• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problem yang dihadapi anak putus sekolah di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau

Problem anak putus sekolah di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau dapat disebabkan karena faktor yang ada didalam maupun diluar diri anak didik, yaitu seperti intelegensi yang rendah, kesehatan fisik yang kurang, keadaan emosi yang tidak stabil,

48

kesibukan membantu orang tua, kekurangan biaya dan kekurangan dalam bimbingan orang tua.

Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak -hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Pendidikan itu tanggung jawab semua masyarakat, bukan hanya tanggung jawab sekolah. Konsekuensinya semua warga negara memiliki kewajiban moral untuk menyelamatkan pendidikan. Sehingga ketika ada anggota masyarakat yang tidak bisa sekolah hanya karena tidak punya uang, maka masyarakat yang kaya atau tergolong sejahtera memiliki kewajiban moral untuk menjadi orang tua asuh bagi kelangsungan sekolah anak yang putus sekolah pada tahun ini mencapai puluhan juta anak di seluruh Indonesia. Pendidikan itu dimulai dari keluarga. Paradigma ini penting untuk dimiliki oleh seluruh orang tua untuk membentuk karakter manusia masa depan bangsa ini. Keluarga adalah lingkungan yang paling pertama dan utama dirasakan oleh seorang anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Karena itu pendidikan di keluarga yang mencerahkan dan mampu membentuk karakter anak yang soleh dan kreatif adalah modal penting bagi kesuksesan anak di masa-masa selanjutnya.

Pendidikan putus di tengah jalan disebabkan karena berbagai kondisi yang terjadi dalam kehidupan, salah satunya disebabkan oleh kondisi ekonomi orang tua yang memprihatinkan. Disadari bahwa kondisi

ekonomi seperti ini menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam melanjutkan pendidikan dan menyelesaikan. Kondisi ekonomi seperti ini disebabkan berbagai faktor, di antaranya orang tua tidak mempunyai pekerjaan tetap, tidak mempunyai keterampilan khusus, keterbatasan kemampuan dan faktor lainnya.

Berdasarkan Tabel 6. diperoleh bahwa problem yang dihadapi anak putus sekolah di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau yang putus sekolah sebanyak 5 orang anak yaitu SA, RA, MR, NS, NA. Adapun hasil penulis simpulkan bahwa problem yang dihadapi anak putus sekolah yaitu:

SA putus sekolah karena di ajak menikah oleh lelaki yang dicintainnya, dan ketika mendengar tanggapan orang tuanya yang sama sekali tidak menentang atau pun melarang ia putus sekolah, jadi ia merasa yakin dengan keputusan tersebut adalah benar. Melihat pengakuan SA bahwa tidak dapat sekolah lagi karena diajak menikah dengan lelaki yang dicintainya nampaknya ia tidak menyesal dengan keputusannya untuk putus sekolah yang kemudian menikah di usia dini karena ia yakin akan kemampuan suaminya dalam bekerja. Sedangkan kegiatan SA setelah putus sekolah dari informasi yang didapat bahwa selama ini ia hanya mengurus rumah tangganya dan ia pun nampaknya tidak menyesali dengan keputusannya untuk putus sekolah.

Pengertian putus sekolah dapat pula diartikan sebagai Droup-Out (DO) yang artinya bahwa seorang anak didik yang karena sesuatu hal biasa disebabkan karena malu, malas, takut, sekedar ikut-ikutan dengan temannya atau karena alasa lain sehingga mereka keluar dari sekolah dan tidak masuk lagi untuk selama-lamanya

.

Anak putus sekolah disebabkan karena dipengaruhi oleh pacarnya, karena pacarnya mengajak anak tersebut untuk menikah. Walaupun, telah diprioritasikan untuk bersekolah oleh orang tuanya, anak tetap tidak mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan sering melanggar aturan, ini disebabkan karena pengaruh teman diluar sekolah yang tidak bersekolah.

