PELAKSANAAN ETIKA DAN SIKAP PROFESI SEKRETARIS PADA KANTOR WILAYAH
KEMENTERIAN AGAMA
Diajukan Oleh :
Rohayati 122103124
PROGRAM DIPLOMA III KESEKRETARIATAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NAMA : ROHAYATI
NIM : 122103124
PROGRAM STUDI : D-III KESEKRETARIATAN
JUDUL : PELAKSANAAN ETIKA DAN SIKAP
PROFESI SEKRETARIS PADA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA
Tanggal : Juni 2015 KETUA PROGRAM STUDI
DIPLOMA III KESEKRETARIATAN
NIP. 19741012 200003 2 003
( Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring,SE, MM)
Tanggal : Juni 2015 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
NIP. 19560407 198002 1 001
PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR
NAMA : ROHAYATI
NIM : 122103124
PROGRAM STUDI : D-III KESEKRETARIATAN
JUDUL : PELAKSANAAN ETIKA DAN SIKAP PROFESI SEKRETARIS PADA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA
MEDAN, Juni 2015 Menyetujui Dosen Pembimbing
NIP. 19741012 200003 2 003
mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang
berjudul “PELAKSANAAN ETIKA DAN SIKAP PROFESI SEKRETARIS
PADA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA” yang dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan Program Studi
Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
Dengan kemampuan yang masih terbatas, penulis menyadari Tugas Akhir
ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh
sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D selaku Plt Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.E.c, Ac, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM selaku Ketua Program
Studi D-III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
4. Ibu Magdalena Linda Leonita S, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
D-III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
5. Bapak Doli M. Jafar Dalimunthe, SE, M.Si selaku dosen pembimbing
Tugas Akhir yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan
masukan kepada penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.
6. Bapak Ibu dosen serta seluruh pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak dan Ibu pegawai Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Sumatera Utara yang telah memberikan arahan, bimbingan selama
magang.
8. Teristimewa untuk Kedua Orang Tua tercinta, Ayahnda Ngudi dan Ibunda
Nurhayati yang telah membesarkan penulis dan memberikan kasih sayang
serta tiada hentinya mendoakan penulis agar mencapai keberhasilan.
Terima kasih atas semua yang telah diberikan kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara beserta seluruh keluarga kakak adik dan ponakan penulis
yang selalu mendoakan dan memberikan bantuan moril dan materil,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Buat yang teristimewa Al Farady Siregar terima kasih atas segala
dukungan dan memberikan semangat saat penulis menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
10.Buat sahabat-sahabat terbaik Fitriya Arifin, Fanny Mufrizal, Anriani
Pangestika, Suci Mardhotila, Maya Amelia dan Meriati Angelica. Terima
kasih untuk doa, motivasi, bantuan dan semangat kepada penulis.
11.Buat teman-teman D-III Kesekretariatan Stambuk 2012 yang selalu
bersama dalam perkuliahan, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
terima kasih buat dukungan kalian.
12.Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini.
Kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan dari siapapun
yang membaca Tugas Akhir ini, karena penulis sangat menyadari
bahwasannya Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Akhirnya, semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Amin.
Medan, Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penlitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 8
1.6 Sistematika Penulisan ... 9
BAB II PROFIL INSTANSI 2.1 Sejarah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara ... 11
2.2 Struktur Organisasi ... 21
2.3 Job Description ... 23
2.4 Kinerja Usaha Terkini ... 26
2.5 Rencana Kegiatan Perusahaan ... 28
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Etika dan Etiket ... 36
3.2 Manfaat Etika Profesi dan Tanggung Jawab Profesi ... 39
3.3 Landasan-landasan Etika ... 41
3.4 Sikap, Profesi dan Etika Profesi ... 43
3.5 Menjadi Sekretaris Profesional ... 50
3.8 Penerapan Etika dan Sikap Profesi Sekretaris Pada Kantor
Wilayah Kementerian Agama ... 60
3.9 Pelaksanaan Etika dan Sikap Profesi Sekretaris Dalam Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara ... 67
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ... 70
4.2 Saran ... 71
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Utara ... 21
2. Gambar 2.2 Struktur Perencanaan & Keuangan Kantor Wilayah
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling
menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama. Maksud
pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang
terlibat agar mereka senang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya
serta terjamin agar perbuatannya yang sedang dijalankan sesuai dengan adat
kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya.
Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika masyarakat.
Sekretaris perlu mengetahui beberapa sikap etis (santun) dalam
berhubungan kerja di kantor maupun kehidupan di masyarakat. Saat kita bekerja
bukan berarti kita tidak memperhatikan tata tertib yang dibuat oleh pihak-pihak
terkait. Dengan adanya tata tertib maka sikap, cara bicara, sopan santun,
kedisiplinan akan tercipta. Maka secara tidak langsung para karyawan memiliki
tata etika kepribadian dengan baik.
Etika didefinisikan sebagai suatu ilmu yang membicarakan masalah
perbuatan tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang
tidak dapat dinilai tidak baik. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan
akan diperhatikan karena menyangkut harkat dan martabat kita didalam kantor.
Karena penilaian setiap teman dalam kantor akan berbeda antara satu dengan yang
lain. Etika tidak hanya dilaksanakan karena menunjang kepribadian namun masih
ada aspek lain yang mengaitkan antara etika dan pekerjaan, yaitu etika dalam
berprofesi.
Menurut Ernawati (2013:257) istilah ETIKA berasal dari bahasa yunani
kuno, bentuk tunggal kata “Etika” sedangkan bentuk jamaknya yaitu “ta etha”.
Ethos mempunyai banyak arti yaitu : akhlak, watak, sikap, kebiasaan/adat, cara
berfikir. Sedangkan kata Etika yaitu adat kebiasaan. Jadi, Etika merupakan
nilai-nilai atau pola perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang atau organisasi tertentu
dalam interaksinya dengan lingkungan atau kebiasaan yang baik dan dapat
diterima oleh lingkungan pergaulan seseorang organisasi tertentu.
Menurut Abdullah (2006:12) mengatakan bahwa secara umum, ruang
lingkup etika meliputi : Menyelidiki sejarah tentang tingkah laku manusia,
Membahas cara menghukum dan menilai baik buruknya suatu tindakan,
Menyelidiki faktor yang mempengaruhi tingkah laku manusia, Untuk
menerangkan mana yang baik dan mana yang buruk, Untuk meningkatkan budi
pekerti dan untuk menegaskan arti dan tujuan hidup sebenarnya.
Seorang sekretaris yang profesional mempunyai kode etik profesi yang
harus selalu diterapkan didalam Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Sumatera Utara maupun di kehidupan masyarakat. Kode etik profesi ini dibuat
agar dapat mengatur sekretaris dalam menjalankan profesi serta kaidah-kaidah
standar moral yang sangat tinggi pada setiap profesi. Para profesional dalam
dengan kode etik perilaku dan kode etik profesi sebagai standar moral. Standar
moral adalah tindakan etis sesuai dengan pedoman dalam berperilaku atau
bertindak sebagai profesional dalam mengambil keputusan dan prosedur yang
akan dilakukannya secara objektif, serta dapat di pertanggungjawabkan.
Profesi pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka,
bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan
dalam arti biasa karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat
pekerjaan tersebut. Kata Profesi berasal dari bahasa Latin, yaitu Professues yang
berarti, “suatu kegiatan atau pekerjaan yang semula dihubungkan dengan sumpah
dan janji bersifat religius”. Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara historis
pemakaian istilah profesi tersebut, seorang yang memiliki profesi berarti memiliki
ikatan batin dengan pekerjaannya. Menurut pendapat Ornstein dan Levine
(2004:15) mengemukakan bahwa profesi adalah memerlukan bidang ilmu dan
keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai (tidak semua orang dapat
melakukannya) dan memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
Dalam arti yang lebih luas, menurut Hamalik (2006:2) menyatakan,
profesi itu pada hakekatnya adalah janji terbuka, bahwa seseorang akan
mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena
orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. Profesi sekretaris
adalah pekerjaan yang bukan sekedar kesenangan atau hobi, tetapi sebagai sumber
penghasilan bagi seseorang. Pekerjaannya membutuhkan keahlian dan
keterampilan khusus yang diperoleh dengan mengikuti jenjang pendidikan.
sekretaris, yang sekaligus melindungi martabat profesi dalam pengabdiannya, baik
untuk lembaga maupun masyarakat.
