• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

38 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau.

Desa Buntoi terletak di pinggiran sungai Kahayan, tepatnya disebelah selatan kota Kabupaten Pulang Pisau Kecamatan Kahayan Hilir, jarak dari ibu kota kabupaten-15 km. Sehingga Desa Buntoi ruang lingkup kabupaten dengan wilayah + 80 km.

Sejarah nasional mencatat pada tahun 1596 menjelang abad ke 16 dipimpin oleh CORNELIS DE HOUDMAN mereka menduduki kota Jakarta yang dulu bernama BATAVIA. Pada tahun 1670 Desa Buntoi bernama LEWU LUWUK DALAM BATAWI karena pada saat tersebut ada seorang Bandar yang tinggal di Lewu Luwuk dalam Batawi yang sekarang berkedudukan di SEI LALAM RT IV DESA BUNTOI. Bandar tersebut adalah pedagang yang sering berniaga ke daerah Batawi, sehingga daerah asal dari Bandar tersebut orang Lewu Luwuk dalam Batawi. Ada juga di beberapa masyarakat menamai desa Buntoi dengan sebutan PETAK BAHANDANG jadi sejak saat itulah diperhitungkan asal desa Buntoi. Nama desa Buntoi di ambil dari nama salah satu nama sungai yang ada di desa Buntoi yaitu sungai Buntoi. Berdasarkan kesepakatan bersama

(2)

para tetua kampung maka disepakatilah nama desa menjadi desa Buntoi pada tahun 1970.39

2. Letak dan keadaan Desa Buntoi

Desa Buntoi terletak di pinggaran sungai Kahayan tepatnya di sebelah selatan ibu kota kabupaten pulang pisau kecamatan Kahayan hilir, dengan jarak ke kota kabupaten + 15 km. Adapun batas-batasnya adalah: a. Sebelah Utara-Sungai parit dan Sungai Sala dengan Desa Mantaren I

Ray 8 dengan Desa Mantaren II.

b. Sebelah Timur-Malang II dengan Desa Mintin, malang I dengan Mantaren II.

c. Sebelah selatan -Rey XI dengan desa Mintin sungai geragan dengan desa sei baru.

d. Sebelah barat-Hutan kosong dengan Kecamatan Sebangau Kuala. 3. Jumlah Penduduk Desa Buntoi

Untuk mengetahui jumlah penduduk desa buntoi yang terdiri dari 8 RT dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Jumlah Penduduk Desa Buntoi Rukun Tetangga (RT) L P Jumlah 1,142 1,158 2,300 8 VIII 101 155 256 7 VII 89 31 120 6 VI 121 72 193 5 V 158 144 302 4 IV 135 108 243 3 III 149 252 401 2 II 176 216 392 Jenis kelamin

No. Jumlah Jiwa Ket

1 I 213 180 353

39

(3)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk desa buntoi kecamatan Kahayan hilir kabupaten pulang pisau adalah 2300 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 1.142 dan jumlah pendudu perempuan sebesar 1.158 jiwa.40

4. Tata Pemerintahan

Untuk melayani masyarakat, kepala desa dalam menjalankan tugasnya di bantu oleh kepala urusan serta melibatkan masyarakat sendiri dalam wadah lembaga masyarakat Desa (MD) dan Lembaga Ketahanan Masyarakat ( LKMD ) serta ketua Rukun Tetangga.41

5. Keagamaan

Masyarakat Desa Buntoi mayoritas beragama Islam, selainnya beragama Kristen, katholik dan hindu, Tempat ibadah yaitu, mesjid, musholla, dan gereja tentang data keagamaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2

Jumlah Pemeluk Agama Dan Sarana Ibadah Di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau

No. Agama Pemeluk Sarana Ibadah Keterangan 1. 2. 3. 4. Islam Kristen Khatolik Hindu Kaharingan 1.881 760 9 33 2 Mesjid 2 Musholla 3 Gereja - - (Sumber Data: Kelurahan/Desa Buntoi).

40

Profil Desa Buntoi Tahun 2012.

41

(4)

6. Mata Pencaharian Penduduk

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan terlihat setiap pagi sebagian besar masyarakat Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau pergi ke kebun karet untuk menyadap karet dan sebagian kecil ada yang menangkap ikan di malam hari sebagai penghasilan tambahan.

7. Kesehatan

Dalam bidang kesehatan, keadaan di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau belum sepenuhnya menunjang terpeliharanya kebiasaan hidup sehat, sungai merupakan sumber air yang utama bagi masyarakat juga dimanfaatkan sebagai tempat cuci, mandi dan kakus, sarana transportasi bahkan tempat pembuangan limbah kehidupan sehari-hari. Untuk sarana pengobatan bagi masyarakat di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir terdapat sebuah puskesmas pembantu.

8. Pendidikan

Lembaga pendidikan formal yang ada di Desa Buntoi kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau tersebut adalah:

 Sekolah Dasar Negeri ada lima buah yaitu : 1. SDN I Buntoi

2. SDN II Buntoi 3. SDN III Buntoi 4. SDN IV Buntoi 5. SDN V Buntoi

(5)

9. Sarana

Pemerintah menyiapkan beberapa fasilitas umum yang menunjang kegiatan pemerintah desa dan juga fasilitas pendidikan adalah:42

Tabel 3

Sarana Umum Masyarakat

No Sarana Jumlah

1 Kantor Kepala Desa 1

2 Kantor BPD -

3 Kantor KUD -

4 Pustu 1

((Sumber Data: Kelurahan/Desa Buntoi).

Tabel 4 Sarana Pendidikan No Sarana Jumlah 1 Gedung SD 5 2 Gedung MI 1 3 Gedung SLTP 1 4 Gedung Mts - 5 Gedung SMA - 6 Gedung MA -

((Sumber Data: Kelurahan/Desa Buntoi).

B. Gambaran Subjek Penelitian

Pada penelitian ini peneliti mengambil 5 orang anak putus sekolah di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau. Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan mengenai subjek peneliti ini pada tabel 5 berikut:

42

(6)

Tabel 5

Gambaran Umum Subjek Yang Diteliti

(Sumber Data: Observasi dan wawancara)

Dari tabel di atas dapat terlihat jelas bahwa ke-5 subjek tersebut bervariasi, yaitu terlihat dari jenis kelamin namun ke-5 anak tersebut masih tinggal di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau sesuai dengan kriteria subjek penelitian.

C. Penyajian Data

Data yang disajikan disini merupakan hasil penelitian di lapangan dengan menggunakan teknik-teknik penggalian data yang telah ditetapkan yaitu teknik observaasi, wawancara, dan dokumentasi.

