• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Identitas Responden

5. Prioritas Strateg

a. Meningkatkan kualitas SDM pengrajin dalam rangka meningkatkan daya saing produk serta memperkuat jejaring permodalan, promosi, dan pelanggan (5,66).

Kualitas produk merupakan salah satu pertimbangan suatu produk dapat diterima pasar. Agar produk tersebut dapat bersaing di pasar, maka kualitas harus menjadi perhatian setiap pengusaha. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri adalah dengan meningkatkan kualitas SDM yang berkecimpung dalam usaha anyaman tikar. Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan pengrajin dalam mengelola usaha mereka. Didukung pengalaman pengrajin yang cukup lama dalam menggeluti usaha anyaman tikar serta adanya program pemerintah untuk meningkatkan skill pengrajin akan mempermudah pengrajin anyaman tikar untuk menerapkan strategi ini. Selanjutnya kualitas SDM yang baik juga akan berpengaruh pada kemampuan pengrajin dalam memperkuat dan menambah jaringan dalam permodalan, promosi dan pelanggan sehingga usaha anyaman tikar akan semakin berkembang.

Dalam rangka meningkatkan sumber daya pengrajin anyaman tikar dapat dilakukan dengan mengikuti pembinaan dan pelatihan yang diadakan pemerintah serta secara aktif meningkatkan motivasi dan pengetahuan pengrajin dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu, adanya perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat pada masa sekarang diharapkan mampu dimanfaatkan oleh para pengrajin untuk meningkatkan pemasaran produk anyaman mereka.

Kualitas SDM yang baik akan berpengaruh pada kemampuan manajemen usaha yang lebih baik sehingga mampu menghasilkan produk dengan daya saing tinggi. Selanjutnya untuk mendukung hal itu, pengrajin seharusnya berupaya mempererat jejaring permodalan sehingga akan lebih kuat dari sisi permodalan. Meningkatkan relasi dan jaringan promosi serta pelanggan untuk memperluas dan memperkuat pemasaran anyaman tikar. b. Pemanfaatan fasilitas pemerintah untuk meningkatkan inovasi, permodalan,

dan pemasaran (5,26).

Kondisi masyarakat pengrajin anyaman tikar yang secara umum memiliki tingkat pendidikan rendah berpengaruh pada pola pikir mereka dalam mengelola usaha anyaman tikar. Selain itu, latar belakang perekonomian pengrajin anyaman tikar yang kurang memberikan dukungan permodalan menjadikan usaha ini juga kurang berjalan lancar. Sikap pengrajin yang belum berani berinovasi secara mandiri dan masih mengandalkan peran pemerintah dalam menjalankan usahanya.

Ada beberapa program/fasilitas yang diadakan Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri dalam upaya pemberdayaan usaha kerajianan di Wonogiri. Dalam hal permodalan, pemerintah mempunyai program pemberian bantuan modal dengan subsidi bunga, sehingga pengrajin dapat memperoleh tambahan modal dengan bunga yang lebih rendah. Dalam hal manajemen usaha pemerintah mengadakan pelatihan serta pemberian bantuan alat. Oleh karena itu, setelah mengikuti pelatihan tersebut pengrajin diharapkan mampu menerapkan ilmu yang sudah didapatkan selama pelatihan pada usaha mereka. Pada bidang pemasaran produk, pemerintah mengadakan pameran serta mengikuti pameran-pameran di daerah lain

untuk memperkenalkan produk dari Kabupaten Wonogiri. Selain itu, juga ada

showroom produk kerajinan Kabupaten Wonogiri untuk memajang produk kerajinan dari Wonogiri.

c. Menjaga kepercayaan konsumen dengan kualitas dan kontinyuitas produk melalui manajemen produksi yang lebih baik (5,34).

Adanya fluktuasi harga dan kualitas bahan baku merupakan salah satu ancaman dalam pemasaran anyaman tikar. Dalam upaya mempertahankan usahanya pengrajin harus mampu menjaga kualitas dan kontinyuitas produk anyaman sehingga dapat menjaga loyalitas konsumen. Untuk itu, pengrajin perlu menerapkan manajemen produksi yang lebih baik, misalnya dalam seleksi bahan baku yang akan digunakan. Pada saat kualitas bahan baku menurun pengrajin berusaha mengendalikannya dengan perlakuan agar tetap dapat mempertahankan kualitas anyaman tikar yang dihasilkan.

Pengrajin harus menjaga kualitas anyaman tikar meskipun dalam kondisi apapun. Karena kepercayaan konsumen yang sudah terbentuk dapat hilang ketika konsumen mendapatkan kekecewaan dalam menggunakan anyaman tikar mendong ini. Oleh karena itu, pengrajin dapat menerapkan manajemen produksi yang lebih baik guna mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas produk anyaman tikar.

