• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK SARASWATI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK SARASWATI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20172018 SKRIPSI"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI SMK SARASWATI SALATIGA TAHUN

PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

NILA INTAN NITA 11111080

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DI SMK SARASWATI SALATIGA TAHUN

PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

NILA INTAN NITA 11111080

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

Motto

طِ لْ طِ لْا بُ طِا طِ

:

طِ لْ طِلالْ بُ طِا طَ طِ طَللْ بَّ ا بُ طِا طَ

:

طَ طِ لْ طِ بَّلا طَ طَلبُ طَ لْ طَى طَ لْ بُ طَ طِلطَ لْلإ لْ بُللْ بُ

“Orang yang menuntut ilmu be

rarti menuntut rahmat ; orang

yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahan untuk :

1. Ayah terhebatku Suwarto dan ibu tercinta Istiyani yang telah memberikan cinta kasihnya sepanjang masa.

2. Adek-adekku Sukma Tito Nugraha, Collin Apriliano, Ninita Adeyakana yang selalu menyayangi ku dan memberikan dorongan untuk selalu semangat.

3. Keluarga besarku yang selalu menyayangi dan mendoakanku.

4. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd selaku dosen pembimbingku yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan motivasi dan banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

6. Keluarga dek Pamela, khususnya bapak, mas iyan dan mb ana. 7. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2011.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmad, taufik dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan atas junjungan Nabi

Muhammad Saw, sehingga skripsi yang berjudul “ Problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran

2017/2018”. Dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini ditujukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di IAIN Salatiga. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Untuk itu penulis sampaikan terimakasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN Salatiga)

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK).

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

4. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan kebujaksanaan dalam memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberi dukungan kepada penulis.

6. Bapak dan ibu Dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

(10)
(11)

ABSTRAK

Nita, Nila Intan. 2018. Problematika Pembejaran Pendidikan Agama Islam Di SMK Saraswati Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Saatiga. Pembimbing Dra. Maryatin, M.Pd.

Kata Kunci : Problematika, Belajar, PAI SMK.

Penelitian ini untuk menjawab permasalahan 1). Bagaimana pembelajaran PAI di SMK Saraswati Salatiga, 2. Bagaimana problematika pembelajaran PAI di SMK Saraswati Salatiga, 3. Bagaimana cara pemecahan problematika PAI di SMK Saraswati Salatiga. Dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam tentunya tidak mudah dan banyak masalah yang timbul. Masalah yang timbul dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah pelaksanaan proses pembelajaran. Oleh Karena itu dari pihak sekolah atau penyelenggara pendidikan harus bisa mengelola agar masalah yang timbul bisa diatasi. Masalah yang timbul dalam pembelajaran antara lain dari faktor pendidik, kurikulum terlalu padat, kesulitan dalam menentukan meteri dan metode yang sesuai dengan anak didiknya dan sarana prasarana yang kurang memadai.

Jenis metode yang digunakan adalah metode kualitatif. dengan menggunakan pendekatan field research. Sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Tehnik pengumpulan data denga cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...i

HALAMAN LOGO...ii

HALAMAN JUDUL...iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...iv

LEMBAR PENGESAHAN...v

PERNYATAAN KEASLIAN...vi

MOTTO...vii

PERSEMBAHAN...viii

KATA PENGANTAR...ix

ABSTRAK...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian... 5

(13)

F. Tinjauan Pustaka ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB IILANDASAN TEORI A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran...15

2. Tujuan dan Teori Pembelajaran...15

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam...20

2. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam...22

3. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam...23

4. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam...27

5. Aspek Psikologis...29

C. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Problem Peserta Didik...33

2. Problem Pendidik...36

3. Problem Kurikulum...40

(14)

3. Problem Lingkungan dalam Pembelajaran PAI...49

E. Langkah-Langkah dalam Mengatasi Problematika dalam Pembelajaran PAI 1. Langkah-Langkah Mengatasi Problem Peserta didik dalam Pembelajaran PAI...52

2. Langkah-Langkah Mengatasi Problem Pendidik dalam Pembelajaran PAI...55

3. Langkah-Langkah Mengatasi Problem Pendidikan Kurikulum dalam Pembelajaran PAI...56

4. Langkah-Langkah Mengatasi Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran PAI...62

BAB IIIMETODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 66

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 67

C. Sumber Data ... 67

D. Teknik Pengumpulan Data ... 68

E. Analisis Data ... 71

F. Pengecekan Keabsahan Data... 72

(15)

BAB IVTEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMK Saraswati ... 77

B. Penyajian Data ... 83

C. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Saraswati Salatiga ... 88

PENUTUP A. Kesimpulan ... 109

B. Saran...110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses pembinaan manusia secara jasmaniah dan rohaniah. Artinya, setiap upaya dan usaha untuk meningkatkan kecerdasan anak didik berkaitan dengan peningkatan kecerdasan inteligensi, emosi dan kecerdasan spiritualitasnya. Anak didik dilatih jasmaninya untuk terampil dan memiliki kemampuan atau keahlian professional untuk bekal kehidupannya di masyarakat. Di sisi lain, keterampilan yang dimilikinya harus semaksimal mungkin memberikan manfaat kepada masyarakat, terutama untuk diri dan keluarganya, dan untuk mencapai tujuan hidupnya di dunia dan akhirat ( Basri ,2009 :54).

(17)

Makna pendidikan yang lebih hakiki lagi adalah pembinaan akhlak manusia guna memiliki kecerdasan membangun kebudayaan masyarakat yang lebih baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pembinaan kepribadian diarahkan pada model tertentu. Oleh karena itu, tolak ukur pendidikan yang membina kepribadian harus jelas. Berhubungan engan pendidikan Islam, pembinaan kepribadian yang dimaksudkan adalah kepribadian yang merujuk pada ajaran islam dengan contoh paling sempurna diantara semua manusia adalah pribadi Muhammad SAW, karena Allah menegaskan bahwa Rasulullah SAW memiliki uswatun hasanah (contoh yang baik) bagi umat manusia. Dengan model tersebut, secara otomatis pendidikan islam dalam kaitannya dengan pembinaan kepribadian adalah berkaitan dengan akhlak (Daradjat,2011:51).