Data yang diperoleh dalam penelitian berupa data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka karena penulis mengkaji peristiwa yang terjadi dan yang berhubungan dengan anak putus sekolah. Untuk mengetahui problem yang dihadapi anak putus sekolah dan faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab anak putus sekolah, maka dibawah ini akan di uraikan lebih lanjut 5 orang anak di Desa Buntoi yang putus sekolah tersebut:

No Nama Jenis Kelamin Alamat Nama orang tua

Pendidikan

Orang tua Pekerjaan 1 SA Perempuan Desa Buntoi RT IV UA SMP Swasta 2 RA Perempuan Desa Buntoi RT IV SS SMP Swasta 3 MR Perempuan Desa Buntoi RT IV IS SD Swasta 4 NS Laki-laki Desa Buntoi RT V JM SD Swasta 5 NA Laki-laki Desa Buntoi RT V IF SMP Swasta

(7)

1. Problem yang dihadapi anak putus sekolah di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau

Untuk mengetahui penyebab anak putus sekolah Maka dibawah ini akan di uraikan lebih lanjut problem yang dihadapi anak putus sekolah di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau yang putus sekolah sebanyak 5 orang anak dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6

Jumlah Anak Putus Sekolah Di Desa Buntoi

No Nama Keterangan 1 SA Putus Sekolah SLTP 2 RA Putus Sekolah SD 3 MR Putus Sekolah SLTP 4 NS Putus Sekolah SLTP 5 NA Putus Sekolah SD

(Sumber Data: Hasil Observasi dan Wawancara)

Berdasarkan Tabel 6 Jumlah Anak Putus Sekolah Di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau maka dibawah ini akan diuraikan lebih lanjut problem yang dihadapi anak putus sekolah tersebut. 1. SA

SA lahir di Desa Buntoi dan ia adalah anak ke 3 dari 5 bersaudara. Sekarang ini ia masih tinggal bersama orang tuanya di desa buntoi. SA putus sekolah di SLTP buntoi ketika ia duduk dikelas VII. Adapun latar belakang SA putus sekolah dapat diketahui dari hasil wawancara sebagai berikut:

“Aku terai ih awi pacar kuh mimbit kawin, aku mikir kea dia

ulih sakula katingkat je gantung awi te aku narima ih lamaran pacar ku, pas aku misek dengan indu kuh dia narai ih kuan indu kuh”.

(8)

(Saya berhenti begitu saja karena pacar saya mengajak kawin, jadi saya pikir karena tidak bisa juga sekolah kejenjang yang lebih tinggi itu sebabnya saya terima lamarannya, apalagi ketika saya tanya dengan ibu saya tidak apa-apa kata ibu saya).43

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa SA putus sekolah karena di ajak menikah oleh lelaki yang dicintainnya, dan ketika mendengar tanggapan orang tuanya yang sama sekali tidak menentang atau pun melarang ia putus sekolah, jadi ia merasa yakin dengan keputusannya.

Berdasrkan pengakuan SA di atas dapat di ketahui bahwa orang tua SA tidak memperdulikan pentingnya pendidikan untuk anaknya. Setelah putus sekolah SA tidak punya kegiatan selain mengurus rumah tangganya dan ia pun nampaknya tidak menyesal dengan keputusannya untuk putus sekolah yang kemudian menikah di usia dini karena ia yakin akan kemampuan suaminya dalam bekerja mencari nafkah. Melihat pengakuan SA demikian maka, peneliti menanyakan kepada orang tuanya apakah benar bahwa SA putus sekolah karena ingin menikah dan keputusan tersebut di dukung oleh orang tuanya, hal tersebut dapat kita lihat dalam wawancara peneliti dengan orang tua SA, yakni:

“Tasarah ikau ih kuangkuh dengan SA, amun angat ah jadi pas handak manikah aku dia ngahana, awi dia ulih kea manyakula ewen sampai SMA, jadi amun tege je batanggung jawab dengan jite lebih bahalap aka”.

(Terserah kamu saja saya bilang sama SA, kalau rasanya sudah yakin mau menikah saya tidak menghalangi, karena tidak bisa juga menyekolahkan mereka sampai lulus SMA, jadi kalau ada

43

(9)

yang bertanggung jawab dengan masa depannya itu lebih baik untuknya).

Dari keterangan orang tua SA dapat diketahui dengan jelas bahwa sesuai dengan pengakuan SA orang tuanya mendukung keinginan anaknya untuk menikah dan berhenti sekolah. Orang tua yang hanya tamat sekolah dasar atau tidak tamat cenderung kepada hal-hal tradisional dan kurang menghargai arti pentingnya pendidikan. Mereka menyekolahkan anaknya hanya sebatas bisa membaca dan menulis saja,karena mereka beranggapan sekolah hanya membuang waktu,tenaga dan biaya,mereka juga beranggapan terhadap anak lebih baik ditujukan kepada hal-hal yang nyata bagi mereka,lagi pula sekolah harus melalui seleksi dan ujian yang di tempuh dengan waktu yang panjang dan amat melelahkan. Walaupun ada orangtua yang pendidikannya tidak tamat sekolah dasar namun anaknya bisa menjadi sarjana tetapi hal ini jarang sekali.

Wawancara dengan subjek SA dan Orang Tuannya dilihat peneliti adalah benar karena berdasarkan observasi yang penulis lakukan saat berkunjung kerumah SA, tampak SA memang memiliki suami yang bekerja sebagai petani karet. Penulis mengamati bahwa kegitan SA sehari-hari sebagaimana pekerjaan Ibu Rumah Tangga Lainnya.

2. RA

RA anak ke dua dari tiga bersaudara, sekarang ini ia tinggal bersama orang tuanya di Desa Buntoi. RA memutuskan berhenti

(10)

sekolah ketika kelas V SD karena ia merasa tidak mampu mengikuti pelajaran, hal tersebut terlihat dari hasil wawancara berikut:

“Awi mikeh nyuhu guru manggawi tugas kan baun, awi aku mahamen dia tau, makanya aku rancak dia tame sakula sampai alpa aku batambah are maka aku terai atau dia sakula hindai”.

(Takut disuruh guru mengerjakan tugas kedepan, karena saya malu tidak bisa, makanya sering tidak masuk sekolah akhirnya alpa saya bertambah banyak maka akhirnya memutuskan untuk berhenti, atau tidak sekolah lagi.44

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa penyebab RA putus sekolah karena tidak memiki rasa percaya diri dalam masalah belajar, hal itu membuat RA minder dengan teman-temannya sehingga ia sering tidak masuk sekolah dan akhirnya berhenti dari sekolah tanpa memberi keterangan ke pihak sekolah. Untuk memperkuat pernyataan RA maka peneliti bertanya langsung kepada orang tua RA dan ternyata benar anaknya tidak mau sekolah lagi karena malu dengan teman-temannya seperti terlihat dari hasil wawancara berikut:

“Andau te nah waktu aku tulak bagawi, nampayah RA hindai mandui, pas aku misek denga aku terai ih sakula kua. Isek kuh mbuhen, awi mahamen aku ih je dia tau manggawi tugas kan baun kua, amun kute ikau umba aku tulak bagawi ih kuang kuh”.

(Hari itu ketika saya mau berangkat kerja, melihat RA ternyata belum mandi, ketika saya tanya sama dia dan dijawab olehnya saya berhenti saja sekolah katanya. Jadi saya tanya kenapa, karena malu soalnya saya saja yang tidak bisa mengerjakan tugas kedepan kelas katanya, kalau begitu kamu ikut saya berangkat kerja saja kata saya).45

Dari keterangan yang di dapat dari RA ternyata benar RA putus sekolah karena tidak memiliki rasa percaya diri dalam masalah

44

Wawancara RA, 24 Maret 2012

45

(11)

belajar, hal itu membuat ia minder dengan teman-temannya, sehingga ia putus sekolah apalagi dengan anggapan orang tuannya yang menerima saja keputusannya tanpa memberikan motivasi untuknya agar tetap sekolah.

Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai masalah. Makin besar anak maka perhatian orang tua makin diperlukan, dengan cara dan variasi dan sesuai kemampuan.

3. MR

MR anak ke empat dari enam bersaudara yang sekarang ini tinggal bersama suaminya di Desa Buntoi tidak jauh dari rumah orang tuanya. MR putus sekolah di SLTP Buntoi ketika dia duduk di kelas VIII. Adapun latar belakang MR putus sekolah adalah karena ia merasa pelajaran di sekolah sulit, seperti terlihat dalam wawancara berikut:

“Aku dia rajin hindai sakula awi pelajaran bahali makanya aku

terai ih dengan aku langsung kawin”.

