• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRO DAN KONTRA LBGT DI MASYARAKAT INDONESIA Tyas Desita Wengrum

STAIN Jurai Siwo Metro Pendahuluan

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir maupun batin merupakan salah satu fungsi dari interaksi, maka dalam kesehariannya tidak terlepas dari berbagai macam aktivitas yang melibatkan individu-individu lain untuk saling berkomunikasi dan saling bersosialisasi.

Suatu fenomena yang saat ini berkembang di masyarakat yaitu mengenai Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Dewasa ini, istilah LGBT dipakai untuk menunjukkan seseorang atau siapapun yang mempunyai perbedaan orientasi seksual dan identitas gender berdasarkan kultur tradisional, yaitu heteroseksual. Lebih mudahnya orang yang mempunyai orientasi seksual dan identitas non-heteroseksual seperti homoseksual, biseksual, atau yang lain dapat disebut LGBT.273

Menurut Soekanto, secara psikologis homoseksual adalah seseorang yang cenderung mengutamakan orang yang sejenis kelaminnya sebagai mitra seksual. Kinsey, Pomeroy dan Martin (1984) dalam penelitian yang terkenal tentang seksualitas di Amerika, mengungkapkan sebanyak 37% laki-laki pernah mempunyai pengalaman homoseksual dalam suatu masa kehidupannya, tetapi hanya 4% yang benar-benar homoseksual dan mengekspresikan kecenderungan erotisnya pada sesama laki-laki.274 Adapun sisanya kemungkinan hanya karena rasa ingin tahu, dianiaya, atau dibatasi seksualnya. Temuan ini menjelaskan bahwa mempunyai hubungan homoseksual tidak berarti seseorang menjadi homoseks. Yang lebih penting secara sosiologis adalah pengungkapan identitas homoseksual. Melalui identitas itu, seseorang mengkonsepkan dirinya sebagai homoseks.275

Pro dan kontra mewarnai adanya kaum LGBT di dalam kehidupan masyarakat. Orientasi seksual terkadang merupakan sesuatu yang sulit diterima pada sebagian masyarakat. Padahal mereka sama dengan manusia biasa pada umumnya yang butuh berinteraksi dan mengekspresikan gender. Pengucilan atau pendiskriminasian yang dilakukan masyarakat kepada kaum LGBT membuat mereka menutup diri dan tidak mengexpose tentang diri mereka.

273 Galink..Seksualitas Rasa Rainbow Cake: Memahami Keberagaman Orientasi Seksual Manusia, (Yogyakarta: PKBI DIY, 2013)

274 Soekanto, Soerjono, Sosiologi: Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 381

275 Siahaan, Jokie M.S.. Perilaku Menyimpang: Pendekatan Sosiologis, (Jakarta: PT.Indeks, 2009), h. 43

Proceding Metro International Conference on Islamic Studies (MICIS) Walaupun masyarakat memberikan penilaian negatif terhadap LGBT, keberadaan mereka tetap ada dan eksis. Kaum LGBT cenderung berinteraksi dengan sesama kaum LGBT walaupun tempat berkumpul mereka ditengah-tengah masyarakat.

Perkembangan kaum LGBT mengalami kenaikan secara signifikan setiap tahunnya, bahkan fenomena tersebut juga terjadi di daerah Bandar Lampung. Dikutip pada koran Tribun Lampung, 24 Oktober 2014 yang menyatakan bahwa keberadaan kaum LGBT makin menunjukkan eksistensinya. Pada tahun 1990-2000an, kaum LGBT berkumpul di bawah jembatan penyebrangan bambu kuning dan di lapangan parkir saburai saja, tapi sekarang sudah mulai menyebar di Lapangan Korpri Gubernuran, PKOR Way Halim, Lungsir, dan beberapa pusat perbelanjaan di Kota Bandar Lampung.

Pembahasan

Dalam pandangan islam, perbuatan LBGT (Lesbian, Bisexsual, Gay, dan Transgender) hukumnya adalah perbuatan yang haram. Hal tersebut dijelaskan oleh beberapa ulama fiqih di bawah ini :

1. Fuqoha Madzhaf Hambal

Mereka sepakat bahwa hukuman bagi pelaku homoseksual sama persis dengan hukuman bagi pelaku perzinahan. Adapun dalil yang mereka pergunakan adalah Qiyas, karena defenisi Homoseksual (Liwath) menurut mereka adalah menyetubuhi sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah. Maka mereka menyimpulkan bahwa hukuman bagi pelakunya adalah sama persis dengan hukuman bagi pelaku perzinahan.

Al-Imam Asy-Syafi‟i berkata,

” اَ َ ِ َ ُ ُ ْأَ ِ ْ َرِ ْ َ ُ َ ْعَ اَ َ َ َ َعْ ا ا َصْ ُ َ َ ْ َ َرْ َ ٍ َصْ ُ س

“Maka dengan (dalil) ini, kami menghukum orang yang melakukan perbuatan gay dengan rajam, baik ia seorang yang sudah menikah maupun belum.“

2. Syekh ibnu Taymiyah

Mengatakan bahwa seluruh sahabat Rasulullah SAW sepakat bahwa hukuman bagi pelaku LBGT adalah hukuman mati. Hanya saja para sahabat berbeda pendapat tentang cara ekskusinya. Sebagian sahabat mengatakan bahwa kedua-duanya harus dibakar hidup-hidup, sehingga menjadi pelajaran bagi yang lain. Pendapat ini diriwayatkan dari khalifah pertama Abu Bakar As-Shiddiq.

