ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG
PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN
Oleh :
DWI AFNI MAILENI 087005051
FAKULTAS HUKUM PROGRAM PASCASARJANA
ILMU HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
ABSTRAKSI
ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG
PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN Oleh :
DWI AFNI MAILENI 087005051
Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman disusun sebagai upaya pemenuhan kewajiban internasional Indonesia, dan bertujuan untuk menciptakan serta meningkatkan minat perorangan maupun badan hukum untuk melakukan kegiatan pemuliaan tanaman dalam rangka menghasilkan varietas unggul baru. Namun, hingga saat ini masih terdapat beberapa ketentuan yang tidak diatur dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman. Hal ini menciptakan peluang terjadinya multitafsir dan ketidakpastian hukum dalam pelaksanaannya.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses untuk mendapatkan hak perlindungan terhadap varietas tanaman menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman, bagaimana perlindungan hukum yang didapat para pemegang hak perlindungan varietas tanaman jika terjadi pelanggaran, apakah ketentuan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman telah memberikan perlindungan hukum terhadap hak pemulia (Breeder’s Rights) dan hak petani (Farmer’s Rights)
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif, dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konseptual (conceptual
approach), dan pendekatan perbandingan (comparative approach).
diperoleh melalui gugatan perdata, dimana jika suatu hak perlindungan terhadap varietas tanaman diberikan kepada orang atau badan hukum selain orang atau badan hukum yang seharusnya berhak atas hak PVT tersebut, maka orang atau badan hukum yang berhak tersebut dapat menuntut ke Pengadilan Negeri. Pemegang hak PVT atau pemegang lisensi atau pemegang lisensi wajib berhak menuntut ganti rugi melalui Pengadilan Negeri kepada siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan penyalahgunaan hak perlindungan terhadap varietas tanaman yang tidak dimilikinya. Tuntutan ganti rugi yang diajukan dapat diterima apabila terbukti bahwa varietas yang digunakan adalah varietas yang telah mendapatkan perlindungan terhadap varietas tanaman (hak PVT). Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman telah memberikan perlindungan hukum terhadap hak moral dan hak ekonomi yang dimiliki oleh pemulia. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas
Tanaman, tidak ada perlindungan hak ekonomi bagi pemulia. Ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman masih sangat terbatas dalam memberikan perlindungan hukum terhadap hak petani
(farmer’s rights) dan belum memberikan perlindungan hukum terhadap
praktik-praktik tradisional petani. Penulis menyarankan agar Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman direvisi dengan memasukkan ketentuan-ketentuan yang belum terdapat sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum, dan memberikan perlindungan hukum yang lebih baik kepada pemulia dan petani.
Kata kunci :
- Pemulia
- Petani
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Tesis : ASPEKHUKUM PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG VARIETAS TANAMAN
N a m a : DWI AFNI MAILENI
N I M : 087005051
Program Studi : Magister Ilmu Hukum
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. K e t u a
Prof. Dr. Suhaidi, SH.MH Syafruddin S. Hasibuan, SH,MH.
Anggota Anggota
Ketua Program Studi Ilmu Hukum Dekan Fakultas Hukum USU
FTAR ISI
Halaman
INTISARI ... i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... vii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Keaslian Penelitian... 11
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsi... 12
1. Kerangka Teori ... 12
2. Landasan Konsepsi ... 24
G. Metode Penelitian ... 27
BAB II : PENEMUAN VARIETAS TANAMAN SEBAGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL ... 33
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Penemuan Varietas Tanaman... 33
B. Hak Eksklusif Dalam Perlindungan Varietas Tanaman... 44
C. Sifat Kebendaan Pada Perlindungan Varietas Tanaman... 47
E. Proses Pendaftarn Hak Perlindungan Varietas Tanaman... 54
1. Subjek Hukum Yang Dapat Melakukan Proses
Pendaftaran Hak Perlindungan Varietas Tanaman ... 54
2. Instansi Yang Berwenang Mengelola Pendaftaran Hak
Perlindungan Varietas Tanaman ... 59
3. Syarat-Syarat Pendaftaran Hak Perlindungan Varietas
Tanaman... 61
4. Prosedur Pendaftaran Hak Pendaftaran Varietas
Tanaman... 68
BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG
HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN ... 76
A. Bentuk-Bentuk Pelanggaran hukum Atas Hak Perlindungan
Tanaman ... 76
B. Penyelesaian Sengketa atau Pelanggaran Hukum Atas Hak
Perlindungan Tanaman ... 85
C. Pembatalan dan Pencabutan Hak Perlindungan Varietas
Tanaman ... 89
D. Jangka Waktu Perlindungan Varietas Tanaman ... 91
BAB IV : FUNGSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK PEMULIA (BREDER’S RIGHTS) DAN HAK PETANI (FARMER’S RIGHTS) DI DALAM UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN ... 94 A. Hak Pemulia (Breder’s Rights) Atas Varietas Tanaman Hasil
Temuannya di Indonesia Sebelum dan Saat Berlakunya
B. Perlindungan hukum Terhadap Hak Pemulia (Breeder’s
Rights) di Indonesia Dalam Perspektif UU PVT ... 99
C. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Petani (Famer’s Rights) Dalam Perspektif UUPT ... 106
D. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pemulia dan Petani di Masa Mendatang ... 109
1. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pemulia (Breeder’s Rights) Sebagai Upaya Meningkatkan Kegiatan Pemuliaan di Masa Mendatang ... 109
2. Perlindungan Terhadap Hak Petani (Farmer’s Rights) Sebagai Upaya Menjamin Perlindungan Hukum Terhadap Praktik-Praktik Petani di Masa Mendatang ... 113
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 122
A. Kesimpulan ... 122
B. Saran... 124
ABSTRAKSI
ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG
PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN Oleh :
DWI AFNI MAILENI 087005051
Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman disusun sebagai upaya pemenuhan kewajiban internasional Indonesia, dan bertujuan untuk menciptakan serta meningkatkan minat perorangan maupun badan hukum untuk melakukan kegiatan pemuliaan tanaman dalam rangka menghasilkan varietas unggul baru. Namun, hingga saat ini masih terdapat beberapa ketentuan yang tidak diatur dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman. Hal ini menciptakan peluang terjadinya multitafsir dan ketidakpastian hukum dalam pelaksanaannya.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses untuk mendapatkan hak perlindungan terhadap varietas tanaman menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman, bagaimana perlindungan hukum yang didapat para pemegang hak perlindungan varietas tanaman jika terjadi pelanggaran, apakah ketentuan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman telah memberikan perlindungan hukum terhadap hak pemulia (Breeder’s Rights) dan hak petani (Farmer’s Rights)
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif, dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konseptual (conceptual
approach), dan pendekatan perbandingan (comparative approach).
diperoleh melalui gugatan perdata, dimana jika suatu hak perlindungan terhadap varietas tanaman diberikan kepada orang atau badan hukum selain orang atau badan hukum yang seharusnya berhak atas hak PVT tersebut, maka orang atau badan hukum yang berhak tersebut dapat menuntut ke Pengadilan Negeri. Pemegang hak PVT atau pemegang lisensi atau pemegang lisensi wajib berhak menuntut ganti rugi melalui Pengadilan Negeri kepada siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan penyalahgunaan hak perlindungan terhadap varietas tanaman yang tidak dimilikinya. Tuntutan ganti rugi yang diajukan dapat diterima apabila terbukti bahwa varietas yang digunakan adalah varietas yang telah mendapatkan perlindungan terhadap varietas tanaman (hak PVT). Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman telah memberikan perlindungan hukum terhadap hak moral dan hak ekonomi yang dimiliki oleh pemulia. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas
Tanaman, tidak ada perlindungan hak ekonomi bagi pemulia. Ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman masih sangat terbatas dalam memberikan perlindungan hukum terhadap hak petani
(farmer’s rights) dan belum memberikan perlindungan hukum terhadap
praktik-praktik tradisional petani. Penulis menyarankan agar Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman direvisi dengan memasukkan ketentuan-ketentuan yang belum terdapat sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum, dan memberikan perlindungan hukum yang lebih baik kepada pemulia dan petani.