(Saya sudah tidak betah lagi di sekolah karena pelajarannya sulit makanya saya berhenti dan setelah itu saya langsung menikah).46

46

(12)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab MR putus sekolah ialah merasa tidak betah di sekolah apalagi dengan lingkungannya yang banyak putus sekolah dan menikah di usia muda dan tidak lama setelah MR putus sekolah MR pun menikah. Untuk memperjelas pernyataan MR, maka penulis mencari keterangan melalui orang tua MR di dapat informasi kenapa MR putus sekolah, yaitu sebagai berikut :

“Bahali kua pelajaran ah makanya iye terai sakula, padahal

harun tame sakula jadi rise Amun aku tasarah ewen, awi ikei jatun kea je keturunan pegawai, amun iye kawin tege uluh je batanggung jawab denga”.

(Susah katanya pelajarannya itu sebabnya dia berhenti saja, padahal baru saja dia masuk sekolah sudah bosan Kalau saya terserah mereka, karena kami juga tidak ada keturunan pegawai, kalau dia menikah maka ada yang bertanggung jawab atas dirinya).

Melihat keterangan dari orang tua MR yang terlihat tidak begitu perduli dengan sekolah MR, dan pandangannya sangat sempit tentang pendidikan. Membiarkan anaknya berhenti sekolah tanpa memotivasi untuk tetap sekolah. Kita ketahui bahwa pendidikan itu tidak hanya berlangsung di sekolah (pendidikan formal), akan tetapi dapat juga berlangsung di dalam keluarga (pendidikan informal). Keluarga sangat menentukan berhasil tidaknya anak dalam pendidikan, karena pendidikan yang pertama dan utama diterima oleh anak adalah di dalam keluarga. Begitu anak dilahirkan ke dunia masih dalam keadaan yang sangat lemah dan tidak berdaya, pada saat ini sangat membutuhkan bantuan terutama dari kedua orang tua dan anggota

(13)

keluarga yang lainnya sampai anak menjadi dewasa. Di sinilah anak memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman, baik yang berupa susah, gembira dan kebiasaan-kebiasaan lain, seperti larangan, celaan, pujian dan juga sikap kepemimpinan orang tuanya, kesemuanya ini ikut mempengaruhi jiwa anak, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

4. NS

NS Lahir di Desa Buntoi dan ia anak ke empat dan sekarang ia tinggal bersama orang tuannya di Desa Buntoi. Adapun latar belakang NS putus sekolah di SLTP Buntoi karena ia malas sekolah dan melaggar tata tertib sekolah seperti yang telah ia jelaskan dalam wawancaraa berikut:

“Ulun malas sekolah lawan belajar dirumah it am ulun katahuan guru disekolah ulun maroko, rancak mambolos, lalu ulun di beri peringatan oleh guru ulun. Makanya ulun supan dengan kawan-kawan di sekolah langsung ja ulun ampih sekolah oleh rancak pank kada turun”.

(Saya malas sekolah dan belajar di rumah makanya saya ketahuan di sekolah saya merokok, sering membolos dan saya diberi peringatan oleh guru. Maka nya saya malu dengan teman-teman di sekolah setelah itu saya langsung berhenti sekolah karena saya jarang turun sekolah).

Dari penjelasan NS diatas maka dapat diketahui penyebabnya dengan kenapa ia sampai putus sekolah yaitu karena ia malas sekolah dan di sekolah ia ketahuan merokok dan sering membolos pada jam pelajaran yang merupakan tindakan pelanggaran tata tertib disekolah sehingga ia dihukum atas perbuatannya, karena dari itu ia malas ke

(14)

sekolah setelah itu ia berhenti sekolah tanpa memberi keterangan apapun kepada pihak sekolah.

Ternyata NS menyesal putus sekolah karena merasakan bagaimana susahnya bekerja apalagi penyadap karet di hutan yang banyak nyamuk itu juga yang membuat dia tidak tahan. Untuk memperkuat pernyataan NS maka penulis meminta penjelasan dari orang tua NS, yakni sebagai berikut:

“Ampih ja ulun sekolah oleh takutan dihukum, aku kada

bapander mandangar kaya itu, oleh aku kada hakun jua mamaksa inya nyaman sekolah lagi oleh inya sudah kada handak sekolah lagi”.

(Berhenti saja katanya karena takut di hukum, saya tidak berkata apa-apa mendengar seperti itu, karena saya tidak mau memaksa juga anak saya untuk sekolah karena dia sudah mau lagi sekolah).

Dari penjelasan orrang tua NS di atas nampak bahwa orang tua NS menerima begitu saja keputusan anaknya, sepertinya orang tua NS tidak mengerti akan pentingnya pendidikan untuk anaknya, Sehingga pendidikan putus di tengah jalan disebabkan karena berbagai kondisi yang terjadi dalam kehidupan, salah satunya disebabkan oleh kondisi ekonomi orang tua yang memprihatinkan. Disadari bahwa kondisi ekonomi seperti ini menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam melanjutkan pendidikan dan menyelesaikan. Kondisi ekonomi seperti ini disebabkan berbagai faktor, di antaranya orang tua tidak mempunyai pekerjaan tetap, tidak mempunyai keterampilan khusus, keterbatasan kemampuan dan faktor lainnya.

(15)

Pendidikan yang merupakan pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa. Selanjutnya pembinaan atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk di pecahkan, sebab ketika membicarakan solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Ketika membicarakan peningkatan ekonomi keluarga terkait bagaimana meningkatkan sumber daya manusianya. Sementara semua solusi yang diinginkan tidak akan lepas dari kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh, sehingga kebijakan pemerintah berperan penting dalam mengatasi segala permasalahan termasuk perbaikan kondisi masyarakat.

2. Faktor-Faktor yang menjadi penyebab anak putus sekolah di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau

seorang guru terkadang dalam pembelajaran sering terjadi masalah belajar yang dihadapi oleh anak masalah belajar merupakan masalah yang sangat penting bagi anak dan sangat dianjurkan bahwa menjadi kewajiban bagi setiap anak. Kesulitan yang dialami siswa memerlukan bantuan dari berbagai pihak terutama dari guru terkadang dari hasil belajar yang dicapai dipengaruhi faktor dan penyebab dalam belajar faktor-faktor dan penyebab

(16)

tersebut dipengaruhi dua faktor utama yaitu faktor Internal dan faktor Eksternal Internal yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Intern

Terdapat didalam diri siswa faktor ini yang dapat mempengaruhi belajar pada anak sehinnga anak putus sekolah yang meliputi:

1. Faktor Jasmaniah

Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar sesorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.

Terkait dengan faktor internal yang mempengaruhi penyebab anak putus sekolah RA mengemukakan bahwa:

“Aku terai sakula awi melai tana aku manduhup uluh bakas

manjaga andi kuh, aku kauyuhan pas buli kan huma aku jadi malas belajar, aku kea dia tapi paham pelajaran aku rancak dia

sakula uluh bakas dia puji manampayah aku belajar”.47

(Saya putus sekolah karena disawah saya membantu orang tua menjaga adik, saya kecapean jadi waktu pulang kerumah saya jadi malas belajar, saya juga kurang memahami pelajaran saya sering tidak masuk sekolah orang tua saya tidak pernah memperhatikan waktu belajar saya karena kecapean).

47

(17)

NS juga mengemukakan bahwa:

“Ulun malas sekolah lawan belajar dirumah it am ulun katahuan guru disekolah ulun maroko, rancak mambolos, lalu ulun di beri peringatan oleh guru ulun. Makanya ulun supan dengan kawan-kawan di sekolah langsung ja ulun ampih sekolah oleh rancak pank kada turun”.

