• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip-prinsip Yang Mempengaruhi Kelancaran Dalam

BAB III PEMBAHASAN

3.6 Prinsip-prinsip Yang Mempengaruhi Kelancaran Dalam

Seorang profesional dalam melakukan tugas dan kewajibannya selalu berkaitan dengan kode etik profesi (code of profession) dan kode perilaku (code of

conduct) sebagai standar moral, tolok ukur atau pedoman dalam melaksanakan

pekerjaan dan kewajibannya masing-masing sesuai fungsi dan peran dalam satu organisasi/lembaga yang diwakilinya. Seorang profesional dapat membedakan secara etis mana yang dapat dilakukan dan mana yang tidak dapat dilakukannya sesuai dengan pedoman kode etik profesi yang disandang oleh yang bersangkutan.

Melalui pemahaman Etika Profesi tersebut, di harapkan para profesional, memiliki kualifikasi kemampuan tertentu Ruslan (2004:54), yaitu :

1. Kemampuan untuk kesadaran etis (ethical sensibility)

Kemampuan ini merupakan landasan kesadaran yang utama bagi seseorang profesional untuk lebih sensitive dalam mempertahankan kepentingan profesi, bukan untuk subjektif, tetapi ditujukan untukkepentingan yang lebih luas (objektif).

2. Kemampuan untuk berpikir secara etis (ethical reasoning)

Memiliki kemampuan berwawasan dan berpikir secara etis, dan mempertimbangkan tindakan profesi atau mengambil keputusan harus berdasarkan pertimbangan rasional, objektif, dan penuh integritas pribadi serta tanggungjawab yang tinggi.

Memiliki perilaku, sikap, etika moral dan tata krama (etiket) yang baik

(good moral and good manner) dalam bergaul atau berhubungan dengan

pihak lain (social contact).

4. Kemampuan untuk kepemimpinan yang etis (ethical leadership)

Kemampuan atau memiliki jiwa untuk memimpin secara etis, diperlukan untuk mengayomi, membimbing, dan membina pihak lain yang dipimpinnya.

Seorang profesional secara umum memiliki lima prinsip Etika Profesi sebagai berikut:

a. Tanggungjawab

Setiap penyandang profesi tertentu harus memiliki rasa tanggungjawab terhadap profesi. Hasil dan dampak yang ditimbulkan memiliki dua arti sebgai berikut:

• Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan atau fungsinya (by function), artinya keputusan yang diambil dan hasil dari pekerjaan tersebut harus baik serta dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar profesi, efisien, dan efektif.

• Tanggung jawab terhadap dampak atau akibat dari tindakan dari pelaksanaan profesi (by profession)

tersebut terhadap dirinya, rekan kerja dan profesi, organisasi/perusahan dan masyarakat umum lainnya, serta keputusan atau hasil pekerjaan tersebut dapat memberikan manfaat dan berguna bagi dirinya atau

pihak lainnya.Prinsipnya, seorang profesional harus berbuat baik (beneficence) dan tidak berbuat sesuatu kejahatan (non malefience).

b. Kebebasan

Para profesional memiliki kebebasan dalam menjalankan profesinya tanpa merasa takut atau ragu-ragu, tetapi tetap memiliki komitmen dan bertanggung jawab dalam batas-batas aturan main yang telah ditentukan oleh kode etik sebagai standar perilaku profesional.

c. Kejujuran

Jujur dan setia serta merasa terhormat pada profesi yang disandangnya, mengakui kelemahannya dan tidak menyombongkan diri, serta berupaya terus untuk mengembangkan diri dalam mencapai kesempurnaan bidang keahlian dan profesinya melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.

d. Keadilan

Dalam menjalankan profesinya, setiap profesional memiliki kewajiban dan tidak dibenarkan melakukan pelanggaran terhadap hak atau mengganggu milik orang lain, lembaga atau organisasi hingga mencemarkan nama baik Bangsa dan Negara.

g. Otonomi

Dalam prinsip ini, seorang profesional memiliki kebebasan secara otonom dalam menjalankan profesinya sesuai dengan keahlian, pengetahuan, dan kemampuannya. Organisasi dan departemen yang

dipimpinnya melakukan kegiatan operasional atau kerja sama yang terbebas dari campur tangan pihak lain.