(18)

kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan pendidikan tersebut disekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi (Syafaat, 2008 : 33-34). Sekolah sebagai institusi resmi di bawah kelolaan pemerintah, menyelenggarakan kegiatan pendidikan secara berencana, sengaja, terarah, sistematis oleh para pendidik professional dengan program yang dituangkan ke dalam kurikulum untuk jangka waktu tertentu dan diikuti oleh para peserta didik pada setiap jenjang pendidikan tertentu. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat kurikulum tertulis dan penanggung jawab pendidikan untuk anak di sekolah adalah guru. Untuk mencapai tujuan pendidikan memerlukan berbagai alat dan metode. Istilah lain dari alat pendidikan yang dikenal hingga saat ini adalah media pendidikan, audio visual aids(ava), alat peraga, sarana dan prasarana pendidikan dan sebagainya (Syafaat, 2008 : 65-66).

(19)

mempunyai skill untuk mengajar dan membimbing siswa agar tercapai tujuan pembelajaran.

Dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam tentunya tidak mudah dan banyak masalah yang timbul. Masalah yang timbul dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah pelaksannan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dari pihak sekolah atau penyelenggra pendidikan harus bisa mengelola agar masalah-masalah yang timbul bisa diatasi. Masalah yang timbul dalam pembelajaran antara lain dari factor pendidik, kurikulum terlalu padat, kesulitan dalam menentukan materi dan metode yang sesuai dengan anak didiknya dan sarana prsasarana yang kurang memadai,

Sesuai data sementara yang penulis dapatkan adalah, bahwasanya problem yang dihadapi siswa di SMK Saraswati salatiga adalah banyak siswa yang membolos, siswa berkata kotor, siswa berani dengan guru, mabuk-mabukan, tindak asusila, tawuran antar sekolah, perkelahian antar teman sendiri. Dampak yang ditimbulkan karena membolos siswa menjadi ketinggalan materi, akibatnya siswa tidak memahami materi karena ketika berangkat lagi sudah materi yang berbeda, hal itu berdampak pada saat ulangan siswa tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan sehingga nilai siswa menjadi jelek dan tidak lulus KKM. untuk itu penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian lebih

mendalam dengan judul “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama

(20)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pembelajaran PAI di SMK Saraswati Salatiga ?

2. Bagaimana problematika pembelajaran PAI di SMK Saraswati Salatiga ? 3. Bagaimana cara pemecahan problematika PAI di SMK Saraswati

Salatiga ?

C. Tujuan Penelitian

Dengan berpijak pada rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mendiskripsikan bagaimana pembelajaran PAIdi SMK Saraswati Salatiga. 2. Mendiskrpsikan problematika pembelajaran PAI di SMK Saraswati

Salatiga.

3. Untuk mengetahui bagaimana cara pemecahan problematika PAI di SMK Saraswati Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

(21)

Salatiga. Serta dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti berikutnya dalam mengatasi problem-problem pembelajaran pendidikan agama islam. Dapat memberikan motivasi kepada tenaga pendidik untuk memberikan layanan terbaik kepada peserta didik.

2. Manfaat Praktis a. Bagi pendidik

Untuk acuan ketika ada problem bisa dipecahkan secara bijak sesuai dengan bahan pembelajaran PAI dalam mengatasi problematika PAI serta dapat membantu guru dalam mengatasi problematika dalam proses pembelajaran.

b. Bagi peneliti

Menambah wawasan pemahaman tentang problematika pengajaran pendidikan agama Islam di SMK dalam mempersiapkan diri sebagai calon guru PAI.

c. Bagi siswa

(22)

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa arti kata yang terdapat dalam judul penelitian.

1. Problematika

Berasal dari kata problem yang berarti masalah atau persoalan. Sedangkan problematika berarti hal yang menimbulkan masalah, hal yang belum terpecahkan masalahnya (Departemen Kependidikan dan Kebudayaan, 2003 : 896).

Dari pengertian diatas, maka penulis dapat memberikan kesimpulan bahwasanya yang dimaksud problem adalah sesuatu persoalan yang menimbulkan permasalahan dan belum terdeteksi bagaimana cara memecahkannya.

2. Pembelajaran

(23)

meraih dan memperoleh pengetahuan baru sesuai dengan minat, bakat, perilaku dan norma-norma serta nilai-nilai yang berlaku (Sugiyono dan Hariyanto, 2014 :14).

Dari paparan diatas, penulis dapat mengambil pengertian bahwasanya pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.

3. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam, yaitu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat. Cita-cita islam mencerminkan nilai-nilai normative dari tujuan yang bersifat abadi dan absolut. Dalam pengamalannya tidak mengikuti selera nafsu dan budaya manusia yang berubah-ubah menurut tempat dan waktu.

(24)

sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak (Daradjat, 2011 :88).

Nilai- nilai islam yang demikian itulah yang ditumbuhkan dalam diri pribadi manusia melalui proses transformasi kependidikan. Proses kependidikan yang, mentranformasikan (mengubah) nilai tersebut selalu berorientasi kepada kekuasaan Allah dan Iradah-Nya (kehendak-Nya) yang menentukan keberhasilannya. Kemajuan peradaban manusia yang melingkupi kehidupannya, bagi manusia yang berkepribadian islam, hasil proses kependidikan islam akan tetap berada dalam lingkaran hubungan vertikal dengan Tuhan-nya, dan hubungan horizontal dengan masyarakat.

Dasar ideal pendidikan islam adalah identik dengan ajaran islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Quran dan Hadits. Pendidikan Islam adalah aktivitas bimbingan yang disengaja untuk mencapai kepribadian muslim, baik yang berkaitan dengan dimensi jasmani, rohani, akal maupun moral. Pendidikan Islam adalah proses bimbingan secara sadar seorang pendidik sehingga aspek jasmani, rohani, dan akal anak didik tumbuh dan berkembang menuju terbentuknya pribadi, keluarga, dan masyarakat yang islami.

4. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

(25)

program kejuruannya. Struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurkulum SMK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran kejuruan, muatan local dn pengembangan diri. Struktur kurikulum SMK meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun atau dpat diperpanjang hingga empat tahun mulai kelas X sampai dengan kelas XII atau kelas XIII.struktur kurikulum SMK disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran (Mendiknas,2006 : 21).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Problematika Pembelajaran PAI di SMK Saraswati adalah masalah yang timbul dalam proses pembelajaran baik materi, guru, siswa, sarana prasarana dan metode pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Saraswati Salatiga. Akan mengungkap bagaimana masalah yang ada pada pembelajaran pendidikan agama Islam di SMK Saraswati.

