Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip dasar berikut ini: (1) prinsip keseluruhan (2) prinsip kesinambungan (3) prinsip obyektivitas (Sudijono,2013:31-33).
1. Prinsip keseluruhan (al-Kamal dan al-Tamam). Prinsip
keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Dengan prinsip komprehensif dimaksudkan disini bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh. Dengan kata kata lain, evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati.
9
2. Prinsip kesinambungan (Istimrar) juga dikenal dengan
istilah prinsip kontinuitas. Dengan prinsip kesinambungan di maksudkan disini bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung-menyambung dari waktu ke waktu. Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara berkesinambungan itu juga dimaksudkan agar pihak evaluator (guru, dosen dan lain-lain)
dapat memperoleh kepastian dan kemantapan dalam
menentukan langkah- langkah atau merumuskan kebijaksanaan yang perlu diambil untuk masa selanjutnya, agar tujuan
pengajaran sebagaimana telah dirumuskan pada tujuan
Instruksional Khusus dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.
3. Prinsip obyektifitas (Maudlu’iyyah) mengandung
makna, bahwa evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila data terlepas dari faktor yang sifatnya subyektif.
Secara lebih luas, ada beberapa prinsip evaluasi
(Atmaja,2016:18-22) yaitu
1. Guru harus adil dan objektif. Kata adil dan objektif mudah
diucapkan, tetapi sangat sulit direalisasikan menjadi sebuah tindakan. Banyak guru yang selalu mengampanyekan untuk selalu berbuat adil dan objektif, tetapi tindakannya justru sering
10
kontraproduktif dengan hal yang dikampanyekannya. Guru seperti ini hanya akan mencederai makna evaluasi itu sendiri. Dalam melakukan proses evaluasi pembelajaran, hal paling utama yang wajib dimiliki oleh guru adalah sifat adil dan objektif terhadap siswa. Guru tidak boleh pilih kasih terhadap siswa. Siapa pun mereka, bila tidak memenuhi standar untuk mendapat nilai baik, maka harus ditulis apa adanya. Guru juga harus memandang siswa tanpa pandang bulu dan melakukan penilaian dengan menjauhkan diri dari sikap like and dislike , perasaan, serta prasangka negative lain. Guru harus menilai siswa sesuai kenyataan sebenarnya dilapangan.
2. Komprehensif atau menyeluruh. Ketika guru ingin melakukan
evaluasi terhadap siswa, maka ia harus melihat secara utuh kepribadian siswa, tidak cukup hanya dengan mengevaluasi aspek kognitifnya an sich dengan mengabaikan aspek lainnya, seperti aspek afektif, dan psikomotorik. Bila guru melihat bagian aspek tertentu saja pada diri siswa, maka evaluasi tidak akan sempurna, bahkan bisa salah paham, sebagai contoh, ada guru melihat siswanya sangat pintar dalam mengerjakan soal dan berdiskusi. Murid itu seakan sangat pintar, sehingga sang guru langsung memberikan siswa itu nilai tinggi tanpa memperhitungkan aspek lainnya. Ini
11
sungguh proses evaluasi yang kurang komprehensif. Bisa saja, siswa itu hanya andal secara kognitif, tetapi lemah dalam aspek afektif dan psikomotorik. Evaluasi yang baik harus dilakukan secara menyeluruh.
3. Kontinuitas. Proses pembelajaran itu dilakukan secara terus-
menerus, tidak jauh beda dengan evaluasi. Melihat siswa tidak hanya pada saat melakukan evaluasi sekarang, tetapi hasil evaluasi sebelumnya juga harus dijadikan pembanding. Proses perkembangan siswa bisa dipantau dengan baik apabila ada komparasi antara hasil evaluasi yang sekarang dengan evaluasi sebelumnya. Perkembangan peserta didik akan
terlihat jelas dengan melakukan komparasi itu. Jadi,
perkembangan peserta didik terus dipantau mulai dari input, proses, hingga output. Evaluasi dengan sistem kontinuitas ini akan menjadikan evaluasi lebih bermakna holistik.
4. Kooperatif. Dalam melakukan proses evaluasi, guru tidak bisa
berdiri sendiri. Evaluasi itu akan berjalan dengan baik apabila guru mampu melakukan proses kerja sama yang baik dengan berbagai pihak, mulai dari keluarga peserta didik, guru bimbingan dan konseling, wali kelas, kepala sekolah, hingga elemen lainnya dalam sekolah. Jalinan kerja sama itu menjadi penting karena guru bisa mempunyai pandangan lebih luas
12
terhadap perkembangan peserta didik, dan hasil evaluasi mampu membuat semua mereka puas.
5. Praktis. Guru mesti menggunakan alat evaluasi yang mudah
dicerna dan dipahami oleh peserta didik ataupun guru lain yang akan menggunakan alat tersebut. Dalam membuat soal, guru harus membuat dengan sederhana dan sejelas mungkin, baik itu dalam aspek bahasa, petunjuk dalam mengerjakan, ataupun isi soal itu sendiri. Tidak sedikit guru yang pintar dan cerdas, tetapi kadang tidak mampu memberikan penjelasan serta petunjuk kepada orang lain. Kecerdasan seakan tidak akan banyak berarti tanpa diiringi dengan metode atau cara yang jelas terhadap perserta didik. Ini juga berlaku dalam
proses evaluasi belajar mengajar. Memilih instrument
yangtepat dan membuat petunjuk serta soal yang jelas menjadi prinsip dasar evaluasi pembelajaran.
6. Follow-up atau tindak lanjut. Hasil evaluasi pembelajaran tidak hanya dijadikan arsip mati yang harus disimpan dalam rak. Hasil evaluasi itu mesti di tindak lanjuti dengan aksi nyata oleh guru ataupun pihak sekolah. Bila tidak dilanjutkan dengan aksi nyata, maka evaluasi tidak lebih hanyalah sebatas ritual formal yang tidak akan memberikan efek apa pun terhadap kualitas belajar mengajar. Hasil evaluasi mesti di tindak lanjuti dengan
13
perbaikan nyata oleh guru, baik itu dalam aspek strategi pembelajaran ataupun faktor siswa itu sendiri. Dengan tidak lanjut ini, proses belajar mengajar akan terus perkembangan menuju perbaikan demi perbaikan. Inilah hakikat evaluasi pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar evaluasi hasil belajar diantarannya: prinsip sebagai keseluruhan maksudnya bahwa evaluasi hasil belajar dapat dikatakan baik apabila dilaksanakan secara menyeluruh, prinsip sebagai kesinambungan maksudnya bahwa evaluasi hasil belajar dengan baik yaitu dilaksanakan secara teratur, sedangkan prinsip obyektifitas maksudnya prinsip evaluasi dapat dikatakan dengan baik apabila data terlepas dari faktor yang sifatnya subjektif. Sedangkan prinsip evaluasi diantarannya: guru harus adil dan objektif maksudnya adalah guru harus adil dalam penilaian peserta didik, komprehensif atau menyeluruh maksudnya adalah guru harus melihat secara utuh dalam kepribadian siswa, kontinuitas maksudnya adalah perkembangan peserta didik terus dipantau dengan baik, kooperatif maksudnya adalah melakukan prroses evaluasi, praktis maksudnya adalah dalam pembuatan soal guru harus membuat yang sejelas mungkin dan mudah dipahami oleh peserta didik, follow up atau tindak lanjut maksudnya adalah hasil
14
evaluasi mesti ditindaklanjuti dengan perbaikan nyata oleh guru baik dalam strategi pembelajaran maupun faktor siswa itu sendiri.