RA putus sekolah karena tidak memiki rasa percaya diri dalam masalah belajar, hal itu membuat RA minder dengan teman-temannya sehingga ia sering tidak masuk sekolah dan akhirnya berhenti dari sekolah tanpa memberi keterangan ke pihak sekolah. Untuk memperkuat pernyataan RA maka peneliti bertanya langsung kepada orang tua RA dan ternyata benar anaknya tidak mau sekolah lagi karena malu dengan teman-temannya. Dari keterangan yang di dapat dari RA ternyata benar RA putus sekolah karena tidak memiliki rasa percaya diri dalam masalah belajar, hal itu membuat ia minder dengan teman-temannya, sehingga ia putus sekolah apalagi dengan anggapan orang tuannya yang menerima saja keputusannya tanpa memberikan motivasi untuknya agar tetap sekolah.

Sekolah merupakan suatu situasi yang sangat erat kaitannya dengan anak putus sekolah. Di mana sekolah itu merupakan suatu lembaga atau

tempat anak memperoleh atau menerima pendidikan dan pengetahuan kepada anak serta berusaha supaya anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain lingkungan keluarga, lingkungan teman pergaulan juga membentuk karakter dan kepribadian dari anak. Lingkungan teman pergaulan ini juga bisa membuat anak putus sekolah.

Anak putus sekolah merupakan sebuah masalah sosial yang perlu mendapat perhatian. Anak adalah generasi penerus estafet bangsa, yang perlu mendapatkan pendidikan memadai sehingga tumbuh menjadi generasi yang berguna bagi masyarakat dan negara. Jika banyak anak mengalami putus sekolah tentu akan menurunkan kualitas bangsa di kemudian hari. anak putus sekolah yang cenderung dekat dengan lingkungan.

Lingkungan pergaulan anak putus sekolah memungkinkan mereka melakukan perilaku menyimpang seperti mabuk-mabukan, mencopet, perkelahian dan lainnya. Oleh karena itu fenomena anak putus sekolah menjadi salah satu masalah sosial. Anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan membawa bangsa ke arah kemajuan. Jika banyak anak putus sekolah memiliki lingkungan yang tidak bagus maka kemungkinan anak akan mengalami tumbuh kembah yang tidak bagus. Karenanya perlu diperhatikan bagaimana menciptakan lingkungan yang layak bagi anak sehingga bisa mengoptimalkan proses tumbuh kembang mereka.

MR putus sekolah ialah merasa tidak betah di sekolah apalagi dengan lingkungannya yang banyak putus sekolah dan menikah di usia

muda dan tidak lama setelah MR putus sekolah MR pun menikah. Dan ketika peneliti menanyakan kembali apa tindakan orang tua MR mendengar keputusan MR dan orang tuannya pun menjawab dalam ungkapan dari orang tua MR yang terlihat tidak begitu perduli dengan sekolah dan pandangannya sangat sempit tentang pendidikan. Membiarkan anaknya berhenti sekolah tanpa memberi memotivasi.

Pentingnya motivasi. Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu misalnya saja memberi motivasi kepada anak untuk belajar, untuk mendapatkan nilai yang baik dengan cara belajar dengan giat. Disamping itu, motivasi juga muncul karena pengalaman yang menyenangkan.49

Dengan demikian, anak kurang mendapat perhatian dari orang tua terutama tentang pendidikannya, juga karena kurangnya orang-orang terpelajar sehingga yang mempengaruhi anak kebanyakan adalah orang yang tidak sekolah sehingga minat anak untuk sekolah sangat kurang. keharusan seseorang anak adalah mampu untuk mengendalikan perasaan, serta mempunyai intelegensi yang tinggi akan lebih mudah menyerap dan menerima pelajaran yang disampaikan gurunya. Oleh sebab itu, banyak diantara anak tidak mempunyai waktu untuk belajar dirumah sehingga ketinggalan dalam pelajaran. Jika pelajaran ketinggalan terus menerus

49

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: kencana, 2010, h.123.

maka menyebabkan mereka malas belajar sebab merasa malu terhadap teman-teman dan merasa bosan menghadapi pelajaran.