F. Tinjauan Pustaka

Beberapa skripsi yang sesuai dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

(26)

mengambil latar di SMK Negeri 1 Kokap Kabupaten Kulon Progo. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model Miles and Huberman. Uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Kurikulum PAI untuk kelas X menggunakan kurikulum 2013, untuk kelas XI dan XII menggunakan KTSP 2006. Persiapan sebelum proses pembelajaran PAI yakni dengan menyiapkan RPP. Kegiatan pembelajaran meliputi pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Untuk evaluasi hasil pembelajaran terdapat tiga aspek penilaian yaitu aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. 2) Problematika pembelajaran PAI yang ditemukan, antara lain: bidang SKI adalah materi yang banyak, bidang

Al-Qur’an Hadist adalah kemampuan siswa membaca Al-Qur’an, bidang Aqidah Akhlah adalah materi yang abstrak dan jumlah LCD Proyektor terbatas, dan bidang Fikih adalah belum adanya alat peraga. 3) Solusi untuk mengatasi problematika tersebut, antara lain: mengemas materi PAI yang banyak menjadi tugas dan dipresentasikan oleh siswa, meningkatkan kinerja guru PAI, menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyediakan program ekstrakurikuler SBA dan pendampingan ketika pesantren ramadhan, pemanfaatan media pembelajaran yang ada secara optimal, serta upaya guru untuk tetap melakukan kegiatan praktek dengan kondisi seadanya.

(27)

mengetahui problem dalam pembelajaran dan solusinya. Yang menjadi pembeda adalah tempat penelitinnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Fitriana dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul Problematika Pendidikan Agama Islam Pada Anak Tunagrahita di SLB B/C Wiyata Dharma 4 Godean Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kulitatif. Dari penelitian ini didaptakan hasil : (1) Pembelajaran PAI pada anak tunagrahita lebih ditekankan pada modifikasi kurikulum PAI yang disesuaikan dengan kemampuan siswa yang diajarkan dengan metode individual dan strategi tematik dengan tujuan untuk pembentukan sikap dan perilaku yang baik berdasarkan ajaran agama Islam sehingga hasil dari pembelajaran PAI diharapkan anak-anak tunagrahita memiliki akhlk yang baik dan dapat menerapkan PAI dalam kehidupan sehari-hari. (2) problematika yang dihadapi dalam pembelajaran PAI antara lain problem dari guru, problem dari siswa, problem kurikulum, problem sarana prasaranadan problem dari orang tua. (3) upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika yang terjadi adalah dengan memodifikasi kurikulum PAI agar sesuai dengan kondisi ketunaan siswa, menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran sesuai dengan kondisi anak tunagrahita.

(28)

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami skripsi yang akan disusun maka peneliti perlu mengemukakan sistematika penulisan skripsi. Skripsi ini nantinya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut : Bagian Pendahuluan terdiri dari halaman judul, halaman pengajuan, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi dan abstrak.

Bagian teks terdiri dari 5 bab dan berisi sub-sub antara lain : Pendahuluan

Bab I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, fokus penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

(29)

Bab III: Metode penelitian, meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data,metode pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV : Laporan hasil penelitian yang berisi deskripsi singkat mengenai lokasi penelitian paparan data hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Secara sederhana, Istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai

“upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui

berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan

kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan”. Pembelajaran dapat

pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terpeogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar ( Majid, 2013 : 4).

Problematika berasal dari kayta problem yang dapat diaartikan sebagai permasalahan atau masalah. Dari pengertian tentang problematika dan pembelajaran yang telah disebutkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwasannya pengertian problematika pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses belajar mengajar yang harus dipecahkan agar tercapai tujuan yang maksimal.

2. Tujuan dan Teori Pembelajaran a. Tujuan

(31)

pengetahuan yang kita miliki maka kita akan mendapatkan peningkatan derajat sesuai dengan firman Allah SWT.

b. Teori Pembelajaran

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah mau pun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2010 :61).

Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar.

Dari kedua definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian..selanjutnya untuk mendapatkan pengetahuan ada beberapa pendapat sebagaimana yang disampaiakan oleh para ahli adalah sebagai berikut :

1) Teori-Teori Belajar dalam Aliran Behaviorisme

(32)

Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thomdike (1874-1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890 an. Eksperimen Thomdike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untu mengetahui fenomena belajar. Berdasarkan eksperimen di atas, Thomdike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons. Itulah sebabnya , teori koneksinisme juga disebut “S-R. Bond Theory” dan “S_R

Psychology of Learning”. Apabila kita perhatikan dengan

seksama, dalam eksperimen Thondike tadi akan kita dapati dua hal pokok yang mendorong timbulnya fenomen belajar.

b) Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov.

(33)

perubahan yang kita kehendaki yang dalam hal ini CR (Syah, 2010 :92-96).

2) Teori-Teori Belajar Berbasis Kognitivisme a) Teori Kognitif Gestalt

Pokok pandangan gestalt adalah bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi. Berbeda dengan pandangan behaviorisme yang beramsumsi adanya perilaku mulekular, pandangan gestalt lebih menekankan kepada perilaku moral. Menurut pandangan ahli teori Gestalt semua kegiatan belajar menggunakan pemahaman tentang adanya hubungan-hubungan, terutama hubungan antara bagian terhadap keseluruhan. Tingkat kejelasan dan kemaknaan terhadap apa yang diamati dalam dalam situasi belajar akan lebih meningkatkan kemampuan belajar seseorang daripada melalui hukuman dan ganjaran (Hariyanto dan Suyono, 2015 :79-80).

3) Prinsip- Prinsip Pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran ialah prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda oleh setiap siswa secara individual. Adapun prinsip-prinsip belajar pada umumnya adlah :

(34)

b) Belajar berlangsung seumur hidup. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning).

c) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu secara aktif. d) Belajar mencakup semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu belajar

harus mengembangkan aspek kognitif.

e) Kegiatan belajar berlangsung di sembarang tempat dan waktu. Berlangsung di sekolah (kelas dan halaman sekolah, di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi, di alam sekitar, dalam bengkel kerja, d dunia industry.

f) Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa guru. Berlangsung dalam situasi formal, informal, dan non formal. g) Belajar yang terencana dan disengaja menuntut motivsi yang

tinggi.

h) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang amat kompleks.

i) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. Hambatan dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya.

(35)

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian pendidikan agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al Hadis melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan untuk penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (kurikulum PAI) (Majid, 2012 : 11).

(36)

pendidikan agama, di antaranya situasi sekolah, masyarakat dan peraturan perundang-undangan (Daradjat,2011 : 87).