” َ َ َعَ اَ َ َ ِإ ٌ َ ُ ٌَدِحاَ َ ِ ،ِ َ ُ ا ْدَ َ ُْ ْ ِ َ َ َ َعَ ُ ، َ ِ َوَ ْ َ َ َرْ ُ ِو َ ِ س

“Tidaklah ada satu umat pun dari umat-umat (terdahulu) yang melakukan perbuataan ini, kecuali hanya satu umat (yaitu kaum Luth) dan sungguh kalian telah mengetahui apa yang Allah Subhaanahu wa ta‟ala perbuat atas mereka,

aku berpendapat agar ia dibakar dengan api.”

Sahabat yang lain berpendapat bahwa keduanya dibawa kepuncak yang tertinggi di negeri itu kemudian diterjunkan dari atas dan dihujani

Proceding Metro International Conference on Islamic Studies (MICIS) dengan batu, karena dengan demikianlah kaum nabi Luth A.S dihukum oleh Allah SWT.

Abdullah bin Abbas berkata,

” ُرَ ْ ُ َ ِإ َ ْ َ ٍا َ ِ ِ ،ِ َ ْرَ ْ ا َ ْرُ َ ِ ْ ا ُ ْ ِ ، ا َ ُ َُ ُ َ َ ُ َِو َ ِ ْ ِ س

“Ia (pelaku gay) dinaikkan ke atas bangunan yang paling tinggi di satu kampung,

kemudian dilemparkan darinya dengan posisi pundak di bawah, lalu dilempari dengan

bebatuan.”

Ulama lainnya, seperti Abu Hanifah mengtakan, pelaku homosex, di hukum

ta‟zir, sejenis hukuman yang bertujuan edukatif, dan besar ringanan hukuman

ta‟zir diserahkan kepada pengadilan (hakim). Hukuman ta‟zir di jatuhkan terhadap kejahatan atau pelanggaran yang tidak di tentukan macam dan kadar hukumnya oleh nas Al-Quran dan hadis.

Menurut Al-Syaukani, pendapat pertama adalah yang kuat, karena berdasarkan nas sahih (hadis) yang jelas maknanya, sedangkan pendapat kedua di anggap remah, karena memakai dalil qiyas padahal ada nasnya, dan sebab hadis yang dipakainya lemah.demikian pula pendapat ketiga, juga di pandang lemah, karena bertentangan dengan nas yang telah menetapkan hukuman mati (hukuman had ), bukan hukuman ta‟zir.

Mengenai perbuatan lesbian (female homosexual), atau sahaq (bhs. Arab), para ahli fiqih juga sepakat mengharamkannya, berdasarkan Hadis Nabi riwayat Ahmad, Abu Daud, Muslim, dan Al-Tirmidzi:

Janganlah pria melihat aura pria lain janganlah wanita melihat aurat lain dan janganlah bersentuhan pria dengan pria lain di bawah sehelai selimut/kain, dan janganlah pula wanita bersentuhan dengan wanita lain di bawah sehelai selimut/kain.

Menurut Sayid Sabiq, lesbian ini di hukum tazir, suatu hukuman yang macam dan berat ringannya diserahkan kepada pengadilan. Jadi, hukumannya lebih ringan dari pada homoseksual, karena bahaya/risikonya lebih ringan di bandingkan dengan bahaya homoseksual, karena lesbian itu bersentuhan langsung tanpa memasukkan alat kelaminnya, seperti halnya seorang pria bersentuhan langsunng (pacaran) dengan wanita bukan istrinya tanpa memasukkan penisnya ke dalam vagina. Perbuatan semacam ini tetap haram sekalipun bukan zina, tetapi dapat dikenakan hukuman ta‟zir seperti lesbian di atas.

Perlu di tegaskan disini, bahwa perbuatan LGBT (Lesbian, Guy, Bisexsual, dan Transgender) bertentangan dengan norma agama, norma susila dan bertentangan pula dengan sunnatullah dan fitrah manusia. Hal tersebut seiring sejalan dengan hukum yang ada di Indonesia. Pendapat tersebut diungkapkan

oleh Ketua MUI Ma‟ruf Amin konferensi pers di Kantor MUI, Jakarta Pusat. Menurut Ma‟ruf Amin, aktifitas LGBT bertentangan dengan sila kesatu dan kedua Pancasila. Akivitas LBGT tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. MUI sendiri telah mengeluarkan Fatwa MUI

Proceding Metro International Conference on Islamic Studies (MICIS) Nomor 57 Tahun 2014 tentang larangan Lesbian, Gay, Bisexsual, Transgender, Sodomi, dan Pencabulan. MUI juga menyatakan bahwa aktivitas LGBT diharamkan karena aktivitas sexsual LGBT diharamkan karena dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya bagi kesehatan dan sumber penyakit menular, seperti HIV/AIDS.

