• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG DEMOKRASI, KEDAULATAN

3. Prinsip-prinsip Demokrasi

Pemerintah atau negara adalah pihak yang berkuasa dalam pengaturan masyarakat. Demi kepentingan bersama, rakyat diharuskan mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh pemerintah, dan terdapat pula konsekuensi penjatuhan hukum jika tidak mematuhi peraturan yang berlaku. Dalam konsep teoritis demokrasi terdapat

28Ni’matul Huda, Ilmu Negara (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cetakan Ketiga, h. 207

29

prinsip umum dalam menjalankan pemerintahan yang baik, yaitu pemerintahan yang senantiasa dalam kontrol dan partisipasi rakyat penuh.

Prinsip-prinsip demokrasi telah banyak dirumuskan oleh banyak penulis, seperti Robert A. Dahl, Laski, William Ebenstein, dll. Namun demikian pendapat para penulis tersebut tidak jauh berbeda, sehingga semua pendapat hanya berbeda dari segi istilah dan penekanannya. Pengertian demokrasi memang memiliki konotasi yang luas dan bervariasi, sehingga makna demokrasi itu sendiri sulit mendapatkan makna yang kongkrit.

Namun dapat diambil kesimpulan dari teori demokrasi masing-masing pakar, bahwa prinsip umum demokrasi ialah: (1) Adanya nilai-nilai yang bersifat substansial. (2) adanya nilai-nilai-nilai-nilai yang bersifat instrumental (prosedural) yang menjadi mekanisme penentu agar persetujuan menjadi absah. Kedua kategori ini tersebut, baik substansial maupun prosedural, sama pentingnya dalam eksistensi suatu tatanan teoritis yang disebut dengan “demokrasi”30

. Karena tanpa adanya nilai atau prinsip tersebut, maka demokrasi tidak mungkin ada

4. Jenis-jenis Demokrasi

Ada beberapa jenis demokrasi, namun hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya menjelaskan cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya.

a. Demokrasi Langsung

30

Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana setiap rakyat memberikan suara atau pendapat dalam setiap keputusan. Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan sehingga mereka memiliki dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan, sehingga mereka memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik yang terjadi.

b. Demokrasi Perwakilan

Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalui pemilihan umum untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka.31

B. Kedaulatan Rakyat dalam Perspektif Teoritis

Kedaulatan adalah terjemahan dari kata “Souverainiteit” (bahasa Belanda), “souverainete” (bahasa Prancis), “sovranus” (bahasa Italia) yang berarti kekuasaan atau kewenangan tertinggi dalam suatu wilayah.32 Sedangkan dalam Black’s Law Dictionary, kedaulatan atau sovereign

characteristic of or endowed with supreme authority (sovereign

nation)”,33 Teori kedaulatan rakyat memandang bahwa kekuasaan tertinggi berasal dari rakyat, sehingga dalam menjalankan tugasnya harus mengedepankan kepentingan rakyat.

31

id.m.wikipedia.org/wiki/Demokrasi

32

Moh. Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 66

33 Bryan A. garner, Black’s Law Dictionary, eight edition, (Minessotta:West

Dipelopori oleh Jean Bodin dalam karya monumentalnya yang berjudul Six Livres de la Repulique dikatakan bahwa kedaulatan (dalam pandangan klasik) tersebut tidak dapat dipisahkan dari negara.34 Menurut Jean Bodin terdapat dua karakteristik yang dimiliki oleh kedaulatan. Pertama, bersifat mutlak dan abadi, sehingga harus bersifat utuh, tunggal, dan tidak terbagi-bagi atau terpecah, sehingga bersifat tertinggi dalam arti tidak terderivikasikan dari kekuasaan yang lebih tinggi. Kedua, kekuasaan berdaulat dalam negara tersebut berkaitan dengan fungsi legislatif, yaitu bahwa negara tersebut berdaulat dalam membuat hukum atau undang-undang35

Teori kedaulatan rakyat lahir sebagai reaksi dari kedaulatan raja. Menjadikan teori kedaulatan rakyat sebagai inspirasi Revolusi Perancis. Masih banyak negara yang menganut paham monarki saat teori ini dimunculkan, sehingga yang berkuasa saat itu adalah raja atau pemerintah. Apabila pemerintah tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan kehendak rakyat, maka rakyat akan bertindak untuk mengganti pemerintahan itu. Kedaulatan rakyat ini, didasarkan pada kehendak umum yang disebut dengan volonte generale oleh Rousseau.36