Kata kunci :
- Pemulia
- Petani
BAB I P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Bidang pertanian di Indonesia merupakan salah satu bidang yang dapat dikembangkan sebagai sarana untuk terlibat secara aktif dalam perdagangan internasional, mengingat hasil-hasil pertanian merupakan komoditi ekspor yang sangat dibutuhkan di berbagai manca negara. Hal ini dapat terwujud jika seluruh komponen bangsa bersatu dalam membangun pertanian yang tangguh dan mampu berkompetisi dengan hasil-hasil pertanian negara-negara lainnya, baik dari segi kualitas maupun harga. Sebaliknya jika tidak ada komitmen untuk membangun pertanian yang tangguh, maka Indonesia justru dapat menjadi pasar bagi hasil-hasil pertanian dari negara-negara lain.
Hasil–hasil pertanian seperti buah-buahan dan sayur mayur dari negara lain dapat masuk dengan mudah ke negara lain karena semakin berkurangnya hambatan tarif (tariff barrier) dan non tarif (non tariff barrier). Semakin banyaknya buah dan sayur impor yang beredar di pasar, secara potensial dapat mengancam petani lokal yang tidak siap berkompetisi.1
Sehubungan dengan arah kebijakan ekonomi, maka perlu diciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan sektor pertanian di Indonesia sehingga dapat menjaga keseimbangan berbagai kepentingan yang terkait. Kehidupan sektor pertanian yang tangguh akan menjadi landasan bagi bangsa Indonesia untuk melaksanakan pembangunan sektor-sektor lainnya.
Sementara itu, perkembangan pasar di bidang ekonomi, sosial dan teknologi, makanan telah mengakibatkan masalah pangan menjadi masalah yang berdimensi global.2 Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pangan telah maju dengan pesat, sehingga permasalahannya tidak hanya tertuju pada produk pangan yang dapat dijadikan komoditi yang potensial bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan negara, tetapi juga pada sumber penghasil pangan itu sendiri yang dapat direkayasa seperti terciptanya varietas-varietas baru tanaman yang dapat menghasilkan produk-produk unggulan.
Kemampuan untuk menghasilkan varietas baru khususnya varietas unggul bermutu masih rendah di Indonesia. Padahal varietas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kuantitas dan kualitas produk pertanian. Penggunaan varietas yang memiliki sifat-sifat unggul yang diinginkan merupakan teknologi andalan yang secara luas digunakan oleh masyarakat, relatif murah,
1
Sudargo Gautama, Hak Milik Intelektual Indonesia dan Perjanjian Internasional TRIPS, GATT, Putaran Uruguay,(Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1994), hal.19
2
dan memiliki kompatibilitas yang tinggi dengan teknologi yang maju lainnya
dan tidak mencemari lingkungan.3 Di samping itu melalui penggunaan
varietas unggul diharapkan proses produksi menjadi lebih efisien serta produktivitas dan mutu hasil menjadi lebih baik. Hal ini tentunya dapat berdampak pada produk pertanian dalam negeri memiliki daya saing global yang tinggi.
Salah satu faktor utama yang mengakibatkan masih relatif terbatasnya invensi varietas unggul baru adalah kondisi yang tidak kondusif bagi perkembangan kegiatan pemuliaan.4 Sebagian besar penelitian masih dilakukan oleh lembaga pemerintah dan perguruan tinggi, sedangkan kalangan industri benih belum berperan secara optimal. Hal ini terjadi karena tidak ada jaminan untuk memperoleh keuntungan apabila melakukan kegiatan pembentukan varietas unggul baru.
Perwujudan iklim yang mampu mendorong semangat penemuan dan sekaligus
memberikan perlindungan hukum, maka ketentuan penemu varietas tanaman disusun
dalam suatu Undang-Undang. Suatu varietas tanaman dihasilkan melalui perakitan
yang lazim disebut pemuliaan tanaman.5 Pemuliaan adalah suatu proses dan juga
menghasilkan produk.6
Sebagai seorang pemulia, diperlukan penguasaan ilmu dan teknologi serta
memerlukan pencurahan pikiran, tenaga, waktu dan dana yang cukup besar.
Rumitnya kegiatan ini mengharuskan adanya penghargaan atas hasil invensi para
pemulia melalui pemberian jaminan perlindungan hukum yang jelas dan tegas.
Adanya kepastian hukum akan mendorong para pemulia lebih giat melakukan
penelitian untuk menghasilkan varietas baru tanaman yang lebih unggul.
3
WALHI.2005, Paten Benih Menyeret Petani Jagung ke Meja Hijau,
http://www.walhi.or.id/kampanye/psda/050928. benihjagung cu/diakses tanggal 17 Juni 2010 4
HOK. Saidin., Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal.21
5
Andriana Krisnwati dan Gazalba Saleh, Perlindungan Hukum Varietas Baru Tanaman Dalam Perspektif Hak Paten dan Hak Pemulia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal.5.
6
Ketentuan hukum di Indonesia yang memberikan perlindungan bagi varietas
tanaman adalah Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman. “Dalam Undang-Undang Perlindungan Varietas Tanaman, hak
khusus yang diberikan sebagai perlindungan dan pengakuan hak disebut hak
perlindungan varietas tanaman yang lazim disebut hak pemulia”.7
Hak pemulia (breeder’s rights) merupakan hak eksklusif untuk mengelola hasil invensi suatu varietas baru tanaman.Undang-Undang Perlindungan Varietas Tanaman mengatur bahwa tidak semua invensi varietas baru tanaman diberikan perlindungan hak pemulia dengan begitu saja. Persyaratan yang ditentukan untuk mendapatkan hak pemulia pada dasarnya berbeda dengan syarat untuk mendapatkan hak paten pada umumnya merupakan invensi di bidang teknologi industri manufaktur.8
Sudah disadari secara umum bahwa varietas-varietas unggul tanaman yang
memberikan potensi hasil yang tinggi atau memberikan resistensi terhadap hama,
penyakit, toleran terhadap lingkungan cekaman fisik dan kimiawi, serta responsif
terhadap input, merupakan faktor yang amat penting dalam meningkatkan
produktivitas dan kualitas produk di bidang pertanian perkebunan, tanaman pangan,
hortikultura dan kehutanan.
Pemuliaan varietas unggul bermutu membutuhkan investasi yang besar, baik
dari segi tenaga (pikiran, intelektualitas), buruh, sumber daya material, dana, dan
kesabaran, serta ketekunan, dan upaya tersebut dapat memakan waktu yang cukup
7
Nurul Barizah, Perlindungan Varietas Tanaman, Sistem Budi Daya Tanaman dan Ketahanan Pangan di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2006), hal.19
8
lama, bertahun-tahun (10 – 15 tahun pada banyak species tanaman-tanaman).9 Begitu
varietas unggul bermutu baru tersebut dilepas, maka varietas tersebut dapat segera
diperbanyak oleh pihak lain, sehingga merampas peluang keuntungan yang akan
diperoleh pemulianya yang telah mengerahkan investasinya yang besar.
Pemberian hak eksklusif kepada seorang pemulia yang menghasilkan satu
varietas unggul bermutu untuk mengeksploitasi temuannya tersebut, akan mendorong
para pemulia atau kelembagaan industri benih yang mempekerjakan pemulia, untuk
berinvestasi dalam kegiatan pemuliaan dan akan berkontribusi besar terhadap
pengembangan pertanian, secara menyeluruh, meningkatkan pendapatan petani,
mensejahterakan masyarakat secara luas.
Tiga butir pokok pikiran tersebut merupakan inti landasan mengapa suatu
varietas unggul bermutu yang baru harus diberi perlindungan berupa Hak
Perlindungan Varietas Tanaman sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 29
Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman, dengan tujuan utama adalah
mengembangkan dan membangun industri perbenihan nasional guna mengantisipasi
era globalisasi (persaingan terbuka), masalah pangan nasional, kependudukan,
ketenagakerjaan dan pendapatan masyarakat secara luas, serta pemanfaatan kekayaan
sumber daya hayati nasional.
9
Nina Nuraini, Perlindungan Hak Milik Intelektual Varietas Tanaman: Guna Peningkatan Daya Saing Agribisnis, (Jakarta : Alfabeta, 2007), hal.31
Sedangkan manfaat yang langsung ataupun tidak langsung dari adanya
Undang-Undang No. 29 Tahun. 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman,
antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Mendorong tumbuhnya industri benih untuk berbagai komoditi yang
mampu menghasilkan varietas unggul baru sebanyak-banyaknya yang sesuai dengan kondisi lingkungan tumbuh yang spesifik.
