan jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel
sperma. Jika sel telur tidak dibuahi maka jaringan ini akan
meluruh. Menstruasi biasanya berlangsung kurang lebih 28 hari
(antara 21-35 hari). Siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh
kondisi tertentu, seperti stress, pengobatan dan latihan olahraga.
Remaja biasanya siklus ini belum teratur, terutama pada awal
menstruasi, namun setelah kurun waktu tertentu akan menjadi lebih
teratur.
b. Mimpi basah pertama terjadi pada remaja laki-laki kira-kira usia
9-14 tahun. Mimpi basah umumnya terjadi secara periodik, berkisar
setiap 2-3 minggu. Mimpi basah merupakan pengeluaran cairan
sperma secara alami. Ketika testis mulai berreproduksi maka setiap
hari testis memproduksi sperma. Remaja yang mengalami mimpi
basah merupakan pertanda bahwa organ reproduksinya sudah
mulai berfungsi dan telah mencapai pubertas.
5. Penyakit Menular Seksual
Menurut Marmi (2014: 151), penyakit menular seksual (PMS)
disebut juga venereal (dari kata venus, yaitu Dewi cinta dari Romawi
Kuno), didefinisikan sebagai salah satu akibat yang ditimbulkan dari
aktivitas seksual yang ditimbulkan karena aktivitas seksual yang tidak
sehat sehingga menyebabkan munculnya penyakit menular, bahkan
pada beberapa kasus PMS justru membahayakan.
Menurut Munajat (2000: 28), penyakit menular seksual juga
dikenal dengan sebutan STD (Sexually Transmitted Diseasses), yaitu
merupakan penyakit yang dapat menular dari seseorang ke orang lain
melalui hubungan seksual, PMS juga disebut Penyakit kelamin.
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah suatu gangguan atau
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, atau
jamur yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak
atau hubungan seksual. Dulu pertama kali disebut “Penyakit kelamin”
atau Veneral disease, tetapi sekarang sebutan yang paling tepat adalah
Penyakit Hubungan Seksual atau Seksually Transmitted Disease atau
secara umum disebut Penyakit Menular Seksual (Marmi, 2014: 151).
Berikut beberapa penyebab terjadinya Penyakit Menular Seksual
(PMS):
a. Bakteri, yaitu Siphilis (Raja singa), Gonorrhoea (Kencing nanah),
Clamidia.
b. Virus, yaitu Herpes simplex, Chancroid (Ulcus mole), Kutil
(warts).
c. Jamur, yaitu Candida albicans.
d. Protozoa, yaitu Trichomonas vaginalis (Munajat, 2000: 40).
Dikutip dari Ulwan & Hathout (1996), jumlah kasus penyakit
kelamin di Amerika Serikat tahun 1985, dilaporkan sebagai berikut:
Tabel Kasus Penyakit Menular Seksual (PMS) di AS
Jenis Penyakit Jumlah Kasus
Clamydia 3-10 juta
Gonorrhea 2 juta
Venereal warts 1 juta
Genital herpes 0,2 - 0,5 juta
Syphilis 90.000
Sumber: Time (1985: 85) dalam Ulwan & Hathout (1996)
Menurut Erni (2013: 77) dalam jurnal penelitiannya, data
menunjukkan pengetahuan remaja mengenai HIV/AIDS sekitar 95%,
Siphilis 37%, Gonorrhoea 12%, Genital herpes 3%, Clamydia 2%, dan
Venereal warts 0,3 %. Pengetahuan remaja tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS) masih sangat rendah, karena terbatasnya akses
informasi kesehatan reproduksi yang didapatkan remaja.
Data PKBI tahun 2006 menunjukkan bahwa, kisaran umur
pertama kali melakukan hubungan seksual diluar nikah adalah pada
umur 13-18 tahun, 60%nya tidak menggunakan alat kontrasepsi, dan
yang sangat mengejutkan adalah 85% dilakukan di rumah sendiri.
Selanjutnya, data Pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
menunjukkan bahwa 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per
tahun, 27% dilakukan oleh remaja lebih kurang 700 ribu, sebagian
dilakukan dengan cara tidak aman. Sebanyak 30-35% aborsi adalah
penyumbang tingkat kematian ibu (Maternal Mortality Rate) Indonesia
yang saat itu berada pada peringkat tertinggi di ASEAN (Erni, 2013:
77).
Upaya-upaya aborsi beresiko bagi ibu maupun janin.
