• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMASARAN ANYAMAN TIKAR BERBAHAN BAKU MENDONG (Cyperus Sp) DI KABUPATEN WONOGIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PEMASARAN ANYAMAN TIKAR BERBAHAN BAKU MENDONG (Cyperus Sp) DI KABUPATEN WONOGIRI"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMASARAN ANYAMAN TIKAR

BERBAHAN BAKU MENDONG (

Cyperus Sp

)

DI KABUPATEN WONOGIRI

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : Danang Tri Utomo

H 0306050

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

I. PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman hasil alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Namun demikian, kekayaan alam tersebut baru akan dapat memberikan nilai guna yang lebih banyak bagi masyarakat apabila diolah menjadi aneka macam produk. Salah satu pemanfaatannya adalah dengan pengolahan hasil alam menjadi barang kerajinan untuk meningkatkan nilai ekonominya. Oleh karena itu, saat ini di berbagai daerah di Indonesia bermunculan agroindustri yang memanfaatkan potensi alam yang dimiliki daerah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat serta bertujuan mengembangkan dan memandirikan daerah masing-masing.

Bersama-sama dengan sektor pertanian primer, sektor agroindustri akan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia dan mengurangi kemiskinan. Pentingnya peran sektor agroindustri bukan hanya dilihat dari ketangguhannya dalam menghadapai krisis ekonomi namun juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain. Keterkaitan tersebut tidak hanya keterkaitan produk, tetapi juga melalui keterkaitan lain, yaitu keterkaitan konsumsi, investasi dan tenaga kerja. Hal ini berimplikasi melalui pengembangan sektor agroindustri, akan tercipta kesempatan kerja dan sumber pendapatan masyarakat, sehingga rumah tangga petani tidak hanya menggantungkan sumber penghidupan mereka pada sebidang tanah yang semakin menyempit, namun secara luas mampu mendukung pertumbuhan produktivitas (Susilowati, 2007).

Menurut Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (2009) salah satu bentuk agroindustri di Indonesia adalah agroindustri kerajinan yang saat ini cukup berkembang di masing-masing daerah. Dengan ciri-ciri usaha yang bertumpu pada usaha rumah tangga atau industri kecil dan menengah dari berbagai daerah, maka pengembangan

(3)

industri kerajinan potensial sebagian besar daerah di Indonesia. Untuk menggerakkan pengembangan industri kreatif seperti usaha kerajinan, kunci keberhasilannya terutama tergantung pada dua hal. Pertama, perlu upaya sistematis dan berkelanjutan dengan tahapan seleksi, pengembangan, dan ekspos. Tahap seleksi untuk menemukan pelaku usaha yang potensial, melakukan pengembangan, menemukan narasumber pengembangan, dan seleksi terhadap produk yang potensial dikembangkan sesuai dengan pasar yang dituju dengan sumber daya yang tersedia. Kedua, perlu upaya pihak terkait, baik pelaku usaha UMKM, termasuk lembaga pendukung usaha seperti lembaga keuangan, akademisi sebagai sumber inovasi dan kemajuan, pemerintah sebagai regulator, fasilitator, maupun masyarakat sebagai pendorong, penilai, konsumen kerajinan dan produk kreatif lainnya secara sinergis dan berkelanjutan.

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah di Indonesia yang berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi bertumpu pada pengembangan ekonomi kerakyatan, terutama Koperasi dan UMKM. Perekonomian Kabupaten Wonogiri ditopang oleh usaha ekonomi berskala mikro, kecil dan menengah baik yang bergerak pada sektor industri dan perdagangan yang kebanyakan berbasis pertanian. Namun demikian untuk bisa berkembang masih menghadapi kendala antara lain kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan marketable.

Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Wonogiri berupaya untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi kerakyatan (Anonima, 2006).

(4)

data yang menunjukkan industri kecil potensial yang ada di Kabupaten Wonogiri.

Tabel 1. Jenis, Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Potensial di Kabupaten Wonogiri

No Jenis Industri Jumlah Usaha (unit) Jumlah Tenaga Kerja (orang)

1 Tempe 3.616 8.111

2 Jamu Gendong 1.246 2.957

3 Mebel 1.529 4.686

4 Anyaman Bambu 1.734 3.128

5 Batu Bata 925 2.569

6 Makanan Olahan 888 1.949

7 Anyaman Tikar 848 1.552

8 Kacang Mete 720 2.532

9 Tahu 299 794

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten Wonogiri Tahun 2007

Pada Tabel 1 disebutkan industri potensial yang ada di Kabupaten Wonogiri. Dari beberapa industri yang ada, agroindustri merupakan bagian yang saat ini berkembang di Kabupaten Wonogiri. Hal ini dipengaruhi adanya dukungan potensi daerah yang menunjang bagi perkembangan agroindustri. Salah satu manfaat pemberdayaan agroindustri adalah dapat menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Wonogiri. Selain itu, pemberdayaan agroindustri merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat.

(5)

Wonogiri. Berikut ini adalah data yang menunjukkan persebaran industri anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri di berbagai wilayah kecamatan.

Tabel 2. Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Anyaman Tikar di Kabupaten Wonogiri

No Kecamatan Jumlah Usaha

(unit)

Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

1 Puhpelem 540 1.131

2 Purwantoro 102 204

3 Bulukerto 83 83

4 Pracimantoro 81 81

5 Eromoko 30 41

6 Wuryantoro 7 7

7 Giritontro 5 5

Total 848 1552

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Penanaman Modal Kabupaten Wonogiri Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa usaha anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri mayoritas berada di wilayah Kecamatan Puhpelem dengan jumlah 540 unit usaha. Dalam keberlangsungan usaha anyaman tikar para pengrajin mengalami berbagai kendala. Persaingan pasar yang semakin ketat, terlebih dengan terbukanya pasar bebas menuntut para pengrajin untuk mengembangkan berbagai inovasi dalam memasuki pasar bebas agar mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain.

Masalah lain yang juga dihadapi adalah dalam hal permodalan yang terbatas, pengelolaan keuangan, manajemen produksi serta pemasaran produk anyaman tikar. Terkait dengan permasalahan dalam pemasaran anyaman tikar, maka pada penelitian ini akan lebih memfokuskan dalam menganalisis strategi pemasaran efektif yang dapat diterapkan dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal yang ada dalam pemasaran anyaman tikar.

B. Perumusan Masalah

(6)

dengan terus meningkatnya laju pertumbuhan industri. Persaingan ini menuntut setiap pengrajin untuk lebih cermat dalam merumuskan strategi pemasaran produk mereka agar mempunyai daya saing yang kuat.

Seperti halnya dengan industri yang lain, usaha anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri juga mengalami permasalahan yang kompleks termasuk permasalahan dalam bidang pemasaran. Masalah yang dihadapi pengrajin anyaman tikar meliputi produk, harga, promosi, distribusi, dan persaingan. Terkait dengan produk anyaman tikar merupakan salah satu kerajinan yang memanfaatkan tanaman mendong dengan kualitas anyaman yang bagus dilihat dari segi kerapatan dan kerapian anyamannya sehingga terlihat kuat dan menarik. Kontinyuitas produksi anyaman tikar cukup terjamin sehingga ketersediaan produk ini di pasar cukup stabil. Harga yang dipatok oleh pengrajin untuk tiap anyaman tikar disesuaikan dengan ukuran anyaman tikar.