3.7 Jabatan Sekretaris Sebagai Profesi

Jabatan Sekretaris merupakan jabatan profesional yang bisa di kembangkan. Pekerjaannya membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus yang diperoleh dengan mengikuti jenjang pendidikan secara formal. Akan tetapi pendidikan formal saja tidak cukup memperkaya khasanah pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan perkantoran dan memimpin anak buahnya dalam bekerja. Dengan keterampilan yang kaya serta pengalaman tersebut seorang sekretaris menjadi lebih arif dalam menjalankan fungsi pengarahan kepada anak buahnya.

Dalam melakukan tugas keseretarisan dikendalikan oleh Kode Etik Sekretaris, yang sekaligus melindungi martabat profesi dalam pengabdiannya baik untuk lembaga maupun masyarakat. Kode etik sekretaris adalah bahasan normative yang dijadikan sebagai pedoman untuk berperilaku dan mengambil sikap serta tindakan untuk kepentingan pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai sekretaris.

Pengertian sekretaris ditinjau dari etimologinya adalah secretum (bahasa latin) yang berarti rahasia. Oleh karena itu sekretaris dalam kerjanya harus dapat menyimpan rahasia kantor maupun pimpinannya. Secara umun arti sekretaris adalah seorang pembantu pimpinan untuk melakukan pekerjaan kesekretariatan. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa sekretaris adalah pembantu pimpinan untuk menerima dekte, mengkonsep surat atau korespondensi,

menerima tamu, memeriksa dan mengingatkan pimpinannya tentang kewajiban resi, janji-janji serta tugas dalam meningkatkan efektivitas kerja pimpinan. Disamping itu juga pekerjaan manajerial, meliputi planning, organizing, actuating, dan controlling.

Pekerjaan sekretaris berkembang atau bertambah banyak seiring dengan tingkat kedudukan sekretaris itu sendiri serta penugasan dari atasannya atau pimpinannya. Pada saat menjadi pegawai baru job yang diberikan oleh pimpinan/lembaga hanya terbatas. Sejalan dengan perkembangan organisasi dan tingkat intelegensi/kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya, kemungkinan pekerjaannya akan bertambah. Hal ini akan memberikan tingkat kedudukan sekretaris itu sendiri.

Sekretaris memiliki ruang lingkup yang luas. Karena luasnya ruang lingkup pekerjaan yang menentukan tugas-tugasnya, seorang sekretaris dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Ernawati (2004:13-16), jenis sekretaris dapat dikelompokkan berdasarkan :

1. Berdasarkan Luas Lingkup dan Tanggung Jawab

a. Sekretaris Organisasi adalah seorang officer manager yang memimpin suatu sekretariat dari suatu perusahaan atau suatu instansi pemerintah tertentu. Sekretariat organisasi disebut juga Execuive secretary. Sekretaris bekerja tidak hanya atas perintah atasannya, tetapi juga memiliki wewenang untuk merencanakan sendiri rencana organisasinya, menyusun struktur kerja organisasi, membuat keputusan, pengarahan koordinasi, pengendalian. Tidak semata-mata membantu

pimpinan tetapi juga memberikan bantuan kepada keseluruhan organisasi baik melakukan pengurusan yang berhubungan tata warkat maupun unsur administrasi, yang meliputi : keorganisasian, manajemen, komunikasi (tata kepegawaian), financial (tata keuangan), material (tata perbekalan), relasi publik (tata kehumasan).

b. Sekretaris Pimpinan (Private Secretary)

Sekretaris Pimpinan adalah tangan kanan pimpinan yang bertugas melaksanakan pekerjaan kantor untuk pimpinannya. Sekretaris pimpinan adalah pegawai atau staff dari suatu organisasi atau perusahaan. Sekretaris pimpinan bekerja tidak hanya untuk kepentingan pribadi pimpinan, namun bersifat kedinasan dan sekretaris pimpinan sebagai pejabat pembantu dalam pengurusan warkat. Dalam hal ini pengertian sekretaris menyangkut tugas-tugas yang berkenaan dengan korespondensi, pengarsipan, membantu undangan pertemuan.

c. Sekretaris Pribadi (Personal Secretary)

Sekretaris pribadi adalah seseorang yang melaksanakan aktivitas kantor untuk kepentingan seorang tertentu dan bersifat pribadi. Sekretaris bukanlah pegawai atau staff dari organisasi atau perusahaan, tetapi sekretaris diangkat atau digaji secara perorangan.