Pendarahan, infeksi rahim, kanker, dan kesulitan mendapatkan
keturunan adalah resiko yang akan muncul. Perilaku seks bebas di
kalangan remaja menambah daftar panjang kasus PMS. Meskipun dari
hasil penelitian membuktikan bahwa beberapa PMS telah ada obatnya
dan dapat disembuhkan.
Secara umum gejala yang nampak akan dirasakan oleh
penderita PMS pada laki-laki dan perempuan adalah:
a. Rasa sakit atau gatal di sekitar organ kemaluan.
b. Muncul benjolan, bintik atau luka di sekitar organ kemaluan.
c. Keluarnya cairan yang tidak biasa dari organ kemaluan, seperti
nanah.
d. Terjadinya pembengkakan di pangkal paha.
e. Rasa sakit pada perut bagian bawah (Kusniati & Riati, 2000: 4).
Penyakit menular seksual yang paling populer di kalangan
masyarakat adalah HIV/AIDS. AIDS merupakan singkatan dari
Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS didefinisikan sebagai
suatu kumpulan penyakit yang disebabkan menurunnya sistem
kekebalan tubuh karena infeksi.
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency
Virus. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh yang fungsinya
melindungi tubuh dari serangan penyakit. HIV/AIDS tergolong
penyakit menular seksual karena munculnya disebabkan oleh
hubungan seksual. Para ahli memasukkan AIDS kedalam penyakit
baru. Karena baru maka masih banyak orang tidak paham tentang
penularan dan pencegahannya. Namun, yang jelas AIDS menuntut
perhatian yang besar, karena semua orang dapat terserang AIDS. Bayi
yang baru dilahirkan, anak-anak, remaja, orang tua, bahkan
kakek-nenek sekalipun. Beberapa kegiatan yang dapat menularkan HIV:
a. Berhubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
b. Pengguanaan jarum suntik, tattoo, tindik yang dapat menimbulkan
luka yang tidak disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan
sebelumnya telah dipakai oleh orang yang terinfeksi HIV.
c. Melalui transfusi darah yang tercemar HIV.
d. Ibu hamil yang terinfeksi HIV, pada anak yang dikandungnya
(Kusniati & Riati, 2000: 42-51).
Sampai sekarang vaksin pencegahannya masih belum
ditemukan dan belum ada obatnya, penyebarannya pun diam-diam
tapi bergerak cepat. Oleh karena itu, yang harus diketahui adalah cara
pencegahannya agar tidak tertular, guna melindungi diri dan orang
lain. Media penularan HIV ke dalam tubuh manusia adalah melalui
darah, air mani, dan cairan vagina.
D. Metode Pendidikan Seksual
Dalam penyampaian materi pendidikan seksual perlu
menggunakan beberapa pilihan metode pendidikan guna menunjang
tersampaikannya materi dengan baik. Berikut beberapa metode pendidikan
seksual yang dapat digunakan:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode konvensional yang dipakai
untuk penerangan dan penuturan secara lisan kepada sejumlah peserta
didik, pada umumnya diikuti secara pasif. Metode ini dinilai mudah
mempersiapkan dan melaksanakannya serta paling ekonomis untuk
menyampaikan informasi.
Metode ini berguna untuk memperjelas uraian tentang deskripsi
perkembangan seksual remaja, serta sistem reproduksi pada manusia.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan sebuah metode dimana guru
memberi pertanyaan kepada peserta didik dan peserta didik menjawab,
atau sebaliknya peseta didik bertanya pada guru dan guru
menjawabnya. Pada metode ini peserta didik dapat saling tukar
pendapat dan memberi kesempatan bertanya seputar informasi seksual
remaja yang ingin diketahuinya. Metode ini juga dapat merangsang
kreativitas peserta didik dalam berpikir, lebih mengaktifkan peserta
didik dibandingkan metode ceramah, mengembangkan keberanian dan
keterampilan peserta didik, serta memusatkan perhatian peserta didik.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode mengajar yang sangat erat
kaitannya dengan pemecahan masalah (problem solving). Metode ini
lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok dan pembahasan
bersama. Metode diskusi dapat pula diartikan sebagai siasat
penyampaian bahan ajar yang melibatkan peserta didik untuk
memdiskusikan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik
bahasan yang bersifat problematis.
4. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang
sedang disajikan.
Penyampaian meteri pendidikan seksual dapat menggunakan alat
peraga berupa torso laki-laki dan perempuan guna menerangkan
bagian-bagian organ reproduksi pada manusia. Cara ini menjadikan
pengajaran menjadi lebih jelas dan kongkrit, membuat peserta didik
lebih mudah memahami apa yang sedang dipelajari, membuat peserta
didik terangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dan kenyataan, serta pengajaran lebih hidup dan lebih menarik
(Rahyubi, 2014: 239).