Selain itu, promosi yang dilakukan pengrajin belum menjadikan anyaman tikar mending kurang dikenal oleh masyarakat secara luas. Anyaman tikar yang dihasilkan didistribusikan ke pasar-pasar lokal di sekitar tempat pengusaha. Persaingan yang dihadapi datang dari pengrajin sejenis serta maraknya produk subtitusi berupa karpet dan tikar berbahan plastik. Permasalahan-permasalahan dalam pemasaran yang dihadapi menuntut pengrajin anyaman tikar untuk mampu merumuskan strategi pemasaran yang efektif untuk meningkatkan pemasaran produk anyaman tikar sehingga industri anyaman tikar mendong ini dapat berkembang .

(7)

dapat dipilih strategi yang paling sesuai dan efektif untuk dijalankan. Melalui penerapan strategi pemasaran yang efektif diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengrajin dalam meningkatkan pemasaran produk.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apa faktor-faktor strategis dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri ?

2. Alternatif strategi apa yang dapat diterapkan dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri?

3. Prioritas Strategi apa yang dapat diterapkan dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis faktor-faktor strategis dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri.

2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri.

3. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang permasalahan yang dikaji serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(8)

3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk menentukan kebijakan mengenai pemasaran produk kerajinan UMKM termasuk anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri.

(9)

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Hastuti (2008) yang berjudul “Kerajinan Enceng Gondok (Studi kasus pada industri rumah tangga di Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang) menerangkan bahwa kegiatan pemasaran merupakan usaha yang sangat penting untuk mendorong proses produksi. Semakin lancar pemasaran suatu barang maka akan meningkatkan produksi suatu barang sebab permintaan akan terus meningkat. Salah satu penghambat perkembangan industri kerajinan adalah pemasaran mengingat kesadaran masyarakat Indonesia terhadap penggunaan produk dalam negeri masih cukup rendah. Sebagian dari mereka beranggapan produk luar negeri mempunyai mutu yang lebih baik. Meskipun demikian, sekarang ini sebagian produk Indonesia yang berupa kerajinan sudah banyak yang diekspor ke luar negeri. Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam menggunakan produk dalam negeri dapat menghambat pemasaran produk kerajinan seperti kerajinan enceng gondok yang ada di Tegaron.

Seperti halnya pendirian sebuah perusahaan yang menawarkan produk baru kendala awal yang dihadapi adalah masalah pemasaran. Seiring perkembangan jaman dan lancarnya saluran informasi dan komunikasi peluang pasar untuk produk kerajinan semakin terbuka lebar, terlebih adanya gerakan kembali ke alam yang diserukan negara maju membuat pamor kerajinan tangan menjadi semakin terkenal. Dalam pemasaran produknya, perusahaan menggunakan metode pemasaran langsung dan tidak langsung. Metode langsung dengan menjual di tempat produksi atau dengan memasarkannya di toko souvenir ditempat-tempat wisata. Sedangkan untuk metode tidak langsung dilakukan dengan kemitraan melalui pedagang skala besar untuk memasarkan hasil kerajinan hingga bisa menembus pasar internasional.

Penelitian Winarsih (2005) mengenai Strategi Pemasaran Ekspor

Furniture (Studi kasus pada PT Amalia Surya Cemerlang Kabupaten Klaten

(10)

Propinsi Jawa Tengah). Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa suatu usaha industri furniture kegiatan utamanya adalah mengolah bahan baku menjadi barang atau produk jadi yang siap dipasarkan kepada konsumen. Untuk memasarkan produknya, maka perusahaan harus mempunyai strategi pemasaran yang tangguh dan handal dalam menghadapi persaingan yang ketat di dunia bisnis.

Dalam memasarkan produknya strategi pemasaran yang ditempuh meliputi variabel keragaman bauran pemasaran sebagai berikut :

1. Inovasi Produk

Perusahaan selalu melakukan inovasi terhadap produk-produknya yang telah dihasilkan dengan cara penciptaan desain baru sesuai dengan permintaan konsumen dan pemilihan bahan baku yang berkualitas baik. Manfaat dilakukannya inovasi produk adalah untuk memberikan kepuasan kepada konsumen dan juga meningkatkan volume penjualan yang nantinya secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan laba yang didapatkan.

2. Harga

Perusahaan bertujuan agar produknya bisa diterima pembeli dengan baik dan pembeli sendiri tidak merasa keberatan atas harga yang ditetapkan perusahaan. Selain itu dalam menentukan harga juga disesuaikan dengan situasi serta kondisi lingkungan perusahaan.

3. Promosi

Tujuan perusahaan melakukan promosi adalah mencari, mempengaruhi, dan menjaring pembeli sebanyak mungkin karena dengan adanya promosi akan memudahkan perusahaan untuk mencari pembeli dan meyakinkan pembeli agar tetap setia kepada produk yang dihasilkan perusahaan.

4. Tempat

(11)

perusahaan dengan cara memasarkan produk langsung ke tangan konsumen. Sedangkan distribusi tidak langsung dilakukan dengan cara menggunakan jasa atau perantara dalam pemasaran.

Penelitian-penelitian tersebut dipilih sebagai bahan referensi dalam penelitian ini karena topik penelitian yang dikaji memiliki kemiripan yaitu mengenai usaha kerajinan serta pemasaran hasil kerajinannya. Oleh karena itu, hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini dalam menganalisis faktor strategis pemasaran serta merumuskan alternatif strategi pemasaran yang dapat dilaksanakan pengrajin anyaman tikar dalam memasarkan produk mereka.

B. Tinjauan Pustaka

1. Mendong (Cyperus Sp)

Tanaman Mendong (Cyperus Sp) merupakan salah satu famili dari

(12)

Gambar 1 : Tanaman Mendong

2. Usaha Anyaman Tikar Berbahan Baku Mendong

Berdasarkan kriteria jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam menjalankan usahanya, industri digolongkan menjadi 3 macam. Pertama industri mikro yang merupakan industri dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang. Kedua adalah industri kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang. Kemudian industri menengah adalah industri yang memperkerjakan 20-99 orang (Bappekab Sidoarjo, 2008).

Anyaman merupakan hasil dari proses menyilangkan bahan-bahan tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan dapat digunakan. Berbagai bentuk kerajinan tangan anyaman dapat dibentuk melalui proses dan teknik menganyam dan dibuat berdasarkan fungsi yang diinginkan. Misalnya anyaman dibentuk menjadi topi, bakul, tudung saji, tikar, dan aneka rupa yang di bentuk untuk digunakan sehari-hari. Seni kerajinan tangan anyaman adalah suatu karya yang unik dan rumit proses pembuatannya. Namun usaha untuk mempertahankannya harus diteruskan agar tidak termakan oleh perkembangan jaman. Budaya bangsa bukan hanya dilihat dari bahasa dan ragamnya saja, tetapi juga dilihat dari hasil karyanya yang bermutu tinggi (Pratama, 2009).

(13)

peci, tempat tisu dan lain-lain Seperti halnya produk kerajinan lainnya, produk kerajinan anyaman mendong ditekuni oleh banyak orang, sehingga setiap upaya pengembangannya akan membawa dampak multiplier yang luas terhadap perekonomian masyarakat ( Anonimb, 2008).