(Saya malas sekolah dan belajar di rumah makanya saya ketahuan di guru sekolah saya merokok, sering membolos dan saya diberi peringatan oleh guru. Maka nya saya malu dengan teman-teman di sekolah setelah itu saya langsung berhenti sekolah karena saya jarang turun sekolah).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan tersebut masih adanya anak yang mudah lelah dan sering ngantuk pada waktu jam pelajaran berlangsung sehingga kurangnya minat anak dalam belajar ada pula anak yang kemampuanya kurang cerdas membuat anak itu sulit menangkap dangan cepat pelajaran sehingga malas dalam belajar seperti tidak maunya menyalin apa yang dijelaskan ibu guru Karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan diajak bermain seperti play stasion sampai akhirnya sering membolos dan tidak naik kelas, prestasi di sekolah menurun dan anak tersebut malu untuk pergi kembali ke sekolah.

2. Faktor Psikologis a) Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

(18)

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemauan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya.

b) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.

c) Minat

Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang di sertai dengan rasa senang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang di pelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.

(19)

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisai menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

3. Faktor kelelahan.

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk mengahilkan sesuatu hilang.

b. Faktor Ekstern. Faktor Eksternal terdapat diluar diri siswa faktor ini yang dapat mempengaruhi belajar anak sehingga anak mengalami penyebab anak putus sekolah yang meliputi:

1. Keadaan Kehidupan Keluarga

Keluarga sangat menentukan berhasil tidaknya anak dalam pendidikan, karena pendidikan yang pertama dan utama diterima oleh anak adalah di dalam keluarga. Begitu anak dilahirkan ke dunia masih dalam keadaan yang sangat lemah dan tidak berdaya, pada saat ini sangat membutuhkan bantuan terutama dari kedua orang tua dan anggota keluarga yang lainnya sampai anak menjadi dewasa. Anak juga memperoleh bermacam-macam pengetahuan

(20)

dan pengalaman, baik yang berupa susah, gembira dan kebiasaan-kebiasaan lain, seperti larangan, celaan, pujian dan juga sikap kepemimpinan orang tuanya, kesemuanya ini ikut mempengaruhi jiwa anak, baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Jika orang tua selalu menunjukkan sikap keras terhadap anak-anaknya, maka anak akan menjadi bimbangan atau ragu-raguan di dalam dirinya, sehingga bagi mereka merupakan malapetaka yang bakal membawanya ke arah kehancuran. Kehidupan keluarga yang harmonis dan penuh dengan rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga dapat memberikan ketenangan dan kebahagiaan, terutama bagi pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak serta sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan anak. Dalam hal ini Winarno Surachmad mengemukakan sebagai berikut: Keluarga merupakan lingkungan yang pertama yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak, keluarga besar atau kecil, keluarga miskin atau berada. Situasi keluarga tenang, damai gembira atau keluarga yang sering cekcok, bersikap keras, ini akan mewarnai sikap anak, jumlah orang yang tinggal di dalam keluarga tersebut, nenek, paman, bibi, ini juga turut mempengaruhi perkembangan anak, pengaruh baik tetapi juga buruk dapat dipelajari anak dalam keluarga.

Terkait dengan faktor Eksternal yang mempengaruhi penyebab anak putus sekolah orang tua SA mengemukakan bahwa:

(21)

“Ewen jarang manampayah aku balajar, awi te aku dia puji

belajar melai huma kecuali tege PR te gin aku rancak dia manggawi”

(Mereka jarang memperhatikan saya belajar, oleh sebab itu saya tidak belajar di rumah kecuali ada PR itupun saya sering tidak mengerjakannya).

MR juga mengemukakan bahwa:

“Aku terai sakula awi aku termasuk siswa je kurang pintar, dia

memperhatikan waktu guru menjelaskan, melai huma aku manjaga adi kuh awi uluh bakas kuh kan tana sampai waktu belajar kuh jatun, makanya aku terai sakula”.

(Ulun putus sekolah oleh ulun termasuk siswa yang kurang pintar, kurang memperhatikan ketika guru menjelaskan, dirumah ulun disuruh mama menjaga ading-ading karena orang tua ulun bertani sehingga waktu belajar ulun tidak ada, akibatnya ulun ampih sekolah).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa faktor eksternal dalam penyebab anak putus sekolah diantaranya pertama keadaan lingkungan keluarga, yaitu kurangnya orang tua dalam membimbing anak dan kurangnya perhatian dalam mengawasi anaknya, disebabkan kesibukan orang tua yang menghabiskan waktunya di kantor seharusnya sebagai orang tua harus lebih aktif mendidik anak dirumah seperti memberi bimbingan agama dan pendidikan serta meluangkan waktu menerapkan sikap yang baik sesuai dalam ajaran agama islam Agar anak dapat menerapkannya pula.

2. Keadaan Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan suatu situasi yang sangat erat kaitannya dengan anak putus sekolah. Di mana sekolah itu

(22)

merupakan suatu lembaga atau tempat anak memperoleh atau menerima pendidikan dan pengetahuan kepada anak serta berusaha supaya anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di sekolah guru mengajarkan seorang anak untuk bisa bertanggung jawab baik untuk dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Dalam upaya untuk tercapainya tujuan pendidikan faktor-faktor sarana dan prasarana sangat di butuhkan, seperti fasilitas gedung, ruangan serta alat-alat sekolah lainnya. Baharuddin M, mengemukakan bahwa: Apabila faktor sarana ini tidak terpenuhi, maka banyak murid usia sekolah, maupun berbagi tingkat pendidikan yang tidak bisa bersekolah, atau tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Bila hal tersebut terjadi berarti “putus sekolah” pun terciptalah dikarenakan faktor tersebut.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa sarana adalah penunjang utama dalam hal pendidikan bagi anak, tanpa sarana yang memadai, maka pendidikan anak akan terbengkalai. Sedangkan di negara Republik Indonesia sarana baik gedung sekolah maupun ruangan sekolah masih adanya kekurangan, jumlah gedung atau ruangan yang ada tidak dapat menampung seluruh aspek usia sekolah, sehingga masih ada anak yang ada lowongan untuk sekolah dan akhirnya si anak terpaksa meninggalkan masa sekolahnya. Selanjutnya di samping kekurangan masalah sarana dan alat-alat sekolah tersebut di atas,

(23)

juga masih ada masalah tenaga pengajar, yaitu kurangnya tenaga guru. Dalam hal ini Baharuddin M mengemukakan bahwa: Apalagi di daerah telah di bangun fasilitas sekolah (sarana). Lalu guru tidak ada, tentu saja sekolah tadi tidak akan terjadi. Dan para murid yang akan bersekolah, terpaksa tidak bersekolah. Kalau saja hal ini terjadi di jenjang lanjutan sekolah, ini berarti mereka disebut sebagai “putus sekolah sebelum bersekolah, dikarenakan oleh kekurangan tenaga guru tadi”. Dari kutipan di atas guru sangat menentukan untuk terhindarinya anak-anak putus sekolah. Di samping perlu banyaknya jumlah tenaga pengajar juga sangat diperlukan kemampuan dan sifat-sifat seorang guru yang baik. Guru harus sanggup menciptakan suasana yang harmonis. Di sekolah para guru dapat memberikan contoh-contoh yang baik dalam proses pendidikan dan pengajaran pada murid, agar mereka menjadi generasi yang handal dan utuh, beriman, berpegang teguh kepada agama, membela dan bertanggung jawab kepada tanah airnya, berwawasan luas, mempunyai kepribadian yang kuat, senang belajar dan mencintai orang seperti mencintai dirinya sendiri dan memiliki semangat gotong-royong.

