• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Corporate Social Responsibility (CSR)

7. Prinsip dalam Islam dalam menjalankan bisnis yang berkaitan dengan

a. Menjaga lingkungan dan melestarikannya ( Surat Al-Maidah ayat 32) (Biki, 2017, p.113). Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya[412]. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.

dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.

Disebabkan oleh kejahatan yang keji yang dilakukan oleh seorang anak Adam itu. Kami pun menetapkan kepada Bani Israil bahwa barangsiapa membunuh seseorang dengan tidak ada sesuatu sebab yang dibenarkan oleh syara‟ atau membunuh seseorang bukan karena si terbunuh membuat kerusakan dimuka bumi atau mengganggu keamanan, maka berarti dia membunuh semua manusia. Bagaimana perbuatan itu tidak dipandang sangat keji?

Bukankah perbuatan itu sebesar-besar dosa sesudah syirik kepada Allah.

Barangsiapa dapat menghindarkan seseorang dengan melepaskannya dari kematian, maka seolah-olah dia telah menghidupkan semua manusia. Ayat ini mendorong kita untuk memelihara kesatuan umat manusia dan menggerakkan kita bersungguh-sungguh memelihara keselamatan bersama. Merusak

kehormatan bersama. Kisah anak Adam ini terdapat dalam pasal yang keempat dalam Sifrut Takwin (Teungku, 2011, p. 656)

b. Upaya untuk menghapus kemiskinan (Surat Al-Hasyr ayat 7).

يِذِلَو ِلوُسَّرلِلَو ِوَّلِلَف ىَرُقْلا ِلْىَأ ْنِم ِوِلوُسَر ىَلَع َُّللَّا َءاَفَأ اَم َو َبَْرُقْلا َْينَ ب ًةَلوُد َنوُكَي لا ْيَك ِليِبَّسلا ِنْباَو ِينِكاَسَمْلاَو ىَماَتَ يْلا

اوُهَ تْ ناَف ُوْنَع ْمُكاَهَ ن اَمَو ُهوُذُخَف ُلوُسَّرلا ُمُكَتَآ اَمَو ْمُكْنِم ِءاَيِنْغلأا ( ِباَقِعْلا ُديِدَش ََّللَّا َّنِإ ََّللَّا اوُقَّ تاَو ٧

)

Artinya: apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.

َُّللَّا َءاَفَأ اَم

ىَرُقْلا ِلْىَأ ْنِم ِوِلوُسَر ىَلَع (

apa saja harta

rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota) seperti tanah Safra, lembah Al-Qura, dan tanah Yanbu‟-

ِوَّلِلَف (

Maka adalah untuk Allah) dia memerintahkannya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya -

يِذِلَو ِلوُسَّرلِلَو (

untuk rasul, orang-orang yang mempunyai)atau memiliki –

َبَْرُقْلا (

hubungan kerabat) yaitu kaum kerabat Nabi dari kalangan Bani Hasyim dan Bani Muttalib –

ىَماَتَ يْلاَو

(anak-anak yatim) yaitu anak-anak kaum muslim yang

bapak-bapak mereka telah meninggal dunia, sedangkan mereka

dalamkadaan fakir

. – ِينِكاَسَمْلاَو

(orang-orang miskin) yaitu orang-orang muslim yang serba kekurangan

- ِليِبَّسلا ِنْباَو (

dan

orang-orang yang dalam perjalanan

)

yakni orang-orang muslim yang mengadakan perjalanan, lalu terhenti ditengah jalan karena kehabisan bekal. Yakni har fa-i itu adalah hak Nabi SAW. Beserta emapt golongan orang-orang tadi, sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Dalam pembagiannya yaitu bagi masing-masing golongan yang empat tadi seperlimanya dan sisanya untu Nabi SAW. -

لا ْيَك

(supaya janganlah) lafaz kay disini bermakna lam, dan sesudah kay diperkirakan adanya lafaz an

- َنوُكَي

(harta fa-i itu) yakni harta rampasan itu, dengan adanya pembagian ini

ًةَلوُد

(harta beredar) atau berpindah-pindah -

َْينَ ب ُمُكَتَآ اَمَو ْمُكْنِم ِءاَيِنْغلأا

(diantara orang-orang kaya saja di antara kalian. Apa yang telah diberikan kepada kalian ) yakni bagian yang telah diberikan kepada kalian

- لوُسَّرلا

(oleh rasul) berupa bagian harta fa-i dan harta-harta lainnya -

ُوْنَع ْمُكاَهَ ن اَمَو ُهوُذُخَف ِباَقِعْلا ُديِدَش ََّللَّا َّنِإ ََّللَّا اوُقَّ تاَو اوُهَ تْ ناَف

(Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukuman-Nya)(Imam Jalaluddin, 2006, p. 1056).

c. Mendahulukan sesuatu yang bermoral bersih dari pada sesuatu yang secara moral kotor, walaupun mendatangkan keuntungan yang lebih besar (Surat Al-Maidah ayat 103).