3. Pemasaran

Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengatur seberapa besarnya, menentukan pasar-pasar target mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar tersebut. Jadi pemasaran berperan sebagai penghubung antara kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan pola jawaban industri (dalam hal ini termasuk industri di bidang pertanian) yang bersangkutan (Kotler, 1992).

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengrajin dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan untuk mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung kepada keahlian pengrajin di bidang pemasaran, produksi, keuangan maupun bidang lain. Selain itu tergantung pula pada kemampuan pengrajin untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar( Anonimc, 2008).

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Sedangkan proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran (Ilmanoz, 2008).

4. Arti Penting Strategi

(14)

efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan (Salusu, 2003). Sedangkan menurut David (2004), strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang. Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Di samping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan.

Konsep-konsep strategik selalu memberi perhatian serius terhadap perumusan tujuan dan sasaran organisasi, faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahannya, serta peluang-peluang dan tantangan yang senantiasa dihadapi oleh setiap organisasi. Analisis mengenai faktor-faktor ini sangat berguna dalam merumuskan alternatif-alternatif yang akan memudahkan para pengambil keputusan tertinggi dalam setiap organisasi memilih alternatif terbaik. Pilihan atau alternatif terbaik ini biasanya dilakukan setelah memperhitungkan konsekuensi-konsekuensi yang akan timbul apabila suatu alternatif dipilih (Salusu, 2003).

5. Strategi Pemasaran

Salah satu bentuk dari strategi pemasaran yang sering dilakukan oleh suatu perusahaan adalah dengan cara melakukan penyebaran pemasaran itu sendiri, atau lebih sering dikenal dengan istilah bauran pemasaran. Bauran pemasaran sendiri didefinsikan sebagai suatu strategi yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang dapat meliputi menentukan

(15)

penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan mempromosikan barang (promotion) (Endi, 2009).

6. Perumusan Strategi

Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan Strategi yang dirumuskan bersifat lebih spesifik tergantung kegiatan fungsional manajemen (Hunger and Wheelen, 2003).

Umpan Balik

Perumusan Strategi Pelaksanaan Strategi Evaluasi Strategi Gambar 2. Skema Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif

Sesuai dengan skema tersebut di atas, manajemen strategis adalah proses yang sangat interaktif yang memerlukan koordinatif diantara para manajer pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen. Meskipun proses manajemen strategis diawasi oleh para perencana strategi, agar berhasil proses tersebut harus melibatkan para manajer dan karyawan dari semua bidang fungsional untuk bekerja sama memberikan gagasan atau informasi (David, 2004).

Perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal

(16)

perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan faktor internal perusahaan seperti perubahan terhadap kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Rangkuti, 2001). a. Penentuan Visi, Misi dan Tujuan Bisnis

Visi bisnis merupakan pernyataan apa yang perusahaan inginkan di masa depan. Visi dapat memberikan aspirasi dan motivasi disamping memberikan panduan atau rambu-rambu dalam menyusun strategi. Sedangkan misi mengandung tujuan pokok perusahaan, dan misi juga merupakan visi dari si pendiri perusahaan. Misi perusahaan adalah sebuah ekspresi dari ambisi untuk mengembangkan perusahaan. Pernyataan misi yang efektif adalah mendefinisikan bisnis dari tiap group kecil dalam organisasi. Pernyataan tersebut akan membuat para karyawan lebih mengerti mengenai tujuan mereka (Kusuma, 2009).

Tujuan dapat didefinisikan sebagai hasil tertentu yang perlu dicapai organisasi dalam memenuhi misi utamanya. Tujuan juga penting untuk keberhasilan organisasi karena tujuan menentukan arah, membantu dalam melakukan evaluasi, menciptakan sinergi, menunjukkan prioritas, memusatkan koordinasi, dan menjadi dasar perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, serta pengendalian kegiatan yang efektif. Tujuan haruslah menantang, dapat diukur, konsisten, wajar, dan jelas (David, 2004).

b. Analisis Faktor-Faktor Strategis 1)Faktor Internal

(17)

mencapai sasaranya. Kekuatan dan kelemahan tersebut menurut David (2004) ada dalam kegiatan manajemen, pemasaran, keuangan, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen di setiap perusahaan. Faktor-faktor internal dapat ditentukan dengan banyak cara, termasuk dengan menghitung rasio, mengukur kerja, dan membandingkan dengan prestasi masa lalu atau dengan rata-rata industri.

Kekuatan adalah sesuatu yang paling baik dilakukan oleh organisasi atau suatu karakteristik yang memberinya kemampuan yang sangat besar. Kekuatan itu dapat berupa ketrampilan, kompetensi, sumber daya organisasi yang sangat bernilai atau kemampuan kompetitif, atau hasil yang menempatkanya pada kedudukan yang superior, misalnya mutu produk yang lebih baik, adanya pengakuan dari pihak luar dan penguasa, teknologi yang superior, atau pelayanan yang memuaskan. Kelemahan dipihak lain, adalah sesuatu yang membuat organisasi sangat lemah, miskin, berpenampilan buruk, atau suatu kondisi yang menempatkanya pada posisi ketidak-beruntungan dan tidak kompetitif (Salusu, 2003). 2)Faktor Eksternal

(18)

Menurut David (2004) audit eksternal terfokus pada upaya mengidentifikasi dan menilai tren serta peristiwa di luar kendali perusahaan. Audit eksternal tidak ditujukan untuk membuat daftar yang panjang mengenai setiap faktor yang mungkin dapat mempengaruhi bisnis, melainkan ditujukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang dapat memberikan respon yang dapat dilaksanakan. Audit ekstrnal mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi oleh organisasi. Dengan demikian para manajer dapat merumuskan strategi agar dapat mengambil manfaat dari peluang dan menghindari atau mengurangi dampak ancaman.

Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintahan, teknologi dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan. Peluang dan ancaman sebagian besar di luar kendali suatu organisasi karena itu digunakan istilah eksternal (David, 2004).

c. Analisis SWOT

(19)

pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan (Rangkuti, 2001).

d. Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2001), matrik SWOT adalah alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat diselesaikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

Matriks Strengths Weakness Opportunities Threats (SWOT) menurut David (2004), merupakan perangkat pencocokan yang penting yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weakness-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats) dan Strategi WT (Weakness-Threats).

Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian yang sangat sulit dalam mengembangkan Matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada sekumpulan kecocokan yang paling baik.

Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (David, 2004).

e. QSPM (Quantitave Strategic Planning Matrix)

(20)

yang dapat dikenali terlebih dahulu. QSPM juga memerlukan penilaian intuitif yang baik dari para perencana strategi dalam memilih strategi-strategi yang akan dimasukkan ke dalam QSPM.