Pada dasarnya prinsip kedaualatan rakyat atau demokrasi hendak mengatakan bahwa rakyat sendiri yang berwenang menentukan bagaimana

34

Jazim Hamidi, dkk, Teori Hukum Tata Negara (A Turning Point of The State), (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 139

35

Ibid., h.145

36

mereka mau dipimpin dan oleh siapa mereka dipimpin. Karena secara umum semua anggota masyarakat mempunyai kedudukan yang sama sebagai manusia dan warga suatu negara.

Kedaulatan rakyat merupakan kekuasaan tertinggi negara dan menjadi atribut bagi negara sebagai organisasi paling besar.37 Kedaulatan rakyat adalah ajaran dimana kekuasaan tertinggi diberikan oleh rakyat atau juga disebut dengan pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat. Asas kedaulatan rakyat merupakan cita negara yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa kedaulatan rakyat didasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan, oleh karena itu sistem negara Republik Indonesia harus terbentuk atas asas kedaulatan rakyat.

Ada pula pengertian kedaulatan rakyat oleh JJ. Rousseau, menurutnya yang dimaksud dengan kedaulatan rakyat pada prinsipnya adalah cara atau sistem mengenai pemecahan soal menurut cara atau sistem tertentu yang memenuhi kehendak umum. Jadi kehendak umum hanyalah khayalan saja yang bersifat abstrak, dan kedaulatan adalah kehendak umum.38 Baginya jika kedaulatan rakyat berada ditangan rakyat maka selamanya akan tetap berada di tangan rakyat.

Teori kedaulatan rakyat ini juga diikuti oleh Immanuel Kant. Menurutnya tujuan negara adalah menegakkan hukum dan menjamin kebebasan para warga negaranya. Pengertian kebebasan disini adalah

37

Eddy Purnama, Negara Kedaulatan Rakyat Analisis Terhadap Sistem Pemerintahan Indonesia dan Perbandingannya dengan Negara-negara Lain, (Malang; Nusa Media, 2007), h. 28

38

kebebasan dalam batas perundang-undangan, sedangkan undang-undang disini yang berhak membuat adalah rakyat itu sendiri.39 Sehingga undang-undang adalah merupakan penjelmaan dari kemauan atau kehendak rakyat.

Pengertian JJ. Rousseau dianggap mempunyai banyak kelemahan, khususnya jika dihubungkan dengan perkembangan zaman sekarang. Montesquieu berpendapat bahwa tidak ada kedaulatan yang tidak terpecah-pecah, dianggap nihil dan mustahil. Maka dari itu untuk menjamin demokrasi, kekuasaan negara harus dibagi-bagi dan dipisah-pisahkan dalam beberapa fungsi yang saling mengendalikan satu dengan yang lain (checks and balances) Oleh karena itu, kekuasaan negara harus dibagi kedalam tiga fungsi disebut sebagai Trias Politika, yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif.40

Moh. Hatta membedakan dengan tegas esensi demokrasi Barat sebagaimana yang digagas oleh Rousseau dengan konsep kedaualatan rakyat atau demokrasi yang menurut versi indonesia:41

“Demokrasi Barat yang dilahirkan oleh revolusi Perancis tiada membawa kemerdekaan rakyat yang sebenarnya, melainkan menimbulkan kekuasaan Kapitalisme. Sebab itu demokrasi politik saja tidak cukup untuk mencapai demokrasi yang sebenarnya, yaitu kedaulatan rakyat. Haruslah adapula

39

Demokrasi Lokal (Evaluasi Pemilukada di Indonesia), (Jakarta: Konstitusi Press, 2012), h. 31

40

Jimly Assiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, (Jakarta: Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006), h. 34