Etika profesi yaitu cabang filsafat yang mempelajari penerapan
prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus
(profesi) kehidupan manusia. Suatu profesi bukanlah dimaksud untuk mencari
keuntungan bagi dirinya sendiri, melainkan untuk pengabdian kepada masyarakat.
Penyandang profesi sekretaris harus lebih mengutamakan kepentingan perusahaan
untuk meningkatkan produktifitas kerja perusahaan.
Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang
sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap
konsumen (klien atau objek). Dengan kata lain orientasi utama profesi adalah
untuk kepentingan masyarakat dengan menggunakan keahlian yang dimiliki. Jika
tidak disertai suatu kesadaran diri yang tinggi, profesi dapat dengan mudahnya
disalah gunakan oleh seseorang seperti pada penyalahgunaan profesi seseorang
dibidang komputer misalnya pada kasus kejahatan komputer yang berhasil
mengcopi program komersial untuk diperjual belikan lagi tanpa ijin dari hak
pencipta atas program yang dikomersilkan itu, sehingga perlu pemahaman atas
etika profesi dengan memahami kode etik profesi. Kode etik ibarat kompas yang
menunjukkan arah moral bagi suatu profesi. sekaligus sebagai sarana untuk
membantu para pelaksana seseorang sebagai seseorang yang professional supaya
tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi
kode etik profesi yaitu:
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota tentang
etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana dilapangan kerja (kalangan sosial).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau
perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain
instansi atau perusahaan.
Di zaman ekonomi global dengan tingkat teknologi tinggi, para esekutif
menjadi tergantung pada dukungan staf-nya untuk mengontrol sistem yang baru.
Sedangkan kondisi dari para pelaku bisnis adalah menghadapi berbagai tantangan
dan berada dalam lingkungan yang serba bersaing. Kondisi demikian membuat
para pimpinan perusahaan membutuhkan jasa sekretaris yang lebih handal dan
profesional. Sekretaris merupakan orang yang berperan penting dalam membantu
tugas-tugas pimpinan. Seorang sekretaris diharapkan mampu memperlancar tugas
pimpinan dengan segala kemampuan dan keterampilan yang dia miliki, tetapi
bukan hanya itu saja, seorang sekretaris juga harus memiliki etika sesuai dengan
panggilannya sebagai seorang sekretaris.
Dalam konteks profesional, menjalankan tugas dan tanggung jawab
hanya pilihan. Hal ini berlaku seluruh jajaran sumber daya manusia dalam
perusahaan, termasuk juga untuk seorang sekretaris. Seorang sekretaris mesti
memahami dasar-dasar etika kesekretarisan, yang melandasi profesionalisme
seorang sekretaris. Konsistensi dalam mengimplementasi etika dalam menunjang
kemantapan karir dan sukses berkesinambungan.
Di dalam sebuah kantor seorang sekretaris akan banyak menghadapi
masalah baik dari dirinya maupun orang lain yang sering bertemu di kantor
maupun diluar dengan berbagai suku, agama, daerah dan karakter yang
berbeda-beda. Untuk itulah sekretaris harus mampu menentukan apa yang harus dia
lakukan. Oleh karena itu sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan
dari orang lain apabila dalam dirinya ada kesadaran kuat untuk mengindahkan
etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada
orang lain atau masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi apa yang
semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh menjadi
sebuah pekerjaan yang mencari nafkah biasa yang sedikitpun tidak diwarnai
dengan nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak adanya
lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada profesi tersebut.
Munculnya etika profesi sebenarnya berasal dari adanya penyimpangan perilaku
dari penyandang profesi terhadap sistem nilai, norma, aturan ketentuan yang
berlaku dalam profesinya. Tidak adanya komitmen pribadi dalam melaksanakan
tugas, tidak jujur, tidak bertanggungjawab, tidak berdedikasi, tidak menghargai
hak orang lain, tidak adil dan semacamnya.
Menurut Bambang (2007:45) ada tiga alasan mengapa orang memilih
a. Orang akan berbuat apa yang paling leluasa bisa diperbuatnya.
b. Orang akan berbuat demi suatu kemenangan.
c. Orang selalu mencoba merasionalkan pilihan-pilihannya dengan
relativisme.
Pentingnya etika pada seorang penyandang profesi sekretaris pada kantor
wilayah kementerian agama provinsi sumatera utara untuk mengarahkan agar
tidak menyimpang dari peraturan tata tertib serta budaya yang diciptakan di dalam
organisasi terebut. Suatu penyimpangan akan terjadi jika etika tidak dilaksanakan
dengan baik, sehingga mengakibatkan ketidaklancaraan dalam melaksanakan
tugas sebagai seorang sekretaris. Untuk itulah penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimana Pelaksanaan Etika dan Sikap Profesi Sekretaris pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka terdapat perumusan masalah dalam
Tugas akhir yang menjadi objek dalam penelitian yaitu, “bagaimana pelaksanaan
etika dan sikap profesi sekretaris dalam dunia kerja pada Kantor Wilayah
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan etika dan sikap profesi sekretaris pada kantor wilayah kementerian
agama.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara,
hasil Tugas Akhir ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
menghambil perbandingan ke masa yang akan datang.
2. Untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman penulis mengenai
pelaksanaan etika profesi sekretaris dalam perusahaan.
3. Bagi penulis bermanfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan
sebagai dasar pemahaman lebih lanjut dari teori-teori manajemen yang
diterima penulis selama perkuliahan.
4. Bagi pembaca dapat menambah pengetahuan dan sebagai referensi
tentang etika profesi sekretaris dan dapat dijadikan sumber referensi
bagi teman sekretaris yang lain. Selain itu agar para sekretaris dapat
menjalankan profesinya dengan baik sesuai dengan kode etik
sekretaris.
1.5Jadwal Kegiatan Penelitian
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, dibuat jadwal penulisan yang diperlukan
diselesaikan tepat waktu. Jadwal kegiatan ini terdiri dari berbagai kegiatan.
Kegiatan dimulai dari pengajuan judul, pengumpulan data (dimulai dari pencarian
buku-buku referensi mengenai etika profesi seorang sekretaris), pelaksanaan
bimbingan untuk pengolahan data dan pelaporan bimbingan untuk penulisan tugas
akhir. Penelitian ini dilakukan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Sumatera Utara Jl. Jend. Gatot Subroto No.261 Medan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat di Tabel 1.1 berikut ini :
Tabel 1.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
Maret Minggu Ke- April Minggu Ke -
I II III I II III
1 Penyusunan Draf Tugas Akhir 2 Pengumpulan Data
3 Penyusunan laporan tugas Akhir Sumber : Penulis (2015)
1.6Sistematika Penulisan
Luas pembahasan Tugas Akhir ini di bagi dalam 4 (Empat) Bab yang
dianggap cukup memadai untuk mengemukakan hal yang dianggap penting dan
relevan dengan judul Tugas Akhir yang dimaksud, dengan tujuan agar Tugas
Akhir ini dapat lebih terarah dan sistematis. Adapun uraiannya, adalah sebagai
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam Bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jadwal kegiatan penelitian dan
sistematika penelitian.
BAB II : PROFIL ORGANISASI
Profil Perusahaan yang dibahas dalam Bab ini terdiri dari : Sejarah singkat kantor
wilayah kementerian agama provinsi sumatera utara, struktur organisasi dan
personalia, uraian tugas (job description), kinerja usaha terkini dan rencana
kegiatan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara.