Faktor utama pembentuk orientasi seksual LGBT adalah lingkungan dan keluarga. Pro dan kontra mewarnai adanya kaum LGBT ini. Baik itu dipandang dari sudut agama, sosial, maupun budaya sehingga ketika kaum LGBT akan timbul ke masyarakat terkadang mereka merasa terasingkan dan terdiskriminasi akan sikap masyarakat. Pengucilan atau pendiskriminasian yang dilakukan masyarakat kepada kaum LGBT membuat mereka menutup diri dan tidak mengexpose tentang diri mereka.

Seidman mengatakan, sejak tahun 1990-an memang kaum homoseksual sudah mengalami kebebasan dan keleluasaan yang lebih lebar dibandingkan pada zaman sebelumnya karena semakin banyak film-film Hollywood dan produk media budaya Amerika Serikat lainnya yang menghadirkan sosok homoseksual sebagaimana usia utuh layaknya kaum heteroseksual, ditambah dengan banyaknya tokoh publik seperti jurnalis, seniman dan intelektual yang menyuarakan pentingnya toleransi terhadap kaum homoseksual, namun kaum homoseksual masih mengalami ketertindasan. Meskipun saat ini kaum homoseksual sudah bisa lebih leluasa untuk berekspresi dengan menciptakan narasi tentang kehidupan mereka dalam bentuk buku, film, musik dan sebagainya, namun negara kita masih belum bisa menerima kaum LBGT.276

Keberadaan LGBT ini selain mendapat perlakuan yang diskriminasi dari masyarakat namun juga menjadi objek penghinaan bahkan kekerasan, karena dianggap bertentangan dengan norma-norma budaya dan agama. Banyaknya kekerasan yang diterima mengakibatkan mereka pergi dan berkumpul dengan sesama. Akhirnya, komunitas LGBT terkesan bertindak sembunyi-sembunyi. Kaum LGBT ini semakin merasa dipinggirkan oleh masyarakat. Keberadaan kaum LGBT dinilai tidak sejalan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang berkembang di Indonesia. Orientasi seksual yang mereka miliki dianggap sebagai dampak buruk globalisasi yang melegalkan kaum ini dan dikhawatirkan akan mempengaruhi masyarakat lainnya. Indonesia sebagai negara hukum dan penegak HAM, merupakan salah satu negara yang turut meratifikasi International Covenan on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR) sudah semestinya masyarakatnya mendapatkan perlakuan yang layak dan perlindungan sama dalam berbagai kehidupan masyarakat, seperti akses terhadap lapangan pekerjaan, pendidikan, dan jaminan keamanan sosial yang

276 Seidman, Steven, Beyond the Closet: The Transformasion of Gay and Lesbian Life. Routledge, 2003

Proceding Metro International Conference on Islamic Studies (MICIS) lain. Namun pemerintah pun dalam hal ini belum dapat berbuat banyak terhadap kaum LGBT.277

Kesimpulan

Kaum LGBT (Lesbian, Gay, Bisexsual, dan Transgender) di Indonesia masih menjadi pro dan kontra di masyarakat. Keberadaan kaum LGBT dinilai tidak sejalan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang berkembang di Indonesia. Orientasi seksual yang mereka miliki dianggap sebagai dampak buruk globalisasi yang melegalkan kaum ini dan dikhawatirkan akan mempengaruhi masyarakat lainnya, bahkan kaum LGBT cenderung dideskriminasi oleh masyarakat. Semakin masyarakat mendiskriminasi, menghina bahkan banyaknya tindak kekerasan yang diterima mengakibatkan mereka pergi dan berkumpul dengan sesama. Akhirnya, komunitas LGBT terkesan bertindak sembunyi-sembunyi dan semkin berkembang di kalangannya. Semakin banyak mereka membuat komunitasnya sendiri, maka akan semakin sulit diketahui keberadaannya. Hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Indonesia, karena bila ditinjau dari sisi lain, Indonesia sebagai negara hukum dan penegak HAM dan merupakan salah satu negara yang turut meratifikasi International Covenan on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR) yang sudah semestinya masyarakatnya mendapatkan perlakuan yang layak dan perlindungan sama dalam berbagai kehidupan masyarakat, seperti akses terhadap lapangan pekerjaan, pendidikan, dan jaminan keamanan sosial yang lain.

Daftar Pustaka

Galink. 2013. Seksualitas Rasa Rainbow Cake: Memahami Keberagaman Orientasi Seksual Manusia. Yogyakarta: PKBI DIY.

Seidman, Steven. 2003. Beyond the Closet: The Transformasion of Gay and Lesbian Life. Routledge.

Siahaan, Jokie M.S. 2009. Perilaku Menyimpang: Pendekatan Sosiologis. Jakarta: PT.Indeks.

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi : Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

277 Galink..Seksualitas Rasa Rainbow Cake: Memahami Keberagaman Orientasi Seksual Manusia, (Yogyakarta: PKBI DIY, 2013)