Secara konseptual, QSPM menentukan daya tarik dari berbagai strategi yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik dari masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari masing-masing factor keberhasilan kritis eksternal dan internal. Setiap jumlah rangkaian strategi alternatif dapat diikutkan dalam QSPM, dan setiap jumlah strategi dapat menyusun rangkaian strategi tertentu. Tetapi, hanya strategi-strategi dari suatu rangkaian tertentu yang dinilai relatif terhadap satu sama lain (David, 2004).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Anyaman merupakan hasil dari proses menyilangkan bahan-bahan tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan dapat digunakan. Anyaman tikar yang berkembang di Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu usaha memanfaatkan tanaman mendong yang awalnya tumbuh liar di alam menjadi produk kerajinan yang meningkat nilai ekonominya. Seperti halnya dengan industri yang lain, usaha anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri juga mengalami permasalahan yang kompleks termasuk permasalahan dalam pemasaran produk.

Pemasaran yang baik sangat diperlukan oleh pengrajin agar produknya dapat sampai kepada konsumen. Oleh karena itu perlu adanya perumusan strategi pemasaran yang efektif dalam memasarkan produk. Perumusan strategi yang efektif merupakan serangkaian proses yang dilakukan oleh perencana strategi yang terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :

1. Analisis terhadap visi, misi dan tujuan usaha

(21)

anyaman tikar. Menganalisis visi, misi, dan tujuan usaha merupakan tahap awal yang logis dalam perumusan strategi.

2. Analisis Identifikasi Faktor-faktor Strategis

Analisis terhadap faktor internal dan eksternal sangat diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan serta peluang dan ancaman terhadap keberjalanan usaha yang dilakukan. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang terdiri dari kondisi keuangan, sumberdaya manusia, produksi, serta faktor pemasaran yang terdiri dari 4 aspek (produk, promosi, harga, dan distribusi). Faktor eksternal meliputi pemerintah, pesaing, pemasok, lembaga pemasaran, dan konsumen.

3. Perumusan Alternatif Strategi Pemasaran

Perumusan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri menggunakan analisis SWOT dan matriks SWOT. Matriks SWOT menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan sehingga dihasilkan empat rumusan alternatif strategi pemasaran yaitu strategi penyesuaian kekuatan dan peluang (SO), kelemahan dan peluang (WO), kekuatan dan ancaman (ST) serta strategi penyesuaian kelemahan dan ancaman (WT).

4. Penentuan Strategi Pemasaran Efektif

Dari beberapa alternatif strategi yang didapatkan dari matriks SWOT perlu dilakukan penilaian untuk menentukan prioritas strategi yang dapat dilaksanakan. Alat analisis kuantitatif yang digunakan adalah Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM) yang memungkinkan perencana strategi mengevaluasi alternatif strategi secara obyektif dan menentukan strategi yang paling efektif.

(22)

Gambar 3 . Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah D. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010 dengan menggunakan data pemasaran bulan Maret 2010.

2. Responden adalah pengrajin anyaman tikar, konsumen, lembaga pemasaran, pesaing, pemasok bahan baku serta Instansi Pemerintah yang terkait dengan pemasaran anyaman tikar yaitu Dinas perindustrian, perdagangan dan koperasi Kabupaten Wonogiri.

Lingkungan Pemasaran Identifikasi faktor-faktor Strategis

Analisis SWOT)

Alternatif Strategi Pemasaran (Matrik SWOT)

Prioritas Strategi Pemasaran (Matrik QSP) Industri Anyaman Tikar

(visi, misi, dan tujuan)

Strategi Pemasaran Efektif Faktor Eksternal :

· konsumen · Pesaing · Pemerintah

· Lembaga Pemasaran · Pemasok

· Teknologi

Faktor Internal : · Pemasaran:

oProduk oHarga oPromosi oDistribusi

· Sumber Daya Manusia · Keuangan

(23)

3. Data lingkungan internal dan eksternal yang dianalisis berupa data kualitatif yang disajikan dalam bentuk hasil wawancara dengan responden dan hasil pengamatan selama penelitian.

4. Faktor internal yang diteliti meliputi : aspek keuangan, aspek produksi, aspek sumber daya manusia, serta aspek pemasaran (produk, harga, promosi, dan distribusi).

5. Faktor eksternal yang diteliti meliputi : konsumen, pemerintah, pemasok, pesaing, dan lembaga pemasaran, dan teknologi.

E. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Pengrajin anyaman tikar adalah para pembuat kerajinan anyaman tikar, yang memproduksi mendong menjadi kerajinan anyaman tikar hingga memasarkannya kepada konsumen.

2. Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang.

3. Pemasaran adalah sebuah proses mengalirnya barang dari produsen sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan.

4. Strategi pemasaran adalah merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman dari faktor eksternal serta kekuatan dan kelemahan dari faktor internal yang dapat mempengaruhi pemasaran produk di masa yang akan datang.

5. Lingkungan internal adalah faktor-faktor di dalam industri yang dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari segi produksi (manajemen produksi), keuangan (sumber dan pengelolaan keuangan), sumber daya manusia (kualitas dan ketersediaan tenaga kerja), serta pemasaran ( bauran pemasaran).

(24)

dilalui, kebijakan pemerintah dalam pemasaran produk anyaman tikar serta perkembangan teknologi yang ada.

7. Analisis SWOT merupakan suatu analisis situasi yang mencakup kondisi internal dan ekternal dalam pemasaran anyaman tikar.

8. Kekuatan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam industri dan merupakan keunggulan bagi pemasaran produk itu sendiri.

9. Kelemahan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam industri dan merupakan keterbatasan atau kekurangan bagi pemasaran produk itu sendiri.

10.Peluang dapat juga diartikan kesempatan merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar industri dan bersifat menguntungkan bagi pemasaran produk.

11.Ancaman adalah faktor-faktor yang berasal dari luar industri dan bersifat mengganggu bagi pemasaran produk.

12.Matriks SWOT ( Matriks Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman) adalah matriks yang akan digunakan untuk menyusun berbagai alternatif strategi pemasaran produk melalui strategi SO, WO, ST, dan WT.

(25)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis dengan ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah-masalah-masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis sehingga metode ini sering pula disebut metode analitik. Teknis pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dengan teknik survey yaitu cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (atau jangka waktu) yang bersamaan (Surakhmad, 1998).

B. Metode Penentuan Sampel

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling yaitu penentuan daerah sampel yang diambil secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Lokasi penelitian dipilih Kecamatan Puhpelem dengan pertimbangan karena merupakan wilayah yang terdapat industri anyaman tikar dengan jumlah paling banyak diantara kecamatan lain di Kabupaten Wonogiri. Data mengenai jumlah industri anyaman tikar pada Tabel 2. 2. Metode Penentuan Responden

a. Penentuan Responden Untuk Penentuan Faktor-faktor Strategis

Faktor strategis adalah faktor-faktor yang dijadikan sebagai komponen dalam melakukan perumusan strategis. Sifat dasar dari faktor strategis adalah suatu keadaan yang dibangun dari situasi

benchmark dalam lingkungan persaingan (Harisudin, 2009). Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas yang bersifat unik dan kompleks. Di dalamnya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman). Data atau informasi harus ditelusuri seluas-luasnya dan sedalam mungkin sesuai

(26)

dengan variasi yang ada. Berkenaan dengan tujuan tersebut, maka dalam prosedur sampling menurut Bungin (2003) mengacu seperti dalam penelitian kualitatif yang lebih mementingkan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian.

Informan kunci ditentukan dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangannya adalah orang tersebut dianggap paling tahu tentang informasi yang diharapkan, orang yang paling berpengaruh sehingga memudahkan peneliti menjelajahi dan menggali informasi dari obyek yang dibutuhkan (Sugiyono, 2006).