Guru harus bijak dalam penggunaan metode. Masing-masing
metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Maka dari itu, guru perlu
memilih metode yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik.
BAB III
REMAJA DAN DINAMIKA PERKEMBANGAN
SEKSUALNYA
A. Pengertian Remaja
Menurut Hurlock (1996), istilah adolescence atau remaja berasal
dari bahasa Latin yaitu adolescere (kata bendanya adolescentia yang
berarti remaja) artinya tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai
arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan
fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (121) dalam Hurlock (1996:
206):
“Secara psikologis, masa remaja adalah masa dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dan ia merasa tidak lebih rendah dari orang dewasa, melainkan setara. Minimal berkaitan dengan hak. Integrasi dalam masyarakat mempunyai banyak aspek berkaitan dengan masa puber, termasuk aspek intelektual. Transformasi intelektual yang khas dan umum dari cara berfikir remaja memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam berhubungan dengan orang dewasa.”
Kata remaja menggunakan istilah puber dan adolescent. Ahli-ahli
di Eropa menggunakan istilah puber untuk menyatakan masa kematangan
secara seksual, yang berlangsung antara umur 12 sampai 18 tahun.
Sedangkan istilah adolescent dipakai untuk menyatakan masa transisi
menuju dewasa, yaitu antara umur 18 sampai 20 tahun. Ahli-ahli Amerika
mengartikan adolesence sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju
dewasa, yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda pubertas dan
diakhiri dengan kematangan fisik dan psikis (Simandjuntak, 1984: 84).
Menurut Thornburg (1982) dalam Dariyo (2004: 14),
penggolongan remaja terbagi menjadi tiga, yaitu remaja awal (usia 13-14
tahun), remaja madya (usia 15-17 tahun), remaja akhir (usia 18-21 tahun).
Penggunaan istilah untuk menyebutkan masa peralihan dari masa
anak menuju masa dewasa, ada yang memberi istilah Puberty (Inggris),
Pubertit (Belanda), Pubertas (Latin), yang berarti kedewasaan yang
ditandai dengan sifat maskulin. Ada pula yang yang menggunakan istilah
Adulscentio (Latin) yaitu masa muda. Istilah Puberscence yang berasal
dari kata Pubis yang dimaksud Pubishair atau bulu di sekitar organ
kemaluan. (Rumini & Sundari, 2004: 53).
Hal tersebut menjadi pertanda masa kanak-kanak berakhir dan
menuju kematangan seksual. Dalam buku-buku di Indonesia istilah-istilah
tersebut dipakai berganti-ganti. Agar penggunaan istilah tersebut tidak
rancu.
B. Karakteristik Remaja
Setiap fase perkembangan manusia mempunyai ciri khas yang
berbeda satu sama lain. Kondisi psikologis remaja yang baru saja
memasuki fase baru membuat remaja mengalami perubahan pola berpikir.
Perubahan cara berpikir dan perubahan konsep diri remaja ini
kadang tidak disadari oleh orang tua. Orang tua masih memperlakukan
remaja seperti tahun-tahun sebelumnya, masih menganggap seperti
anak. Remaja bisa saja tidak dihargai, tidak diterima apa adanya, dianggap
tidak mampu, remaja merasa disepelekan, serta merasa ide atau
pendapatnya tidak diterima. Hal ini dikarenakan orang tua masih
menganggap anaknya belum cukup matang dan belum cukup dewasa
untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Akibatnya
perbedaan pendapat dan konflik sering terjadi antara remaja dengan orang
tuanya.
Agar orang tua dapat memahami remaja seutuhnya, orang tua perlu
mengerti karakteristik remaja. Berikut beberapa karakteristik psikologis
remaja:
1. Meningkatnya minat terhadap kehidupan seksual
Hal ini menyebabkan munculnya keingintahuan yang tinggi dari
diri remaja yang ditandai dengan usaha mencari informasi dari
sumber-sumber yang seringkali tidak tepat, seperti film, gambar, dan
buku bacaan.
2. Minat dalam keintiman sesuai emosi dan fisik lawan jenis
Pada remaja muncul ketertarikan terhadap lawan jenis, yang
nampak dalam perilaku mendekati lawan jenis, ingin mempunyai
teman dekat (pacar), dan tak jarang berlanjut pada keintiman secara
fisik.