2. Memanfaatkan kekayaan keanekaragaman hayati, baik keanekaragaman
ekosistem, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman genetik (plasma nutfah) dalam setiap jenis.
3. Mempercepat prose penemuan varietas unggul baru oleh sektor swasta /
masyarakat, tidak lagi bergantung pada pemerintah.
4. Memanfaatkan dana masyarakat dalam pengembangan industri
perbenihan.
5. Meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat.
6. Menyediakan bagi para petani berbagai benih unggul dalam jumlah dan
jenis yang dibutuhkan yang memenuhi 6 T (enam tepat), sekaligus meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani.
7. Meningkatkan produktivitas dan daya saing komoditi pertanian nasional, dan dengan sendirinya akan meningkatkan keunggulan kompetitif bangsa.
8. Mendorong tumbuhnya penelitian yang terkait dengan proses pemuliaan
dan pelestarian sumber daya hayati, sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan.
9. Mendorong kegiatan pendidikan di bidang ilmu yang terkait dengan
proses pemuliaan.
10. Meningkatkan gairah meneliti para pemulia dan meningkatkan kesejahteraan para pemulia.10
Andriana Krisnwati dan Gazalba Saleh menyebutkan beberapa motifasi dari perlindungan varietas tanaman, yaitu :
1. Untuk melaksanakan kewajiban internasional sebagai konsekuensi dari
keanggotaan Indonesia dalam organisasi perdagangan dunia (WTO). Akibat dari keanggotaan ini, maka negara harus menyesuaikan hukum nasional yang mereka buat dan tidak boleh bertentangan dengan hukum atau aturan yang telah dibuat oleh organisasi perdagangan dunia itu. Salah satu dari kewajiban yang harus ditaati Indonesia yang berkaitan dengan hak-kekayaan intelektual (HKI) mensyaratkan negara anggota untuk memberikan perlindungan terhadap varietas tanaman yang baru
10
2. Untuk mengembangkan penemuan-penemuan baru dibidang pertanian dan menggunakan dengan sebaik-baiknya kekayaan sumber daya hayati yang dimiliki Indonesia untuk merakit varietas unggul guna mendukung pembangunan ekonomi; Ketiga, untuk mendorong kegiatan yang menghasilkan varietas tanaman unggul dengan memberikan penghargaan bagi mereka (badan usaha atau orang) yang bergerak dibidang pemuliaan tanaman. Dan, keempat, untuk mendorong dan memberi peluang dunia usaha dalam pembangunan di dibidang pertanian, memberikan landasan hukum bagi upaya terciptanya varietas unggul yang baru dan pengembangan industri perbenihan.11
Konsep Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) dikembangkan karena
ketentuan tentang paten tidak memberikan perlindungan atas varietas tanaman,
sebagai hasil dari proses permuliaan tanaman. Berdasarkan ketentuan internasional
tentang Hak Kekayaan Intelektual jika negara tidak memberikan Perlindungan
Varietas Tanaman (PVT) dalam Undang-Undang Paten, maka negara tersebut harus
membuat undang-undang khusus tersendiri yang efektif untuk perlindungan varietas
tanaman ini.
Hukum tentang paten Indonesia hanya melindungi proses untuk membuat atau
memproduksi tanaman dengan menggunakan teknik-teknik bioteknologi. Sedangkan
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) memberikan perlindungan atas produk, yang
berupa bibit/benih yang dihasilkan dari teknik-teknik bioteknologi maupun alami
dalam bentuk varietas tanaman.
Varietas tanaman yang tidak dilindungi dalam paten dapat dilindungi dalam
Undang-Undang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). Semua jenis varietas
tanaman dapat dilindungi oleh Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) apakah
11
varietas tersebut dikembang biakkan secara generatif maupun vegetatif, kecuali
mikroorganisme (jasad renik) yang dilindungi dalam bentuk paten.
Untuk dapat dilindungi dalam Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) suatu varietas harus : baru, unik, seragam, stabil dan diberi nama. Sifat kebaruan dan keunikan dari suatu varietas ditentukan pada saat permohonan penerimaan hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). Suatu vareitas dianggap baru jika bahan perbanyakan atau hasil panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di Indonesia dan sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari satu tahun, atau telah diperdagangkan diluar negeri tidak lebih dari empat tahun untuk tanaman semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan. Suatu varietas dianggap unik jika berbeda dengan varietas lain. Suatu varietas dianggap seragam jika sifat utama varietas tersebut meskipun cara tanan dan lingkungan yang berbeda-beda, namun hasilnya tetap seragam. Sedangkan suatu varietas dianggap stabil jika sifat-sifatnya tidak mengalami perubahan setelah ditanam berulang-ulang.12
Varietas transgenik yang dikembangkan melalui rekayasa genetika juga bisa
di lindungi dalam Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) ini sepanjang pendaftar
memberikan penjelasan secara penuh mengenai varietas tersebut, yang termasuk:
Uraian mengenai penjelasan molekuler varietas yang bersangkutan dan stabilitas genetik dari sifat yang diusulkan, sistem reproduksi tertuanya, keberadaan kerabat liarnya, kandungan senyawa yang dapat mengganggu lingkungan, dan kesehatan manusia serta cara pemusnahannya apabila terjadi penyimpangan; dengan disertai surat pernyataan aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia dari instansi yang berwenang.13
Undang-Undang tentang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)
memfasilitasi perkembangan bioteknologi modern yang memproduksi varietas yang
baru melalui rekayasa genetika. Namun, kelihatannya UU ini kurang memberikan
perlindungan terhadap varietas tradisional yang telah dikembangkan oleh petani,
12 Uncitral Model Law,
http://www.Uncitral Model Law.com. Rabu, 14 Pebruari 2010 13
karena sangat sulit bagi petani dengan varietas tradisionalnya untuk memenuhi
kriteria seragam dan stabil sebagaimana disyaratkan oleh UU Perlindungan Varietas
Tanaman (PVT).
Undang-Undang tentang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) memberikan
perlakuan yang tidak sama antara hak-hak pemulia dan hak-hak petani, dan
mempromosikan perlindungan yang kurang seimbang antara kepentingan umum dan
kepentingan pemegang hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT).14 Hal ini karena
Undang-Undang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) ini dibuat untuk melindungi
hak-hak pemulia, peneliti dan pemulia tanaman yang komersial, dan bukan untuk
melindungi hak-hak petani. Misalnya, Undang-Undang Perlindungan Varietas
Tanaman (PVT) menegaskan bahwa pemuliaan tanaman adalah rangkaian kegiatan
penelitian dan pengujian atau kegiatan penemuan dan pengembangan suatu varietas,
sesuai dengan metode baku untuk menghasilkan varietas baru dan mempertahankan
kemurnian benih varietas yang dihasilkan.
Ketentuan tersebut mengandung resiko karena bisa diinterpretasikan bahwa
proses pemuliaan yang dikembangkan oleh petani dan masyarakat lokal tidak akan
dianggap sebagai pemuliaan tanaman berdasarkan ketentuan di atas. Sebaliknya,
varietas baru yang dikembangkan oleh pemulia tanaman komersial mungkin berasal
dari tanaman asal yang dikembangkan oleh petani, tetapi Undang-Undang tidak
secara jelas menegaskan kompensasi untuk petani dalam mengembangkan varietas
14
lokal yang digunakan oleh pemulia komersial untuk menbuat varietas baru. Tentu hal
ini menimbulkan ketidakpastian dan hal ini menarik untuk dilakukan penelitian
tentang “Aspek Hukum Perlindungan Varietas Tanaman Ditinjau Dari
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang di atas, maka beberap ahal yang
menjadi isu hukum dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana proses untuk mendapatkan hak perlindungan terhadap varietas
tanaman menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan
Varietas Tanaman ?
2. Bagaimana perlindungan hukum yang didapat para pemegang hak perlindungan
varietas tanaman jika terjadi pelanggaran ?