Menurut Bungin (2003) untuk memilih sampel informan kunci lebih tepat dilakukan dengan cara sengaja (purposive sampling). Sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah pengrajin anyaman tikar dengan pertimbangan pihak tersebut dianggap paling tahu mengenai informasi yang dibutuhkan peneliti. Melalui wawancara secara mendalam (indepth interview) kepada informan kunci yang selanjutnya untuk mencari kedalaman informasi ditelusuri melalui teknik Snowball Sampling yang dimulai dari informan kunci tersebut diperoleh responden lainnya yang dapat menjelaskan faktor-faktor internal dan eksternal dengan menelusurinya sehingga mendapatkan responden pemasok bahan baku, konsumen, lembaga pemasaran dan pesaing. Selain itu untuk menambah informasi dilakukan wawancara dengan pemerintah yang dilaksanakan kepada pegawai dinas perindustrian yang secara struktural mengurusi UMKM di Kabupaten Wonogiri. Informasi mengenai faktor-faktor internal dan eksternal diidentifikasi menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri.

b. Penentuan Responden Untuk Penentuan Bobot dan Nilai Daya Tarik (Atractive Score / AS)

(27)

faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan ekternal (peluang dan ancaman) serta alternatif strategi yang akan dipertimbangkan untuk menjadi prioritas strategi dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri. Pengambilan responden dilakukan secara

purposive sampling (sengaja) yaitu orang-orang yang masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti. Responden tersebut dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian yang sedang dilakukan. Responden untuk penentuan bobot adalah 15 orang pengrajin anyaman tikar karena dianggap sebagai pihak yang mengetahui mengenai anyaman tikar serta masih aktif dalam kegiatan yang menjadi fokus penelitian. Penentuan bobot dapat dilakukan dengan memberi bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (amat penting) dan jumlah seluruh bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0.

(28)

mempertimbangkan dampak dari faktor keberhasilan kritis eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin tinggi total nilai daya tarik menunjukkan semakin menarik strategi tersebut (David, 2004).

Responden yang digunakan dalam penentuan nilai daya tarik (Atractive score/AS) adalah 15 orang pengrajin anyaman tikar. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan pengrajin anyaman tikar sebagai pihak yang terlibat langsung dalam pembuatan serta melaksanakan strategi pemasaran anyaman tikar.

C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik (Surakhmad, 1998). Data primer yang diperoleh pada penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan kerajinan anyaman tikar dengan menggunakan pedoman wawancara sesuai informasi yang dibutuhkan peneliti. Sumber data primer adalah pengrajin anyaman tikar, konsumen, lembaga pemasaran, pemasok bahan baku, pesaing serta instansi pemerintah yaitu Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Wonogiri).

2. Data Sekunder

(29)

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian (Gulo, 2002). Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai kondisi obyek yang diteliti. 2. Wawancara (Interview)

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Nasution, 2004). Teknik wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan melakukan wawancara secara langsung kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Terdapat dua jenis teknik wawancara, yaitu: wawancara mendalam (Indept Interview) dan wawancara (Interview). Dalam penelitian ini digunakan wawancara mendalam untuk memperoleh informasi dan data yang lebih akurat.

3. Pencatatan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan melakukan pencatatan data primer (hasil wawancara) dan data sekunder dari instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

1. Identifikasi Faktor-Faktor Strategis

(30)

Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pemasaran. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

2. Alternatif Strategi

(31)

ancaman

Sumber : Rangkuti, 2001

Delapan tahapan dalam penentuan alternatif strategi yang dibangun melalui matriks SWOT adalah sebagai berikut :

a. Menuliskan peluang faktor eksternal kunci dalam pemasaran anyaman tikar.

b. Menuliskan ancaman faktor eksternal kunci dalam pemasaran anyaman tikar.

c. Menuliskan kekuatan faktor internal kunci dalam pemasaran anyaman tikar.

d. Menuliskan kelemahan faktor internal kunci dalam usaha anyaman tikar.

e. Mencocokkan kekuataan faktor internal dengan peluang faktor eksternal dan mencatat Strategi S-O dalam sel yang sudah ditentukan. f. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan peluang faktor

eksternal dan mencatat Strategi W-O dalam sel yang sudah ditentukan. g. Mencocokkan kekuatan faktor internal dengan ancaman faktor

eksternal dan mencatat Strategi S-T dalam sel yang sudah ditentukan. h. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan ancaman faktor

eksternal dan mencatat Strategi W-T dalam sel yang sudah ditentukan. 3. Prioritas Strategi

Menentukan prioritas strategi dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri menggunakan analisis Matriks QSP. Matriks QSP digunakan untuk memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai total daya tarik terbesar merupakan strategi yang paling baik.

Tabel 4. Matriks QSP

Alternatif Strategi

Strategi I Strategi 2 Strategi 3 Faktor Faktor

Kunci Bobot

AS TAS AS TAS AS TAS Faktor-Faktor

(32)

Faktor-Faktor Kunci Eksternal Total Bobot

Jumlah Total Nilai Daya Tarik Sumber : David, 2004

Enam tahapan dalam pembuatan matriks QSP yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Membuat daftar peluang/ancaman dari faktor eksternal dan kekuatan/ kelemahan faktor internal.

b. Memberi bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0. c. Memeriksa matriks SWOT dan mengenali strategi-strategi alternatif

yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan.

d. Menentukan Nilai Daya Tarik (AS) yang didefinisikan sebagai angka yang menunjukkan daya tarik relatif masing-masing strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu. Nilai Daya Tarik ditentukan dengan memeriksa masing-masing faktor eksternal atau faktor internal, satu per satu, sambil mengajukan pertanyaan, “Apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?” Jika jawaban atas pertanyaan tersebut adalah ya, maka strategi tersebut harus dibandingkan secara relatif dengan faktor kunci. Khususnya, Nilai Daya Tarik harus diberikan pada masing-masing strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif suatu strategi terhadap yang lain, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Cakupan Nilai Daya Tarik adalah : 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = wajar menarik; dan 4 = sangat menarik. Jika jawaban atas pertanyaan tersebut adalah tidak, hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing faktor kunci tidak mempunyai pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat.

(33)

Nilai Daya Tarik di masing-masing baris (langkah d). Total Nilai Daya Tarik menunjukkan daya tarik relatif dari masing-masing strategi alternatif, dengan hanya mempertimbangkan dampak dari faktor keberhasilan krisis eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin tinggi Nilai Total Daya Tarik, semakin menarik strategi alternatif tersebut.