41

demokrasi ekonomi, yang berkenaan dengan penghidupan orang banyak harus berlaku dibawah tanggungan orang banyak pula. Volkssouvereiniteit yang dianjurkan oleh Rousseau pincang dan menyimpang jalannya, tiada membawa kedaulatan kepada rakyat, oleh karena itu berdasarkan individualisme, dan keterangan di atas cukup memberi bukti, bahwa semangat individualisme tidak dapat sesuai dengan cita-cita kedaualatan rakyat, yaitu rakyat adalah raja dalam menentukan nasibnya sendiri. Bagaimana pemerintahan negeri harus dijalankan dan bagaimana keputusan rakyat atau mufakat”42

Dewasa ini, konsep kedaulatan rakyat tetaplah harus dipahami menjadi kekuasaan tertinggi namun dibatasi.43 Pada hakikatnya, kedaulatan rakyat tetaplah harus menjamin bahwa sesungguhnya rakyatlah yang memiliki kekuasaan negara dalam segala kewenangannya dalam tugasnya menjalankan fungsi kekuasaan negara, baik dalam bidang eksekutif, yudikatif, maupun legislatif. Serta rakyatlah yang merencanakan, mengawasi, mengatur serta melakukan penilaian dalam segala aspek kegiatan pemerintahan.

Namun mengenai pengertian kekuasaan tertinggi tersebut tidak hanya dipahami sebagai hal yang mutlak dalam arti tidak terbatas, karena secara otomatis kekuasaan tertinggi memang berada di tangan rakyat dan dibatasi oleh kesepakatan yang mereka tentukan sendiri secara

42

ibid, h. 66

43

sama yang telah dituangkan dalam rumusan konstitusi yang telah disusun dan di tetapkan bersama.44 Karena dalam konstitusi itulah diatur bagaimana kedaulatan rakyat disalurkan, diselenggarakan dan dijalankan.

Terdapat dua prinsip yang terdapat dalam kedaulatan rakyat.

Pertama, kebebasan; kedua, kesetaraan. Kedua hal ini merupakan prinsip penting dan menjadi dasar bagi tegaknya otonomi demokrasi. Dalam konteks dua prinsip itu, demokrasi membutuhkan adanya pernyataan hak-hak manusia, di luar hak-hak memilih adanya pernyataan hak-hak-hak-hak manusia, diluar hak memilih untuk memberikan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam agenda politik.45

Robert A. Dahl dalam melihat demokrasi lebih menitikberatkan aspek kebebasan politik. Menurutnya, terdapat lima keriteria atau dasar yang menjadikan proses sebuah pemerintahan negara dikatakan demokratis :

Pertama, partisipasi yang efektif. Sebelum sebuah kebijakan digunakan Negara, seluruh rakyat harus mempunyai kesempatan yang efektif untuk memberikan pandangan-pandangan mereka. Kedua, persamaan suara. Setiap rakyat harus mempunyai kesempatan yang sama dan efektif untuk memberikan suara dan seluruh suara harus dihitung sama. Ketiga, pemahaman yang cerah, dalam hal ini setiap rakyat harus diberikan kesempatan untuk mempelajari kebijakan-kebijakan alternatif yang

44

Ibid, h. 142

45

relevan. Keempat, pengawasan agenda. Berbagai kebijakan negara selalu terbuka untuk diubah jika rakyat menginginkannya. Kelima, pencakupan orang dewasa, dalam hal ini, semua atau paling tidak sebagian besar orang dewasa yang menjadi penduduk tetap seharusnya memiliki hak kewarganegaraan penuh yang ditunjukkan oleh empat kriteria sebelumnya.46

Pada hakikatnya ide dari kedaulatan rakyat itu tetaplah harus menjamin bahwa rakyatlah yang sesungguhnya memiliki negara dengan segala kewenangannya dalam tugasnya menjalankan tugas negara, baik dalam bidang eksekutif, yudikatif, dan legislatif. Bahwa rakyatlah yang memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan dalam segala kegiatan pemerintahan.47

1. Prinsip-prinsip Kedaulatan Rakyat

Robert A. Dahl dalam melihat demokrasi lebih menitikberatkan aspek kebebasan politik. Dahl mengatakan setidaknya ada lima kriteria atau standar sehingga proses pemerintahan dapat dikatakan demokratis. Lima kriteria tersebut meliputi:48

Pertama, partisipasi yang efektif. Sebelum sebuah kebijakan digunakan negara, seluruh rakyat harus mempunyai kesempatan yang efektif untuk memberikan pandangan-pandangan mereka. Kedua, persamaan suara.