3. Keadaan Ekonomi Orang Tua

Lemahnya keadaan ekonomi orang adalah salah satu penyebab terjadinya anak putus sekolah. Apabila keadaan ekonomi orang tua kurang mampu, maka kebutuhan anak dalam bidang pendidikan

(24)

tidak dapat terpenuhi dengan baik. Sebaliknya kebutuhan yang cukup bagi anak hanyalah didasarkan kepada kemampuan ekonomi dari orang tuanya, yang dapat terpenuhinya segala keperluan kepentingan anak terutama dalam bidang pendidikan. Sayyidina Ali Kw. berkata yang artinya: “Dalam menuntut ilmu ada tiga Al yang harus diperhatikan: 1) Panjang masa dalam menuntut ilmu, 2) Ekonomi yang mendukung, 3) Ada keinginan. Ketiga hal tersebut adalah sejalan”. Dari perkataan Sayyidina Ali Kw di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, dalam menuntut ilmu masa harus panjang bukan cuma sebentar dalam menuntut ilmu, kemudian ada keinginan dari peserta didik, supaya dalam dia menuntut ilmu tidak lalai dan tidak mengingat yang lain selain belajar, serta ekonomi yang mendukung, yaitu dalam menuntut ilmu tersebut ekonomi lah yang menentukan sukses tidaknya pendidikan seseorang serta tinggi rendahnya pendidikan.

Terkait Terkait dengan faktor Eksternal yang mempengaruhi penyebab anak putus sekolah NA mengemukakan bahwa: “Sarana di rumah kada mendukung ulun gasan belajar kadada

meja belajar, lampu belajar, oleh lampu menyambung dari wadah orang, sehingga bola lampu yang di pakai kada tapi tarangn, buku pelajaran ulun dapat dari sekolah”.

(Sarana dirumah kurang mendukung saya untuk belajar seperti tidak ada meja belajar, lampu belajar, karena lampu menyambung dari tempat orang, sehingga bola lampu yang dipakai tidak terlalu terang, buku pelajaran aja saya dapat dari sekolah).

Jelas bahwa kondisi ekonomi merupakan faktor pendukung yang paling besar untuk kelanjutan pendidikan anak-anak, sebab

(25)

pendidikan juga membutuhkan biaya besar. Selanjutnya Baharuddin M juga mengatakan bahwa: “Nampaknya di negara kita faktor dana merupakan penghambat utama, untuk mengejar ketinggalan kita dalam dunia pendidikan. Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa tanpa dana yang cukup, tidak akan dapat diharapkan pendidikan yang sempurna. Bila dilihat dari segi perkembangan zaman sekarang ini, yaitu biaya pendidikan yang setiap tahun terus meningkat, kebutuhan pokok masyarakat terus meningkatkan harganya sedangkan mata pencahariannya semakin merosot, sehingga keadaan kehidupan semakin sulit dan melarat. Keadaan semacam ini bisa kita lihat secara langsung di negara kita sendiri Indonesia. Hal seperti ini akan mengakibatkan antara lain: anak tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena terpaksa membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itulah pendidikan anak terhambat akibat kesibukan-kesibukannya dalam bekerja. Hal yang seperti ini sering terjadi di kalangan keluarga yang kurang mampu dan akibatnya pendidikan anak terhambat. Dalam hal ini faktor dana dalam dunia pendidikan sangat menentukan. Jika tanpa adanya dana yang cukup, tidak bisa diharapkan untuk mendapatkan pendidikan yang sempurna.

4. Lingkungan Masyarakat

Masalah kehidupan anak bukan saja berlangsung di dalam rumah tangga dan sekolah, tetapi sebahagian besar kehidupannya berada

(26)

dalam masyarakat yang lebih luas. Kehidupan dalam masyarakat merupakan lingkungan yang ketiga bagi anak yang juga salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan mereka. Karena dalam lingkungan masyarakat inilah anak menerima bermacam-macam pengalaman baik yang sifatnya positif maupun yang sifatnya negatif. Hal ini menunjukkan bahwa anak akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. A.H. Harahap mengemukakan bahwa: Lingkungan masyarakat merupakan faktor yang cukup kuat dalam mempengaruhi perkembangan anak remaja yang sulit dikontrol pengaruhnya. Orang tua dan sekolah adalah lembaga yang khusus, mempunyai anggota tertentu, serta mempunyai tujuan dan tanggung jawab yang pasti dalam mendidik anak. Berbeda dengan masyarakat, di mana di dalamnya terdapat berbagai macam kegiatan. Namun masyarakat itu sanggup untuk membentuk anak sebagai seorang pilihan dalam masyarakat. Jadi kehidupan manusia di dalam masyarakat adanya hubungan timbal balik dalam mengembangkan, menetapkan dirinya serta turut berperan dalam memberikan corak yang sesuai dengan kehidupan masyarakat yang ada di lingkungannya. di sinilah peranan orang tua sangat diharapkan oleh anak. Sebagai mana yang dikemukakan oleh Sunardi, bahwa Dalam pergaulan anak perlu di bekali dan didorong untuk bergaul dan bermasyarakat. Jika ada hal-hal yang

(27)

membahayakan diri akibat pergaulan dengan teman-teman, maka sebagai orang tua kita harus mengadakan pendekatan dengan memberikan pengertian sebab akibat dari suatu perbuatan, sehingga anak dapat menganalisa dengan kemampuan daya nalarnya.48 D. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis di desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau bahwa setiap tahunnya terdapat anak putus sekolah, padahal pendidikan itu sangat penting. Terlebih lagi terkait dengan wajib belajar sembilan tahun yang bukan cuma penting melainkan wajib setiap orang berpendidikan minimal tamat SLTP, tetapi keadaannya bebeda dengan Desa Buntoi maasih banyak anak yang putus sekolah. Dari hasil wawancara penulis dengan para subjek, maka dapat diklasifikasikan mengenai anak putus sekolah di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau menjadi 5 bagian problematika baik faktor Eksternal (Luar) dan faktor Internal (Dalam).

1. Problem yang dihadapi anak putus sekolah di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau.

Problem anak putus sekolah di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau dapat disebabkan karena faktor yang ada didalam maupun diluar diri anak didik, yaitu seperti intelegensi yang rendah, kesehatan fisik yang kurang, keadaan emosi yang tidak stabil,

48

(28)

kesibukan membantu orang tua, kekurangan biaya dan kekurangan dalam bimbingan orang tua.

Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak -hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Pendidikan itu tanggung jawab semua masyarakat, bukan hanya tanggung jawab sekolah. Konsekuensinya semua warga negara memiliki kewajiban moral untuk menyelamatkan pendidikan. Sehingga ketika ada anggota masyarakat yang tidak bisa sekolah hanya karena tidak punya uang, maka masyarakat yang kaya atau tergolong sejahtera memiliki kewajiban moral untuk menjadi orang tua asuh bagi kelangsungan sekolah anak yang putus sekolah pada tahun ini mencapai puluhan juta anak di seluruh Indonesia. Pendidikan itu dimulai dari keluarga. Paradigma ini penting untuk dimiliki oleh seluruh orang tua untuk membentuk karakter manusia masa depan bangsa ini. Keluarga adalah lingkungan yang paling pertama dan utama dirasakan oleh seorang anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Karena itu pendidikan di keluarga yang mencerahkan dan mampu membentuk karakter anak yang soleh dan kreatif adalah modal penting bagi kesuksesan anak di masa-masa selanjutnya.

Pendidikan putus di tengah jalan disebabkan karena berbagai kondisi yang terjadi dalam kehidupan, salah satunya disebabkan oleh kondisi ekonomi orang tua yang memprihatinkan. Disadari bahwa kondisi

(29)

ekonomi seperti ini menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam melanjutkan pendidikan dan menyelesaikan. Kondisi ekonomi seperti ini disebabkan berbagai faktor, di antaranya orang tua tidak mempunyai pekerjaan tetap, tidak mempunyai keterampilan khusus, keterbatasan kemampuan dan faktor lainnya.