3. Kehidupan emosi masih labil
Remaja masih dalam fase mencari identitas diri, ingin
menemukan siapa dirinya, sementara kehidupan emosinya masih labil
dan mudah terpengaruh terhadap gejolak yang ada di sekitarnya.
4. Mempunyai daya eksperimen yang tinggi
Remaja mempunyai sifat ingin tahu yang sangat besar. Jiwa
petualangnya begitu kuat, termasuk petualangan dalam hubungan
percintaan (Sriyanti, 2009: 39).
C. Perkembangan Remaja
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang bersifat kualitatif,
yang ditekakan pada segi fungsional (Ahmad & Sholeh, 2005: 6).
Menurut Herdiansiska & Wardani (2000: 9), aspek perkembangan
yang dialami oleh remaja adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan Kepribadian (Konsep Diri)
Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang
mengenai dirinya sendiri. Hal ini meliputi kemampuan, karakter diri,
sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Gambaran pribadi
remaja terhadap dirinya meliputi penilaian diri dan penilaian sosial.
2. Perkembangan Identitas Diri
Perkembangan identitas diri selain mempertanyakan siapa
dirinya, hal lain lebih penting bagi remaja adalah menemukan dalam
konteks kelompok mana dirinya bisa tampil dan bermakna. Identitas
atau jati diri remaja tergantung pada kelompok mana ia bisa
menghargai dan dihargai.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah kemampuan untuk berpikir secara
kritis mengenai isu-isu dalam hubungan interpersonal, yang
berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman, serta berguna untuk
memahami orang lain dan menentukan bagaimana melakukan interaksi
dengan orang lain.
4. Perkembangan Emosi
Emosi remaja lebih mudah bergejolak dan biasanya
diekspresikan secara meledak-ledak. Kondisi emosional berlangsung
cukup lama, sampai pada akhirnya kembali ke keadaan semula.
5. Perkembangan Kognitif
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, kemampuan
kognif remaja berada pada tahap formal operational. Remaja harus
mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan
suatu masalah dan mempertanggung jawabkannya. Ia harus dapat
memandang masalah dari berbagai sudut pandang dan
menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai landasan
pertimbangannya.
6. Perkembangan Moral
Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih
abstrak dan kurang nyata. Remaja membentuk norma-norma moral
sendiri berdasarkan konsep benar dan salah yang diubah dan
diperbaikinya. Norma tersebut disesuaikan dengan tingkat
perkembangan yang lebih matang dan telah dilengkapi hukum-hukum
dan aturan-aturan dari orang tua, guru dan orang dewasa lainnya,
dilengkapi dengan pengetahuan yang diperoleh dari pelajaran agama.
7. Perkembangan Seksualitas
Masa remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya
perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk
tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan
organ-organ seksual). Perubahan-perubahan fisik dinilai sebagai gejala
primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis
muncul sebagai akibat dari perubahan fisik tersebut.
Tanda-tanda seksualitas dibagi menjadi tiga, yaitu primer,
sekunder, dan tertier. Tanda-tanda seksualitas primer merujuk pada
organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses
reproduksi. Tanda-tanda seksualitas primer ini berbeda antara laki-laki
dan perempuan.
Menurut Hurlock (1996), pada laki-laki, tanda-tanda seksual
primer ditunjukkan dengan pertumbuhan kemaluan dan scrotum yang
cepat, yang mulai terjadi pada usia 14 tahun, setelah itu ditandai
dengan terjadinya mimpi basah. Sementara itu, pada perempuan
perubahan tanda-tanda seksualitas ditandai dengan munculnya periode
menstruasi, yang juga disebut menarche, yaitu menstruasi yang
pertama kali dialami.
Sedangkan, tanda-tanda seksualitas sekunder adalah tanda-tanda
jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi,
namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara laki-laki dan
perempuan. Tanda-tanda jasmaniah ini muncul sebagai akibat dari
berfungsinya hormon-hormon seksualitas (Desmita, 2010: 193).
Menurut Hurlock (1996), pada laki-laki, hormon testosteron
diproduksi oleh testis, sedangkan pada perempuan diproduksi oleh
indung telur. Hormon-hormon tersebut ada di dalam darah dan
mempengaruhi organ-organ tubuh, sehingga terjadi beberapa
pertumbuhan yang menimbulkan tanda-tanda seksualitas sekunder.