BAB III : PEMBAHASAN
Dalam Bab ini membahas tentang penelitian yang dilakukan penulis hasil
penelitian pelaksanaan etika dan sikap profesi sekretaris pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran tentang pelaksanaan etika dan sikap
profesi sekretaris pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera
PROFIL INSTANSI
2.1
Sejarah Singkat Kantor Wilayah Kementerian Agama ProvinsiSumatera Utara
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara bertempat
di Jln. Gatot Subroto nomor 261, kecamatan Medan Sunggal, Medan. Pada saat
berdirinya Kementerian Agama tahun 1946, Sumatera masih merupakan satu
Provinsi dengan Gubernurnya waktu itu Mr.Tengku Moch.Hasan, berasal dari
Aceh. Jawatan Agama Sumatera oleh Pemerintah dipercayakan kepada H.Muchtar
Yahya, kedudukannya masih berada di bawah Gubernur.Pada tahun 1946
Sumatera dibagi menjdi 3 provinsi, yakni Provinsi Sumatera Utara, Sumatera
Tengah dan Sumatera Selatan, H.Muchtar Yahya ditunjuk menjadi koordinator
Jawatan-jawatan agama tersebut, bertempat di Bukit Tinggi. Kepala-Kepala
Jawatan Agama di ketiga wilayah Sumatera waktu itu, Tengku Moch, Daud
Beureuh Provinsi Sumatera Utara, Nazaruddin Thoha Sumatera Tengah dan
K.Azhari Sumatera Selatan. Mereka diangkat oleh Gubernur Sumatera Utara yang
mewakili Presiden untuk mengurus Pemerintahan di wilayahnya.Sesudah
kantor-kantor Jawatan Agama Provinsi Sumatera ada hubungan dengan Kementrian
Agama, yang berkedudukan di Yogyakarta, H.Muchtar Yahya dipindahkan ke
pusat bertindak sebagai Kepala Urusan Keagamaan Wilayah Sumatera Sementara
itu pada tahun 1953, Provinsi Sumatera Utara merupakan gabungan dari daerah
Jawatan Agama Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh Tengku Abdul
Wahab Silimeun, sedang koordinator untuk Keresidenan Sumatera Utara H.M.
Bustami Ibrahim.Pada tahun 1956 struktur Pemerintahan berubah lagi, Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara, sebagai gabungan dari Keresidenan Sumatera Timur dan
Tapanuli berkedudukan di Medan dan Daerah Aceh dijadikan Daerah Istimewa
Aceh berkedudukan di Kotaraja (Banda Aceh). Untuk memimpin Jawatan Agama
Provinsi Sumatera Utara ditunjuk K.H.Muslich dan Pimpinan Jawatan Agama
daerah istimewa Aceh tetap ditangan Tengku Wahab Silimeun.Sejak saat itulah
Jawatan Agama kedua Provinsi tersebut berdiri sendiri-sendiri dan untuk
perkembangan selanjutnya diatur berdasarkan peraturan-peratuaran yang
ditetapkan Kementrian Pusat. Sejak Provinsi Sumatera Utara berdiri sendiri,
pernah menjabat Kepala (dengan beberapa kali mengalami perubahan struktur)
adalah :
1. K.H. MUSLICH
2. H. MISKUDDIN A. HAMID
3. H.M. ARSYAD THALIB LUBIS
4. PROF.DR. T.H. YAFIZHAM, SH
5. DR.H.A. DJALIL MUHAMMAD
6. DRS.H.A. GANI
7. DRS.H.M. ADNAN HARAHAP
8. DRS.H.A. BIDAWI ZUBIR
9. DRS. NURDIN NASUTION
10.PROF.DR.H. MOHD. HATTA
12.DRS.H. SYARIFUL MAHYA BANDAR, MAP
Kiranya perlu diketahui situasi keagamaan di Kepresidenan Sumatera
Timur dan Tapanuli sebelum digabung menjadi satu Jawatan Agama Provinsi
Sumatera Utara :
1. Pimpinan Keagamaan Kepresidenan Sumatera Timur pada waktu dipegang
oleh raja-raja yang jumlahnya tidak sedikit dan mempunyai daerah-daerah
yang ditaklukkannya, dengan peraturan-peraturan masing-masing sesuai
dengan kondisi masyarakat pada waktu itu.
Setelah Indonesia merdeka di setiap Keresidenan dibentuk Komite
Nasional daerah Sumatera Timur, yang merupakan Lembaga Legislatif.
Badan-badan agama saat itu sudah ada, seperti Kadhi.
Sebelum terbentuknya Dewan Agama Partai Masyumi mempunyai
inisiatif yang membentuk Badan yang mengurus soal-soal keagamaan. Ide
tersebut diusulkan pada Sidang KNI secara aklamasi, usul tersebut
diterima oleh anggota KNI, akhirnya berdirilah Dewan Agama
Keresidenan Sumatera Timur.
2. Sebelum adanya Dewan Agama di daerah Tapanuli, maslah-masalah yang
berhubungan dengan agama, ditangani oleh Kuria, didampingi oleh Kadhi,
merekalah pelaksana tugas yang berhubungan dengan masalah-masalah
agama seperti pernikahan, perceraian, pengurusan mesjid-mesjid, ibadah
Lahirnya Dewan Agama di Keresidenan Tapanuli ini, agak berbeda
dengan proses lahirnya Dewan Agama di daerah Sumatera Timur, ide dan gagasan
mula-mula lahir ditingkat Kewedanan Mandailing Tapanuli Selatan.Berita tentang
Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, disambut masyarakat dengan
penuh gembira dan rasa syukur kepada Tuhan, bahwa bangsa dan negaranya
sudah lepas dari belenggu penjajahan.Yang dirasakan akibatnya sangat
menyedihkan, terutama dibidang keagamaan, karena seringnya diperlakukan
dengan tidak berperikemanusiaan oleh Belanda maka untuk memenuhi tuntutan
agama yang dipeluknya masyarakat menghendaki dibentuknya Jawatan tersendiri
yang mengurusi masalah agama.Pada tahun 1946, diadakan Konfrensi Masyumi
bertempat di Mandailing Tapanuli Selatan, yang memutuskan untuk mendesak
Pemerintah (Kerisidenan) membentuk Jawatan Agama, yang akan mengelola
masalah-masalah agama pada tingkat Keresidenan, Kewedanaan dan Kecamatan,
yang selama ini masalah-masalah tersebut diurusi oleh Kuria-Kuria dan dibantu
oleh Kadhi-kadhi. Dalam konprensi tersebut telah disepakati secara bulat, untuk
membentuk Jawatan Agama yang bernama `Dewan Agama`.Pada waktu itu
mereka belum mengetahui berita tentang berdirinya Kementerian Agama di
Pusat.Usul tersebut oleh Residen Tapanuli mendapat tanggapan positif, yang
kemudian dibahas oleh KNI sebagai lembaga yang berwenang, pada akhirnya
disetujui pembentukannya.
Selanjutnya dewan yang baru dibentuk itu, sangat besar jasanya dalam
membantu pemerintah, melaksanakan tugasnya terutama dalam kegiatan
penerangan, karena pendekatan melalui agama lebih mudah diterima masyarakat.
struktur organisasinya masih berdiri sendiri-sendiri, belum ada hubungan dengan
Kementrian Agama Pusat. Hubungan dengan Pusat baru diadakan, setelah
diberitahu, bahwa di Pusat sudah berdiri Kementerian Agama.
a. Struktur Ketatanegaraan berubah maka kedua Keresidenan yaitu Sumatera
Timur dan Tapanuli, digabung menjadi satu Provinsi Sumatera Utara,
sehingga Jawatan Agama berangsur-angsur disempurnakan dan pelaksanannya
baru bisa disesuaikan dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun
1952 dengan Susunan Organisasi sebagai berikut :
1. Jawatan Urusan Agama, terdiri atas : – Kantor Urusan Agama Provinsi; –
Kantor Urusan Agama Daerah; – Kantor Urusan Agama Kabupaten; –
Kantor Urusan Agama Kecamatan.
2. Jawatan Pendidikan Agama, terdiri atas: – Kantor Pendidikan Agama
Provinsi; – Inspeksi Wilayah; – Kantor Pendidikan Agama Kabupaten.
3. Jawatan penerangan Agama terdiri atas : – Kantor Penerangan Agama
Provinsi; – Pegawai Penerangan Agama.
4. Biro Pengadilan Agama, terdiri atas : – Mahkamah Islam Tinggi; –
Pengadilan Agama.