Berdasarkan Tabel 6. diperoleh bahwa problem yang dihadapi anak putus sekolah di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau yang putus sekolah sebanyak 5 orang anak yaitu SA, RA, MR, NS, NA. Adapun hasil penulis simpulkan bahwa problem yang dihadapi anak putus sekolah yaitu:

SA putus sekolah karena di ajak menikah oleh lelaki yang dicintainnya, dan ketika mendengar tanggapan orang tuanya yang sama sekali tidak menentang atau pun melarang ia putus sekolah, jadi ia merasa yakin dengan keputusan tersebut adalah benar. Melihat pengakuan SA bahwa tidak dapat sekolah lagi karena diajak menikah dengan lelaki yang dicintainya nampaknya ia tidak menyesal dengan keputusannya untuk putus sekolah yang kemudian menikah di usia dini karena ia yakin akan kemampuan suaminya dalam bekerja. Sedangkan kegiatan SA setelah putus sekolah dari informasi yang didapat bahwa selama ini ia hanya mengurus rumah tangganya dan ia pun nampaknya tidak menyesali dengan keputusannya untuk putus sekolah.

(30)

Pengertian putus sekolah dapat pula diartikan sebagai Droup-Out (DO) yang artinya bahwa seorang anak didik yang karena sesuatu hal biasa disebabkan karena malu, malas, takut, sekedar ikut-ikutan dengan temannya atau karena alasa lain sehingga mereka keluar dari sekolah dan tidak masuk lagi untuk selama-lamanya

.

Anak putus sekolah disebabkan karena dipengaruhi oleh pacarnya, karena pacarnya mengajak anak tersebut untuk menikah. Walaupun, telah diprioritasikan untuk bersekolah oleh orang tuanya, anak tetap tidak mengikuti proses belajar mengajar dengan baik dan sering melanggar aturan, ini disebabkan karena pengaruh teman diluar sekolah yang tidak bersekolah.

RA putus sekolah karena tidak memiki rasa percaya diri dalam masalah belajar, hal itu membuat RA minder dengan teman-temannya sehingga ia sering tidak masuk sekolah dan akhirnya berhenti dari sekolah tanpa memberi keterangan ke pihak sekolah. Untuk memperkuat pernyataan RA maka peneliti bertanya langsung kepada orang tua RA dan ternyata benar anaknya tidak mau sekolah lagi karena malu dengan teman-temannya. Dari keterangan yang di dapat dari RA ternyata benar RA putus sekolah karena tidak memiliki rasa percaya diri dalam masalah belajar, hal itu membuat ia minder dengan teman-temannya, sehingga ia putus sekolah apalagi dengan anggapan orang tuannya yang menerima saja keputusannya tanpa memberikan motivasi untuknya agar tetap sekolah.

Sekolah merupakan suatu situasi yang sangat erat kaitannya dengan anak putus sekolah. Di mana sekolah itu merupakan suatu lembaga atau

(31)

tempat anak memperoleh atau menerima pendidikan dan pengetahuan kepada anak serta berusaha supaya anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain lingkungan keluarga, lingkungan teman pergaulan juga membentuk karakter dan kepribadian dari anak. Lingkungan teman pergaulan ini juga bisa membuat anak putus sekolah.

Anak putus sekolah merupakan sebuah masalah sosial yang perlu mendapat perhatian. Anak adalah generasi penerus estafet bangsa, yang perlu mendapatkan pendidikan memadai sehingga tumbuh menjadi generasi yang berguna bagi masyarakat dan negara. Jika banyak anak mengalami putus sekolah tentu akan menurunkan kualitas bangsa di kemudian hari. anak putus sekolah yang cenderung dekat dengan lingkungan.

Lingkungan pergaulan anak putus sekolah memungkinkan mereka melakukan perilaku menyimpang seperti mabuk-mabukan, mencopet, perkelahian dan lainnya. Oleh karena itu fenomena anak putus sekolah menjadi salah satu masalah sosial. Anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan membawa bangsa ke arah kemajuan. Jika banyak anak putus sekolah memiliki lingkungan yang tidak bagus maka kemungkinan anak akan mengalami tumbuh kembah yang tidak bagus. Karenanya perlu diperhatikan bagaimana menciptakan lingkungan yang layak bagi anak sehingga bisa mengoptimalkan proses tumbuh kembang mereka.

MR putus sekolah ialah merasa tidak betah di sekolah apalagi dengan lingkungannya yang banyak putus sekolah dan menikah di usia

(32)

muda dan tidak lama setelah MR putus sekolah MR pun menikah. Dan ketika peneliti menanyakan kembali apa tindakan orang tua MR mendengar keputusan MR dan orang tuannya pun menjawab dalam ungkapan dari orang tua MR yang terlihat tidak begitu perduli dengan sekolah dan pandangannya sangat sempit tentang pendidikan. Membiarkan anaknya berhenti sekolah tanpa memberi memotivasi.

Pentingnya motivasi. Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu misalnya saja memberi motivasi kepada anak untuk belajar, untuk mendapatkan nilai yang baik dengan cara belajar dengan giat. Disamping itu, motivasi juga muncul karena pengalaman yang menyenangkan.49

Dengan demikian, anak kurang mendapat perhatian dari orang tua terutama tentang pendidikannya, juga karena kurangnya orang-orang terpelajar sehingga yang mempengaruhi anak kebanyakan adalah orang yang tidak sekolah sehingga minat anak untuk sekolah sangat kurang. keharusan seseorang anak adalah mampu untuk mengendalikan perasaan, serta mempunyai intelegensi yang tinggi akan lebih mudah menyerap dan menerima pelajaran yang disampaikan gurunya. Oleh sebab itu, banyak diantara anak tidak mempunyai waktu untuk belajar dirumah sehingga ketinggalan dalam pelajaran. Jika pelajaran ketinggalan terus menerus

49

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: kencana, 2010, h.123.

(33)

maka menyebabkan mereka malas belajar sebab merasa malu terhadap teman-teman dan merasa bosan menghadapi pelajaran.

NS putus sekolah yaitu karena malas sekolah dan belajar di rumah makanya ia ketahuan guru di sekolah merokok, sering membolos, ia diberi peringatan oleh guru. Oleh karena itu ia malu dengan teman-teman di sekolah karena perbuatannya setelah itu ia jarang turun ke sekolah akhirnya ia langsung berhenti sekolah. Ternyata NS menyesal putus sekolah karena merasakan bagaimana susahnya bekerja apalagi penyadap karet di hutan yang banyak nyamuk itu juga yang membuat dia tidak tahan. Untuk memperkuat pernyataan NS maka penulis meminta penjelasan dari orang tua NS menerima begitu saja keputusan anaknya, sepertinya orang tua NS tidak mengerti akan pentingnya pendidikan untuk anaknya, dan tidak memotivasi NS untuk tetap bersekolah.

Banyaknya anak putus sekolah karena kurangnya bimbingan orang tua disebabkan orang tua sibuk mencari nafkah bagi keluarganya. Kurangnya pengetahuan, pendidikan dari orang tua bahkan ada yang buta huruf. Orang tua sangat berperan dalam mendorong sikap optimisme anak putus sekolah yaitu dengan cara memberikan pengetahuan kepada anak tentang lingkungan, mengajak anak ke tempat-tempat yang berguna dalam memperluas wawasan anak dalam belajar, membangkitkan minat anak dalam kebutuhan pada diri anak seperti kebutuhan rohani, jasmani sosial, dan lainnya, memberikan kesempatan pada anak berpartisipasi untuk

(34)

mencapai hasil yang diinginkan, memberikan pengalaman-pengalaman, memberikan kesempatan pada anak untuk mewujudkan cita-citanya.