3. Apakah ketentuan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan
Varietas Tanaman telah memberikan perlindungan hukum terhadap hak pemulia
(Breeder’s Rights) dan hak petani (Farmer’s Rights) ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses untuk mendapatkan hak perlindungan terhadap varietas
tanaman menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang didapat para pemegang hak
perlindungan varietas tanaman jika terjadi pelanggaran.
3. Untuk mengetahui ketentuan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang
Perlindungan Varietas Tanaman telah memberikan perlindungan hukum terhadap
hak pemulia (Breeder’s Rights) dan hak petani (Farmer’s Rights)
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut : 1. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk penambahan khasanah kepustakaan
di bidang hukum keperdataan, khususnya tentang perlindungan hukum varietas
tanaman.
2. Dari segi praktis, penelitian ini sebagai suatu bentuk sumbangan pemikiran dan
masukan bagi para pihak yang berkepentingan khususnya bagi masyarakat untuk
mengetahui perlindungan hukum varietas tanaman.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara belum pernah ada penelitian yang menyangkut perlindungan varietas tanaman ditinjau dari Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman. Karena itu penelitian ini baik dari segi objek permasalahan, subtansi adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademis dan ilmiah.
Konsepsi mengenai hak kekayaan intelektual didasarkan pada prinsip bahwa hasil kreasi dari pekerjaan dengan menggunakan kemampuan intelektual berupa gagasan yang diwujudkan secara konkrit, kemudian diperbanyak secara ekonomi karena terlibat dalam aktivitas komersial. Terciptanya invensi-invensi baru di bidang teknologi, pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat karena invensi yang telah dihasilkan memiliki manfaat secara ekonomi.
Manusia di dalam kehidupannya selalu ingin menghasilkan sesuatu karya yang berguna bagi kehidupannya. Salah satu wujud karya seseorang adalah kegiatan menciptakan, menemukan atau mengolah sesuatu dengan menggunakan keahlian, keterampilan dan alat bantu tertentu, sehingga tercipta produk baru. Produk baru yang dihasilkan tersebut merupakan hasil kemampuan intelektual seseorang yang berupa ciptaan, penemuan atau tanda yang tersimpan dalam otak dan pikiran pemiliknya. Ciptaan, penemuan atau tanda ini hanya dapat diketahui dan dimanfaatkan apabila dituangkan dalam bentuk barang tertentu, misalnya buku, pesawat terbang, gedung dan lain-lain. Karena memiliki nilai ekonomi, maka ciptaan, penemuan atau tanda yang dituangkan ke dalam bentuk barang disebut harta kekayaan intelektual (Intelectual Property). Hak Milik Intelektual merupakan suatu hak milik yang
seni dan sastra. Pemiliknya bukan terhadap barangnya melainkan terhadap hasil kemampuan intelektual manusianya yaitu diantaranya berupa idea.
Hak milik intelektual merupakan hak yang berasal dari kegiatan kreatif, suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomi. Bentuk nyata dari kemampuan karya intelektual tersebut bisa di bidang teknologi, ilmu pengetahuan maupun seni dan sastra.15
Perkembangan kebijakan dan kepedulian mengenai perlindungan aset-aset
intelektual, termasuk perlindungan varietas tanaman baru, dilandasi beberapa teori
yang dikenal sebagai teori reward¸teori recovery dan teori incentive. Yang dimaksud
dengan teori-teori ini adalah :
1. Teori reward menyatakan, bahwa pencipta atau penemu yang menghasilkan
penemuan atau invensi harus dilindungi dan diberikan penghargaan atas jerih payahnya dalam menghasilkan penemuan. Terkandung pengertian dari masyarakat mengenai penghargaan atas jerih payah seseorang, atau suatu pengakuan atas keberhasilan yang dicapai.
2. Teori recovery menyatakan bahwa penemu atau pencipta setelah
mengeluarkan jerih payah dan waktu serta biaya, harus memperoleh kesempatan untuk meraih kembali investasi dari apa yang telah dikeluarkannya.
3. Teori incentive menyatakan bahwa dalam rangka menarik upaya dan dana
bagi pelaksanaan dan pengembangan kreativitas penemuan, serta menghasilkan sesuatu yang baru, diperlukan adanya suatu insentif yang
15
dapat memacu agar kegiatan-kegiatan penelitian yang dimaksudkan dapat terjadi.16
Perlindungan terhadap hak atas varietas baru tanaman untuk menikmati
manfaat ekonomi atas varietas temuannya merupakan salah satu wujud dari
penghargaan dan pengakuan atas keberhasilan pemulia dalam menemukan atau
mengembangkan varietas tanaman baru. Perlindungan ini tidak terdapat dalam
perundang-undangan sebelum berlakunya Undang-Undang No. 29 Tahun 2000
Tentang Perlindungan Varietas Tanaman.
Hak ekonomi ini merupakan bentuk penghargaan yang diatur dalam
Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman yang diberikan
kepada pemulia yang telah melakukan kegiatan pemuliaan, dan hak Perlindungan
Varietas Tanaman ini bersifat eksklusif. Penghargaan dalam bentuk hak eksklusif
untuk menikmati manfaat ekonomi ini sejalan dengan reward theory dan recovery
theory yang dikemukakan oleh Robert M Sherwood.17
Penjelasan umum Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan
Varietas Tanaman menyebutkan bahwa “…dalam pelaksanaannya Undang-Undang
ini dilandasi dengan prinsip-prinsip dasar yang mempertemukan keseimbangan
kepentingan umum dan pemegang hak Perlindungan Varietas Tanaman”.
16
Robert M. Sherwood, Intellectual Property and Economic Development : Westview Special Studies in Science, and Public Policy, hal.5 dalam Citra Citrawinda Priapantja, Budaya Hukum Indnesia Menghadapi Globalisasi, Perlindungan Rahasia Dagang Dibidang Farmasi, (Jakarta : Chandra Pratama, 1999), hal.29
17
Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman
yang memberikan perlindungan hukum bagi pemulia untuk menikmati manfaat
ekonomi dan hak-hak lainnya yang dimiliki pemulia, diharapkan dapat mendorong
kreativitas di bidang pemuliaan tanaman, sehingga dapat dihasilkan berbagai
penemuan varietas unggul bermutu yang mendukung industri pembenihan modern.
Perlindungan hukum terhadap hak untuk menikmati manfaat ekonmi tersebut
sejalan dengan incentive theory.18 Teori ini mengaitkan pemberian insentif bagi para
penemu varietas tanaman, yang bertujuan untuk memacunya kegiatan-kegiatan
penelitian yang berguna bagi perkembangan varietas unggul.
John Locke berpendapat bahwa karya (kerja) adalah landasan dari hak milik.
Hal ini berarti bahwa setiap orang mempunyai hak atas hasil-hasil karyanya
(usahanya).19 Terkait dengan hak milik yang menjadi alas hak Undang-Undang No.
29 Perlindungan Varietas Tanaman ini, Racmadi Usman berpendapat bahwa Hak
Kekayaan Intelektual timbul atau lahir karena hasil kemampuan intelektualitas
manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi melalui daya cipta, rasa, karsa
dan karyanya merupakan benda tak berwujud.20
Satu ciri yang sangat menonjol dari hak milik adalah sifat absolut yang
terdapat dalam hak kebendaan, dalam arti bahwa hak kebendaan tersebut dapat
18
Ibid, hal.29 19
Ibid, hal.30 20
dipertahankan oleh pemiliknya kepada siapapun juga yang mengganggu haknya.21
Namun, bila dihubungkan dengan hak Perlindungan Varietas Tanaman, maka sifat
absolut dari hak milik ini juga dibatasi dengan fungsi sosia yang dimilikinya.
Ketentuan Pasal 570 KUHPerdata mendefinisikan hak milik sebagai berikut :
Hak untuk menikmati suatu benda dengan sepenuhnya dan untuk menguasai benda itu dengan sebebas-bebasnya asal tidak dipergunakan bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum yang diadakan oleh kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk itu dan asal tidak menimbulkan gangguan terhadap hak-hak orang lain, kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan adanya pencabutan hak itu untuk kepentingan umum, dengan pembayaran pengganti kerugian yang layak dan menurut ketentuan Undang-Undang
Dari ketentuan Pasal 570 KUHPerdata tersebut dapat ditarik suatu
kesimpulan, bahwa hak milik memberikan konsekuensi berupa :
1. Kemampuan untuk menikmati atas benda atau hak yang menjadi objek
hak milik tersebut.
