C. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
3. Problem Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan pendidikan atau pengajaran dari hasil pendidikan atau pengajaran yang harus dicapai oleh anak didik, kegiatan belajar-mengajar, pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum itu sendiri. Dalam bahasa Arab kata kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang
kehidupan, sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirosah) dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan- tujuan pendidikan. Kurikulum diartikan tidak secara sempit tetapi tidak luas daripada itu, merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan dapat dinamakan kurikulum, termasuk di dalamnya kegiatan belajar=mengajar, mengatur strategi dalam proses belajar-mengajar, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran dan sebagainya (Nurdin dan Usman, 2002 :34)
Isi kurikulum Pendidikan Islam seharusnya dikembangkan dengan tiga orientasi, yang ketiganya disajikan dengan pendekatan terpadu (integrated approach).
a. isi kurikulum yang berorientasi pada ketuhanan
Rumusan isi yang berkaitan dengan Ketuhanan, mengenal Zat, sifat, perbutanNya, dan relasinya terhadap manusia dan alam semesta. Bagian ini meliputi ilmu kalam, ilmu metafisika alam, ilmu fiqih, ilmu akhlak (tasawuf), ilmu-ilmu tentang Al-Quran dan Al-Sunnah(tafsir, mustholah, linguistic, ushul fiqh, dsb)
b. Isi kurikulum yang berorientasi pada kemanusiaan
Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan hallah pribadi manusia, baik manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
politik, ekonomi, kebudayaan, sosiologi, antropologi, sejarah, linguistic, ilmu seni, ilmu artistic, filsafat, psikologi, pedagogis, psikologi, kedokteran perdagangan, komunikasi, administrasi, matematik dan sebagainya.
c. Isi kurikulum yang berorientasi pada kealaman
Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan fenomena alam semesta sebagai makhluk yang diamanatkan dan untuk kepentingan manusia. Bagian ini meliputi ilmu fisika, kimia, pertanian, perikann, obat-obatan, astronomi, ruang angkasa, geologi, botani, zoology, biogenetic dan sebagainya (Majid, 2012 :57-58).
Ada dua jenis tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu sekolah :
a. Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan
Suatu lembaga pendidikan setiap sekolah mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapai (tujuan lembaga pendidikan atau tujuan institusional. Tujuan-tujuan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dapat memiliki murid siswa, ekolah mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.
b. Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi
Tujuan-tujuan setiap bidang studi dalam kurikulum itu ada yang disebut tujuan kurikuler da nada pula yang disebut tujuan
instruksional dimana tujuan instruksional merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan kurikuler (Daradjat, 2011 :123).
Agar peserta didik dapat mencapai tujuan akhir (ultimate aim) pendidikan Islam, maka suatu permasalahan pokok yang sangat perlu mendapat perhatian adalah penyusunan program pendidikan yang dijabarkan dalam kurikulum. Berpedoman pada ruang lingkup pendidikan Islam yang ingin dicapai, maka kurikulum pendidikan Islam itu berorientasi pada tiga hal :Tercapainya tujuan hablum munallah ( hubungan dengan Allah).
1 )Tercapainya tujuan hablum minannas (hubungan dengan manusia) 2) Tercapainya tujuanhablum minal’alam (hubungan dengan alam)
Melihat masa depan yang penuh dengan tantangan sudah barang tentu tidak bisa menyesuaikan permasalahan jika pendidikan Islam tersebut masih terikat dikotomi. Berkenaan dengan itu perlu diprogramkan upaya pencapaiannya, mobilisasi pendidikan Islam tersebut, dengan melakukan rancangan kurikulum baik merancang keterkaitan Ilmu agama dan umum maupun merancang nilai-nilai Islami pada setiap pelajaran, personifikasi pendidik di lembaga pendidikan sekolah Islam, sangat dituntut memiliki jiwa keislaman yang tinggi, dan lembaga pendidikan Islam dapat merealisasikan konsep kurikulum pendidikan Islam seutuhnya.
Problem pada saat ini adalah kecenderungan bahwa perhatian guru agama lebih tertuju pada struktur kurikulum PAI, seperti analisis materi pelajaran, merumuskan tujuan serta begaimana urusan administrasi pengajaran lainnya, pengembangan kurikulum yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional serta relevansinya dengan rumusan kompetensi PAI, kurang mendapat perhatian. Kurikulum tidak akan tercapai jika hanya dibiarkan setelah dikembangkan. Kurikulum yang telah didesain optimal harus diimplementasikan dan mempunyai hasil bagi pembelajaran. Banyak kurikulum yang telah didesain dan dikembangkan tidak diimplementasikan karena ketiadaan suatu rencana perubahan dalam keseluruhan suatu system persekolahan.
Kurikulum baru yang gagal boleh jadi karena alasan belum mempertimbangkan pengembangan kurikulum secara kritis. Sering kali individu dalam sekolah percaya bahwa usaha kurikulum adalah untuk melengkapi rencana baru yang dikembangkan atau material baru yang dibeli. Perhatian lebih banyak diberikan pada masalah managemen dan organisasi disbanding pada perubahan kurikulum. Banyak individu yang bertanggung jawab pada kurikulum tidak memproses suatu pandangan makro perubahan atau menyadari bahwa inovasi memerlukan perencanaan hati-hati dan monitoring yang ketat.
Individu tersebut sering berfikir bahwa implementasi merupakan penggunaan program baru atau tidak.
Implementasi yang sukses adalah suatu proses yang mempunyai beberapa hal baru. Implementasi bergantung pada pendekatan umum pengembangan kurikulum dan kurikulum itu sendiri. Kebanyakan orang percaya bahwa implementasi yang sukses, bersandarkan pada penggambaran langkah-langkah yang tepat terutama menyangkut proses pengembangan.kebanyakan orang mempertimbangkan implementasi adalah sebagai sesuatu yang tak dapat diramalkan dan tidak pasti.
Ketika kurikulum pada PAI tidak digunakan dengan baik maka hasil yang maksimal tidak akan didapatkan. Amin Abdullah salah satu pakar keislaman non tarbiyah juga telah menyoroti kurikulum dalam kegiatan pendidikan Islam yang selama ini berlangsung di sekolah, antara lain sebagai berikut : a. Pendidikan Islam lebih banyak terkonsentrasi pada persoalan-
persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata- mata.
b. Pendidikan Islam kurang konsen terhadap persoalan bagaimana mengubah pengeyahuan agama yang kognitif
menjadi “makna” dan nilai yang perlu diinternalisasikan
c. Pendidikan agama Islam lebih menarik beratkan pada aspek korespondensi tekstual, yang lebih menitik beratkan pada hafalan teks keagamaan yang sudah ada.(Muhaimin, 2002 :264)