2. Berdasarkan kemampuannya dan pengalaman kerjanya a. Sekretaris Junior

Sekretaris Junior adalah sekretaris yang baru meniti kariernya sebagai sekretaris, iya baru keluar dari pendidikan sekretaris, jadi belum

memiliki pengalaman kerja. Sekretaris junior perlu banyak belajar dan bimbingan dari seorang sekretaris senior.

b. Sekretaris Senior

Sekretaris Senior adalah sekretaris yang sudah memiliki profesionalisme yang mantap, dapat berdiri sendiri mengatasi masalah yang timbul dan melaksanakan tugasnya.

3. Berdasarkan Spesialis dalam pekerjaan

Sekretaris berkonsentarasi dalam bidang tertentu, seperti : bidang hukum, bidang medis, bidang teknik, bidang akuntasi dan sebagainya.

Sekretaris dapat dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai peran dan fungsinya dalam kantor atau tempat bekerja, sehingga untuk mengetahui macam-macam sekretaris diperlukan pemahaman yang memadai. Macam-macam-macam sekretaris Menurut Rosidah dan Sulistiyani (2005:13) antara lain :

1. Sekretaris Instansi (Organisasi) Sekretaris instansi atau organisasi yaitu sebagai pejabat pembantu dalam pengurusan tata warkat dan administrasi. Sekretaris yang tidak semata-mata membantu pimpinan tetapi juga memberikan bantuan kepada keseluruhan organisasi baik melakukan pengurusan yang berhubungan dengan tata warkat maupun unsur administrasi, yang meliputi: keorganisasian, manajemen, komunikasi (tata hubungan), tata keterangan (informasi), personalia (tata kepegawaian), financial (tata keuangan), materia (tata perbekalan), relasi publik (tata kehumasan).Sekretaris Organisasi sering disebut Executive Secretary dan memiliki pegawai atau karyawan. Contoh Sekretaris Jenderal, Sekretaris

Yayasan, Sekretaris dalam perusahaan (business secretary). Sebagai

Executive secretary harus paham akan tujuan-tujuan, prinsip-prinsip, azas-azas manajemen serta organisasi dengan baik. Paham mengenai sifat urusannya sehingga mampu merencanakan, menyusun struktur dan tata organisasi (sekretariat) dengan baik

.

2. Sekretaris pribadi adalah seorang yang membantu pimpinan dalam penghimpunan, pencatatan, pengelolaan, pengadaan, pengiriman, penyimpanan, pemeliharaan, dan penyingkiran bahan informasi sebagai contoh Sekretaris Direktur, Sekretaris Manajer, Sekretaris Rektor.

Dari beberapa jenis-jenis sekretaris di atas dapat disimpulkan bahwa sekretaris mempunyai berbagai macam jenis, dan pada intinya jenis-jenis sekretaris adalah membantu pimpinan dalam pekerjaannya.

3.8 Penerapan Etika dan Sikap Profesi Sekretaris Pada Kantor Wilayah Kementerian Agama

Pelaksanaanetika profesi sekretaris yang di terapkan pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara sudah relative efektif dan efisiensi, sehingga efisien dalam bekerja dapat dilakukan sekretaris untuk semua jenis pekerjaan kantor yang ada di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera utara, baik pekerjaan besar maupun yang kecil agar dapat mempercepat penyelesaian tugas dan tetap menjaga kualitas pekerjaan.

Faktor-faktor penunjang yang akan mendorong efisiensi kerja menurut Yatimah (2009:81) sebagai berikut :

1. Bekerja secara penuh.

2. Setia kepada pimpinan dan perusahaan. 3. Itikad baik dan kemauan bekerja.

4. Tanggung jawab yang penuh dari sekretaris untuk melaksanakan tugas. 5. Saling percaya antar sesama pegawai.

6. Jujur dalam bekerja.

7. Mengakui bahwa atasannya adalah pimpinan yang harus dipatuhinya.

3.8.1 Peran Sekretaris Pada Perkantoran

Sekretaris memegang peranan yang penting dan dapat menentukan atau mempengaruhi berhasil atau tidaknya tujuan kantor tempat sekretaris bekerja. Pentingnya peranan seorang sekretaris tentunya sesuai dengan jabatan sekretaris pada masing-masing kantor. Peranan sekretaris menurut Saiman (2002:37) dapat diketahui sebagai berikut :