2. Kemampuan untuk mengawasi atau menguasai benda yang menjadi objek
hak milik itu, misalnya untuk mengalihkan hak milik itu kepada orang lain
atau memusnahkannya.22
Konsep hak milik ini digambarkan sebagai hubungan antara pemulia dan
objek hak miliknya yang berupa varietas baru tanaman. Namun penting untuk
dipahami hak Perlindungan Varietas Tanaman hanya memberikan perlindungan atas
varietas tanaman yang dihasilkan pemulia. Hak Perlindungan Varietas Tanaman tidak
termasuk kepemilikan atas gen, genom, atau langkah inventif yang digunakan untuk
menghasilkan varietas tanaman baru tersebut.
21
Sri Soedewi Masjhoen Sofwan, Hukum Perdata, Hukum Benda, (Yogyakarta : Libeerty, 2005), hal.3
22
Seperti pada hak cipta yang melindungi kombinasi kata-kata yang spesifik dan
bukan kata atau huruf itu sendiri. Jadi, hanya varietas tanaman yang menjadi objek
dari perlindungan hak Perlindungan Varietas Tanaman dan bukan gen atau
genomnya.23 Dengan deikian lingkup perlindungan yang diberikan kepada pemulia
hanya terbatas pada hubungannya dengan varietas tanaman hasil temuannya.
a. Konsep Dasar Pemberian Hak
Landasan filosofi Hak Kekayaan Intelektual adalah penghargaan atas hak
milik sebagai hak individual. Hak yang diberikan negara kepada para kreator,
inventor atau pendesain atas hasil kreasi atau temuannya adalah hak yang paling
sempurna dalam bidang hak kebendaan yaitu hak milik. Namun, hak milik untuk
karya intelektual sifatnya tidak murni, karena hak ini selain dibatasi antara lain oleh
waktu perlindungan hukum, dan bila hasil temuannya diperlukan untuk kepentingan
umum, negara bisa mewajiban si pemegang hak untuk memberi ijin pada orang lain
menggunakan haknya, walau ada ganti rugi. Juga, hak milik yang terkandung di
dalam hak kekayaan intelektual adalah hak milik dalam ruang lingkup ilmu
pengetahuan, seni, sastra dan teknologi yang berawal dari suatu ide.
Dasar pemikiran tentang hak milik awalnya sudah ada sejak jaman filusuf Aristoteles dengan teori keadilannya. Menurut John Lock, filusuf Inggris abad ke 18, hak milik adalah satu dari tiga hal yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Manusia lahir ”tabula rasa” artinya dalam keadaan bebas dan setara di bawah hukum kodrat. Hukum kodrat melarang siapapun merusak, menghilangkan :
1. Kehidupan
23
2. Kebebasan 3. Hak milik.24
Ketiga hal ini menurut Locke tidak dapat dilepaskan dari diri manusia karena
datangnya dari Yang Maha Kuasa.25 Dari ketiga hak itu, hak miliklah yang menjadi
perhatian Locke. Katanya, setiap manusia memiliki dirinya sendiri sebagai miliknya.
Tak seorangpun memiliki hak atas pribadi orang lain kecuali pemiliknya sendiri,
termasuk hasil kerja tubuhnya dan karya tangannyaix serta panca indranya.26
Manusia menggabungkan apa yang telah tersedia di alam dan dibiarkan oleh alam
dengan kerjanya dan disatukan dengan miliknya sendiri. Dengan cara itu manusia
menjadikan temuannya tersebut sebagai miliknya. Dengan kerja keras ia
menggabungkan hal-hal yang tersedia di alam itu dengan sesuatu yang dikecualikan
dari hak bersama dengan orang lain. Oleh karena itu, hasil kerja ini merupakan milik
yang tak dapat dipersoalkan lagi dari orang yang telah bekerja itu, dan tak seorangpun
kecuali dirinya sendiri yang dapat memiliki hak atas suatu yang berkaitan dengan
kerjanya.xi Intinya adalah bahwa manusia memiliki apapun yang ada dalam dirinya
termasuk akal budinya, buah pikiran, ide atau gagasan serta kepekaannya yang
kemudian diolah dengan memadukan, memisahkan, mengurangi atau menambah apa
yang sudah ada di alam dan menyatakan secara bertanggungjawab bahwa dialah yang
empunya gagasan itu. Hak itu diberikan oleh negara dan disahkan sebagai miliknya
karena ide/gagasannya atau produknya mempunyai nilai komersial dan dapat
24
Edi Damian., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung : PT. Alumni, 2002), hal.81
25
Ibid, hal.81 26
dijadikan aset pribadi dan digunakan untuk kepentingan dan kemajuan serta
kesejahteraan manusia.
Hak milik intelektual mulai diperjuangkan sebagai hak individual di
negara-negara yang mempunyai sistem hukum Common Law atau Anglo Saxon dimana hak
milik benar-benar diperjuangkan sebagai hak individual. Sistem hukum Common Law
dan Eropa Kontinental mempunyai pemahaman yang berbeda tentang hak milik. Di
dalam sistem hukum Common Law hal ini dapat dilihat dalam Hukum Privatnya
dimana diatur kaidah-kaidah hukum tentang Hak Milik (Law Property) secara rinci.
Tidak demikian dengan sistem hukum Eropa Kontinental.
Pada dasarnya konsepsi dan sistem hukum HKI tidak berakar dalam budaya
hukum dan sistem hukum Indonesia yang lebih menekankan pada konsep komunal.
Sistem hukum Indonesia termasuk sistem hukum Eropa Kontinental yang memahami
hak milik selain sebagai hak individual juga mempunyai konsep komunal dan sosial.
Kepemilikan yang berlandaskan konsep hak individual lebih menekankan pada
pentingnya diberikan perlindungan hukum kepada siapa saja yang telah menghasilkan
suatu karya intelektual yang mempunyai nilai ekonomi dan dihasilkan karena proses
yang panjang dengan pengorbanan tenaga, waktu, pikiran dan biaya.
Hak milik mempunyai konsep komunal artinya bila hak individual itu
diperlukan oleh masyarakat luas, negara dapat mencabut atau mengalihkannya
kepada pihak lain demi kepentingan umum atas dasar undang-undang walau ada
pembayaran ganti rugi. Konsep komunal beranggapan bahwa karya intelektual adalah
menyebabkan lemahnya penegakan hukum HKI di Indonesia. Sistem HKI di
negara-negara berkembang memahami hak milik sebagai hak alami ini tidak relevan karena
hak milik mempunyai fungsi sosial dan menjadi milik bersama. Fenomena-fenomena
itu tidak mudah dipahami dan tidak berakar pada adat-istiadat Indonesia sehingga
peraturan-peraturan tentang HKI sulit diterapkan dan pelanggaran-pelanggaran
seperti pembajakan-pembajakan dan pemalsuan ide sulit dihindari.
Di samping itu tentang kepemilikan hak dapat dilihat dalam ketentuan Pasal
27 (2) Deklarasi Hak Asasi Manusia (Declaration of Human Right) sedunia menjadi
dasar bahwa ”setiap orang memiliki hak untuk mendapat perlindungan (moral dan
materi) yang diperoleh dari ciptaan ilmiah, kesusasteraan atau artistik dalam hal dia
sebagai pencipta”.
Dengan alasan-alasan di atas, prinsip-prinsip keseimbangan antara
kepentingan publik dan individu kemudian melatarbelakangi hak tersebut.
Prinsip-prinsip yang mendasari HKI adalah sebagai berikut :
1. Prinsip keadilan (the Principal of Natural Justice). Hak kekayaan intelektual menganut prinsip ini dengan memberikan hak kepada pencipta, inventor, atau pendisain untuk memperoleh imbalan dengan memberikan hak ekonomi dan hak moral.
2. Prinsip ekonomi, yaitu prinsip untuk dapat menikmati keuntungan. Misalnya dalam bentuk royalty, technical fee.
3. Prinsip kebudayaan, yaitu bahwa hasil inventor, ciptaan, atau pendisain dapat meningkatkan taraf hidup, peradaban, dan martabat manusia.