Biro Pengadilan Agama kemudian berubah menjadi Jawatan Peradilan
Agama (Permenag No. 10 Tahun 1962). Berdasarkan Peraturan Pemerintah omor
1 Tahun 1963, Jawatan berubah menjadi Direktorat : - Jawatan Urusan Agama
menjadi Direktorat Urusan Agama – Jawatan Pendidikan Agama menjadi
Penerangan Agama – Jawatan Peradilan Agama menjadi Direktorat Peradilan
Agama.
b. Perkembangan Organisasi Departemen Agama pada tahun 1965 sampai dengan
1974.
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 91 Tahun 1967, tentang
Struktur Organisasi, Tugas dan Wewenang Instansi Departemen Agama di
Daerah, terdiri dari :
1. Perwakilan Departemen Agama Provinsi.
2. Perwakilan Departemen Agama Kabupaten/Kota.
3. Kantor Urusan Agama Kecamatan.
Perwakilan Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri dari :
Jawatan Urusan Agama;Jawatan Pendidikan Agama;Jawatan Penerangan
Agama;Jawatan Peradilan Agama dan Pengadilan Agama;Jawatan Perguruan
Tinggi Agama dan Pesantren Luhur;Jawatan Urusan Haji;Jawatan Agama
Kristen;Jawatan Agama Katholik;Jawatan Agama Hindu dan Budha.
Perwakilan Departemen Agama Kabupaten/Kota terdiri dari :
Dinas Urusan Agama;Dinas Pendidikan Agama;Dinas Penerangan
Agama;Pengadilan Agama;Dinas Urusan Haji;Dinas Urusan Agama
Kantor Urusan Agama kecamatan meliputi :
1. Urusan Ketatausahaan, Keuangan dan Kepegawaian.
2. Urusan Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk serta Bimbingan Kesejahteraan
Keluarga.
3. Urusan Rumah Peribadatan, Ibadah Sosial dan Urusan Haji; – Urusan
Penerangan dan Penyuluhan Agama.
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 53 Tahun 1971
tentang pembentukan Kantor Perwakilan Departemen Agama Provinsi serta
Kantor Departemen Agama Kabupaten dan Inspektorat Perwakilan, susunannya
terdiri dari :
1. Perwakilan Departemen Agama Provinsi.
2. Perwakilan Departemen Agama Kabupaten.
3. Kantor Urusan Agama Kecamatan.
4. Urusan Pengawas adalah Inspektorat Perwakilan.
Perwakilan Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara terdiri dari :
1. Unsur Pimpinan adalah Kepala Perwakilan.
2. Unsur Pembantu Pimpinan adalah Sekretariat Perwakilan.
3. Unsur Pelaksana ialah :
- Inspeksi Urusan Agama
- Inspeksi Pendidikan Agama
c. Perkembangan pada tahun 1975 sampai dengan 1981
1. Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara
terdiri atas:
- Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi; – Kantor Departemen
Agama Kabupaten/Kota; – Kantor Urusan Agama Kecamatan.
2. Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 (Disempurnakan)
tanggal 16 April 1975, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Agama Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan Typologi IV, maka Kantor
Wilayah Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara tediri dari :
- Bagian Tata Usaha; – Bagian Urusan Agama Islam; – Bidang
Pendidikan Agama Islam; – Bidnag Penerangan Agama Islam; – Bidang
Urusan Haji; – Pembimbing Masyarakat (Kristen) Protestan; –
Pembimbing Masyarakat Katholik; – Pembimbing Masyarakat Hindu dan
Buddha; – Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota; – Kantor Urusan
Agama Kecamatan.
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 45 Tahun1981
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja kantor Wilayah Departemen Agama
Provinsi Sumatera Utara termasuk pada Typologi I terdiri atas :
- Bagian Sekretariat; – Bidang Urusan Agama Islam; – Bidang Penerangan
Islam; – Bidang Bimbingan Masyarakat (Kristen)Protestan; – Pembimbing
Masyarakat Katholik; – Pembimbing Masyarakat Hindu; – Pembimbing
Masyarakat Buddha.
Selanjutnya terjadi perubahan struktur sesuai Keputusan Menteri Agama Nomor
373 Tahun 2002. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kanwil Departemen Agama
Provinsi Sumatera Utara termasuk pada Typologi I.B. dengan bagan seperti
dibawah ini :
Struktur Typologi Kanwil Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara :
1. Bagian Tata Usaha.
2. Bidang Urusan Agama Islam.
3. Bidang Penyelenggaraan Haji, Zakat dan Wakaf.
4. Bidang Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum.
5. Bidang Pendidikan keagamaan, pondok pesantren, pendidikan agama
Islam pada masyarakat dan pemberdayaan mesjid.
6. Bidang bimbingan Masyarakat Kristen.
7. Pembimbing Masyarakat Katholik.
8. Pembimbing Masyarakat Hindu.
9. Pembimbing Masyarakat Buddha.
10.Kelompok jabatan fungsional.
2.2 Struktur Organisasi
organisasi yang menggambarkan tentang pembagian tugas yang jelas dan terarah.
Dengan struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan dan diterapkan,
sehingga efektivitas dan efisiensi kerja dapat terwujud melalui kerjasama dengan
koordinasi yang baik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Suatu
lembaga/insansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan
perseorangan, maupun kelompok yang bersifat melaksanakan kegiatan tertentu
juga mencakup tata hubungan secara vertikal melalui saluran tunggal.
Berdasarkan keputusan Menteri Agama RI nomor 18 tahun 1975 (disempurnakan)
tanggal 16 April 1975. Susunan organisasi dan tata kerja Departemen Agama
Provinsi Sumatera Utara termasuk typology I terdiri atas Bagian Sekretariat,
Bidang Urusan Agama Islam, Bidang Penerangan Agama Islam, Bidang
Bimbingan Masyarakat (Kristen) Protestan, Pembimbing Masyarakat Khatolik,
Pembimbing Masyarakat Hindu dan Pembimbing Masyarakat Budha.
Perubahan struktur terjadi kembali sesuai dengan Keputusan Menteri
Agama Republik Indonesia nomor 13 tahun 2012. Struktur Organisasi Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada gambar
2.3 Job Description
Secara struktural, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera
Utara dipimpin oleh seorang Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil). Dalam
menjalankan tugasnya Pemimpin Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi
Sumatera Utara dibantu oleh seorang Kepala Bagian Tata Usaha yang
mengkoordinir bagian-bagian yang ada pada Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Utara seperti bagian, yaitu:
a. Subbag Perencanaan & Keuangan
Subbag Perencanaan & Keuangan mempunyai tugas :
1. Melakukan penyiapan bahan koordinasi.
2. Penyusunan rencana, program dan anggaran, evaluasi dan laporan serta
pelaksanaan urusan keuangan.
3. Tempat pembayaran gaji.
4. Tempat mengambil pinjaman bagi karyawan yang membutuhkan uang.
b. Subbag Organisasi, Tata Laksana (Ortala) dan Kepegawaian
Subbag Ortala dan Kepegawaian mempunyai tugas :
1. Melakukan penyiapan bahan penyususnan organisasi dan tata laksana.
2. Pengelolaan urusan kepegawaian.
1. Melakukan penyiapan bahan penyusunan peraturan
perundang-undangan bantuan hukum.
2. Pelaksanaan urusan kerukunan umat beragama.
3. Pelayanan masyarakat khonghucu.
d. Subbag Informasi dan Humas
Subbag Informasi dan Humas mempunyai tugas :
1. Melakukan penyiapan ahan pelaksanaan urusan pengelolaan informasi.
2. dan Hubungan masyarakat.
e. Subbag Umum
Subbag Umum mempunyai tugas :
1. Urusan ketatausahaan, rumah tangga, dan pemeliharaan.
2. Urusan pengelolaan barang milik/kekayaan Negara.
3. Untuk member nomor surat.
4. dan Untuk mengurus urusan kantor.
f. Seksi Urusan Agama
Seksi Urusan Agama Islam mempunyai tugas :
1. Melakukan pelayanan dan bimbingan dibidang kepenghuluan.
2. Keluarga sakinah.
3. Pangan halal, ibadah sosial serta pengembangan kementerian umat
g. Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah
Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah mempunyai tugas :
1. Pelayanan dan pembinaan dibidang penyuluhan haji dan umrah serta
bimbingan jamaah dan petugas.