Tanda-tanda seksualitas sekunder yang dialami perempuan adalah
sebagai berikut:
a. Pertambahan tinggi badan.
b. Suara lebih penuh dan semakin merdu.
c. Kelenjar lemak dan kelenjar minyak menjadi semakin aktif.
d. Otot semakin besar dan kuat.
e. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, dan berpori.
f. Buah dada membesar dan pinggul melebar.
g. Tumbuh bulu ketiak dan disekitar organ kelamin.
Sedangkan tanda-tanda seksualitas sekunder yang dialami
laki-laki adalah sebagai berikut:
a. Pertambahan tinggi badan.
b. Badan lebih berotot, sehingga membentuk lengan, tungkai kaki dan
bahu.
c. Kelenjar lemak dan kelenjar minyak menjadi semakin aktif.
d. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, agak pucat dan pori-pori
meluas.
e. Suara membesar dan dalam.
f. Tumbuhnya jakun.
g. Mengalami mimpi basah.
h. Tumbuhnya bulu-bulu (bulu ketiak, bulu di sekitar kemaluan, bulu
jenggot/kumis, bulu dada).
Adapun tanda-tanda tertier menunjuk pada sikap atau perilaku,
pada laki-laki misalnya perubahan mimik bicara, cara berpakaian, cara
mengatur rambut. Sedangkan pada perempuan adanya perubahan cara
berbicara, cara tertawa, cara berpakaian, cara berjalan, dan lain
sebagainya (Ahmad & Sholeh, 2005: 122).
8. Perkembangan Psikologis
Munculnya hormon seksualitas remaja mengakibatkan timbulnya
dorongan seksualitas pada remaja, secara psikologis mengakibatkan
rasa ketertarikan kepada lawan jenis. Remaja laki-laki maupun
perempuan menjadi begitu mudah terangsang kehidupan seksualnya.
Sementara karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan
pendidikannya terlebih dahulu, remaja tidak bisa segera menikah atau
menyalurkan dorongan seksualnya, norma yang berlaku dalam agama
juga membatasi penyaluran dorongan seksual yang tidak pada
tempatnya. Untuk itu perlu pengarahan agar remaja dapat
mengendalikan dorongan seksualnya dengan baik dan benar agar dapat
menyelesaikan problematika yang dihadapinya (Wahyudi, 2000: 5).
Sejalan dengan perubahan fisik yang terjadi juga merangsang
perkembangan psikologis remaja. Remaja mengalami cara berpikir
yang berbeda dengan masa sebelumnya. Remaja juga menemui
pola-pola baru yang juga berbeda dengan sebelumnya. Konsep diri dan cara
menghargai dirinya menjadi berubah. Intinya remaja mulai
membangun diri.
D. Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Dariyo (2004: 77), tugas perkembangan adalah
tugas-tugas atau kewajiban yang harus dilalui oleh setiap individu sesuai dengan
tahap perkembangan individu tersebut. Tugas perkembangan yang dialami
remaja adalah sebagai berikut:
1. Menjalin relasi dengan teman sejenis maupun lawan jenis
Untuk menjalin relasi dengan sejenis, remaja mulai belajar untuk
menjadi pribadi yang dewasa. Sedangkan, untuk menjalin relasi
dengan lawan jenis, remaja belajar menguasai keterampilan sosial.
2. Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita
Hakikatnya, remaja mulai mempelajari sekaligus menerima
peranan sosialnya sebagai pria atau wanita. Peranan sosial antara pria
dan wanita tentu berbeda, khususnya di Indonesia. Peranan sosial
wanita sedang mengalami pergeseran ditengah masyarakat modern.
Seorang wanita lebih mementingkan karier/profesinya dibandingkan
dengan perannya sebagai ibu rumah tangga. Masyarakat menuntut agar
mereka tetap menjunjung tinggi peranan sosialnya sesuai kodratnya
masing-masing.
3. Menerima keadaan fisik sendiri
Remaja mulai mempelajari fisiknya, fisik yang mulai tumbuh
akan menimbulkan perubahan sikap dan minatnya. Ia pun mulai
menanamkan rasa percaya diri terhadap keadaannya secara fisik, serta
menjaga dan melindungi diri sendiri.
4. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
Remaja mulai memilih pekerjaan sesuai dengan bakat dan
keinginannya, dan mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan
pekerjaan. Jika dilihat dari kekuatan fisiknya, remaja usia 18 tahun
telah dianggap cukup kuat untuk mempersiapkan diri untuk
memperoleh pekerjaan.
5. Memilih pasangan dan mempersiapkan diri untuk berkeluarga
Remaja mulai mengembangkan sikap positif terhadap kehidupan
berkeluarga. Sikap remaja sangat bervariasi terhadap pernikahan,