(34)

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak antara 7°32’-8°15’ Lintang Selatan dan 110°41’-111°18’ Bujur Timur, berada 32 km di sebelah selatan Kota Solo, sementara jarak dengan ibukota propinsi (Kota Semarang) sejauh 133 km. Kabupaten Wonogiri terdiri dari wilayah dataran, wilayah pegunungan dan wilayah pantai. Wilayah pegunungan memanjang dari sisi selatan sampai ke timur dan wilayah pantai berada di sisi selatan Kabupaten Wonogiri. Dengan kondisi geografis ini, maka Kabupaten Wonogiri mempunyai sejumlah obyek wisata alam berupa pantai dan air terjun. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut :

Sebelah utara Sebelah timur

Sebelah selatan

Sebelah barat : :

:

:

Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur)

Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Samudra Indonesia

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah 182.236,02 ha, yang secara administratif terbagi menjadi 25 kecamatan dengan 43 kelurahan dan 251 desa. Kecamatan Pracimantoro merupakan kecamatan yang terluas, yaitu seluas 14.214,32 ha serta memilki jumlah desa terbanyak yaitu 17 desa. Kecamatan Puhpelem merupakan kecamatan yang memiliki luas wilayah tersempit diantara kecamatan lain di Kabupaten Wonogiri yang terdiri dari 5 desa. Berikut ini merupakan data yang menunjukkan jumlah kelurahan, jumlah desa, dan luas kecamatan di Kabupaten Wonogiri :

(35)

Tabel 5. Jumlah Kelurahan, Jumlah Desa dan Luas Kecamatan di

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Tabel 5 menunjukkan bahwa wilayah kecamatan terluas memiliki luas 7,8% dari seluruh luas Kabupaten Wonogiri yaitu Kecamatan Pracimantoro, sedangkan wilayah tersempit memiliki luas wilayah 1,72% dari seluruh luas wlayah Kabupaten Wonogiri yaitu Kecamatan Puhpelem. Perbedaan luas wilayah yang cukup mencolok ini disebabkan wilayah Wonogiri yang tidak rata serta bergunung-gunung.

2. Topografi Daerah

(36)

jajaran pegunungan seribu yang merupakan mata air dari Bengawan Solo. Topografi wilayah Kabupaten Wonogiri pada umumnya tidak rata, dengan kemiringan rata-rata 30°. Kabupaten Wonogiri memiliki ketinggian tempat yang cukup bervariasi antar wilayah kecamatan, yaitu mulai dari ketinggian 101 m dpl (meter di atas permukaan laut) sampai dengan > 600 m dpl. Tabel 6 berikut menyajikan ketinggian daerah beserta luas wilayahnya di Kabupaten Wonogiri :

Tabel 6. Luas Wilayah Kabupaten Wonogiri Berdasarkan Ketinggian dari Permukaan Laut

No. Ketinggian (m dpl) Luas (ha) Persentase (%)

1. 101 - 300 133.978,05 73,52

2. 301 - 600 39.798,97 21,84

3. ≥ 601 8.459,00 4,64

Jumlah 182.236,02 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

(37)

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri, yaitu aluvial, litosol, regosol, andesol, grumusol, mediterian, dan latosol. Kondisi tanah yang berbeda-beda demikian mengakibatkan penggunaan tanah yang berbeda-beda pula. Luas lahan di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2008 menurut penggunaannya disajikan pada Tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

No. Jenis Penggunaan Tanah Luas (ha) Persentase (%)

1. Sawah 32.236 17,70

2. Tegal 68.434 37,55

3. Bangunan/Pekarangan 28.252 15,50

4. Hutan Negara 15.769 8,65

5. Hutan Rakyat 7.288 4,00

6. Lain-lain 30.257 16,60

Jumlah 182.236 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar di Kabupaten Wonogiri dimanfaatkan untuk tanah tegal yang luasnya mencapai 37,55% dari luas lahan seluruhnya. Penggunaan lahan untuk sawah menepati urutan kedua, yaitu sebesar 17,7% dari luas lahan seluruhnya. Persentase penggunaan lahan yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten Wonogiri masih digunakan untuk pertanian sehingga akan mendukung perkembangan usaha agroindustri di Kabupaten Wonogiri dengan ketersediaan bahan baku yang memadai. 3. Keadaan Iklim dan Cuaca

(38)

Tabel 8. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Wonogiri Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Tabel 8 menunjukkan bahwa curah hujan tahunan rata-rata yang tertinggi di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2008 adalah pada bulan Februari yaitu 558,72 mm dengan 16 hari hujan. Curah hujan tahunan rata-rata terendah di Kabupaten Wonogiri tahun 2008 terjadi pada bulan Juli yaitu 0 mm dengan 0 hari hujan atau tidak ada hujan sama sekali. B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Wonogiri dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan disebabkan adanya kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. Berikut ini tabel yang menunjukkan perkembangan jumlah penduduk dari tahun 2005-2009 :

Tabel 9. Perkembangan Penduduk Kabupaten Wonogiri Tahun 2005-2009

No. Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

1. 2005 1.121.454

(39)

Tabel 9 mengenai perkembangan penduduk Kabupaten Wonogiri menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Kabupaten Wonogiri dari tahun 2005 sampai tahun 2009 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 penduduk di Kabupaten Wonogiri sejumlah 1.121.454 jiwa, pada tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 1.127.907 jiwa, pada tahun 2007 meningkat menjadi 1.181.114 jiwa, pada tahun 2008 menjadi 1.212.677 jiwa serta pada tahun 2009 menjadi 1.234.880 jiwa.

2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur

Keadaan penduduk menurut kelompok umur bagi suatu daerah dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang produktif dan penduduk yang non produktif, yang pada akhirnya akan dapat diketahui Angka Beban Tanggungan (ABT) dari daerah tersebut. Angka Beban Tanggungan (ABT) atau Dependency Ratio yaitu angka yang menunjukkan jumlah penduduk pada usia tidak produktif yang harus ditanggung oleh setiap penduduk usia produktif di suatu wilayah .

Menurut Mantra (2003), kelompok umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk belum produktif secara ekonomis, kelompok penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok produktif dan kelompok penduduk umur 65 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk yang sudah tidak produktif. Penghitungan besarnya Angka Beban Tanggungan (ABT) suatu wilayah dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(40)

Tabel 10. Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Kelompok Umur Tahun 2009

No. Umur (thn) Jumlah (jiwa) Persentase (%) ABT

1. 0-14 251.811 20,40

2. 15-64 852.003 68,99

3. ≥65 131.066 10,61

Jumlah 1.234.880 100,00

44,94

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri Tahun 2009

Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk menurut kelompok umur yang terbesar di Kabupaten Wonogiri adalah kelompok umur 15-64 tahun, sekaligus merupakan kelompok penduduk produktif, sebanyak 852.003 jiwa atau sebesar 68,99% dari jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri seluruhnya. Kelompok penduduk tidak produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan kelompok umur ≥ 65 tahun) di Kabupaten Wonogiri sejumlah 382.877 jiwa, atau sebesar 31,01% dari jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri seluruhnya. Berdasarkan data tersebut, maka dapat dihitung besarnya Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kabupaten Wonogiri, yaitu :

ABT di Kabupaten Wonogiri = 100 852003 382877

x = 44,94

Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kabupaten Wonogiri yang diperoleh, yaitu sebesar 44,94, berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif di Kabupaten Wonogiri harus menanggung atau memberi penghidupan kepada 45 orang penduduk usia tidak produktif.

3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

(41)

SR = xk F M

Keterangan : S = Sex ratio

M = Jumlah penduduk laki-laki F = Jumlah penduduk perempuan

k = Konstanta, yang besarnya adalah 100 (Mantra, 2003).

Berikut ini data yang menunjukkan keadaan penduduk di Kabupaten Wonogiri menurut jenis kelamin.