Munculnya anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan tentang pendidikan agama, seperti Islam diajarkan lebih pada hafalan (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai) yang harus dipraktikkan pendidikan agama lebih ditekankan pada hubungan formalitas antara hamba dengan Tuhan Nya, penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat penekanan dan masih terdapat sederet respon kritis terhadap pendidikan agama. Hal ini disebabkan oleh penilaian kelulusan siswa dalam pelajaran agama diukur dengan berapa banyak hafalan dan mengerjakan ujian tertulis dikelas yang dapat didemonstrasikan oleh siswa (Majid, 2012 :12).

(37)

hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.

Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

(38)

d. Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negative dari

lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dn menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nirnyata), system dan fungsioanalnya.

g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan oleh dirinya sendiri dan bagi orang lain.

3. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya (Daradjat, 2011 : 25).

(39)

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Kurikulum PAI :2002) (Majid, 2012 :16).

Tujuan pendidikan agama Islam di atas merupakan turunan dari tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN(UU No. 20

tahun 2003), berbunyi “Pendidikan nasional bertujuan untuk

bekembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kalau tujuan pendidikan nasional sudah terumuskan dengan baik, maka fokus berikutnya adalah cara menyampaikan atau bahkan menanamkan nilai, pengetahuan dan keterampilan. Cara seperti ini meliputi penyampaian atau guru, penerima atau peserta didik, berbagai macam sarana dan prasaran, kelembagaan dan faaktor lainnya, termasuk kepala sekolah, masyarakat terlebih orang tua dan sebagainya ( Majid, 2012 :17). Tujuan pendidikan Islam :

a. Tujuan Umum

(40)

tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. Tahap-tahapan dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal (sekolah), dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikiler yang selanjutnya dikembangkan dalam tujuan instruksional (Daradjat, 2011 :30).

Dapat disimoulkan bahwa dari tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam dapat disimpulkan bahwa tujuan kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain, tujuan tersebut meliputi seluruh aspek yang meliputi sikap, tingkah laku, penempilan, kebiasaan dan pandangan. Tetapi berbeda setiap tingkat umur kecerdasan, situasi dan kondisi, dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik. Tujuan pembalajaran ini dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan Nasional Negara termuat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harus dikaitkan pula dengan tujuan intitusional lembaga yang menyelenggarakan penidikan tersebut.

b. Tujuan Akhir

(41)

selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Orang yang sudah takwa dalam bentuk Insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan formal. Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan Kamil yang mati dari akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.

c. Tujuan Sementara

(42)

mendasar bentuk tujuan pendidikan Islam dibandingkan dengan pendidikan lainnya (Daradjat, 2011: 31-32).

d. Tujuan Operasional

(43)

4. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk dalam (Majid, 2012 :13-15) dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu sebagai berukut :

a. Dasar Yuridis/ Hukum

Dasar yuridis yakni dasar pelaksannan pendidikan agama yang berasal dari perundang –undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam. 1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara pancasila, sila pertama.

Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Dasar structural/konstitusioanl, yaitu UUD’45 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

(44)

dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

b. Dasar Religius

Dasar religius merupakan dasar yang bersumber dari ajaran Islam. menurt ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah dari Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada Nya. Dalam Al-Quran banyak ayat-ayat yang menunjukkan perintah tersebut, antara lain :

1) Q.S. Al-Nahl ayat 125 : “ Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu

dengan hikmah dan pelajaran yang baik…..”

2) Q.S Ali-Imran ayat 104 “ Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh

kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar….”

3) Al Hadis :Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya

sedikit”.

5. Aspek Psikologis

(45)

Landasan Pendidikan Islam : a. Al-Qur’an

Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembagkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut Syariyah. Ajaran –ajaran yang berkenaan dengan iman tidak banyak dibicarakan dalam Al-Qur’an, tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan. Ini menunjukkan bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan, sebab semua amal perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya (masyarakat),dengan alam dan lingkungannya , dengan makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal shaleh (syariyah). Istilah-istilah yang biasa digunakan dalam membicarakan ilmu tentang syariah ini ialah : (a) ibadah untuk perbuatan yang langsung

berhubungan dengan Allah, (b) mu’amalah untuk perbuatan yang

langsung berhubungan selain dengan Allah dan (c) akhlak untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan (Daradjat, 2011 :19-20).

(46)

As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah SWT. Yang dimaksudkan dengan pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an. Seperti Al-Qur’an Sunnah juga berisi aqidah dan syariyah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Oleh karena itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang itulah sebabnya, mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunnah yang berkaitan dengan pendidikan.

c. Ijtihad

(47)

sekedar contoh dalam menerapkan yang perinsip itu. Sejak diturunkan sampai Nabi Muhammad SAW wafat, ajaran Islam telah tumbuh, dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya ajaran Islam sendiri telah berperan mengubah kehidupan manusia menjadi kehidupan muslim ( Daradjat, 2011 : 21-22).

C. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Problematika berasal dari kata problem yang berarti masalah atau persoalan. Sedangkan problematika berarti hal yang menimbulkan masalah, hal yang belum terpecahkan masalahnya (Departemen Kependidikan dan Kebudayaan, 2003 :896).

Selanjutnya mengenai pembelajaran, istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Majid, 2012 : 109).

(48)

quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengamalan.

Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam banyak sekali permasalahan yang dihadapi untuk menyampaikan sebuah materi seringkali permasalahan tersebut menjadi hambatan untuk mencapai tujuan secara maksimal, problematika tersebut antara lain:

1. Problem Peserta Didik

Memahami pengertian peserta didik setidaknya bisa diselamidari tiga perspektif. Pertama, perspektif pedagogis. Perspektif ini memandang

peserta didik sebagai makhluk “homo education” atau disebut dengan

makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini peserta didik dipandang sebagai manusis yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya agar ia dapat menjadi manusia yang utuh.

Kedua, perspektif Psikologis. Perspektif ini memandang peserta didik sebagai individu yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai indivisu yang tengah tumbuh dan berkembang peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahanyang konsisten agar ia mampu mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya.

(49)

anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Priansa, 2014 : 265-266). Sedangkan pada pasal 12 ayat 14 menyatakan bahwa

“setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan

pendidikan agama yang sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

Maka problem yang ada pada anak didik perlu diperhatikan dan ditindak lanjuti dalam mengatasinya sehingga tujuan dalam pendidikan itu dapat terealisasi dengan baik. Secara umum problematika peserta didik adalah segala sesuatu yang dapat mengakibatkan kelambanan peserta didik dalam belajar, diantara adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik Kelainan Psikologi

(50)

dirinya sendiri, merasa rendah diri, marah dan tertekan (Wood, 2012 :117).

b. Karakter Kelainan Daya PIkir (Kognitif)

Kelainan yang satu ini dianggap yang paling banyak menimpa anak bekaitan dengan kegiatan belajar. Banyak teori para pakar yang menjelaskan adanya keterkaitan erat antara kecerdasan umumnya bagi anak dan tingkat keberhasilannya dalam beljar ( Asy Syakhs, 2001 :25).