4. Prinsip sosial, yaitu prinsip bahwa di dalam hak yang diberikan oleh negara terkandung juga pemenuhan kepentingan masyarakat yang harus dipenuhi.27
27
b. Konsep Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual
Hukum yang mengatur soal perlindungan Hak Kekayaan Intelektual adalah
suatu fenomena yang relatif masih baru bagi banyak negara di dunia terutama negara
berkembang. Pemahaman teori Hak Kekayaan Intelektual belum banyak diketahui
oleh masyarakat. Di sini akan diuraikan pemahaman konsepsi hak kekayaan
intelektual dari unsur-unsur yang ada dalam istilah Hak Kekayaan Intelektual yaitu,
(1) hak, (2) kekayaan dan (3) intelektual. Ketiga unsur ini merupakan kesatuan yang
tidak dipisah satu dengan lainnya. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Unsur Hak.
Hak yang dimaksud di sini adalah hak yang diberikan negara kepada para
intelektual yang mempunyai hasil karya yang eksklusif. Eksklusif artinya hasil
karyanya baru, atau pengembangan dari yang sudah ada, mempunyai nilai
ekonomi, bisa diterapkan di dunia industri, mempunyai nilai komersial dan dapat
dijadikan aset. Menurut hukum perdata hak yang melekat pada kekayaan
mempunyai sifat kebendaan. Hak yang mempunyai sifat kebendaan disebut Hak
Kebendaan dan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Hak
kebendaan itu yang dalam urutannya terletak paling atas dan paling sempurna,
disebut hak milik. Pasal 499 KUHPerdata adalah dasar hukum atas hak
kebendaan yang dapat dikuasai dengan hak miliki. Dijelaskan dalam pasal ini
bahwa yang dimaksud dengan kebendaan dapat berupa barang, jasa atau hak yang
(a) Hak yang harus dihormati oleh semua orang; selama tidak terdapat hubungan
hukum tertentu tidak dapat diganggugugat; dan dapat dipertahankan terhadap
siapa saja yang menggunakan tanpa hak.
(b) Mempunyai sifat “melekat”, mengikuti benda itu bila dipindahtangankan
(droit de suite).
(c) Mempunyai sifat ”droit de preference” (hak untuk didahulukan). Selain hal di
atas, benda di dalam Hukum Perdata dibagi menjadi beberapa kategori.
Namun, yang terpenting di sini adalah pembagian benda menjadi benda
bergerak (tidak tetap) dan benda tidak bergerak (tetap). Benda bergerak atau
benda tidak tetap contohnya adalah mobil, perhiasan, furniture, dan lain-lain.
Benda tetap contohnya adalah tanah, rumah, dan lain-lain. Kategori benda
bergerak dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu benda bergerak berwujud dan
tidak berwujud. Benda bergerak tidak berwujud contohnya adalah piutang,
hak atas paten, hak cipta, dan lain-lain. Hukum Perdata tidak mengatur
tentang ini. Hak-hak itu seperti dikatakan Roscoe Pound sebagai immateriel.
Atas pembagian itu Hak Kekayaan Intelektual dipahami sebagai benda
bergerak tidak berwujud atau immateriel dan intangible
2. Unsur kekayaan.
Menurut V. Apeldoorn bahwa Hukum Kebendaan merupakan bagian
dari Hukum Harta Kekayaan. Kekayaan menurut Paul Scholten adalah sesuatu
yang dapat dinilai dengan uang, dapat diperdagangkan dan dapat diwariskan
intelektual mempunyai sifat ekonomi, yaitu mempunyai nilai uang, dapat
dimilik dengan hak yang absolut dan dapat dialihkan secara komersial.28
Menurut ilmu pengetahuan hukum benda merupakan bagian dari
hukum harta kekayaan yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur hak
dan kewajiban manusia yang bernilai uang.
3. Unsur intelektual.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan intelektual
adalah cerdas, orang yang berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan;
atau yang mempunyai kecerdasan tinggi. Bahasa Indonesia memberi
pengertian intelektual adalah cendekiawan atau orang yang memiliki sikap
hidup yang terus menerus meningkatkan kemampuan berpikirnya untuk dapat
mengetahui atau memahami sesuatu.
Dari ketiga unsur pemahaman itu dapat ditarik kesimpulan bahwa hak
kekayaan intelektual adalah hak yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual
manusia melalui daya cipta rasa dan karsa. Pengorbanan tenaga, pikiran, waktu dan
biaya, menjadikan karya yang dihasilkan mempunyai nilai.
Nilai ekonomi yang melekat menimbulkan konsepsi kekayaan (property).
Dengan konsep kekayaan maka perlu perlindungan hukum dan hak. Perlu
dipertahankan keberadaannya terhadap siapa saja. Ketiga hal ini merupakan landasan
konsepsi HKI.
28
2. Landasan Konsepsi
Agar tidak terjadi perbedaan pengertian tentang konsep-konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka penulis menguraikan pengertian-pengertian konsep yang dipergunakan sebagai berikut :
1. Perlindungan hukum terhadap pemulia (breeder) dan petani (farmer) adalah
perlindungan terhadap hak ekonomi dan hak moral yang dimiliki oleh pemulia,
serta perlindungan terhadap hak alamiah petani yang pelaksanaannya diatur dan
dilindungi oleh hukum.
2. Hak pemulia/Hak PVT (Breeder’s Rigths) adalah hak khusus yang diberikan
negara kepada pemulia dan/atau pemegang hak perlindungan Varietas Tanaman
untuk menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi
persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama
waktu tertentu.29
3. Hak Petani (farmer’s Rights) adalah “rights arising from the past, present and
future contributions of farmers in conserving, improving and making avaliable
plant genetic resources, particularly those in the centres of origin/diversity..”30
dapat diartikan hak petani adalah hak yang muncul dari kontribusi petani di masa
lalu, saat ini dan di masa depan dalam konversi, peningkatan dan menjadi
tersedianya sumber daya genetik tanaman, terutama mereka yang berada di pusat
berasalnya keanekaragaman tanaman (terjemahan bebas dari penulis)
29
Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (2) UU PVT 30
4. Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT adalah
perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh
Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas
Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman
melalui kegiatan pemuliaan tanaman.
5. Hak Perlindungan Varietas Tanaman adalah hak khusus yang diberikan negara
kepada pemulia dan/atau pemegang hak Perlindungan Varietas Tanaman untuk
menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan
kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama waktu
tertentu.
6. Varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas, adalah sekelompok tanaman
dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan
tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau
kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama
oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak
tidak mengalami perubahan.
7. Pemuliaan tanaman adalah rangkaian kegiatan penelitian dan pengujian atau
kegiatan penemuan dan pengembangan suatu varietas, sesuai dengan metode baku
untuk menghasilkan varietas baru dan mempertahankan kemurnian benih varietas
yang dihasilkan.
8. Pemulia tanaman yang selanjutnya disebut pemulia, adalah orang yang
9. Konsultan Perlindungan Varietas Tanaman adalah orang atau badan hukum yang
telah tercatat dalam daftar konsultan Perlindungan Varietas Tanaman di Kantor
Perlindungan Varietas Tanaman.
10. Benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman dan/atau
bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan
tanaman.
11. Pemeriksa Perlindungan Varietas Tanaman adalah pejabat yang berdasarkan
keahliannya diangkat oleh Menteri dan ditugasi untuk melakukan pemeriksaan
substantif dan memberikan rekomendasi atas permohonan hak Perlindungan
Varietas Tanaman.
12. Kantor Perlindungan Varietas Tanaman adalah unit organisasi di lingkungan
departemen yang melakukan tugas dan kewenangan di bidang Perlindungan
Varietas Tanaman.
13. Menteri adalah Menteri Pertanian.
14. Departemen adalah Departemen Pertanian.
15. Hak prioritas adalah hak yang diberikan kepada perorangan atau badan hukum
yang mengajukan permohonan hak Perlindungan Varietas Tanaman di Indonesia
setelah mengajukan permohonan hak Perlindungan Varietas Tanaman untuk
varietas tanaman yang sama di negara lain.
16. Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang hak Perlindungan Varietas
Tanaman kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakan seluruh atau
17. Lisensi Wajib adalah lisensi yang diberikan oleh pemegang hak Perlindungan
Varietas Tanaman kepada pemohon berdasarkan putusan Pengadilan Negeri.