Tabel 11. Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009

No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

Sex Ratio

1 Laki-laki 620.385 50,24

2 Perempuan 614.495 49,76

Jumlah 1.234.880 100,00

100,96

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri Tahun 2009

Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2009 lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan, namun perbedaan tersebut tidak terlalu jauh yang ditunjukkan dengan persentase yang hanya selisih 0,48%, di mana untuk penduduk laki-laki sebesar 50,24% atau sebanyak 620.385 jiwa, dan penduduk perempuan sebesar 49,76% atau sebanyak 614.495 jiwa dari keseluruhan penduduk Kabupaten Wonogiri.

Sex Ratio di Kabupaten Wonogiri = 100 614495 620385

x

= 100,96

(42)

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat menggambarkan kesejahteraan penduduk suatu daerah. Keadaan mata pencaharian penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh keadaan alam dan sumber daya yang ada, serta keadaaan sosial ekonomi masyarakat seperti keterampilan, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, dan modal yang tersedia.. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kabupaten Wonogiri ditunjukkan pada Tabel 12 berikut ini :

Tabel 12. Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009

No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Belum/Tidak Bekerja 135.685 10,99

2. Industri 15.687 1,27

4. Konstruksi 6.928 0,56

5. Mengurus Rumah Tangga 122.877 9,95

6. Pedagang 69.380 5,62

7. Petani 371.424 30,08

8. Peternak 1.028 0,08

9. Pelajar/Mahasiswa 52.302 4,24

10. PNS 14.659 1,19

11. TNI dan POLRI 1.793 0,14

12. Pensiunan 7.783 0,63

13. Transportasi 9.693 0,78

14. Lain-lain 425.641 34,47

Jumlah 1.234.880 100,00

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri Tahun 2009

(43)

dalam perekonomian daerah Kabupaten Wonogiri terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Banyaknya penduduk yang bekerja di sektor pertanian diharapkan mampu mendorong perkembangan industri yang berbahan baku dari hasil–hasil pertanian karena terjaminnya ketersediaan bahan baku yang digunakan untuk usahanya. Mata pencaharian sebagai peternak menempati persentase yang paling kecil, yaitu sebesar 1.028 jiwa atau 0,08% dari jumlah seluruh penduduk Kabupaten Wonogiri. 5. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk per satuan unit wilayah, atau dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

Kepadatan Penduduk = sampai tahun 2009 ditunjukkan pada Tabel 13 di bawah ini :

Tabel 13. Kepadatan Penduduk Kabupaten Wonogiri Tahun 2005-2009 No Tahun Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri

(44)

lahan. Peningkatan kepadatan penduduk menyebabkan banyak lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi permukiman, maka penggunaan lahan untuk lahan pertanian akan semakin berkurang.

6. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam pembangunan suatu daerah. Tingkat pendidikan akan berbanding lurus dengan perkembangan suatu daerah. Pendidikan dipengaruhi antara lain oleh kesadaran pentingnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi serta sarana pendidikan yang ada. Berikut ini data mengenai keadaan penduduk Kabupaten Wonogiri menurut tingkat pendidikan tahun 2009 : Tabel 14. Keadaan Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2009

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Tidak/Belum Sekolah 218.674 17,71

2. Tidak Tamat SD/Sederajat 185.202 15,00

4. Tamat SD/ Sederajat 461.546 37,38

5. Tamat SLP/ Sederajat 187.309 15,17

6. Tamat SLA/Sederajat 150.755 12,21

7. Tamat D1/D2 6.425 0,52

8. Tamat D3 9.197 0,74

9. Tamat D4/S1 14.962 1,21

10. Tamat S2 734 0,06

11. Tamat S3 76 0,01

Jumlah 1.234.880 100,00

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Wonogiri Tahun 2009

(45)

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pola pikir orang tersebut sehingga memiliki pandangan dan pengetahuan yang lebih luas. Pengrajin anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri sebagian besar hanya berpendidikan sampai pada tingkat SD atau SLTP saja, namun dengan tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi tersebut, usaha anyaman tikar masih dapat bertahan hingga saat ini karena di dukung dengan ketlatenan dan keterampilan pengrajin dalam menganyam serta adanya pemanfaatan waktu luang di luar pekerjaan pokok mereka sebagai petani.

C. Keadaan Sarana Perekonomian 1. Keadaan Sarana Perhubungan

Kegiatan perekonomian di suatu daerah mempunyai kaitan erat dengan keadaan sarana perhubungan yang dimiliki daerah tersebut. Kelancaran perekonomian suatu daerah didukung oleh sarana perhubungan yang ada di daerah tersebut. Salah satu sarana perhubungan yang sangat penting dalam mendukung kelancaran kegiatan perekonomian adalah jalan. Jalan merupakan prasarana pokok dalam kelancaran arus barang dan jasa serta mobilitas penduduk antar wilayah.

(46)

Tabel 15. Panjang Jalan Menurut Status Jalan, Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Jalan Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Tabel 15 menunjukkan bahwa status jalan di Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten. Jalan yang terpanjang adalah jalan kabupaten, yaitu sepanjang 1.029,62 km. Menurut jenis permukaannya, sebagian besar jalan kabupaten telah diaspal yaitu sejumlah 77,85% dari total panjang jalan kabupaten seluruhnya, 17,53% jenis permukaan jalan berupa kerikil, 4,04% berupa beton, dan 0,58% masih berupa tanah. Dan menurut kondisi jalannya, sebagian besar jalan kabupaten dalam kondisi baik yaitu sebesar 60,52% dari total panjang jalan kabupaten seluruhnya, 32,43% jalan kabupaten dalam kondisi sedang, 6,52% dalam kondisi rusak, dan 0,53% dalam kondisi rusak berat. Jalan kabupaten yang sebagian besar kondisinya baik dan telah diaspal tersebut menunjukkan bahwa arus transportasi di Kabupaten Wonogiri cukup lancar. Jalan kabupaten mempunyai pengaruh terhadap pemasaran dan pendistribusian produk dari produsen ke konsumen, mengingat pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri masih dalam lingkup pasar lokal dan belum sampai pemasaran ke luar kota/ke luar kabupaten.

(47)

dalam kondisi sedang sejumlah 73,68% dari total panjang jalan provinsi seluruhnya, 15,06% dalam kondisi baik dan 11,26% dalam kondisi rusak. Jalan di Kabupaten Wonogiri yang paling pendek adalah jalan negara, yaitu sepanjang 35,52 km dan telah diaspal, dengan sebagian besar jalan dalam kondisi sedang sejumlah 85,45% dari total panjang jalan negara seluruhnya, 11,89% dalam kondisi baik dan 2,66% dalam kondisi rusak. 2. Keadaan Sarana Perdagangan

Keadaan perekonomian yang maju juga didukung dengan adanya sarana perekonomian yang memadai di daerah tersebut, salah satunya adalah sarana perdagangan. Sarana perdagangan sangat menunjang kelancaran kegiatan perekonomian suatu daerah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat. Sarana perdagangan yg ada pada suatu dareah akan dapat berfungsi dengan baik jika ada dukungan dari sarana dan prasarana lain termasuk sarana transportasi seperti jalan, jembatan, bus, truk, angkutan, dan lain-lain. Oleh karena itu, perlu upaya revitalisasi pasar sebagai sarana perdagangan utama. Pada Tabel 16 berikut menunjukkan keadaan sarana perdagangan yang terdapat di Kabupaten Wonogiri :

Tabel 16. Sarana Perdagangan di Kabupaten Wonogiri

No Sarana Perdagangan Jumlah

1. 2. 3.

