• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip Kerja Sistem

Dalam dokumen LAPORAN ON THE JOB TRAINING POLITEKNIK N (Halaman 54-60)

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH

4.3 Prinsip Kerja Sistem

Prinsip kerja sistem merupakan cara kerja atau tahapan – tahapan kerja suatu sistem. Tahapan-tahapan kerja sistem kontrol vertikal looper otomatis

(automatic vertical looper control) dari start hingga proses dalam keadaan stabil

secara sederhana dapat digambarkan seperti gambar 4.13 flowchart kerja sistem

46 Gambar 4.13 flowchart kerja sistem automatic vertical looper control.

Sistem kontrol vertikal looper otomatis (automatic vertical looper

control) ini bekerja ketika material (billet) sudah pada area finishing mill, ketika

material sudah pada area finishing mill , otomatis material akan dideteksi oleh hot

metal detector (HMD) DC4000-L, dan HMD akan bernilai 1, sehingga relay akan

close dan membuat sistem menjadi enable.

Ketika material sudah masuk pada roll pertama dan terdeteksi oleh

scanner, scanner akan bekerja dengan mengukur ketinggian posisi material, hasil

pengukuran dari scanner berupa tegangan 0-10V yang selanjutnya dikonversi menjadi satuan persen, ketika nilai dari scanner bernilai 0 volt, maka ketinggian material adalah 0%, dan seterusnya sampai nilai dari scanner bernilai 10 volt, maka ketinggian material adalah 100%. Jarak sudut pemindaian pada Scanner

Gambar 4.14 Jarak sudut pemindaian pada Scanner Rota-Sonde TS2006 Data yang diperoleh oleh scanner TS2006 ini akan diolah oleh PLC Siemens S7-400. Data tersebut akan dibandingkan dengan besarnya set point

ketinggian posisi loop material yang telah diatur oleh operator. Besarnya selisih

(error) antara data yang diukur dengan set point ini akan menjadi besarnya nilai

koreksi kecepatan motor (speed correction) work roll. Proses kerja automatic

vertical looper control bisa dilihat pada blok diagram pada gambar 4.15

Encoder

Gambar 4.15 Blok Diagram Proses Kerja Automatic Vertical Looper Control

Secara garis besar, proses automatic vertical looper control ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

1. Pre-Loop Forming 2. Loop Forming 3. After Loop Forming

Pada tahap pertama, pre-loop forming, yaitu saat kepala billet memasuki penggiling (roll) dan terdeteksi oleh scanner, maka saat itu terjadi proses downst

48 kecepatan motor penggiling (roll) yang pertama dilewati (saat ini) akan mengontrol koreksi kecepatan penggiling (roll) yang akan dilalui oleh billet

selanjutnya. Hal ini dilakukan agar billet yan g lewat tidak rusak. Proses pre-loop

forming bisa dilihat pada gambar 4.16

Gambar 4.16. Pre-loop Forming

Ketika kepala (head) billet sudah masuk ke stand berikutnya (telah digigit oleh kedua roller), maka proses loop dimulai (loop forming), pneumatic akan aktif dan bergerak naik, pneumatic akan mengangkat badan billet sehingga terjadi proses loop. Dalam proses ini, ketinggian posisi dari loop diatur sesuai set point yang telah ditetapkan operator, proses pengaturan ketinggian ini dilakukan agar terjadi proses reduksi yang sempurna, sehingga memberikan hasil batang kawat yang berkualitas.

Koreksi ketinggian dari posisi loop (material) tersebut digunakan untuk mengoreksi kecepatan motor roll atau penggiling sebelumnya. Proses ini sering disebut dengan upstream cascade control. Proses loop forming bisa dilihat pada gambar 4.17

Gambar 4.17. loop Forming

Dalam proses ini dibutuhkan scanner dengan tingkat pembacaan yang beresolusi tinggi. Jika tidak maka akan terjadi looping pada material (keluarnya material berlebih dari groove roller), maupun terjadi penarikan pada kedua roller

yang mengakibatkan tegangan yang tidak diinginkan atau terjadi proses reduksi yang berlebih (kondisi tension), sehingga material yang dihasilkan akan berdiameter tidak utuh, sehingga tidak layak dijual.

Kecepatan putar antara kedua motor roll harus bisa menyesuaikan kondisi material pada saat itu. Jika kecepatan roll yang berada pada stand di belakang

billet lebih tinggi dari pada kecepatan roll yang ada pada stand di depan billet,

maupun tidak sesuai dari set point yang ditetapkan, maka akan terjadi looping

yaitu keluarnya wire rod dari groove roller. Kejadian ini bisa dilihat pada gambar 4.18.

Arah material

Entry guide

box Delivery

guide box

Gambar 4.18. Skema looping pada rolling mill akibat kecepatan roll pada stand A terlau tinggi dari pada stand B

Ketika proses dalam keadaan looping, otomatis scanner akan membaca ketinggian material yang saat itu dalam keadaan looping, data ketinggian dari

scanner akan dikirim ke PLC untuk diprogram, dan PLC akan berkomunikasi

dengan ABB DC Drive agar memerintahkan motor penggiling (roll) yang pertama dilewati (motor roll stand A) untuk menurunkan kecepatan putarannya atau memerintahkan motor penggiling (roll) yang kedua (motor roll stand B) untuk mempercepat kecepatan putarannya. Sedangkan jika kecepatan roll yang ada di depan billet lebih tinggi dari pada kecepatan roll di belakang billet, maupun tidak sesuai dari set point yang ditetapkan, maka akan terjadi tension berlebih,

50 sehingga wire rod akan putus pada saat proses rolling mill. Kejadian ini bisa dilihat pada gambar 4.19.

Arah material

Entry guide

box guide box Delivery

Gambar 4.19 Skema tension pada rolling mill akibat kecepatan roll pada

stand B terlau tinggi dari pada stand A

Ketika proses dalam keadaan tension, otomatis scanner akan membaca ketinggian material yang saat itu tidak sesuai dengan set point, data ketinggian dari scanner akan dikirim ke PLC untuk diprogram, dan PLC akan berkomunikasi dengan ABB DC Drive agar memerintahkan motor penggiling (roll) yang pertama dilewati (motor roll stand A) untuk mempercepat kecepatan putarannya atau memerintahkan motor penggiling (roll) yang kedua (motor roll stand B) untuk memperlambat kecepatan putarannya, solusi ini berkebalikan dengan solusi jika dalam keadaan looping. Hal tersebut, akan terjadi terus-menerus sampai material bergerak sesuai garis set point. Set point dari ketinggian material dapat diubah oleh operator menggunakan metode cascade, yaitu operator secara manual mengatur ketinggian loop atau material sampai ketinggian mencapai nilai

set point.

Loop scanner TS2006 ini bekerja dengan area range 50º. Jangkauan area

transducer dari scanner disebut dengan RANGE. Sedangkan ketinggian posisi

material (Loop Position) yang terhitung dalam range 0-10V ini dikonversi kedalam satuan persen dan dalam satuan milimeter (mm) oleh PLC Siemens S7.

Proses yang terakhir adalah proses after loop forming . Proses after loop

forming akan terjadi setelah ekor (tail) dari billet terdeteksi oleh scanner, maka

pneumatic akan diperintah untuk turun supaya ekor (tail) billet tidak melompat

atau tersentak. Proses after forming bisa dilihat pada gambar 4.20

Gambar 4.20 After loop Forming

Dalam dokumen LAPORAN ON THE JOB TRAINING POLITEKNIK N (Halaman 54-60)

Dokumen terkait