• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Tinjauan Pustaka

2. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling

36

45

Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan. Berikut ini dicatatkan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang diramu dari sejumlah sumber (Bernard & Fullmer, 1969 dan 1979; Crow & Crow, 1960; Miller & Fruehling, 1978)

dalam Prayitno, 2013.37

a) Prinsip-Prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan

Sasaran pelayananan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara perorangan maupun kelompok. Individu-individu itu sangat bervariasi, misalnya dalam hal umurnya, jenis kelaminnya, status sosial ekonomi keluarga, kedudukan, pangkat dan jabatannya, keterikatannya terhadap suatu lembaga tertentu, dan variasi-variasi lainnya. Berbagai variasi itu menyebabkan individu yang satu berbeda dari yang lainnya. Masing-masing individu adalah unik. Secara lebih khusus lagi, yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya. variasi dan keunikan keindividualan, aspek-aspek pribadi dan lingkungan, serta sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip BK sebagai berikut:

37

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.218-225.

46

1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.

2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik; oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan kekompleksan pribadi individu

3) Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dengan berbagai kekuatan, kelemahan, dan permasalahannya 4) Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung

factor-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah laku yang tidak seimbang.

5) Meskipun individu yang satu dan lainnya adalah serupa dalam berbagai hal, perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam rangka upaya yang bertujuan memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-individu tertentu, baik mereka itu anak-anak, remaja ataupun orang dewasa.

b) Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu

Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan masalah individu diantaranya: 1) Meskipun pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau setiap tahap dan

47

pada umumnya dibatasi hanya pada hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi mental dan fisik individu.

2) Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan merupakan factor salah satu pada diri individu dan hal itu semua menuntut perhatian saksama dari para konselor dalam mengentaskan masalah klien. c) Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan

Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling baik diselenggarakan secara “incidental”, maupun terprogram. Pelayanan “incidental” diberikan kepada klien-klien yang secara langsung (tidak terprogram atau terjadual) kepada konselor untuk meminta bantuan. Konselor memberikan pelayanan kepada mereka secara langsung pula sesuai dengan permasalahan klien pada waktu mereka itu datang. Pelayanan “incidental” itu merupakan pelayanan konselor yang sedang menjalankan “praktek pribadi”.

Untuk warga lembaga tempat konselor bertugas, yaitu warga yang pemberian pelayanan bimbingan dan konselingnya menjadi tanggung jawab konselor sepenuhnya, konselor dituntut untuk menyususn program pelayanan. Program ini berorientasi kepada seluruh warga lembaga itu dengan memerhatikan variasi masalah yang mungkin timbul dan jenis layanan yang dapat diselenggarakan, rentangan dan unit-unit waktu yang tersedia, ketersediaan staf, kemungkinan

48

hubungan antarpersonal dan lembaga, kemudahan-kemudahan yang tersedia, dan faktor-faktor lainnya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan di lembaga tersebut. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan bimbingan dan konseling diantaranya:

1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan

2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga, kebutuhan individu dan masyarakat

3) Program pelayanan bimbingan dan konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai dengan orang dewasa 4) Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan

penilaian yang teratur untuk mengetahui kesesuaian antara hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dan peaksanaannya.

d) Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan

Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan diantaranya: 1) Tujuan akhir dari bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap

individu;

2) Dalam proses konseling keputusan diambil dan hendak dilakukan oleh klien hendaklah atas nama klien sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari konselor;

49

3) Permasalahan khusus yang dialami klien harus ditangani tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan khusus tersebut;

4) Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional;

5) Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan dan konseling;

6) Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan sejauh mungkin memenuhi tuntutan individu, program pengukuran dan penilaian terhadap individu hendaknya dilakukan, dan himpunan data yang memuat hasil pengukuran dan penilaian itu dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik;

7) Organisasi program bimbingan hendaknya fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan lingkungannya;

8) Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya diletakkan di pundak seorang pemimpin program yang terlatih dan terdidik secara khusus dalam pendidikan bimbingan dan konseling, bekerjasama dengan staf dan personal, lembaga di tempat ia bertugas dan lembaga-lembaga lain yang dapat menunjang program bimbingan dan konseling; 9) Penilaian periodeik perlu dilakukan terhadap program yang sedang erjalan. e) Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling di sekolah

50

Prinsip-prinsip untuk menegakkan dan menumbuhkembangkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah menurut Belkin (1975) dalam Prayitno diantaranya sebagai berikut:

1) Konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut;

2) Konselor harus selalu memertahankan sikap professional tanpa mengganggu keharonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainnya dan peserta didik;

3) Konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai konselor professional dan menerjemahkan peranannya itu ke dalam kegiatan nyata; 4) Konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik peserta didik yang

gagal, yang menimbulkan gangguan, yang berkemungkinan putus sekolah, yang mengalami permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar, maupun peserta didik yang memiliki bakat istimewa, yang berpotensi rata-rata, yang pemalu dan menarik diri dari khalayak ramai, serta yang bersikap menarik perhatian atau mengambil muka guru, konselor dan personal sekolah lainnya;

5) Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu peserta didik yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan peserta didik yang menderita gangguan emosional, khususnya

51

melalui penerapan program-program kelompok, kegiatan pengajaran di sekolah dan kegiatan di luar sekolah, serta bentuk-bentuk kegiatan lainnya; 6) Konselor harus mampu bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah,

memberikan perhatian dan peka terhadap kebutuhan, harapan, dan kecemasan-kecemasannya.

D. Penerapan BK di Sekolah

Dokumen terkait