Pasar Umum Pasar Desa Pasar Hewan

28 68 9 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

Tabel 16 menunjukkan bahwa jumlah pasar umum di Kabupaten Wonogiri sebanyak 28 unit dan jumlah pasar desa sebanyak 68 unit, dengan banyaknya jumlah pasar yang ada di Kabupaten Wonogiri maka akan memudahkan kegiatan pemasaran anyaman tikar dari produsen ke konsumen.

D. Keadaan Pertanian

(48)

berikut ini menunjukkan tentang perincian penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Wonogiri tahun 2008 :

Tabel 17. Perincian Penggunaan Lahan Pertanian di Kabupaten Wonogiri

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2008

(49)

hujan sebesar 4,53%, sawah dengan irigasi setengah teknis sebesar 3,75%, sawah irigasi teknis sebesar 3,12%, sawah dengan irigasi desa sebesar 0,52%, dan sawah pasang surut sebesar 0,35%. Dengan persentase penggunaan lahan untuk sawah yang cukup memadai sebagai tempat budidaya mendong sangat menunjang dalam ketersediaan bahan baku anyaman tikar

E. Keadaan Perindustrian

Sektor industri sampai saat ini masih merupakan salah satu sektor yang memberikan sumbangan dalam perekonomian Kabupaten Wonogiri. Salah satu industri yang saat ini berkembang di Kabupaten Wonogiri adalah industri kecil termasuk di dalamnya adalah anyaman tikar. Data mengenai kelompok industri kecil potensial di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 18

Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten Wonogiri Tahun 2007

(50)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Identitas responden dalam penelitian ini merupakan gambaran secara umum tentang keadaan responden yang meliputi umur, lama pendidikan formal dan lama mengusahakan. Pada penelitian ini responden yang dipilih meliputi pengrajin anyaman tikar, pemasok bahan baku, pedagang pengumpul selaku lembaga pemasaran, konsumen, serta pesaing yaitu pengusaha anyaman tikar dari luar Kecamatan Puhpelem.

1. Responden Pengrajin Anyaman Tikar

Identitas responden pengrajin anyaman tikar di Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 19 berikut.

Tabel 19. Identitas Responden Pengrajin Anyaman Tikar di Kecamatan Puhpelem Kabupaten Wonogiri

No Identitas Responden Rata-rata (th)

1. 2. 3.

Umur (tahun)

Lama pendidikan formal (tahun)

Lama mengusahakan anyaman tikar (tahun)

50 6 27 Sumber : Analisis Data Primer

(51)

Pengrajin anyaman tikar melakukan kegiatan usaha menganyam mendong menjadi anyaman tikar sebagai usaha sampingan. Keseluruhan responden adalah wanita yang pekerjaan utamanya adalah petani. Pengrajin melakukan usaha karena melihat pengrajin yang lebih dulu menganyam serta terdorong ingin memanfaatkan waktu luang sekaligus menambah pendapatan keluarga.

2. Identitas Responden Pemasok

Identitas responden pemasok yang dikaji dalam penelitian ini meliputi: umur, lama pendidikan, dan pengalaman bekerja seperti pada tabel berikut.

Tabel 20. Identitas Responden Pemasok Mendong

Responden Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 20 dapat diketahui bahwa mayoritas umur responden pemasok termasuk dalam umur produktif dengan tingkat pendidikan adalah 6 tahun atau setingkat Sekolah Dasar (SD). Keseluruhan responden pemasok mempunyai pengalaman bekerja sebagai pemasok mendong lebih dari 15 tahun. Dengan memiliki pengalaman bekerja mendukung para pemasok untuk memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam memasok mendong sebagai bahan baku utama anyaman tikar kepada para pengrajin. Selain itu, pemasok akan mengetahui karakteristik bahan baku yang diinginkan pengrajin sehingga dapat berupaya memasok bahan baku sesuai keinginan pengarajin. Kemampuan pemasok dalam mengatur pasokan bahan baku

(52)

dapat menunjang ketersediaan bahan baku dan kontinyuitas produksi anyaman tikar.

3. Identitas Responden Lembaga Pemasaran

Identitas responden pedagang pengumpul selaku lembaga pemasaran dalam pemasaran anyaman tikar di Kabupaten Wonogiri yang dikaji dalam penelitian ini meliputi : umur, lama pendidikan, dan pengalaman usaha. Adapun identitas responden seperti pada Tabel 21 berikut.

Tabel 21. Identitas Responden Pedagang Pengumpul Anyaman Tikar Responden o

Uraian

1 2 3

Umur (Tahun) 4

5

4 0

4 5

Lama Pendidikan (Tahun) 6 6 5

Pengalaman Usaha (Tahun) 1 5

1 0

1 5 Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 21 dapat diketahui bahwa mayoritas umur responden pedagang pengumpul anyaman tikar adalah 45 tahun yang termasuk dalam umur produktif dengan tingkat pendidikan adalah 6 tahun atau setingkat dengan SD. Sedangkan untuk pengalaman bekerja sebagai pedagang pengumpul anyaman tikar adalah lebihdari 10 tahun. Dengan wawasan serta pengetahuan yang dimiliki pedagang pengumpul selama memperjualbelikan anyaman tikar dapat bermanfaat dalam rantai pemasaran anyaman tikar. Kelancaran dalam pemasaran akan menunjang keberadaan dan keberlanjutan usaha anyaman tikar.

4. Identitas Responden konsumen

Identitas responden konsumen pengguna anyaman tikar pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

(53)

Responden Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 22 menunjukkan bahwa mayoritas umur responden konsumen adalah 48 tahun yang berarti konsumen termasuk dalam usia produktif untuk bekerja dan menghasilkan pendapatan sendiri sehingga mempunyai kemampuan untuk membeli anyaman tikar. Selain itu Tabel 22 juga menunjukkan bahwa mayoritas lama pendidikan responden konsumen adalah 9 tahun yang berati tingkat pendidikan responden konsumen setingkat SLTP sehingga konsumen mempunyai pertimbangan rasional dalam memutuskan untuk menggunakan anyaman tikar. Dengan lamanya pengalaman konsumen menggunakan anyaman tikar menunjukkan kesetiaan konsumen dalam menggunakan anyaman tikar.

5. Identitas Responden konsumen

Responden pesaing pada penelitian ini adalah pengusaha anyaman tikar dari luar Kecamatan puhpelem yaitu dari Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri. Adapun identitas respondennya seperti pada Tabel 23 berikut.

Tabel 23. Identitas Responden Pesaing Pengrajin Anyaman Tikar

Gambar

Tabel 1. Jenis, Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil Potensial di Kabupaten Wonogiri
Tabel 2. Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Anyaman Tikar di Kabupaten Wonogiri
Gambar 1 : Tanaman Mendong
Gambar 2. Skema Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya peran penyuluh dalam memberikan bimbingan dan bantuan modal “cukup berperan”, saat ini bimbingan yang telah diberikan oleh penyuluh hanyalah