46

Robert A. Dahl, Perihal Demokrasi Menjelajahi Teori dan Praktik Demokrasi Secara Singkat, h. 52-53.

47

Jazim Hamidi, Teori Hukum Tata Negara, h. 142

48

Setiap rakyat harus mempunyai kesempatan yang sama dan efektif untuk memberikan suara dan seluruh suara harus dihitung sama. Ketiga,

pemahaman yang cerah. Dalam hal ini setiap rakyat harus memberikan kesempatan untuk mempelajari kebijakan-kebijakan alternatif yang relevan. Keempat, pengawasan agenda. Berbagai kebijakan Negara selalu terbuka untuk diubah jika rakyat menginginkannya. Kelima, pencakupan orang dewasa. Dalam hal ini semua atau paling tidak sebagian besar orang dewasa yang menjadi penduduk tetap seharusnya memiliki hak kewarganegaraan penuh yang ditunjukkan oleh empat kriteria sebelumnya.

Dalam perkembangannya, kedaulatan rakyat atau demokrasi terus mendapatkan pembenar dan dukungan dari banyak pemikir kenegaraan. Berbagai macam alasan dengan sudut pandang yang berbeda mereka kemukakan. John Struart Mill berpendapat bahwa, demokrasi itu dipilih bukan karena hak-hak pribadi secara apriori, melainkan karena akan meningkatkan mutu kehidupan semua orang.49 Adapula pendapat oleh K.H. Abdurrahman Wahid. Ia berpendapat bahwa demokrasi menjadi suatu kewajiban karena demokrasi sangat mendukung tegaknya pluralisme bangsa.50

Dalam menjaga kemanfaatan bagi rakyatlah sesungguhnya segala kegiatan ditunjukkan dan diperuntukkannya segala manfaat yang didapat

49

Ibid, h. 31

50

dari adanya dan berfungsinya kegiatan bernegara tersebut. Dari sinilah kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui sistem demokrasi.

C. Pemilu dalam Perspektif Teoritis

Pemilihan adalah mekanisme yang resmi yang secara periodic dapat digunakan sebagai proses pertanggungjawaban vertikal. Banyak konskuensi yang diakibatkannya karena akses dan pegangan kekuasaan dalam Negara bergantung pada referensi pemilih.Partisipasi dalam bidang politik ini tidaklah semata-mata hanya sekedar pelengkap saja melainkan harus berperan aktif di dalam pengambilan politik yang menyangkut kepentingan kesinambungan negara dan bangsa.51

Pemilu diitentikkan sebagai suatu sistem, dan kiranya perlu mengelaborasi maksud dari sistem pemilihan umum. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan sistem sebagau perangkat unsur yang teratur dan saling berkaitan sehingga menjadi suatu totalitas.52 Sistem terdiri dari beberapa unsure dimana satu sama lain saling berkaitan untuk membentuk suatu yang lebih besar yang disebut sistem. Sedangkan pemilihan umum diartikan sebagai proses, cara perbuatan memilih yang dilakukan serentak oleh seluruh rakyat suatu Negara.53

51

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 474.

52

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, 2005), h. 1076

53

Definisi lain tentang sistem pemilu dikemukakan Matias Iaryczower dan Andrea Mattozi dari California institute of Technology.

Mereka berpendapat sistem pemilu adalah.54

“Menerjemahkan suara yang diberikan saat pemilu menjadi sejumlah kursi yang dimenangkan oleh setiap partai di dewan legislative nasional. Dengan memastikan bagaimana pilihan pemilih terpetakan secara baik dalam tiap kebijakan yang dihasilkan, menjadikan sistem pemilihan umum sebagai lembaga penting dalam demokrasi perwakilan.”