2. Dokumen, perbekalan dan akomodasi perjalanan haji.
h. Seksi Mapenda
Seksi Mapenda (Madrasah dan Pendidikan Agama Islam) pada sekolah
umum mempunyai tugas :
1. Pelayanan dibidang kurikulum dan supervise.
2. Sasaran ketenagaan dan kesiswaan.
3. Kelembagaan dan ketatalaksanaan.
4. Pendidikan islam pada sekolah umum.
i. Seksi Pekapotren
Seksi Pekapotren (Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren)
mempunyai tugas :
1. Pelayanan dan bimbingan dibidang keagamaan dan pendidikan diniah.
2. Pendidikan salafiah, kerjasama kelembagaan dan pengembangan
pondok pesantren.
3. Pengembangan santri dan pelayanan pondok pesantren pada
j. Seksi Panamas
Seksi Panamas (Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan
Pemberdayaan Mesjid) mempunyai tugas :
1. Pelayanan dan bimbingan dibidang pendidikan Al-Quran dan MTQ.
2. Penyuluhan dan lembaga dakwah.
3. Siaran dan tamadun.
4. Publikasi dakwah dan hari besar islam pemberdayaan mesjid.
k. Penyelenggaraan Zakat dan Wakaf
Penyelenggaraan Zakat dan Wakaf mempunyai tigas menyelenggarakan
pemberian pelayanan dan bimbingan kepada masyarakat dibidang lembaga
dan pengembangan zakat dan wakaf.
l. Koperasi
Koperasi ini bertugas untuk menyediakan dan melayani kebutuhan kantor
seperti :
1. Menyediakan jasa fotocopy.
2. Menyediakan alat-alat tulis.
3. Menyediakan kertas dan lain sebagainya.
2.4 Kinerja Usaha Terkini
Setiap perusahaan mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai
pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara, tidak mudah
dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi,
disiplin dan loyalitas dalam bekerja. Untuk mewujudkan rencana strategis tentu
perlu ditunjang oleh visi dan misi yang rasional. Untuk itu dapat diperhatikan visi
dan misi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara yaitu :
1. Visi
Untuk mewujudkan masyarakat Provinsi Sumatera Utara yang taat
beragama, maju, sejahtera dan cerdas saling menghormati sesama agama islam
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bermartabat serta terwujudnya
masyarakat agamais yang berakhlak mulia rukun dan damai.
2. Misi
a. Meningkatkan bimingan dan pelayanan kehidupan beragama dalam
lingkungan Provinsi Sumatera Utara.
b. Menigkatkan pemehajian, penghayatan, pengamalan dan
pengembangan nilai-nilai agama dalam lingkungan Provinsi Sumatera
Utara.
c. Memperkokoh kerukunan umat beragama dalam lingkungan Provinsi
Sumatera Utara.
d. Mengembangkan lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan
keagamaan dalam lingkungan Provinsi Sumatera Utara.
e. Meningkatkan kualitas pendidikan agama pada sekolah umum dan
f. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji dalam lingkungan
Provinsi Sumatera Utara.
2.5 Rencana Kegiatan Perusahaan
Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana sebagai
penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategi
yang akan dilaksanakan Instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan.
Untuk melaksanakan visi dan misi Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Sumatera Utara maka ditetapkan program kegiatan, sebagai berikut.
Satuan Kerja Subbag Tata Usaha, terdiri dari bagian umum, kepegawaian dan
keuangan melakukan program :
1. Pemberdayaan pegawai dan tenaga administrasi serta honorer.
2. Peningkatan saran prasana kantor.
Sasaran kegiatan yang akan dicapai adalah :
1. Pelatihan dan penyususnan SAKIP, AKIB dan LAKIP.
2. Melaksanakan rapat koordinasi antara kelompok kerja.
3. Menyelenggarakan perpustakaan dan kearsipan.
4. Melaksanakan kerjasama antara instansi terkait.
5. Pembinaan administrasi dan pengelolaan kepegawaian.
6. Pembinaan pengelolaan data laporan.
7. Mengikuti pendidikan pelatihan, orientasi dan konsultan pada tingkat
8. Penyelengara kehumasan dan keprotokoleran.
9. Penyelenggaraan perpustakaan dan dokumentasi,
10.Rapat konsultasi kerukunan umat beragama.
11.Percetakan pengadaan penerbitan laminating.
12.Perjalanan dinas.
13.Penyusunan data keagamaan, dan Penyusunan investasi barang kantor,
pengamanan kantor/satpam.
14.Penyelesaian administrasi kantor dan langganan daya serta jasa.
15.Pengadaan pakaian sopir dan satpam.
16.Penyusunan pengumpulan data dan statistik.
17.Pembuatan profile Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara.
18.Pemeliharaan gedung dan penataan halaman kantor.
19.Pengadaan komputer, pengadaan kendaraan dinas roda dua.
20.Pemeliharaan inventaris kantor, pengadaan barang kebutuhan kantor.
21.Renovasi rumah dinas ada 2 buah yang tipe D.50/II dan C.70/II.
22.Renovasi pagar kantor, renovasi pagar rumah dinas.
23.Penggantian barang inventaris kantor dan
24.Pemeliharaan kendaraan roda empat ada 12 (dua belas) buah dan roda dua
ada 2 (dua) buah.
Satuan Kerja, Seksi Urusan Agama Islam melakukan program :
1. Peningkatan pengelolaan NR, Pemberdayaan KUA, penghulu, Pembantu
2. Peningkatan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan pengembangan
nilai-nilai keagamaan untuk terpenuhinya ; (a). pelayanan masyarakat dan
(b). terbentuknya kelompok keluarga sakinah Mawaddah Warahmah (c).
Lembaga keagamaan, forum komunikasi kemitraan umat islam
keagamaan (d). produk halal, hisab rukyat dan pemberdayaan Persatuan
Pegawai Syara.
3. Peningkatan sarana dan prasarana.
Sasaran kegiatan yang dicapai adalah :
1. Mengadakan Lomba KUA berprestasi,
2. Mengadakan pemeriksaan tugas-tugas KUA dan administrasi Keuangan,
Mengadakan Pembinaan KUA dan administrasi keuangan.
3. Mengadakan pendataan NR, ketenangan dan status tanah KUA.
4. Pembinaan, pemberian tunjangan iman mesjid.
5. Pemberian bantuan modal usaha bergilir pada kelompok keluarga
prasakinah.
6. Mengadakan penataran / pelatihan pembantu penghulu.
7. Mengadakan pelatihan tajwid bagi imam mesjid.
8. Mengadakan sosialisasi tentang produk halal, dan perhitungan Hisab
Rukyat.
9. Mengadakan pembinaan pada lembaga keagamaan.
10.Mengadakan pendataaan penduduk, mesjid dan imam mesjid.
11.Melaksanakan temu konsultasi kepala KUA dan pembantu penghulu.
13.Rehabilitasi gedung Kantor KUA.
14.Pengadaan Komputer, Pengadaan Mesin Ketik, dan Kendaraan dinas roda
dua, Pemiliharaan inventaris dan Pencetakan penerbitan laminasi (ATK).
Satuan Kerja, Aturan Kerja Penamas melakukan program kerja :
1. Peningkatan pendidikan dan pemahaman Al-Qur’an kepada masyarakat
dan Pemberdayaan mesjid, dan
2. Peningkatan pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam.
Sasaran kegiatan yang dicapai adalah :
1. Orientasi penyuluh agama Islam.
2. Pelatihan Qari-Qariah, dan Pelatihan metode iqra bagi guru TPA/TKA.
3. Penyelenggaraan MTQ, Penyelenggaraan STQ dan Tadarus Al-Quran.
4. Pembinaan Majelis Ta’lim, Pelatihan Dai dan Muballig.
5. Malakukan Pendataan umat beragama dan tempat ibadah.
6. Percetakan, pengadaan khotbah seragam, dan Belanja Perjalanan dinas.
7. Pengadaan alat qasidah rebbana, pengadaan mushab Al-Quran.
8. Pengadaan Tafsir AL-Qur’an, Pengadaan juz Amma / metode Iqra.
9. Pengadaan komputer, dan pemeliharaan investasi.
10.Pemberdayaan guru TPA.