1. Peran sekretaris terhadap atasan

a. Sebagai perantara atau saluran komunikasi dan pembinaan hubungan yang baik bagi orang yang ingin berhubungan dengan pimpinan.

b. Sebagai sumber informasi yang diperlukan pimpinan dalam memenuhi fungsi, tugas dan tanggung jawab.

c. Sebagai pelanjut keinginan pimpinan kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas.

e. Sebagai faktor penunjang dalam keberhasilan pekerjaan dan cerminan pimpinan bagi bawahan.

2. Peran sekretaris terhadap bawahan

a. Penentuan kebijakan yang berlaku bagi pegawai bawahan secara adil yaitu mengenai pengaturan penempatan pegawai yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuan.

b. Memberikan motivasi kerja kepada pegawai bawahan sehingga pekerjaan dapat berjalan lancer dan berhasil baik.

c. Memberikan rasa bangga dan puas kepada pegawai bawahan dalam menjalankan pekerjaan.

d. Menerima pendapat dan usul bawahan dalam berbagai masalah.

e. Mengadakan pendekatan kepada pegawai bawahan untuk lebih mengerahkan dan mengetahui kelemahan dan kehendak pegawai bawahan.

Peranan sekretaris terhadap bawahan juga merupakan penilaian dari bawahan karena sikap dan tingkah laku sekretaris akan berpengaruh terhadap pekerjaan pegawai bawahan. Bagi sekretaris yang ramah dan komunikatif

akan memberikan suasana hubungan kerja yang baik bagi bawahan, sehingga segala permasalahan kiranya dapat dicari cara penyelesaiannya.

3.8.2 Etika Sekretaris Dalam Kantor

Etika Sekretaris hakikatnya kebaikan yang perlu dilaksanakan dan dihayati oleh sekretaris. Menurut Rosidah dan Sulistiyani (2005:169) Etika adalah “ilmu pengetahuan tentang akhlak dan moral. Pembelajaran tentang etika memiliki

sasaran agar orang dapat membedakan yang baik dan buruk”. Etika Sekretaris dalam kantor Wilayah Kemeneterian Agama Provinsi Sumatera Utara memberikan petunjuk kepada sekretaris supaya memperlakukan setiap orang dengan cara yang baik dan pantas. Menurut Yatimah (2009:62) sikap sekretaris dalam kantor yaitu :

1. Loyalitas

Loyalitas merupakan perasaan yang terwujud kesetiaan organisasi dan pekerjaannya sehingga merasa memiliki, menjaga nama bagi organisasi dan jika perlu membela organisasi.

2. Ketekunan dan kerajinan

Seorang sekretaris harus tekun dan rajin dalam melaksanakan pekerjaannya karena jika tidak, pekerjaan kanor terbengkalai.

3. Kesabaran

Tugas sekretaris banyak berhubungan dengan pelayanan terhadap pekerjaan operasional yang selalu membutuhkan bantuan informasi dan administrasi lainnya maka sekretaris harus memiliki sifat sabar. Sifat sabar yang dimaksud mengandung arti ulet dan tidak cepat putus asa dalam melaksanakan pekerjaan.

4. Kerapian

Setiap pekerjaan menuntut kerapian karena pekerjaan yang rapi menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut ditata dengan baik. Selain kerapian dalam pekerjaan, kerapian penampilan sekretaris juga penting. Misalnya dalam menggunakan pakaian, menata rambut, memakai make

5. Dapat menyimpan rahasia

Fungsi sekretaris selain membantu pimpinan adalah menyimpan rahasia. Sebagai tangan kanan pimpinan, sekretaris dituntut untuk menyimpan rahasia karena bila terjadi kebocoran dapat menimbulkan kerugian bagi organisasi.