Jika kita mengamati tingkat kecerdasan dari sisi lain, maka kita jumpai adanya perilaku yang menyebabkan adanya keterkaitan antara daya fikir anak yang lamban belajarnya, seperti lemahnya daya ingat hingga mudah melupakan materi yang baru dipelajari, lemah kemampuan berfikir jernih, tidak ada kemampuan beradaptasi dengan temannya, rendah dibidang kebahasaanya baik dalam menyusun kalimat, maupun dalam belajar.

c. Karakter Kelainan Kemauan (Motivasi)

Problem yang sudah tidak mempunyai motivasi dalam melakukan pembelajaran maka dia akan mengalami kejenuhan dan tidak ada gairah untuk bersungguh-sungguh. Sebagaimana pengertian motivasi itu sendiri yaitu suatu tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya (Handoko, 199: 9).

(51)

seseorang terhadap rangsangan yang dihadapinya. Antisipasi yang positif terhadap rangsangan akan menimbulkan reaksi mendekat, sedangkan antisipasi negatif terhadap suatu rangsangan akan menimbulkan reaksi menjauh. Suatu objek atau rangsangan yang diduga akan menimbulkan rasa nikmat atau enak akan menimbulkan reaksi mendekat.

d. Karakter Kelainan Interaksi (Emosional Dan Sosial)

Teori yang ada menjelaskan bahwa menjalankan perilaku interaksi (emosional) yang tidak disukai di antara anak-anak yang tertinggal dalam belajar meliputi rasa permusuhan, kebencian, kecenderungan marah, merusak overacting, mempengaruhi perkelahian, cepat mengabaikan peringatan dan sebagainya (Asy Syakhs, 2001 :30).

(52)

Pemakaian narkoba, tindak criminal dan anarkisasi sebagian peserta didik sekolah umum terkesan rentan/tinggi (Muhaimim,2011 :159). 2. Problem Pendidik

Dalam proses pendidikan khususnya pendidikan disekolah memegang peranan yang paling utama. Pendidik adalah profil manusia yang setiap hari didengar perkataannya, dilihat dan mungkin ditiru perilakunya oleh murid-muridnya di sekolah. Oleh karena itu , seorang pendidik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :

a. Beriman kepada Allah dan beramal saleh. b. Menjalankan ibadah dengan taat.

c. Memiliki sikap pengabdian yang tinggi pada dunia pendidikan. d. Ikhlas dalam menjalankan tugas pendidikan.

e. Menguasai ilmu yang diajarkan kepada anak didiknya. f. Profesional dalam menjalankan tugasnya.

g. Tegas dan berwibawa dalam menghadapi masalah yang dialami murid-muridnya.

Sebagaimana dalam Al-Quran Surat Ali Imran ayat 104 :

(53)

mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang

beruntung”.

Yang dimaksud dengan makruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita pada Allah, sedangkan mungkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari-Nya. Ini merupakan kewajiban seluruh umat Islam, tidak terkecuali dan apalagi bagi seorang pendidik ( Saebani dan Akhdiyat, 2012 :221-223).

Para pendidik sepantasnya merupakan manusia pilihan, yang bukan hanya memiliki kelebihan ilmu pengetahuan melainkan juga memiliki tanggung jawab yang berat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.

Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang tepikul di pundak para orang tua. Mereka ini tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada orang sembarangan guru/sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat guru.

(54)

fisik, mental/kepribadian, keilmiahan/ pengetahuan dan keterampilan ( Majid, 2012 : 88)

Pertama, fisik, meliputi : sehat jasmanidan rohani, tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan /cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik.

Kedua , mental/ kepribadian, meliputi : berkepribadian/ berjiwa pancasila, mampu menghayati GBHN, mencintai bangsa dan sesame manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik , berbudi pekerti luhur, berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal, mampu menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa.

Ketiga, keilmiahan/ pengetahuan, meliputi : memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi pendidikan/ mengajar yang demokratis, memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menetapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik dan pengajar yang demokratis, memahami-menguasai serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan.

Keempat, keterampilan, meliputi : mampu berperan sebagai organisiator proses mengajar belajar, mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan structural-interdisipliner behavior dan teknologi, mampu menyusun garis besar program pelajaran (silabus).

(55)

a. Orientasi guru terhadap profesinya

Kesadaran seorang guru terhadap tanggung jawab sebagai pengajar akan mempengaruhi pelaksanaan pendidikan agama Islam.

b. Keadaan kesehatan guru

Seorang guru harus mempunyai tubuh yang sehat. Sehat dalam arti tidak sakit dan sehat dalam arti kuat, mempunyai cukup sempurna gizi. c. Keadaan ekonomi guru

Seorang guru jika terpenuhi kebutuhannya, maka ia akan lebih percaya diri kepada diri sendiri, maka lebih aman dalam bekerj maupun kontak-kontak sosial lainnya.

d. Pengalaman mengajar guru

Kian lama seorang guru ini menjadi guru kian bertambah baik pula dalam menunaikan tugasnya untuk menuju kesempurnaan.

e. Latar belakang pendidikan guru

Profesi guru ini dalam banyak hal ditentukan oleh pendidikan persiapannya ( Syaifullah, 1989:179).

3. Problem kurikulum

(56)

kehidupan, sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirosah) dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum diartikan tidak secara sempit tetapi tidak luas daripada itu, merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan dapat dinamakan kurikulum, termasuk di dalamnya kegiatan belajar=mengajar, mengatur strategi dalam proses belajar-mengajar, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran dan sebagainya (Nurdin dan Usman, 2002 :34)

Isi kurikulum Pendidikan Islam seharusnya dikembangkan dengan tiga orientasi, yang ketiganya disajikan dengan pendekatan terpadu (integrated approach).

a. isi kurikulum yang berorientasi pada ketuhanan

Rumusan isi yang berkaitan dengan Ketuhanan, mengenal Zat, sifat, perbutanNya, dan relasinya terhadap manusia dan alam semesta. Bagian ini meliputi ilmu kalam, ilmu metafisika alam, ilmu fiqih, ilmu akhlak (tasawuf), ilmu-ilmu tentang Al-Quran dan Al-Sunnah(tafsir, mustholah, linguistic, ushul fiqh, dsb)

b. Isi kurikulum yang berorientasi pada kemanusiaan

(57)

politik, ekonomi, kebudayaan, sosiologi, antropologi, sejarah, linguistic, ilmu seni, ilmu artistic, filsafat, psikologi, pedagogis, psikologi, kedokteran perdagangan, komunikasi, administrasi, matematik dan sebagainya.

c. Isi kurikulum yang berorientasi pada kealaman

Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan fenomena alam semesta sebagai makhluk yang diamanatkan dan untuk kepentingan manusia. Bagian ini meliputi ilmu fisika, kimia, pertanian, perikann, obat-obatan, astronomi, ruang angkasa, geologi, botani, zoology, biogenetic dan sebagainya (Majid, 2012 :57-58).