َلَعَج اَم َنيِذَّلا َّنِكَلَو ٍماَح لاَو ٍةَليِصَو لاَو ٍةَبِئاَس لاَو ٍةَيَِْبَ ْنِم َُّللَّا

( َنوُلِقْعَ ي لا ْمُىُرَ ثْكَأَو َبِذَكْلا َِّللَّا ىَلَع َنوُرَ تْفَ ي اوُرَفَك

ٖٔٓ

)

Artinya: Allah sekali-kali tidak pernah mensyari'atkan adanya bahiirah[449], saaibah[450], washiilah[451] dan haam[452]. akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti.

Allah tidak mensyariatkan apa yang telah mereka lakukan itu,yaitu megadakan bahirah (unta yang dibelah panjang telinganya). Orang Arab jahiliyah melakukan yang demikian, apabila unta beranak sampai lima kali dan anak yang kelima betina.

Unta itu tidak diperas air susunya, hanya diperuntukkan bagi pemimpin-pemimpin mereka). Tidak pula saibah (unta yang di lepaskan karena dinazarkan, lalu kelihatan tidak diperkerjakan dan tidak pula dipotong bulunya serta tidak diperas air susunya kecuali untuk tamu), dan tiada pula washilah (kambing yang menghubungi saudaranya). Orang Arab jahiliyah apabila kambingnya beranak jantan, anak itu untuk tuhan mereka, apabila beranak betina maka untuk mereka, apabila beranak jantan dan betina, mereka pun berkata :”Anak betina itu telah menghubungi saudaranya, maka anak yang jantan itu tidak disembelih untuk tuhan mereka lagi,dantidak hami (unta jantan yang dikembangbiakkan menjadi sepuluh anak. Unta yang demikian tidak diperkerjakan dan dibiarkan berkeliaran.

Allah tidak memerintahkan demikian. Apa yang telah dilakukan oleh orang-orang jahiliyah tersebut tidak diterima.

Firman ini membantah dan menentang perbuatan mereka itu.

Orang-orang kafir menyatakan bahwa apa yang mereka kerjakan adalah perintah Allah. Orang yang mula-mula mengadakan tradisi itu untuk orang –orang musyrik dan mengubah agama yang benar

serta menambah-nambah hukum ialah Amer ibn Luhai ibn Qam‟ah ibn Khindif Al-Khuza‟i.

Diriwayatkan oleh ibnu Jarir dari Abu Hurairah, ujarnya:

“Saya mendengar Rasulullah berkata kepada Aktam ibn Jun:

„Wahai Aktam, telah diperlihatkan kepadaku neraka. Aku lihat di dalamnya ada Amer ibn Luhai ibn Qam‟ah ibn Khindif Al-Khuza‟i, menghela perut besarnya di dalam api neraka. Tidak kulihat ada seorang yang lebih serupa dengan kamu ,selain dia. „ Berkata Aktam; „ saya khawatir hal ini akan memudaratkan aku, ya Rasulullah.‟ Rasulullah menjawab; „Tidak , kamu seorang mukmin dan dia seorang kafir, dialah yang mula-mula mengubah agama ismail dan membuat bahirah, saidah, dan hami.

Kebanyakan mereka tidak mengetahui dan tidak memahami bahwa mereka berbohong terhadap Allah dengan jalan mengharamkan apa yang telah mereka haramkan atas diri mereka.

Mereka menyangka bahwa itu bisa mendekatkan mereka kepada Allah. Mereka berpendapat,binatang-binatang yang lepas atas nama tuhan-tuhannya itu menjadi perantara antara meraka dengan Allah.

Pelajaran yang harus kita petik dari firman firman ini bahwa orang yang menambah-nambahkan agama, baik mengharamkan suatu ibadat yang tidak didasarkan syara‟ dengan anggapan dia berbuat demikian untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah pengikut Amer ibn Luhai itu (Tengku,2011, p. 711-712).

Dokumen terkait