3.8.3 Etika Di Tempat Kerja

Pelaksanaan etika dan sikap profesi sekretaris di tempat kerja memperhatikan etika sekretaris yang baik pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, yaitu:

1. Etika Kerja

a. Datang tepat waktu.

b. Memberikan kabar jika terlambat.

c. Penggunaan waktu kerja yang efisien (ngerumpi, berkunjung kebagian lain, menerima tamu priadi, baca Koran tidak terkait dengan pekerjaan).

d. Melakukan bisnis dalam kantor dan menerima order bukan atas nama kantor dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

2. Etika Antar Teman Kerja a. Menghargai antar rekan.

b. Tidak menyombongkan diri sendiri.

c. Tidak menceritakan prestasi yang dimiliki, tidak membicarakan rekan kerja.

3. Etika Dengan Atasan

a. Menghormati kekuasaan/jabatan atasan, berperilaku sopan. b. Sikap antusias, sungguh-sungguh dalam menjaga rahasia atasan. c. Cepat dan tanggap dalam bertindak.

d. Tidak boleh mencampuri urusan pribadi atasan. 4. Etika Dengan Bawahan

a. Bisa menjadi teladan.

b. Membangun kepercayaan bawahan.

c. Hindari mengkritik bawahan ditempat umum, hindari marah kepada bawahan, bersikap terbuka dan netral.

d. Luangkan waktu untuk kegiatan sosial dengan bawahan. 5. Etika Ketika Berbincang-bincang

a. Hindari hal yang merendahkan martabat.

b. Jangan memancing perdebatan, memotong pembicaraan, dan berlagak sok tahu.

c. Berbicara melihat yang sedang diajak berbicara, hindari terlalu dekat dengan lawan bicara, jangan membocorkan rahasia.

d. Perhatikan lingkungan dan kondisi yang diajak berbicara, gunakan bahasa yang umum baik dan benar.

6. Etika Menerima Tamu a. Ucapkan salam.

b. Buka jendela ketika ruangan tertutup. c. Tempatkan tamu di posisi sebelah kanan.

d. Hindari ungkapkan bernada sombong, berilah isyarat verbal untuk mengakhiri pembicaraan dan ucapkan terima kasih.

7. Etiket Bekerja

a. Datang tepat waktu. b. Bekerja tepat waktu.

c. Hindari kebiasaan bertandang kebagian/unit lain, ngerumpi, bolos, mengerjakan pekerjaan pribadi, telepon pribadi, selalu baca koran. d. Perlu pengembangan pribadi guna menambah kreativitas dan menjaga

semangat kerja dan selalu antusias dalam hal apapun. 8. Etiket Penjamuan Makan.

a. Hindari suara penjiplak.

b. Jangan membiarkan mulut penuh terisi oleh makanan.

c. Usahakan untuk tidak berbicara ketika sedang mengunyah, mengambil makan secukupnya.

d. Jangan menimbulkan bunyi sendok atau piring, jangan membuka mulut terlalu besar.

9. Etiket Berpenampilan

a. Memakai baju seragam, jaga keserasian berbusana.

b. Berpakaian dengan jeans, sandal dan kaos tidak lazim dan tidak sopan, hindari berbusana yang terlalu sempit.

c. Makeup wanita tidak mencolok/harus netral.

d. Pilih parfum aroma soft, menggunakan asesoris sesuaikan dengan warna baju tidak boleh berlebihan.

10.Etika Menggunakan Fasilitas Kantor

a. Perencanaan dan kebutuhan kantor dan didasarkan pertimbangan obyektif.

b. Hindari menerima komisi, hindari pemborosan dalam pemakaian, serahkan komisi dan sejenisnya pada organisasi.

c. Melakukan interventarisasi dan pengecekan fasilitas kantor.

d. Penghapusan kantor secara obyektif, gunakan fasilitas kantor sesuai dengan fungsinya.

3.9 Pelaksanaan Etika dan Sikap Profesi Sekretaris Dalam Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara

3.9.1 Etika Profesi Sekretaris

Banyak orang mengetahui perbedaan antara yang baik dan yang tidak baik menurut undang-undang, harus jujur, tidak curang dan sebagainya. Namun demikian selalu timbul masalah-masalah yang sukar diketahui garis pemisah antara baik dan buruk, dalam hubungan pribadi ataupun hubungan resmi. Etika sekretaris adalah hakikat yang perlu dilaksanakan dan dihayati oleh sekretaris. Etika sekretaris meliputi hal-hal sebagai berikut: Jujur, setia, tanggung jawab, dan dedikasi. Pelaksanaan etika dan sikap profesi sekretaris pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, sebagai berikut.