11.Pengadaan ATK dan Temu konsultasi umat beragama.
Satuan Kerja, Seksi Mapenda melakukan program kerja peningkatkan kualitas
Sasaran yang akan dicapai melalui kegiatan :
1. Pelatihan Guru (KKM,KKG), Melaksanakan KBK, Malaksanakan MBS.
2. Pesantren Kilat / Amaliyah Ramadhan.
3. Melakukan pendataan Madrasah dan Sekolah Umum.
4. Evaluasi dan Monitoring Madrasah.
5. Pengadaan komputer, Pengadaan ATK.
6. Rehabilitasi Madrasah, dan Akeditasi Madrasah.
7. Pengadaan Guru tidak Tetap.
8. Pengadaan Naskah UAS MI.
9. Pemeliharaan kendaraan dinas roda dua.
10.Monitoring Madrasah, Pemantauan UAM- UAS pada Madrasah.
11.Pemeriksaan UAS, Keperluan sehari-hari perkantoran.
12.Penggantian Inventaris kantor, Biaya- pemeliharaan roda dua.
13.Perjalan dinas, Perjalan tetap pengawas.
14.percetakan penerbitan dan pengadaan laminasi.
15.penyelenggaraan perpustakaan dokumentasi, penyusunan pengumpulan
data statistik.
16.Pembinaan dan pendataan sekolah swasta.
17.Rapat koordinasi antar kelompok kerja.
18.Kerjasama antara intansi terkait, pembinaan generasi muda.
19.Lomba Guru teladan, Lomba Madrasah, serta
Satuan Kerja, Urusan Haji dan Umrah melakukan program peningkatan kualitas
pelayanan haji dan umrah.
Sasaran kegiatan yang akan dilaksanakan :
1. Kegiatan Bimbingan dan pelatihan manasik haji.
2. Pembuatan data statistik haji.
3. Rapat koordinasi dengan intansi terkait.
4. Pengurusan visa paspor haji.
5. Pengadaan alat peraga manasik haji, pengadaan kompoter, Pengadaan
ATK, Belanja Perjalanan Dinas, Pemeliharaan Kendaraan dinas roda dua.
6. Pengelolaan, pendaftaran dan pemulangan Jamaah haji.
7. Penyelesaian dokumen haji, Penggantian inventaris.
8. Perjalanan dinas.
9. Penyusunan pengumpulan data dan statistik.
10.Rapat koordinasi antara kelompok kerja.
11.Kerjasama antara intansi terkait.
12.Pengurusan Visa paspor.
13.Pencetakan dan pengadaan penyusunan dan laminating.
Satuan Kerja, Seksi Pekapontren melakukan program pemberdayaan pondok
pesantren dan madin.
Sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dalam program tersebut adalah :
3. Tertatanya administrasi madin dan pontren.
4. Meningkatnya kesadaran akan pendidikan agama.
5. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan.
6. Terpenuhinya kebutuhan guru.
7. Terciptanya koordinasi tenaga / pengelola kependidikan.
8. Pemberdayaan dan pengembangan bakat dan minat siswa.
Sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan tersebut adalah :
1. Pengadaan guru tidak tetap.
2. Pengadaan sarana & prasarana (buku paket pondok pesantren dan madin,
ATK).
3. Pengadaan inventaris kantor dan Pengadaan alat peraga pendidikan madin,
pemantauan dan monitoring.
4. Pembinaan mental dan keagamaan (Pelatihan guru pesantren dan madin).
5. Porseni madin dan pondok pesantren.
6. Pengadaan guru tidak tetap.
7. Pengefektifan KKMD-KKPP, dan Kerjasama antara instansi terkait.
Satuan Kerja, Penyelenggaraan Zakat dan Wakaf melakukan program :
1. Pelayanan dan bimbingan kepada masyarakat di bidang zakat dan
2. Memberikan bimbingan kepada nadzir untuk memaksimalkan pengelolaan
dan pemanfaatan tanah wakaf.
1. Dengan melakukan kegiatan yang dapat menunjang program tersebut
melalui Pendataan tanah wakaf.
2. Sosialisasi UU Zakat dan Pengadaan papan nama tanah wakaf.
3. Sertifikasi tanah wakaf.
4. Pengadaan ATK, Pengadaan kendaraan dinas roda dua, Belanja perjalanan
dinas, Pengadaan komputer serta
5. Penyelesaian administrasi zakat wakaf pembinaan dan bimbingan zakat
3.1 Etika dan Etiket 3.1.1 Pengertian Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur begaimana
seharusnya manusia bergaul. Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno
“Ethos” yang mempunyai banyak arti yaitu: kebiasaan/adat, akhlak, watak,
perasaan, sikap, cara berfikir. Bentuk jamaknya yaitu “ta etha” arti dari bentuk
jamak inilah yang melatarbelakangi terbentuknya istilah oleh Aristoteles dipakai
untuk menunjukkan Filsafat Moral secara Etimologis.
Menurut Riady (2008:189) menjelaskan bahwa etika dalam bahasa Latin
diartikan sebagai Moralis yang berasal dari kata Mores dengan makna
adat-istiadat yang realistis bukan teoritis. Etika merupakan suatu ilmu yang membahas
perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia. Dalam arti luas, etika sering disebut tindakan mengatur tingkah laku atau
perilaku manusia dalam bermasyarakat. Tingkah laku ini perlu diatur agar tidak
melanggar norma-norma atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Hal ini
disebabkan norma-norma atau kebiasaan masyarakat berbeda sesuai dengan
masing-masing daerah atau negara.
Dalam perkembangannya etika dapat dibagi dua yaitu:
a. Etika Perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan
perangai manusia dalam hidup bermasyarakat didaerah tertentu dan pada
masyarakat berdasarkan hasil penelitian. Contoh etika perangai adalah
Berbusana adat, Pergaulan muda mudi, Perkawinan semenda, Upacara
adat.
b. Etika Moral adalah berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan
benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika tersebut dilanggar timbul
kejahatan yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar, kebiasaan ini
berasal dari kodrat manusia yang disebut moral. Contoh moral adalah
Berkata dan berbuat jujur, Menghormati orang tua, Menghargai orang lain,
Membela kebenaran dan keadilan, Menyantuni anak yatim piatu.
Dengan adanya etika akan dapat menimbulkan suasana keakraban antara
yang mengundang dengan yang diundang. Pelanggaran terhadap etika ini
membuat pihak yang mengundang atau yang diundang akan tersinggung atau
merasa tidak nyaman. Etika ini kemudian diterapkan diberbagai perusahaan. Etika
kerja memiliki arti ketrampilan seseorang dalam suatu pekerjaan utama yang
diperoleh dari jalur pendidikan/pengalaman dan dilaksanakan secara kontinu yang
merupakan sumber utama untuk mencari nafkah.
Munculnya etika kerja berasal dari adanya penyimpangan perilaku dari
penyandang profesi terhadap sistem nilai, norma, aturan ketentuan yang berlaku
dalam profesinya. Tidak adanya komitmen pribadi dalam melaksanakan tugas,
tidak jujur, tidak bertanggung jawab, tidak berdedikasi, tidak menghargai hak
orang lain, tidak adil dan semacamnya.
2. Memberi perhatian kepada orang lain.
3. Berusaha selalu menjaga perasaan orang lain.
4. Memiliki rasa toleransi yang tinggi.
5. Dapat menguasai diri dan mengendalikan emosi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi etika adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan individu.
2. Tidak ada pedoman.
3. Perilaku dan kebiasaan individu yang terkumulasi dan tak dikoreksi.
4. Lingkungan yang tidak etis.
5. Perilaku dari komunitas.
3.1.2 Pengertian Etiket
Menurut Darmodiharjio dan Shidarta (2004:177) Istilah etiket, berasal dari
kata Prancis etiquette, yang berarti kartu undangan, yang lazim dipakai oleh
raja-raja Prancis apabila mengadakan pesta. Dewasa ini istilah etiket lebih menitik
beratkan pada cara-cara berbicara yang sopan, cara berpakaian, cara duduk, cara
menerima tamu di rumah maupun di kantor dan sopan santun lainnya.