Tabel 26. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pemasaran Anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri

Alternatif Strategi

1 2 3

Faktor-Faktor Strategis BOBOT AS TAS AS TAS AS TAS Faktor Kunci Internal

1. Kualitas Anyaman 0,13 4 0,48 4 0,48 4 0,36

2. Pengalaman produksi 0,11 4 0,33 4 0,22 4 0,33

3. Kontinyuitas produksi 0,11 4 0,44 4 0,33 4 0,33 4. Saluran distribusi pendek 0,09 3 0,18 3 0,09 3 0,18

5. Potensi daerah 0,09 3 0,14 3 0,14 3 0,14

6. Kurang inovasi 0,11 2 0,30 2 0,40 1 0,40

7. Promosi terbatas 0,11 2 033 2 0,44 1 0,22

9. Pengelolaan keuangan/pembukuan belum tersusun rapi

0,09 1 0,20 1 0,10 1 0,10 10.Pengrajin kurang fokus dalam usaha 0,07 2 0,09 1 0,18 2 0,36

Total Bobot 1,00

Faktor Kunci Eksternal

1. Pembinaan dan Pelatihan 0,09 4 0,36 4 0,36 4 0,36 2. Bantuan dan Subsidi bunga 0,06 4 0,24 4 0,24 4 0,24 3. Event Pameran dan showroom

produk Kabupaten

0,08 4 0,32 4 0,32 4 0,32 4. Perkembangan obyek wisata 0,06 3 0,18 4 0,24 4 0,24 5. Ketersediaan bahan baku memadai 0,08 4 0,32 3 0,24 4 0,32 6. Hubungan yang baik dengan

pemasok

0,08 3 0,24 3 0,24 3 0,24 7. Adanya langganan pedagang 0,07 4 0,28 3 0,21 4 0,28 8. Perkembangan teknologi informasi 0,07 4 0,28 4 0,28 4 0,28 9. Alokasi anggaran terbatas 0,08 2 0,16 1 0,08 1 0,16 10. Kualitas bahan baku di musim

kemarau menurun

0,08 2 0,16 1 0,08 1 0,08 11. Fluktuasi harga bahan baku 0,08 1 0,08 1 0,08 1 0,08 12. Meningkatnya produk tikar plastik

dan karpet

0,09 1 0,09 1 0,09 2 0,18 13. Persaingan dari pengrajin sejenis 0,08 1 0,08 1 0,08 2 0,16

Total 1,00

Total nilai daya tarik 5,66 5,26 5,34

Sumber :Analisis data primer

Berdasarkan hasil analisis menggunakan matriks QSP strategi pemasaran terbaik yang dapat diterapkan dalam memasarkan anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri adalah alternatif strategi I yaitu meningkatkan kualitas SDM pengrajin dalam rangka meningkatkan daya saing produk serta memperkuat jejaring permodalan, promosi, dan pelanggan yang akan berpengaruh dalam peningkatan kualitas teknis, kemampuan manajemen dan motivasi pengrajin anyaman tikar dalam mengelola usaha mereka sehingga diharapkan mampu meningkatkan daya saing produk anyaman tikar. Nilai TAS (Total Attractive Score) dari alternatif strategi I sebesar 5,66 sekaligus nilai TAS tertinggi diantara nilai TAS alternatif strtaegi pemasaran yang lain. Pelaksanaan alternatif strategi pemasaran berdasarkan nilai TAS pada matriks QSP dilaksanakan dari nilai TAS strategi yang tertinggi, kemudian tertinggi kedua, dan diikuti strategi urutan berikutnya sampai nilai TAS strategi yang terkecil.

Melalui penerapan strategi pemasaran yang efektif yang dihasilkan dari analisis matriks QSP diharapkan mampu meningkatkan pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri. Dengan peningkatan pemasaran anyaman tikar akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan pengrajin serta kemajuan usaha anyaman tikar sebagai salah satu usaha potensial di Kabupaten Wonogiri. Sehingga strategi pemasaran tersebut dapat menunjang ketercapaian tujuan pengrajin yaitu untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dalam pelaksanaannya perlu adanya koordinasi yang lebih baik antara pengrajin dengan pemerintah sehingga dapat lebih efektif hasil yang dicapai.

Dengan meningkatkan kualitas SDM pengrajin maka akan bermanfaat bagi pelaksanaan usaha anyaman tikar. Pengrajin dapat menggunakan waktu luang mereka untuk kegiatan yang bermanfaat dan sekaligus meningkatkan pendapatan keluarganya. Peningkatan kualitas SDM juga akan meningkatkan kemampuan manajemen pengrajin serta dalam mengakses segala hal yang dapat bermanfaat untuk mengembangkan usaha anyaman tikar mendong mereka sehingga tujuan usahanya dapat tercapai yaitu peningkatan pendapatan keluarga.

Dokumen terkait