NA putus sekolah yaitu masalah ekonomi, karena dalam memenuhi kebutuhan hidup dan sekolahnya maka NA bekerja. Dengan keadaan yang demikian, dan hasil dari pekerjaannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memperjelas pernyataan NA, maka penullis mencari informasi dari neneknya NA dapat diketahui NA putus sekolah karena ekonomi kelurga yang menjadi tanggungannya juga sehingga ia harus putus sekolah walaupun keinginannya cukup besar untuk sekolah tetapi itulah keadaan hidup mereka. Ketika penulis menanyakan kemana orang tua NA dan kenapa tidak menafkahi NA, ternyata ayahnya menikah lagi setelah ibunya meninggal dan semenjak itu ayahnya tidak menafkahi mereka apalagi memperhatikan pendidikan NA.

Pendidikan merupakan Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Mengenai perkembangan pendidikan ini selanjutnya dapat digambarkan pada hal-hal berikut: (1) pendidikan terakhir adalah tingkat pendidikan atau ijazah terakhir saat ini yang dimiliki guru saat pertama diangkat; (2) pendidikan terakhir saat ini; (3) upaya yang pernah dilakukan guru untuk meneruskan/mengembangkan pendidikannya, dan (4) pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti.

(35)

Masalah kekurangan biaya ini disebabkan karena keadaan ekonomi keluarga anak yang miskin. Bahkan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya belajar anak. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Disamping itu untuk biaya sekolah pun ia banting tulang untuk mencari nya akibatnya ia menjadi letih untuk membiayai sekolahnya dan akhirnya ia putus sekolah.

Masalah anak putus sekolah bisa menimbulkan akses dalam masyarakat, karena itu penanganannya menjadi tugas dan tanggung jawab bersama, terutama bagi orang tua. Sebagai mana diketahui bahwa orang tua merupakan pimpinan dalam rumah tangga dan juga pimpinan bagi anak-anaknya sehingga orang tua dituntut untuk selalu membimbing serta mengarahkan agar anaknya berperilaku serta berbuat sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga akhirnya nanti anaknya akan menjadi oarang yang berguna, baik bagi dirinya sendiri, orang tua, masyarakat serta bagi bangsa dan negara.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau.

A. Faktor Internal (Dalam)

Faktor Internal merupakan faktor yang datang dari dalam diri anak faktor ini meliputi: mudah cepat lelah, mudah mengantuk, sehingga dalam kegiatan belajarnya menyebabkan anak putus sekolah. Kedua faktor kelemahan mental kurangnya kemampuan yang dimiliki

(36)

anak, kurangnya kecerdasan, kurangnya motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, atau sosial ekonomi.

Penulis dapat menyimpulkan masih adanya anak yang mudah lelah dan sering ngantuk pada waktu jam pelajaran berlangsung sehingga kurangnya minat anak dalam belajar ada pula anak yang kemampuanya kurang cerdas membuat anak itu sulit menangkap dangan cepat pelajaran sehingga malas dalam belajar seperti tidak maunya mendengarkan apa yang dijelaskan ibu guru karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan diajak merokok, sampai akhirnya sering membolos dan tidak naik kelas, prestasi di sekolah menurun dan anak tersebut malu untuk pergi kembali ke sekolah. pemenuhan fasilitas pendidikan diperlukan karena hal tersebut dapat membantu peningkatan mutu pendidikan pada suatu kegiatan proses belajar mengajar. Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah tidak hanya bekerja dengan guru saja, akan tetapi mengusahakan dan mengembangkan sumber-sumber dana dan sarana yang diperlukan untuk membina dan mengembangkan pendidikan di sekolah yang bersangkutan termasuk kesejahteraan guru dan pimpinan sekolah serta mengadakan hubungan dengan instansi yang terkait seperti lembaga keagamaan.

Faktor yang mendukung adalah dengan mengadakan bimbingan berkelanjutan di sekolah dan diharapkan siswa yang mengalami

(37)

kesulitan dalam belajar agar bisa diatasi. Jadi, guru disekolah perlu memperhatikan kesulitan atau kelemahan anak dalam belajar di sekolah, apabila terlihat sesuatu gejala kelemahan dalam belajar seorang guru perlu mencatatnya secara teliti, kemudian berunding dengan masing-masing pihak misalnya dengan orang tua agar segera dapat teratasi dan dibantu secepatnya supaya tidak bertambah parah. Di samping itu mengadakan kegiatan untuk memotivasi anak dalam belajar baik di sekolah maupun dirumah yang bersifat mendorong anak agar bisa melakukan sendiri.

Perlunya kerjasama yang baik dan berkelanjutan antara orang tua anak dan guru-guru yang ada disekolah yang mempunyai kaitan dengan pendidikan di sekolah diharapkan perlu di bina karena menjadi motivasi yang kuat bagi orang tua untuk berpartisipasi aktif dalam usaha-usaha sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah tidak hanya bekerja dengan guru saja, akan tetapi mengusahakan dan mengembangkan sumber-sumber dana dan sarana yang diperlukan untuk membina dan mengembangkan pendidikan di sekolah yang bersangkutan termasuk kesejahteraan guru agama Islam dan pimpinan sekolah serta mengadakan hubungan dengan instansi yang terkait seperti lembaga keagamaan.

Dengan demikian anak yang mempunyai intelegensi yang tinggi akan lebih mudah menyerap dan menerima pelajaran yang disampaikan gurunya. Sebaliknya anak yang intelegensi rendah akan

(38)

merasa sukar untuk menerima dan menyerap pelajaran yang disampaikan gurunya. Karena merasa sukar dalam menyerap/menerima pelajaran menyebabkan mereka putus sekolah. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain seperti orang tua, guru, dan sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan seorang anak.

B. Faktor Eksternal (Luar)

Faktor Eksternal merupakan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

Penulis simpulkan ada beberapa faktor Eksternal dimana menyebabkan anak putus sekolah yaitu:

1. Faktor Keadaan kehidupan keluarga, yaitu kurangnya orang tua dalam membimbing anak dan kurangnya perhatian dalam mengawasi anaknya, disebabkan kesibukan orang tua yang menghabiskan waktunya bekerja seharusnya sebagai orang tua harus lebih aktif mendidik anak dirumah seperti memberi bimbingan agama dan pendidikan serta meluangkan waktu menerapkan sikap yang baik sesuai dalam ajaran agama islam Agar anak dapat menerapkannya pula. Kurangnya perhatian orang tua cenderung akan menimbulkan berbagai masalah. Makin besar anak

(39)

perhatian orang tua makin di perlukan, dengan cara dan variasi dan sesuai kemampuan. Kenakalan anak adalah salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian orang tua Hal ini dapat mengakibatkan anak putus sekolah.

2. Faktor Sekolah, yaitu menyebabkan anak kurang berminat untuk bersekolah adalah: anak kurang mendapat perhatian dari orangtua terutama tentang pendidikannya, juga karena kurangnya orang-orang terpelajar sehingga yang mempengaruhi anak kebanyakan adalah orang yang tidak sekolah sehingga minat anak untuk sekolah sangat kurang. Sarana penunjang utama dalam hal pendidikan bagi anak, tanpa sarana yang memadai, maka pendidikan anak akan terbengkalai.

Sedangkan di negara Republik Indonesia sarana baik gedung sekolah maupun ruangan sekolah masih adanya kekurangan, jumlah gedung atau ruangan yang ada tidak dapat menampung seluruh aspek usia sekolah, sehingga masih ada anak yang ada lowongan untuk sekolah dan akhirnya si anak terpaksa meninggalkan masa sekolahnya. Selanjutnya di samping kekurangan masalah sarana dan alat-alat sekolah tersebut di atas, juga masih ada masalah tenaga pengajar, yaitu kurangnya tenaga guru. Dalam hal ini, maka dijelaskan oleh Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa: Bagi anak didik, guru adalah contoh teladan yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah

(40)

orang yang pertama sesudah orang tua yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik.