Pemilihan umum merupakan sarana yang sangat penting bagi terselenggaranya sebuah sistem politik yang demokratis. Melalui sarana inilah rakyat melakukan kontrol terhadap jalannya pemrintahan, dan kalau perlu, menentukan apakah mereka masih mau memiliki pemerintah yang sekarang sedang berkuasa.55

Pemilu menjadi ajang bagi rakyat Indonesia bersama-sama menjadi pelaku “pesta demokrasi” untuk memilih wakil-wakilnya di legislatif dan eksekutif. Pemilihan umum menghasilkan lembaga legislatif atau perlemen. Anggota-anggota parlemen merupakan wakil-wakil rakyat melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bisa secara terus-menerus melakukan kontrol terhadap jalannya pemerintahan. Pemilihan umum yang tidak dijalankan dengan benar akan menghasilkan wakil-wakil rakyat

54

Khairul Fahmi, Pemilihan Umum dan Kedaulatan Rakyat, h. 52

55

Abdul G. Hakim, Mendemokratiskan Pemilu, (Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, h. 51

yang tidak benar pula. Wakil-wakil rakyat yang tidak benar tidak akan bisa menjalankan tugas pemerintahan secara benar56.

Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rangkaian pemilu. 57

Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Pada umumnya, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilihan anggota legislatif dan presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.

Pemilu menjadi salah satu media untuk mengubah dan melembagakan aturan yang lebih demokratis dalam tata pemerintahan. Pemilu tidaklah menjadi akhir dari proses pembelajaran demokrasi, namun sebaliknya menjadi awal untuk melakukan perubahan struktur dan praktik bernegara kearah yang lebih baik dan demokratis.

Pemilu menjadi prasyarat dalam kehidupan bernegara dan bemasyarakat secara demokratis sehingga dalam pemilu sebenarnya rakyat

56

Dede Mariana dan Caroline Paskarina, Demokrasi dan Politik Desentralisasi, (Jakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 3

57

sebagai pemegang kedaulatan akan; pertama, memperbarui kontrak sosial;

kedua, memilih pemerintah baru; dan ketiga menaruh harapan baru dengan adanya pemerintahan baru.58

Pemilu memuat perjanjian antara rakyat dengan mereka yang diberi mandat untuk melaksanakan kedaulatan rakyat, sehingga pemilu juga menjadi suatu bentuk kontrak sosial. Kontrak ini dibuat dengan partai pemenang pemilu sebagai bukti bahwa program-programnya sesuai dengan aspirasi rakyat. Ketika seseorang memberikan suaranya pada suatu partai, maka hakikatnya suara tersebut menjadi simbol persetujuan rakyat terhadap program-program partai atau kandidat yang bersangkutan.

Dalam demokrasi perwakilan, meskipun rakyat telah memilih wakil-wakilnya melalui pemilu hal ini tidak berarti bahwa rakyat secara bulat menyerahkan hak kedaulatannya kepada para wakil-wakil rakyat tersebut. Karena sesungguhnya hak rakyat yang diwakilkan kepada para wakil rakyat hanyalah sekedar hak-hak yang berkenaan dengan menjalankan fungsi legislatif. Hak-hak rakyat lainnya untuk mengontrol pemerintah antara lain, hak untuk menyatakan.

Untuk menjadikan pemilu lebih memenuhi asas demokratisnya, maka adanya pemilu secara langsung yaitu melalui UU No. 32 Tahun 2004. Berbagai peraturan dan praktik penyelenggaraan Pemilu 2004 didesain sedemikian didewasakan untuk mengkondisikan pemilu yang lebih demokratis.

58

Pemilu 2004 berbeda dengan pemilu sebelumnya, di mana rakyat hanya memilih anggota legislatif di DPR maupun DPRD dengan cara memilih tanda gambar partai politik peserta pemilu. Dalam pemilu 2004 rakyat dalam memilih wakilnya dilaksanakan secara langsung. Hal ini di yakini cukup menjadi akomodasi bagi berjalannya demokrasi di Indonesia. Pemilu 2004 dilaksanakan secara langsung, di mana rakyat memilih partai dan figur kandidat yang akan menjadi anggota DPR, DPRD, DPD, Presiden dan Wakil Presiden. Pemilihan secara langsung diharapkan dapat meminimalikan praktik money politics maupun kecurangan-kecurangan lain yang selama ini menjadi kekurangan dalam pemilu sebelumnya. Pada intinya, pemilihan langsung dinilai lebih demokratis karena rakyat memilih wakilnya menurut hati nurani mereka.

BAB III

REGULASI PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

Dokumen terkait