Ada dua jenis tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu sekolah :

a. Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan

Suatu lembaga pendidikan setiap sekolah mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapai (tujuan lembaga pendidikan atau tujuan institusional. Tujuan-tujuan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dapat memiliki murid siswa, ekolah mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.

b. Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi

(58)

instruksional dimana tujuan instruksional merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan kurikuler (Daradjat, 2011 :123).

Agar peserta didik dapat mencapai tujuan akhir (ultimate aim) pendidikan Islam, maka suatu permasalahan pokok yang sangat perlu mendapat perhatian adalah penyusunan program pendidikan yang dijabarkan dalam kurikulum. Berpedoman pada ruang lingkup pendidikan Islam yang ingin dicapai, maka kurikulum pendidikan Islam itu berorientasi pada tiga hal :Tercapainya tujuan hablum munallah ( hubungan dengan Allah).

1 )Tercapainya tujuan hablum minannas (hubungan dengan manusia)

(59)

Problem pada saat ini adalah kecenderungan bahwa perhatian guru agama lebih tertuju pada struktur kurikulum PAI, seperti analisis materi pelajaran, merumuskan tujuan serta begaimana urusan administrasi pengajaran lainnya, pengembangan kurikulum yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional serta relevansinya dengan rumusan kompetensi PAI, kurang mendapat perhatian. Kurikulum tidak akan tercapai jika hanya dibiarkan setelah dikembangkan. Kurikulum yang telah didesain optimal harus diimplementasikan dan mempunyai hasil bagi pembelajaran. Banyak kurikulum yang telah didesain dan dikembangkan tidak diimplementasikan karena ketiadaan suatu rencana perubahan dalam keseluruhan suatu system persekolahan.

(60)

Individu tersebut sering berfikir bahwa implementasi merupakan penggunaan program baru atau tidak.

Implementasi yang sukses adalah suatu proses yang mempunyai beberapa hal baru. Implementasi bergantung pada pendekatan umum pengembangan kurikulum dan kurikulum itu sendiri. Kebanyakan orang percaya bahwa implementasi yang sukses, bersandarkan pada penggambaran langkah-langkah yang tepat terutama menyangkut proses pengembangan.kebanyakan orang mempertimbangkan implementasi adalah sebagai sesuatu yang tak dapat diramalkan dan tidak pasti.

Ketika kurikulum pada PAI tidak digunakan dengan baik maka hasil yang maksimal tidak akan didapatkan. Amin Abdullah salah satu pakar keislaman non tarbiyah juga telah menyoroti kurikulum dalam kegiatan pendidikan Islam yang selama ini berlangsung di sekolah, antara lain sebagai berikut :

a. Pendidikan Islam lebih banyak terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata-mata.

b. Pendidikan Islam kurang konsen terhadap persoalan bagaimana mengubah pengeyahuan agama yang kognitif

menjadi “makna” dan nilai yang perlu diinternalisasikan

(61)

c. Pendidikan agama Islam lebih menarik beratkan pada aspek korespondensi tekstual, yang lebih menitik beratkan pada hafalan teks keagamaan yang sudah ada.(Muhaimin, 2002 :264)

D. Problematika Praktik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dalam praktik pembelajaran pendidikan agama Islam permasalahan yang dihadapi yang seringkali permasalahan tersebut menjadi hambatan untuk mencapai tujuan secara maksimal, praktik problematika tersebut antara lain :

1. Problem manajemen dalam pembelajaran Pendidikan agama Islam.

Manajemen berasal dari kata Bahasa Inggris “management”

dengan kata kerja “to manage” yang secara umum berarti mengurusi,

mengemudikan, mengelola,, menjalankan, membina atau memimpin, kata

benda “management” dan “manage” berarti orang yang melakukan

manajemen. Fungsi-fungsi manajemen saling berkaitan satu dengan lainnya. Perencaaan umpamanya mempengaruhi pengawasan. Satu fungsi sama sekali tidak berhenti, sebelum yang lain dimulai. Fungsi-fungsi itu jalin-menjalin tanpa terpisahkan dan biasanya mereka tidak dijalankan dalam suatu urutan tertentu, tetapi tampaknya menurut yang dikehendaki keperluan masing-masing.

(62)

berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan. Kegiatan manajerial guru antara lain :

a) Proses

Guru harus mampu memikirkan dan merumuskan suatu program perencanaan berikut tindakan yang dilakukannya.

b) Mengorganisasikan

Guru harus mampu menghimpun dan mengorganisasikan berbagai hal terkait dengan tugas yang diembannya di sekolah sehingga tujuan sekolah dapat tercapai dengan optimal.

c) Memimpin

Guru harus mampu mendorong seluruh warga sekolah untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan optimal sehingga akan meningkatkan kinerja sekolah.

d) Mengendalikan

Guru perlu memastikan bahwa kegiatan operasional sekolah dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan, dan jika terjadi penyimpangan maka ia harus memiliki solusi yang tepat (Priansa, 2014 : 155-156).

(63)

Setlah melihat kenyataan ini, maka pembaharuan terhadap manajemen pendidikan Islam perlu diperhatikan.

2. Problem Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Masih banyak persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia kaitannya dengan keberhasilan pendidikan agama ini, sebab pendidikan agama dalam pelaksanaannya terkait dengan berbagai komponen yang melingkupinya, salah satunya lagi adalah saran dan prasarana pendidikan agama Islam. Sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia belum merata apalagi di daerah pedalaman. Masih banyak sekolah yang belum memiliki ruang kelas yang memadai, bahkan sejumlah sekolah bangunannya nyaris roboh. Selain bangunan fisik, alat-alat peraga pendidikan pun belum memadai. Selain itu sejumlah masalah lain terkait sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia masih menjadi momok dalam pendidikan di Indonesia yang perlu segera untuk dibenahi (Priansa, 2014 : 7).