Apa saja yang dilakukan oleh guru dinilai baik oleh anak dan sebaliknya apa saja yang tidak baik menurut guru juga tidak baik menurut anak. Jadi, guru memegang tanggung jawab dan peranan yang amat penting terhadap pendidikan anak dalam rangka pembentukan kepribadiannya menjadi seorang yang bertakwa dan berintelektual. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru juga mempunyai peranan sangat penting dalam pendidikan anak. Jika guru tidak ada maka bisa mengakibatkan anak putus sekolah. Jika diperhatikan tentang masalah-masalah tersebut, maka akan tampak persoalannya walaupun masalah itu kelihatannya banyak dan bermacam-macam, tetapi sebenarnya dapat dikembalikan kepada sebab-sebab yang sedikit saja.

3. Keadaan Ekonomi Orang Tua, yaitu keadaan ekonomi orang tua kurang mampu, maka kebutuhan anak dalam bidang pendidikan tidak dapat terpenuhi dengan baik. Sebaliknya kebutuhan yang cukup bagi anak hanyalah didasarkan kepada kemampuan ekonomi dari orang tuanya, yang dapat terpenuhinya segala keperluan kepentingan anak terutama dalam bidang pendidikan.

Faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di karena kan dengan keadaan ekonomi yaitu Sarana dirumah kurang mendukung untuk belajar seperti tidak ada meja belajar, lampu belajar, karena

(41)

lampu menyambung dari tempat orang lain, sehingga bola lampu yang dipakai tidak terlalu terang, buku pelajaran di dapat dari sekolah, juga lemahnya ekonomi keluarga tetapi juga datang dari dirinya sendiri yaitu kurangnya minat anak untuk bersekolah atau melanjutkan sekolah serta Kurangnya pendapatan keluarga menyebabkan orangtua terpaksa bekerja keras mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga pendidikan anak kurang terperhatikan dengan baik dan bahkan membantu orangtua dalam mencukupi keperluan pokok untuk makan sehari-hari misalnya anak membantu orangtua ke sawah karena dianggap meringankan beban orangtua, anak diajak ikut orangtua ke tempat kerja yang jauh dan meninggalkan sekolah dalam waktu yang cukup lama. Apalagi yang menjadi buruh tanpa tujuan untuk membantu pekerjaan orangtua, setelah merasa enak nya membelanjakan uang hasil usaha sendiri akhirnya tidak terasa sekolahnya ditinggalkan begitu saja, anak perempuan disuruh mengasuh adiknya di waktu ibu sibuk bekerja. Hal-hal tersebut diatas sangat mempengaruhi anak dalam mencapai sukses nya bersekolah. Pendapat keluarga yang serba kekurangan juga menyebabkan kurangnya perhatian orangtua terhadap anak karena tiap harinya hanya memikir bagaimana caranya agar keperluan keluarga bisa terpenuhi apalagi harus meninggalkan keluarga untuk berusaha menempuh waktu

(42)

berbulan-bulan bahkan kalau sampai tahunan, hal ini tentu pendidikan anak terabaikan.

4. Lingkungan Masyarakat, yaitu faktor yang cukup kuat dalam mempengaruhi perkembangan anak remaja yang sulit dikontrol pengaruhnya. Orang tua dan sekolah adalah lembaga yang khusus, mempunyai anggota tertentu, serta mempunyai tujuan dan tanggung jawab yang pasti dalam mendidik anak. Berbeda dengan masyarakat, di mana di dalamnya terdapat berbagai macam kegiatan. Berlaku untuk segala tingkatan umur dan ruang lingkup yang sangat luas. masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan anak, baik dalam belajar maupun dalam pergaulan anak karena di lingkungan masyarakat terdapat berbagai pengaruh. Pengaruh tersebut ada yang positif dan ada yang negatif. yang ditimbulkan dari lingkungan masyarakat Keadaan anak sejak ia dibesarkan di tengah-tengah masyarakat, maka apa saja yang ditemukan di dalamnya itulah menjadi pedoman yang bakal dicontohinya. Sebagaimana diketahui bahwa insting pada anak cukup kuat, sehingga anak akan sangat mudah terpengaruh oleh tindakan-tindakan yang ada di lingkungan di mana ia berada. Sebagai mana yang dikemukakan oleh Sunardi, bahwa: Dalam pergaulan anak perlu di bekali dan didorong untuk bergaul dan bermasyarakat.50

50

http://www.sarjanaku.com/2013/03/penyebab-anak-putus-sekolah-makalah.html.

(43)

Adapun yang membahayakan diri akibat pergaulan dengan teman-teman, maka sebagai orang tua kita harus mengadakan pendekatan dengan memberikan pengertian ke pada anak sebab akibat dari suatu perbuatan, sehingga anak dapat menganalisa dengan kemampuan daya nalarnya. Sejalan dengan hal tersebut di atas, bila orang tua kurang memperhatikan tentang kehidupan anak dalam masyarakat, maka segala tindak tanduk dan sikap serta perbuatan masyarakat yang tidak baik dengan mudah akan diterima oleh anak begitu saja.

Dalam hal ini disebabkan karena bentuk-bentuk pergaulan dan perbuatan dari suatu masyarakat dapat menyebabkan terjadinya hambatan dan tanggapan terhadap pendidikan anak baik disekolah maupun dirumah, dan perkataan dari suatu masyarakat dapat menyebabkan terjadinya hambatan dan tantangan terhadap pendidikan anak, dengan demikian cepat atau lambatnya hal tersebut dapat mengakibatkan seorang anak putus sekolahnya.

(44)
(45)

Gambar

Tabel 4  Sarana Pendidikan  No  Sarana  Jumlah  1  Gedung SD  5  2  Gedung MI  1  3  Gedung SLTP  1  4  Gedung Mts  -  5  Gedung SMA  -  6  Gedung MA  -

Referensi

Dokumen terkait

Dari protoype ini dilakukan pengujian perancangan sistem kontrol dengan bantuan software CodeVisionAVR pada laptop untuk menggerakan pelontar peluru plastik sesuai

PPK dibantu Konsultan Perencana menetapkan Daftar Pekerjaan yang dapat disubkontrakkan atau PPK dapat menetapkan penyedia untuk menentukan sendiri bagian

Berdasarkan uraian tentang kesulitan belajar pada siswa sekolah dasar, maka indikator kesulitan belajar siswa sekolah dasar adalah prestasi belajar yang menurun, hasil yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pemba- hasan, maka dapat dibuat kesimpulan seba- gai berikut: Peran orang tua terhadap sikap seksual remaja di Dusun Pencitrejo, Desa

“Jenis Penyakit” Menampilkan list jenis penyakit unggas (√) Berhasil ( ) Tidak Berhasil Memilih tombol “Diagnosa” Menampilkan gejala-gejala penyakit (√) Berhasil

Bila ada orang yang mempraktekkan Uposattha dengan baik, maka ada kemungkinan orang itu, setelah meninggal, akan muncul sebagai salah satu penghuni alam Yama.. Ada alam Tusita

1. Isim Pertama ( ) “ Birhatihin”Wazannya ialah ( ) “tif-alihin”. Huruf Ba berbaris di bawah, Ra bertanda mati, Ha berbaris atas, Ta berbaris

Sa paglalaro ng basketbol sa Propesyonal na lebel, tulad na lamang sa Philippine Basketball Association o PBA, mas malalim na ang konteksto ng respeto at at paggamit ng wika