Dalam pergaulan hidup, etiket itu merupakan tata cara tata krama yang
baik dalam menggunakan bahasa maupun dalam tingkah laku. Etiket merupakan
sekumpulan peraturan-peraturan kesopanan yang tidak tertulis, namun sangat
penting untuk diketahui oleh setiap orang yang ingin mencapai sukses dalam
perjuangan hidup yang penuh dengan persaingan. Etiket juga merupakan
aturan-aturan konvensional mengenai tingkah laku individual dalam masyarakat beradap.
pribadi, sesuai dengan status sosial masing-masing individu. Etiket didukung oleh
berbagai macam nilai, antara lain:
a. Nilai-nilai kepentingan umum.
b. Nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, kebaikan.
c. Nilai-nilai kesejahteraan.
d. Nilai-nilai kesopanan, harga-menghargai.
e. Nilai diskresi (discretion = pertimbangan) penuh pikir, mampu
membedakan sesuatu yang patut dirahasiakan dan yang boleh
dikatakan/tidak dirahasiakan.
Etiket lebih menitikberatkan pada sikap dan perbuatan yang lebih bersifat
jasmaniah atau lahiriah saja. Etiket sering disebut juga tata krama, yakni
kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar
manusia setempat. Sedangkan etika menunjukkan seluruh sikap manusia yang
bersifat jasmaniah maupun bersifat rohaniah. Kesadaran manusia terhadap baik
dan buruk disebut kesadaran etis atau kesadaran moral.
3.2 Manfaat Etika Profesi dan Tanggung Jawab Profesi
Etika profesi terbentuk guna kepentingan kelompok profesi itu sendiri
karena bermula dari permasalahan-permasalahan yang timbul, dalam
perkembangannya sesuai dengan situasi dan kondisi ilmu pengetahuan filsafat
yang terkait dengan etika maka berkembang menjadi lebih maju sesuai dengan
hasil penelitian empiris yang didukung oleh norma yang ada diperoleh suatu
dengan konsekuensi logis etika profesi merefleksikan kinerjanya secara etis atas
kebutuhan masyarakat.
Etika profesi merupakan bagian dari kebutuhan profesi dalam sistem
pergulatan profesi baik diantara profesi itu sendiri maupun terhadap masyarakat.
Perkembangan masyarakat yang makin majemuk , mengglobal, berkembang maju
baik bidang ekonomi, teknologi, serta bidang yang lain. Komunikasi antar daerah
maupun negara makin cepat membuktikan mobilitas masyarakat makin meninggi
dan tidak terkendali. Seiring dengan hal tersebut maka peran profesi makin
dibutuhkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kualitas dari profesi harus
makin meningkat guna mengimbangi kemajuan jaman serta kuantitas dari
bertambahnya jenis kebutuhan penanganan oleh profesi akibat kemajuan dari
berbagai bidang merupakan tantangan profesi yang harus didukung perangkat
etika profesi yang memadai sebagai suatu tanggung jawab profesi. Tanggung
jawab etika profesi tidak dapat lepas dari manfaat etika profesi. Adapun manfaat
etika profesi dalam perkembangan terdiri dari:
a. manfaat terhadap diri sendiri. Penyandang profesi memiliki
kesempatan luas untuk mengabdikan diri demi kepentingan publik.
b. manfaat terhadap masyarakat. Masyarakat dapat memperoleh
pelayanan sesuai dengan kebutuhannya mengingat profesi memiliki
keahlian khusus yang tidak dimiliki pihak lain.
c. Manfaat terhadap negara. Penyandang profesi dapat berperan serta
memajukan negara dengan keahlian bidang tertentu yang dimilikinya.
Segala bidang dalam aktifitas negara saling terkait, apabila segala
pembangunan dalam segala bidang menjadi maju yang berdampak
pada kemajuan negara.
d. Manfaat terhadap hukum. Negara kita adalah negara hukum dan
hukum sebagai panglima yang tertinggi. Profesi pada bidangnya
masing-masing tetap hukum menjadi panutan bagi profesi sesuai
pandangan segala segi kehidupan harus berpatokan pada hukum yang
berlaku. Profesi hukum merupakan profesi yang terdepan dalam
berupaya menegakkan hukum berfungsi sebagai panutan bagi profesi
selain hukum dan masyarakat.
3.3 Landasan-landasan Etika
Garis besar landasan etika sebagai berikut:
a. Naturalisme
1. Paham ini berpendapat bahwa sistem-sistem etika dalam kesusilaan
mempunyai dasar alami, yaitu pembenaran-pembenaran hanya dapat
dilakukan melalui pengkajian atas fakta dan bukan atas teori-teori yang
sangat metafisis.
2. Manusia pada kodratnya adalah baik, sehingga ia harus dihargai dan
menjadi ukuran.
b. Individualisme
1. Emmanuel Kant, menekankan bahwa setiap orang bertanggung jawab
2. Dampak positif dari individualisme adalah terpacunya prestasi dan
kreativitas individu dan orang akan memiliki etos kerja yang kuat dan
selalu ingin berbuat yang terbaik bagi dirinya.
c. Hedonisme
Titik tolaknya bahwa manusia menurut kodratnya selalu mengusahakan
kenikmatan, yaitu bila kebutuhan kodrat terpenuhi, orang akan
memperoleh kenikmatan sepuas-puasnya.
d. Eudaemonisme
1. Manusia berorientasi pada kebahagiaan.
2. Mengajarkan bahwa kebahagiaan merupakan kebaikan tertinggi (prima
facie).
e. Utilitarianisme
1. Ciri utamanya adalah pengenal kesusilaan adalah manfaat dari suatu
perbuatan.
2. Suatu perbuatan dikatakan baik jika membawa manfaat atau kegunaan,
berguna artinya memberikan kita sesuatu yang baik dan tidak
menghasilkan sesuatu yang buruk.
f. Idealisme
1. Paham ini timbul dari kesadaran akan adanya lingkungan normativitas.
2. Bahwa terdapat kenyataan yang bersifat normative yang memberikan
3.4 Sikap, Profesi dan Etika Profesi
3.4.1 Pengertian Sikap
Seorang sekretaris harus mampu membangun sikap profesional dalam
bekerja, sekretaris yang dikatakan memiliki sikap profesional adalah:
a. Memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang tinggi.
Maksudnya dengan memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan
ini memungkinkan seorang sekretaris dapat mengenali tugasnya
dengan cepat, mampu mengatasi persoalan yang dihadapi, serta dapat
mengambil solusi yang tepat.
b. Memiliki komitmen moral yang mendalam. Setiap orang yang
menjalankan profesi mempunyai aturan yakni kaidah moral yang
sering disebut kode etik, kode etik ini menjadi pegangan dan menjadi
tuntutan bagi seorang yang menjalankan profesi. Dengan kode etik
yang didalamnya termuat komitmen moral, yang akan menentukan
identitas dan perilaku moral.
c. Mempunyai komitmen pribadi yang mendalam terhadap pekerjaannya
sehingga ia sadar dan yakin bahwa pekerjaannya telah menyatu dengan
dirinya, dan pekerjaan itu pun membentuk identitas dan kematangan
dirinya.
d. Memiliki disiplin kerja yang tinggi. Seorang yang profesional akan
melibatkan seluruh dirinya dengan keahlian dan keterampilannya, serta
menunjukkan disiplin kerja yang tinggi demi keberhasilan
e. Dapat diandalkan dan dipercaya. Masyarakat atau dunia bisnis
memerlukan orang-orang yang profesional yang ahli dan terampilan
melaksanakan tugasnya yang membawa hasil dengan mutu yang baik
dan memuaskan. Maka pimpinan mempercayakan semua urusan
administrasi kepada sekretarisnya sehingga pimpinan bisa
berkonsentrasi dengan tugas- tugas manajerialnya.
f. Memiliki kepribadian yang menarik. Seorang sekretaris yang
profesional tidak hanya dituntut mempunyai pengetahuan dan keahlian
saja, tetapi juga dituntut mempunyai kepribadian yang sesuai dengan
fungsi dan tugasnya.
g. Pelayanan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu merupakan wujud
dan profesionalitasnya. Pelayanan yang bermutu dimulai dari cara
berbicara atau penyampaian yang bermutu, bersikap dan berprilaku
yang bermutu, hingga tugas yang dihasilkan juga bermutu.