Standar sarana dan prasarana adalah standar pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

(64)

Akan tetapi bukan berarti pengetahuan mereka itu cukup teliti, juga belum berarti bahwa teori-teori tentang itu sudah benear-benar dikenal mereka. Dalam hal ini kita masih menyaksikan adanya pembangunan sarana belajar yang kelihatannya kurang direncanakan dengan baik. Mungkin saja sebabnya adalah belum dikuasainya teori-teori baru tentang itu. Kendala yang sudah jelas dan seringkali ditemukan , ialah kurangnya biaya (Tafsir, 2009 :92).

3. Problem Lingkungan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dalam kegiatn pendidikan kita melihat adanya unsur pergaulan dan unsur lingjungan yang keduanya tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan. Dalam pergaulan tidak selalu berlangsung pendidikan walaupun didalamnya terdapat factor-faktor yang berdaya guna untuk mendidik. Pergaulan merupakan unsur lingkungan yang turuy serta menfifik seseorang. Pergaulan semacam ini dapat terjadi dalam :

a) Hidup bersama orang tua, nenek, kakek atau adik dan saudara-saudara lainnya dalam suatu keluarga.

b) Berkumpul dengan teman-teman sebaya.

c).Bertempat tinggal dalam suatu lingkungan kebersamaan di kota, di desa atau di nama saja.

(65)

alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada,baik manusia maupun bend buatan manusia, atau alam yang bergerak maupun yang tidak bergerak , kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang. Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungannya. Sejauh ini juga terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya. Tetapi keadaan-keadaan ini tidak selamanya berniali pendidikan, artinya mempunyai nilai positif bagi perkembangan seseorang, karena bisa saja malah merusak perkembangannya.

Berhasil atau tidaknya pendidikan agama Islam, lingkungan berperan penting terhadap berhasil dan tidaknya pendidikan agama, karena perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan, melalui lingkungan dapat ditemukan pengaruh yang baik maupun yang buruk. Problem lingkungan ineliputi :

a. Lingkungan masyarakat yang kurang agamais akan mengganggu perjalanan proses belajat mengajar (Suryabrata: 2004 :184).

b. Lingkungan keluarga, yang mempunyai berbagai macam factor antara lain :

1) Rusaknya hubungan suami istri (orang tua). 2). Kerasnya orang tua dalam memperlakukan anak.

(66)

4). Pendapat anak tidak pernah dihargai bahkan diejek dan usahanya selalu dilarang.

5). Banyaknya sanksi yang tidak mendidikterhadap anak dan tanpa sebab yang jelas.

6). Orang tua memperlakukan anaknya secara ngawur tanpa sadar ataupun bentuk yang jelas.

7). Antara anak yang satu dan yang lainnya dalam keluarga tidak bisa rukun sehingga menimbulkan rasa denda diantara mereka.

8). Memberi contoh kepada anak dengan sifat-sifat negatif.

9). Orang tua terlalu sibuk sehingga anak merasa tidak diperhatikan. 10). Rendahnya tingkat sosial maupun ekonomi dalam keluarga,

sehingga anak selalu anak selalu merasa kekurangan dalam memenuhi kebutuhan pokok untuk sekolah.

11). Tidak adanya kedisplinan waktu pada anak.

12). Mendorong anak untuk belajar sesuatu tanpa memperhatikan kecenderungan atau bakat tertentu sehingga menjadi terbengkalai.

13). Anak terlalu sibuk dengan banyaknya pekerjaan di rumah dan sering tidak masuk sekolah. (Aziz, 2001 :39).

c. Lingkungan sekolah antara lain :

1) Kerasnya guru dan pengaruhnya terhadap anak.

(67)

3)Seringnya guru mengancam, marah-marah, mengejek, memperingatkan dan mengintimidasi anak-anak.

4) Miskinnya guru akan arah pandangan yang sesuai dalam bergaul dengan anak dan tidak mempunyai kemampuan untuk menciptakan hubungan yang hangat dengan mereka.

5) Banyaknya keretakan dan konflik antara guru dan anak-anak, begitu pula antara dengan anak yang satu dengan lainnya, sehingga melemahkan kekuatan mereka.

6) Rendahnya tingkat persiapan guru, terutama untuk tingkat dasar.

7) Banyaknya beban pelajaran yang diberikan pada anak tanpa memandang kemampuan mereka yang bisa memenuhinya. (Asy Syakhs, 2011 : 41).

E. Langkah-Langkah dalam Mengatasi Problematika dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Agar proses belajar mengajar pendidikan agama Islam dapat berjalan dengan lancer sehingga tujuan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dapat diraih secara maksimal, maka perlu adanya sanksi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam tersebut. Untuk mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah dapat diupayakan berbagai macam cara yabg diharapkan dapat menyelesaikan problemtika tersebut sebagaimana berikut : 1. Langkah-langkah dalam mengatasi problem peserta didik dalam

(68)

a. Pada karakter kelainan psikologi

Mengadakan pemeriksaan medis pada anak sebelum memasuki sekolah. Karena kebanyakan mereka memasuki taman kanak-kanak pada usia dini sehingga, dapat mencegahnya dari penyakit berbahaya yang dapat melumpuhkan kekuatannya mempengaruhi perkembangannya saat memenuhi kebutuhan hidupnya yang mempengaruhi berbagai aspek psikologis, juga dalam keberhasilan.

b. Pada karakter kelainan daya pikir (Kognitif)

Proses belajar mengajar adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai positif, diatur dan direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang telah dimiliki oleh anak. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar. Tes hasil belajar menghasilkan nilai kemampuan kognitif yang bervariasi. Variasi nilai tersebut menggambarkan perbedaan kemampuan kognitif tiap-tiap individu. Dengan demikian pengukuran pengukuran kemampuan kognitif dapat dilakukan dengan tes kemampuan belajar atau tes hasil belajar ( Hartono dan Sunarto, 1999 :12). Apabila mayoritas peserta didik memiliki kemampuan intelegensi rendah perlu diusahakan dengan cara jalan lain, yaitu dengan menempatkan peserta didik dalam kelas ang memiliki kemampuan rata-rata yang sama.

c. Pada karakter kelainan kemauan (motivasi)

(69)

1) Menarik minat

Melalui minat dapat ditemukan kemauan dan motivasi karena, kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sabab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya, sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu ( Usman, 1999: 26). 2) Membangkitkan motivasi siswa

Cara menimbulkan motif dapat bermacam-macam, namun cara-cara yang paling efektif adalah sebagai berikut :

a) Menjelaskan tujuan yang akan dicapai dengan sejelas-jelasnya. b) Menjelaskan pentingnya mencapai tujuan.

c) Menjelaskan insentif –insentif yang akan diperoleh akibat tindakan itu.

d) Perjalanan soal insentif itu harus benar-benar real berdasarkan bukti-bukti yang nyata.