Etika sekretaris Menurut Ernawati yang dikutip oleh Yatimah (2009:62) yaitu :

a. Bersifat simpatik, menyenangkan bagi orang lain, tidak egois, bersifat terbuka dan tenang.

b. Bersikap dewasa dalam berfikir maupun bertindak, artinya senantiasa belajar mengingatkan kemampuan dan kualitas dirinya. Orang yang kepribadiannya mantap tidak lagi ego sentries, tetapi sudah mencapai tahap interdependence, artinya mampu berhubungan secara harmonis dengan orang lain, namun tetap mandiri.

c. Senantiasa mengembangkan sikap-sikap positif yang dimiliki dan berupaya mengikis segi-segi kekurangan dirinya.

d. Banyak membaca buku, tulisan maupun mempelajari pengalaman orang lain yang sukses.

e. Luwes dalam pergaulan.

f. Sabar bersemangat tinggi, bersedia bekerja keras, berinisiatif.

3.9.2 Peranan Etika Dalam Profesi

Etika pada hakekatnya merupakan pandangan hidup dan pedoman tentang bagaimana orang itu berperilaku. Darmodiharjo dan Shidarta, 2004:263 sifat dasar etika adalah sifat kritis. Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak dapat mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan haknya.

Dikaitkan dengan profesi yang merupakan suatu pekerjaan dengan keahlian khusus, menuntut pengetahuan dan tanggung jawab, diabdikan untuk kepentingan orang banyak, mempunyai organisasi profesi dan mendapat pengakuan dari masyarakat, serta kode etik, sehingga merupakan alat untuk mengendalikan diri bagi masing-masing anggota profesi. Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa peran etika dalam profesi sebagai alat pengendali hati nurani/kode etik atau tidak, oleh karena itu etika disini merupakan pencerminan ilmiah dalam perilaku manusia dari sudut norma-norma baik dan buruk.

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai Pelaksanaan Etika dan Sikap Profesi Sekretaris Pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan etika dan sikap profesi sekretaris pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, yaitu dengan adanya nilai-nilai Etika, dasar-dasar etika, dan landasan etika merupakan hal penting bagi sekretaris profesional, serta memperhatikan etika profesi seorang sekretaris.

2. Sekretaris profesional adalah seseorang yang ahli dalam bidang korespondensi, surat-menyurat, mengarsip warkat-warkat, dan membantu tugas pimpinan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

3. Untuk menjadi seorang sekretaris profesional ada beberapa syarat yang harus di penuhi yaitu, kepribadian yang baik, pola pikir yang positif, perilaku bekerja yang efisien dan dapat juga membangun hubungan dengan berbagai pihak serta ditunjang dengan penampilan yang menarik.

4.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis uraikan yaitu :

1. Mempunyai kode etik sekretaris dan mengetahui kode etik sebagai sekretaris profesional.

2. Berusaha meningkatkan kemampuan profesionalnya agar sekretaris dapat mengikuti perkembangan zaman, sehingga akan memberikan kepuasan kerja bagi pimpinan pada khususnya dan segi pada umumnya.

3. Perlu memiliki penguasaan kepribadian mental yang baik, sehingga sekretaris tersebut dapat memahami profesinya, menjiwai perannya, semakin bertanggungjawab terhadap fungsinya, serta selalu ingin maju dan berkembang.

Ambar, Rosidah. 2005. “Menjadi Sekretaris Profesional & Kantor Yang Efektif”. Yogyakarta.

Ernawati, Ursula. 2013. Sekretaris Profesional. Jakarta: Erlangga.

Hendarto, Hartiti. 2004. “Menjadi Sekretaris Profesional”. Jakarta : PPM.

Mufid, Muhammad. 2009. ”Etika dan Filsafat Komunikasi”. Jakarta.

Rismawaty. 2008. “Kepribadian & Etika Profesi”. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ruslan, Rosady. 2004. “Etika kehumasan Konsepsi & Aplikasi”. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Saiman. 2002. “Manajemen Sekretaris”. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Yatimah, Durotul. 2009. “Kesekretarisan Modern dan Administrasi Perkantoran”. Bandung: Pustaka Setia.

Dokumen terkait