18. Royalti adalah kompensasi bernilai ekonomis yang diberikan kepada pemegang
hak Perlindungan Varietas Tanaman dalam rangka pemberian lisensi.
19. Daftar Umum Perlindungan Varietas Tanaman adalah daftar catatan resmi dari
seluruh tahapan dan kegiatan pengelolaan Perlindungan Varietas Tanaman.
20. Berita Resmi Perlindungan Varietas Tanaman adalah suatu media informasi
komunikasi resmi dari kegiatan pengelolaan Perlindungan Varietas Tanaman
yang diterbitkan secara berkala oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman
untuk kepentingan umum.
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dimaksudkan untuk tesis ini adalah penelitian hukum normatif
(normative legal research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
mengkaji peraturan perundang-undangan yang berlaku atau diterapkan
terhadap suatu permasalahan hukum tertentu. Penelitian normatif seringkali
disebut dengan penelitian doktrinal yaitu penelitian yang objek kajiannya
adalah dokumen peraturan perundang-undangan dan bahan pustaka.31
31
Pada penulisan tesis ini, peneliti mengkaji aspek perlindungan hukum terhadap
pemulia dan petani dengan pengkajian aspek perlindungan hukum tersebut
diharapkand apat ditemukan apakah ketentuan UU PVT Indonesia telah
memberikan perlindungan hukum secara seimbang terhadap hak pemulia
(breeder’s rights) dan hak petani (farmer’s rights) serta memberikan solusi
bagaimana seharusnya ketentuan UUPVT Indonesia dapat menjamin hak dan
kewajiban kedua belah pihak secara seimbang.
2. Pendekatan Penelitian
Sehubungan dengan jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
yuridis normatif, maka pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan
perundang-undangan (statute approach), pendekatan konsep (conceptual
approach). Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti
ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai perlindungan terhadap hak
pemulia dan hak petani, dimana di dalam pengaturannya masih terdapat
hal-hal penting yang tidak diatur secara tegas dan jelas. Pendekatan konsep
digunakan untuk memahami konsep-konsep perlindungan hukum terhadap
pemulia dan petani agar di dalam pengaturannya tidak terdapat interprestasi
ganda yang dalam pelaksanaannya dapat mengakibatkan kerugian bagi salah
satu pihak (baik pemulia maupun petani). Pendekatan perbandingan dilakukan
terhadap hak pemulia dan hak petani di dalam hukum positifnya. Hal ini
sebagai masukan di dalam analisis bagaimana seharusnya ketentuan hukum
positif Indonesia mengatur mengenai ketentuan terkait perlindungan hukum
bagi pemulia (breeder) dan petani (farmer).
3. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperoleh dan diolah dalam penelitian hukum normatif adalah data
sekunder yang diperoleh dari sumber kepustakaan, yang terdiri dari :32
a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya
mempunyai otoritas.33 Di dalam penelitian ini penulis mengkaji ketentuan
yang berasal dari konvensi internasional dan perundang-undangan yang
mengatur perlindungan hukum terhadap pemulia dan petani yang terdiri
atas :
1) Pasal 27 ayat (3) b TRIPs (trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights)
2) UPOV Convention (International Convention for The Protection of
New Varieties of Plants)
3) International Undertaking On Plant Genetic Resources For Food and
Agriculture
4) Pasal 55 Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 Tentang Sistem
Budidaya Tanaman.
32
Ibid, hal.57 33
5) Pasal 4,6,8,10,40, dan 42 Undang-Undang No. 29 Tahun 2000
Tentang Perlindungan Varietas Tanaman.
6) Pasal 45 Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 1995 Tentang
Perbenihan.
7) Pasal 33 Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 2004 Tentang Syarat
dan Tata Cara Pengalihan Perlindungan Variates Tanaman dan
Penggunaan Varietas Yang Di Lindungi Oleh Pemerintah.
b. Bahan hukum sekunder : yaitu semua publikasi tentang hukum yang
bukan merupakan dokumen-dokumen resmi,34 yang meliputi atas :
1) Buku-buku literatur atau bacaan yang menjelaskan mengenai
perlindungan hukum terhadap pemulia dan petani.
2) Hasil-hasil penelitian tentang perlindungan hukum terhadap pemulia
dan petani di Indonesia.
3) Pendapat ahli yang berkompeten dengan penelitian peneliti.
4) Tulisan dari pada ahli yang berkaitan dengan perlindungan hukum
terhadap pemulia dan petani.
5) Kamus Hukum
c. Bahan-bahan non hukum, yaitubahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan tambahan terhadap bahan hukum primer dan sukender yang
terdapat dalam penelitian yaitu :
1) Kamus Bahasa Indonesia
34
2) Kamus Ilmiah Popuyler
3) Ensiklopedia
4) Tulisan yang terkait dengan permasalahan-permasalahan yang
diangkat oleh penulis.
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara menggali kerangka
normatif menggunakan bahan hukum yang membahas tentang teori-teori
hukum, perlindungan hukum terhadap pemulia dan petani di Indonesia.
Baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dikumpulkan berdasarkan
topik permasalahan yang telah dirumuskan berdasarkan sistem bola salju dan
diklasifikasikan menurut sumber dan hierarkinya untuk dikaji secara
komprehensif.
5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
Data yang diperoleh dalam studi kepustakaan atas bahan hukum akan diuraikan dan
dihubungkan sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam penulisan yang
lebih sistematis guna mencapai target yang diinginkan berupa jawaban atas
permasalahan perlindungan hukum terhadap pemulia dan petani di Indonesia.
Pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif, yakni menarik
yang bersifat konkret yang sedang dihadapi.35 Selanjutnya bahan hukum yang
telah ada akan dianalisis untuk melihat bagaimana ketentuan hukum positif
Indonesia mengatur mengenai perlindungan hukum terhadap pemulia
(breeder) dan petani (farmer), sehingga dapat membantu untuk menjadi acuan
dan bahan pertimbangan hukum guna memberikan solusi bagaimana
seharusnya ketentuan hukum positif Indonesia dapat menjamin hak dan
kewajiban kedua belah pihak secara seimbang.
35
BAB II
I. PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN A. Pengertian dan Ruang Lingkup Penemuan Varietas Tanaman
Hak kekayaan intelektual merupakan hak kebendaan, hak atas sesuatu benda
yang bersumber dari hasil kerja otak atau hasil dari pekerjaan pemikiran manusia
yang menalar.36 Hak kekayaan intelektual (Intellectual Property Rights) dapat
dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang lahir karena kemampun intelektual
manusia. McKeough and Stewart mendefinisikan hak kekayaan intelektual sebagai
hak yang memberikan perlindungan hukum atas hasil kreavitias manusia yang
memiliki manfaat ekonomi.37 Definisi lain mengenai hak kekayaan intelektual adalah
hak hukum privat yang memberikan penghargaan atas konstribusi manusia tidak
berwujud yang akan digunakan untuk memproduksi suatu teknologi yang sifatnya
khusus.38
Konsepsi mengenai hak kekayaan intelektual didasarkan kepada pemikiran
bahwa hasil kreasi dari pekerjaan dengan menggunakan kemampuan intelektual
berupa gagasan yang diwujudkan secara konkret, kemudian diperbanyak secara luas
sehingga mempunyai nilai ekonomis, karena terlibat dalam aktivitas komersial.
Terciptnya invensi-invensi baru di bidang teknologi, pada ahkhirnya akan
36
OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal.9
37
McKeough and Stewart, Intellectual Property in Australia, (Australia : Butterworths, 1997), hal.1
38
meningkatkan taraf hidup masyarakat karena invensi yang telah dihasilkan memiliki
manfaat secara ekonomis.39
Hak kekayaan intelektual terdiri dari beberapa jenis yang dapat digolongkan
dalam kelompok hak cipta (Copy Rights) dan hak kekayaan Perindustrian (Industrial
Property Rights).40 Hak cipta dibagi 2 yaitu hak cipta dan hak yang berkaitan atau
sepadan dengan hak cipta (neighbouring rights).
Menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Perlindungan Varietas Tanaman disebutkan bahwa varietas tanaman adalah
sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe
atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama
oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak
mengalami perubahan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa varietas tanaman
yang dihasilkan harus berbeda dengan varietas tanaman yang lain yang ditandai
dengan perbedaan bentuk fisik sampai perbedaan karakteristik tanaman
Pengaturan mengenai perlindungan terhadap varietas tanaman (new varities of
plants protection) merupakan perkembangan dari segi hukum yang ingin
39
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Praktiknya di Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 1997), hal.23
40
menciptakan hak-hak baru guna menegaskan dan memperkuat tipe perlindungan
untuk ide berupa konsep hak yang baru.42
Kegiatan pemuliaan tanaman merupakan rangkaian kegiatan penelitian dan
pengujian atau kegiatan penemuan dan pengembangan suatu varietas, sesuai dengan
metode baku untuk menghasilkan varietas baru dan mempertahankan kemurnian
benih varietas yang dihasilkan,43 yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
suatu varietas tanaman baru yang bersifat unggul. Pemuliaan tanaman dapat juga
diartikan sebagai rangkaian kegiatan untuk mempertahankan kemurnian jenis
dan/atau varietas tanaman yang sudah ada, atau menghasilkan jenis dan/atau varietas
tanaman baru yang lebih baik. Pada dasarnya pemuliaan tanaman merupakan suatu
metode yang secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia.44
Dalam rangka melakukan kegiatan pemuliaan tanaman, maka harus dipenuhi
hal-hal berikut :
1. Adanya keragaman genetik
2. Sistem-sistem logis dalam pemindahan dan fiksasi gen
3. Konsepsi dan tujuan sasaran yang jelas
4. Mekanisme penyebarluasa hasilnya kepada masyarakat.45
42
Muhammad Djumhana, Hukum dalam Perkembangan Bioteknologi, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 1995), hal.111
43
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 44
Amrin Makmur, Pengantar Pemuliaan Tanaman, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hal.11 45
Setelah memperoleh keanekaragaman genetik melalui proses perkawinan
tanaman, maka dibuatlah suatu tindakan isolasi atau pemisahan antara suatu spesies
dan diadakan pengembangan secara terpisah antara genotipe yang terpilih. Pengujian
dan penelitian dipelrukan untuk memilih genotipe, hal ini dilakukan dengan cara
melakukan pengukuran fenotipe individu atau kelompok individu sejenis. Penilaian
terhadap ragam genotipe dilaksanakan dengan perkawinan tanaman untuk
memperbanyak. Kemurnian gen diperoleh melalui teknik pengawan yang ketat untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari komponen lingkungan sekitar.
Secara sederhana kegiatan pemuliaan tanaman dapat digambarkan sebagai
berikut :
Sumber : Hasan Basri Jumin, Dasar-Dasar Agronomi (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994), hal.64
MENIMBULKAN KERAGAMAN
GENETIK
ISOLASI
PENGUJIAN DAN PENILAIAN
PERBANYAKAN MENYEBAR
LUASKAN MEMBUAT PERKAWINAN
Secara umum tujuan utama dari pemuliaan tanaman adalah untuk
tanaman, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, walaupun tidak dapat dipungkiri
bahwa yang menjadi tujuan akhir adalah sektor ekonomi. Hal ini disebabkan dengan
meningkatnya nilai dan jumlah hasil pertanian yang akan diperoleh, maka keuntungan
yang lebih besar juga dapat diperoleh. Tujuan dari pemulian tanaman dapat tercapai
apabila varietas baru yang dihasilkan oleh pihak pemuliaan tanaman dapat tercapai
apabila varietas baru yang dihasilkan oleh pihak pemulia tanaman besar-besar dapat
digunakan para petani. Kegiatan pemuliaan dalam bidang pertanian bertujuan untuk :
1. Perbaikan daya hasil dan stabilitas hasil pada tanaman bahan pangan 2. Perbaikan daya hasil yang lebih menarik pada tanaman buah-buahan 3. Penemuan bahan pangan baru ( diversifikasi menu )
4. Peningkatan protein melalui peningkatan komposisi hasil 5. Peningkatan gizi melalui eksploitasi ragam genetik
6. Peningkatan hasil pertanian yang mempunyai kandungan energi tinggi 7. Perbaikan terhadap kandungan racun
8. Ketahanan terhadap penyakit dan hama di lapangan dan tempat
penyimpanan.46
Dalam proses pemulian tanaman, yang menjadi subjek yang perlu mendapat
perlindungan hukum adalah pihak pemulia yaitu orang-orang yang menjadi objek
dalam pemulian tanaman adalah varietas tanaman. Pengertian dari varietas tanaman
dapat dirumuskan sebagai berikut .
Sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.47
46
Hasan Basri Jumin, Dasar-Dasar Agronomi (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994), hal.65
47
Hal penting yang turut menunjang perkembangan di bidang pemuliaan
tanaman adalah adanya investasi dana. Berkaitan dengan kegiatan investasi akan
memberikan suatu hak eksklusif berupa hak pemulia (breeder’s rights ) kepada para
pemulia tanaman, dengan tujuan untuk :
1. memberikan kesempatan kepada para pemulia termasuk lembaga
pemerintahan, untuk mendapatkan suatu pengembalian yang wajar dari dana yang telah mereka keluarkan selama proses pemuliaan
2. memberikan instensif untuk melanjutkan atau menambah investasi dimasa
mendatang
3. mengakui hak moral dari inventor ( pihak pemulia yang bersangkutan )
dan hak ekonomi sebagai imbalan atas hasil usahanya.48
Keberadaan inventor modal dalam rangka pengembangan pemuliaan sangat
penting, untuk itu investor pada umumnya akan meneliti seberapa jauh perlindungan
yang akan diberikan bagi hasil penelitian. Hal ini disebabkan karna menyangkut
sejumlah dana yang akan dikeluarkan bagi penelitian dan pengembangan varietas
baru tanaman melalui kegiatan pemuliaan. Tidak adanya jaminan pengembalian
keuntungan dari investasi yang akan ditanamkan akan kelemahan keinginan para
investor. Oleh karena itu, maka perlindungan hukum terhadap varietas tanaman perlu
diberikan, agar para investor tidak ragu menanamkan modalnya dalam kegiatan
penelitian dan pengembangan varietas- varietas tanaman baru yang lebih baik dan
unggul.
Perlindungan hukum di bidang pertanaian sudah lama dibutuhkan karena
melalui proses pemuliaan tanamant elah diperoleh hasil yang sangat berarti berupa
48
benih tanaman yang bersifat unggul. Dengan adanya proses yang dipengaruhi
penyerbukan dan seleksi tanaman, manusia dapat mempengaruhi sifat-sifat varietas
tanaman dan bahkan menciptakan varietas tanaman yang baru. Akan tetapi untuk
menghasilkan varietas tanaman yang baru atau unggul, diperlukan banyak waktu,
usaha dan dana yang cukup besar, sehingga jika tidak ada perlindungan hukum yang
jelas akan menimbulkan ketidakpuasan bagi para pemulia tanaman.
Sebagaimana halnya bentuk perlindungan atas hak kekayaan intelektual
lainnya, peraturan tentang hak pemulis (bredder’s rights) berusaha untuk
mendapatkan keseimbangan antara kepentingan pihak yang menghasilkan varietas
tanaman dengan pengguna atau konsumen dari jenis varietas tanaman maupun hasil
panen dari varietas tanaman tersebut. Apabila perlindungan hukum tidak diberikan,
maka perusahaan benih akan mengalami kerugian disebabkan tidak adanya investasi
dana dalam yang besar untuk kegiatan penelitian dan pengembangan jenis varietas-
varietas tanaman tanaman baru. Secara alamiah setiap varietas tanaman dapat dengan
mudah diproduksi ulang, sehingga tanpa adanya jaminan perlindungan hukum,
memudahkan pihak ketiga menjual hasil dari varietas tanaman dengan harga rendah
tanpa harus melakukan investasi dana yang besar untuk kegiatan pemuliaan.
Hak pemulia yang diberikan untuk perlindungan terhadap varietas tanaman
berbeda dengan hak paten, dimana hak paten diberikan untuk melindungi suatu
invensi dibidang industri yang terbentuk karena tindakan manusia dan karenanya