(70)

kesulitan-esulitan yang ada kaitannya dalam ketertinggalan dalam belajar.

2. Langkah-langkah dalam mengatasi problem pendidik ( guru) dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

Dalam meningkatkan etos kerja dan meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di sekolah, maka perlu diperhatikan antara lain : a. Pertama, kompetensi bidang pendidikan, artinya kemampuan bidang

intelektual yang meliputi hal-hal berikut ini :

1) Pengetahuan tentang landasan ilmu pendidikan dan keguruan. 2) Pengetahuan tentang materi, struktur dan pol pikit keilmuan yang

mendukung mata pelajaran PAI.

3) Pengetahuan tentang kurikulum terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

4) Pengetahuan tentang karakteristik individu peserta didik dari aspek fisik, spiritual dan emosional.

5) Pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

6) Pengetahuan tentang teknik bimbingan penyuluhan dan administrasi kelas.

7) Mengusai teknik evaluasi dan monitoring peserta didik.

(71)

b. Kedua, kompetensi bidang sikap nilai, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya, yaitu sebagai berikut :

1) Menampilkan sikap yang sesuai dengan norma agama, hokum, sosial dan kebudayaan.

2) Mencintai dan memiliki rasa senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya.

3) Menunjukkkan sikap toleran kepada sesame teman profesinya. 4) Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi terhadap

profesinya.

5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

c. Ketiga, kompetensi perilaku/ tindakan, seperti berikut ini :

1) Kemampuan merencanakan dan mengelola program pembelajaran. 2) Kemampuan membimbing (mengenal fungsi dan program

pelayanan bimbingan dan penyuluhan.

3) Kemampuan menilai ( menilai prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran.

4) Kemampuan enggunakan alat bantu pengajaran/ media pembelajaran.

5) Kemampuan bergaul atau berkomunikasi dengan siswa. 6) Kemampuan mengelola kelas.

(72)

8) Kemampuan mengembangkan keprofesionalan dengan melakukan tindakan reflektif. ( Majid, 2012 : 102-103)

3. Langkah-langkah dalam mengatasi problem manajemen kurikulum dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

Strategi pelaksanaan kurikulum memberi petunjuk bagaimana kurikulum tersebut dilaksanakan di sekolah. Kurikulum dalam pengertian program pendidikan masih dalam taraf harapan atau rencana yang harus diwujudkan secara nyata di sekolah sehingga dapat mempengaruhi dan mengantarkan anak didik sehingga dapat mempengaruhi dan mengantarkan anak didik kepada tujuan pendidikan. Oleh Karena itu komponen strategi pelaksanaan kurikulum memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

Berhasil atau tidaknya kurikulum pendidikan yang telah direncanakan/ ditetapkan, kuncinya adalah terletak pada proses belajar mengajar sebagai ujung tombak dalam mencapai sasaran. Oleh karena itu proses belajar-mengajar yang terencana, terpola, dan terprogram secara baik dan sesuai dengan rambu-rambu yang ada dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP) meupakan ciri dan indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu kurikulum harus mempunyai prinsip, antara lain :

a. Prinsip Relevansi

(73)

kehidupan. Masalah relevansi pendidikan dengan kehidupan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu :

1) Relevansi pendidikan dalam lingkungan hidup murid.

Dalam menetapkan bahan pendidikan yang akan diajarkan, hendaknya dipertimbangkan sejauh mana bahan tersebut sesuai dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar murid.

2) Relevansi dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang.

Di samping mempertimbangkan lingkungan hidup murid, perlu diperhatikan pula perkembangan yang terjadi dalam kehidupan di msa sekarang maupun di masa yang akan dating. 3) Relevamsi dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan

Di samping relevansi dari segi isi pendidikan tidak kalah pentingnya juga adalah relevansi dari segi kegitan belajar. Kurangnya relevansi dari segi kegitan belajar ini sering mengakibatkan sukarnya lulusan dalam menghadapi tuntutan dari dunia pekerjaan.

b. Prinsip Efektifitas

Efektifitas dalam suatu kegiatan dengan sejauh mana sesuatu yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.

(74)

1) Efektifitas mengajar guru terutama menyangkut sejauh mana jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.

2) Efektifitas belajar murid, terutama menyangkut sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.

c. Prinsip Efissiensi

Efisiensi suatu usaha pada dasarnya merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dan usaha yang telah dikeluarkan (input). Dalam pengembangan kurikulum dan pendidikan pada umumnya, prinsip efisiensi ini perlu sekali diperhatikan, baik efisiensi dalam segi waktu, tenaga, peralatan, yang tentunya akan menghasilkan efisiensi dalam segi biaya.

d. Prinsip Kesinambungan

Dengan kesinambungan di sini dimaksudkan adalah saling hubungan atau jalin menjalin antara berbagai tingkat dan jeni program pendidikan.

1) Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah.

Bahan-bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat sekolah yang berikutnya hendaknya sudah diajarkan pada tingkat sekolah yang sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian, kadar klorofil terbaik diperoleh ekstrak klorofil dengan kadar total tertinggi dari daun bayam dengan perbandingan F:S (1:8) yaitu sebesar

Nilai moral tidak terpisah dari nilai-nilai sejenis lainnya setiap nilai dapat memperoleh suatu bobot (K.Bartens, 2001:142-143).Syarat menjadi manusia yang bermoral adalah

Persiapan yang dilakukan oleh rumah sakit Queen Latifa dalam menjalankan program ASI Eklusif antara lain: memberikan kesempatan kepada karyawan rumah sakit untuk

Usulan anggaran biaya produksi harus disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran sebelum disahkan menjadi anggaran.. Anggaran biaya produksi

The writer has done the interview to two students each room that has lowest score to get information clearly about their problem generally in English subject and especially in

Hasil analisis data menunjukkan bahwa profitabilitas, kebijakan dividen, dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan likuiditas dan struktur

Bagian ini digunakan untuk menjelaskan evaluasi terkait pelaksanaan program kegiatan 2016/2017 dan tindak lanjut yang akan dilaksanakan. Program Kerja 2016/2017

Berdasarkan berbagai macam penelitian serta data dari pemboran migas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya di Pulau Jawa terdapat 3 (tiga) arah kelurusan struktur yang