Sikap positif yang menunjang sekretaris, yaitu:
a. Menganggap pekerjaan Sekretaris sebagai bagian dari susunan yang lebih
besar dari perusahaan.
b. Memperlihatkan kemampuan ketika berhubungan dengan
karyawan-karyawan lainnya dengan para pelanggan dan klien-klien.
c. Mengetahui bagaimana sikap Sekretaris mempengaruhi sikap dan
3.4.2 Pengertian Profesi
Kata profesi berasal dari bahasa latin yaitu professues yang berarti, “suatu
kegiatan atau pekerjaan yang semula dihubungkan dengan sumpah dan janji
bersifat religius”. Menurut Hamalik (2006:2) menyatakan, profesi itu pada
hakekatnya adalah janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya
kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut
merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
Ada dua Jenis Bidang Profesi terdiri dari Rismawaty (2008:57), yaitu :
a. Profesi Khusus
Profesi khusus ialah para profesional yang melaksanakan profesi secara
khusus untuk mendapatkan nafkah atau penghasilan tertentu sebagai
tujuan pokoknya. Misalnya, profesi di bidang ekonomi, politik, hukum,
kedokteran, pendidikan, teknis, humas dan sebagai jasa konsultan.
b. Profesi Luhur
Profesi luhur ini, para profesional yang melaksanakan profesinya, tidak
lagi untuk mendapatkan nafkah sebagai tujuan utamanya, tetapi sudah
merupakan dedikasi atau sebagai jiwa pengabdiannya semata-mata.
Misalnya, kegiatan profesi di bidang keagamaan, pendidikan, sosial,
budaya dan seni.
Menurut Keraf, dosen salah satu perguruan tinggi swasta (PTS) dan kini
menjabat sebagai Menteri Negara Lingkungan Hidup, “profesi adalah pekerjaan
mempunyai profesi dalam pengertian tersebut adalah orang yang melakukan suatu
pekerjaan dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian tinggi.”
Ciri-ciri Profesi
Kiat menjadi seorang sekretaris profesional yaitu memiliki ciri-ciri khusus
yang melekat pada profesi yang ditekuni oleh yang bersangkutan. Khususnya
profesional Humas (PR Profesional), secara umum memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Memiliki skill atau kemampuan, pengetahuan tinggi yang tidak
dimiliki oleh orang umum lainnya baik itu diperoleh dari hasil
pendidikan maupun pelatihan yang diikutinya.
b. Memiliki kode etik yang merupakan standar moral bagi setiap profesi
yang dituangkan secara formal, tertulis, dan normative dalam suatu
bentuk aturan main dan perilaku kedalam “kode etik.”
c. Memiliki tanggungjawab profesi (responsibility) dan integritas pribadi
(integrity) yang tinggi baik terhadap dirinya.
d. Memiliki jiwa pengabdian kepada publik atau masyarakat dengan
penuh dedikasi profesi luhur.
e. Menjadi anggota salah satu organisasi profesi sebagai wadah untuk
menjaga eksistensinya, mempertahankan kehormatan, dan menertibkan
perilaku standar profesi sebagai tolok ukur itu agar tidak dilanggar.
f. Menjadi anggota salah satu organisasi profesi sebagai wadah untuk
menjaga eksistensinya, mempertahankan kehormatan, dan menertibkan
3.4.3 Etika Profesi
Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan
seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat
atau terhadap konsumen (klien atau objek). Kode etik juga dapat diartikan sebagai
pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman
berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya
kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan
yang tidak profesional.
Fungsi Kode Etik Profesi
Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana
sebagai seseorang yang profesional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada
tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi Isnanto dan Rizal
(2009), yaitu :
a. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa
dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu
hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
b. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan
sosial).
c. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut
dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau
perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di
lain instansi perusahaan.
Kode Etik Sekretaris Menurut Ikatan Sekretaris Indonesia
Menurut Rosidah (2009:99) “dalam bekerja sekretaris profesional harus
menjunjung tinggi profesinya dan menghormati Kode Etik Sekretaris.” Ikatan
Sekretaris Indonesia (ISI) menetapkan Kode Etik bagi anggotanya sebagai dasar
melaksanakan tugas pengabdiannya kepada lingkungannya, bahwa setiap anggota
ISI harus :
1. Menjunjung tinggi kehormatan, kemuliaan, dan nama baik profesi
sekretaris.
a. Anggota ISI akan berusaha keras untuk menjaga wibawa dan status
serta menunjukkan kemampuannya dengan berpegang pada
pedoman-pedoman dasar profesi dalam melaksanakan
tugas-tugasnya.
b. Anggota ISI wajib untuk saling mengingatkan akan tingkah laku
yang beretika.
c. Anggota ISI tidak mengadakan kegiatan-kegiatan yang langsung
2. Bertindak jujur dan sopan dalam setiap tingkah lakunya, baik dalam
melaksanakan tugasnya maupun melayani lingkungannya dan masyarakat.
a. Anggota ISI tidak ikut serta dalam sesuatu usaha atau praktek
keprofesian yang ia ketahui bersifat curang atau tidak jujur.
b. Anggota ISI selalu bertindak demi kepentingan pemberi tugas
dengan setia dan jujur.
c. Anggota ISI tidak bekerja sama dengan rekan-rekan atau pemberi
tugas yang menyalahgunakan kedudukan mereka untuk
kepentingan pribadi.
3. Menjaga kerahasiaan segala informasi yang didapatnya dalam
melaksanakan tugas dan tidak mempergunakan kerahasiaan informasi itu
demi kepentingan pribadi.
a. Anggota ISI bertindak sebagai seorang yang dapat dipercaya dalam
hubungan profesional, melaksakan tanggung jawabnya dengan cara
yang paling kompeten dan menerapkan pengetahuan dan
ketrampilannya untuk memajukan kepentingan pemberi tugas
(kerja).
b. Anggota ISI tidak menggunakan dengan cara apapun kerahasiaan
informasi yang didapatnya yang dapat menimbulkan pertentangan
bagi perusahaan dimana ia bekerja atau ditempat kerja yang telah
ditinggalkannya.
4. Meningkatkan mutu profesi melalui pendidikan atau melalui kerjasama
dengan rekan-rekan seprofesi, baik pada tingkat nasional maupun
a. Tukar-menukar pengetahuan dalam bidang keahliannya pada
tingkat nasional maupun internasional secara wajar dengan
rekan-rekan ISI dan kelompok profesi lain, serta meningkatkan apresiasi
masyarakat terhadap profesi sekretaris.
b. Anggota ISI memberikan nasihat dorongan dan bimbingan kepada
sesama anggota jika diminta. Kalau permasalahannya berada dalam
pengetahuan dan pengalamannya.
c. Menyelenggarakan atau mengikuti seminar, panel diskusi, dan
ceramah dengan rekan-rekan seprofesi secara bebas, mengenai
masalah-masalah yang bertalian dengan praktek kesekretariatan.
5. Menghormati dan menghargai reputasi rekan seprofesi baik di dalam
maupun di luar negeri.
a. Anggota ISI memberikan bantuan dalam praktek kesekretarisan
kepada sesama rekan, baik di dalam maupun di luar negeri jika
diminta.
b. Anggota ISI tidak berbuat sesuatu dengan sengaja atau tidak
sengaja yang merugikan nama baik rekan ISI maupun rekan
seprofesi di luar negeri.
3.5 Menjadi Sekretaris Profesional
Menurut Yatimah (2009:33) Sekretaris Profesional merupakan seseorang
yang dapat dipercaya oleh pimpinan dalam membantu memperlancar pekerjaan,
terutama untuk penyelenggaraan kegiatan manajerial pimpinan atau kegiatan