NS putus sekolah yaitu karena malas sekolah dan belajar di rumah makanya ia ketahuan guru di sekolah merokok, sering membolos, ia diberi peringatan oleh guru. Oleh karena itu ia malu dengan teman-teman di sekolah karena perbuatannya setelah itu ia jarang turun ke sekolah akhirnya ia langsung berhenti sekolah. Ternyata NS menyesal putus sekolah karena merasakan bagaimana susahnya bekerja apalagi penyadap karet di hutan yang banyak nyamuk itu juga yang membuat dia tidak tahan. Untuk memperkuat pernyataan NS maka penulis meminta penjelasan dari orang tua NS menerima begitu saja keputusan anaknya, sepertinya orang tua NS tidak mengerti akan pentingnya pendidikan untuk anaknya, dan tidak memotivasi NS untuk tetap bersekolah.

Banyaknya anak putus sekolah karena kurangnya bimbingan orang tua disebabkan orang tua sibuk mencari nafkah bagi keluarganya. Kurangnya pengetahuan, pendidikan dari orang tua bahkan ada yang buta huruf. Orang tua sangat berperan dalam mendorong sikap optimisme anak putus sekolah yaitu dengan cara memberikan pengetahuan kepada anak tentang lingkungan, mengajak anak ke tempat-tempat yang berguna dalam memperluas wawasan anak dalam belajar, membangkitkan minat anak dalam kebutuhan pada diri anak seperti kebutuhan rohani, jasmani sosial, dan lainnya, memberikan kesempatan pada anak berpartisipasi untuk

mencapai hasil yang diinginkan, memberikan pengalaman-pengalaman, memberikan kesempatan pada anak untuk mewujudkan cita-citanya.

NA putus sekolah yaitu masalah ekonomi, karena dalam memenuhi kebutuhan hidup dan sekolahnya maka NA bekerja. Dengan keadaan yang demikian, dan hasil dari pekerjaannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memperjelas pernyataan NA, maka penullis mencari informasi dari neneknya NA dapat diketahui NA putus sekolah karena ekonomi kelurga yang menjadi tanggungannya juga sehingga ia harus putus sekolah walaupun keinginannya cukup besar untuk sekolah tetapi itulah keadaan hidup mereka. Ketika penulis menanyakan kemana orang tua NA dan kenapa tidak menafkahi NA, ternyata ayahnya menikah lagi setelah ibunya meninggal dan semenjak itu ayahnya tidak menafkahi mereka apalagi memperhatikan pendidikan NA.

Pendidikan merupakan Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Mengenai perkembangan pendidikan ini selanjutnya dapat digambarkan pada hal-hal berikut: (1) pendidikan terakhir adalah tingkat pendidikan atau ijazah terakhir saat ini yang dimiliki guru saat pertama diangkat; (2) pendidikan terakhir saat ini; (3) upaya yang pernah dilakukan guru untuk meneruskan/mengembangkan pendidikannya, dan (4) pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti.

Masalah kekurangan biaya ini disebabkan karena keadaan ekonomi keluarga anak yang miskin. Bahkan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya belajar anak. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Disamping itu untuk biaya sekolah pun ia banting tulang untuk mencari nya akibatnya ia menjadi letih untuk membiayai sekolahnya dan akhirnya ia putus sekolah.

Masalah anak putus sekolah bisa menimbulkan akses dalam masyarakat, karena itu penanganannya menjadi tugas dan tanggung jawab bersama, terutama bagi orang tua. Sebagai mana diketahui bahwa orang tua merupakan pimpinan dalam rumah tangga dan juga pimpinan bagi anak-anaknya sehingga orang tua dituntut untuk selalu membimbing serta mengarahkan agar anaknya berperilaku serta berbuat sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga akhirnya nanti anaknya akan menjadi oarang yang berguna, baik bagi dirinya sendiri, orang tua, masyarakat serta bagi bangsa dan negara.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Desa Buntoi

Dokumen terkait