• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kegiatan ekonomi secara umum dapat dikelompokkan ke dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Unit-unit produksi memproduksi barang dan jasa, dan dari kegiatan memproduksi ini timbul pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang telah dimiliki oleh berbagai golongan dalam masyarakat, sehingga dari pendapatan ini masyarakat akan membeli barang dan jasa baik untuk keperluan konsumsi maupun investasi (Anonim, 2009 : 5).

Dengan demikian, maka nilai produk akhir dari barang dan jasa yang diproduksi (product) akan sama dengan pendapatan yang diterima oleh golongan-golongan dalam masyarakat (income), dan akan sama pula dengan jumlah pengeluaran oleh berbagai golongan dalam masyarakat (expenditure). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Ditinjau dari segi produksi, merupakan jumlah nilai produk akhir atau nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit

produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah itu dalam jangka waktu tertentu.

2. Ditinjau dari segi pendapatan, merupakan jumlah pendapatan atau balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah itu yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.

3. Ditinjau dari segi pengeluaran/konsumsi, merupakan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap perubahan stok dan ekspor neto.

2.2.1.2Kegunaan Statistik Produk domestik Regional Bruto

Kegunaan statistik produk domestik regional bruto antara lain (Anonim, 2009 : 8) :

1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi regional baik secara menyeluruh maupun sektoral, dengan melihat persentase pertumbuhan PDRB atas harga konstan (tahun tertentu) dapat dilihat laju pertumbuhan ekonomi.

2. Tingkat Kemakmuran

Mengetahui tingkat kemakmuran daerah, baik tingkat pertumbuhan maupun tingkat kemakmuran dibanding dengan daerah lain, tingkat kemakmuran suatu wilayah biasanya diukur dengan besarnya pendapatan perkapita penduduknya. Tingkat kemakmuran ini tidak

akan mengalami perubahan (tak banyak berarti) apabila laju pertumbuhan penduduk lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonominya.

3. Tingkat Inflasi dan Deflasi

Mengetahui tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi dalam waktu tertentu (tahunan), dengan membandingkan antara PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan (tahun tetentu), dapat diperoleh suatu indeks eksplisit yang bisa menggambarkan kenaikan atau penurunan harga barang dan jasa.

4. Struktur Perekonomian

Mengetahui gambaran perkonomian daerah, Produk Domestik Regional Bruto dapat digunakan sebagai indikator tentang komposisi struktur perekonomian suatu wilayah, yaitu dengan menyusun peranan masing-masing sektor / lapangan usaha.

5. Potensi Suatu Wilayah

Mengetahui potensi suatu daerah terhadap regional secara keseluruhan maupun sektoral. Dengan melihat peranan sektorial dalam suatu wilayah kabupaten atau peranan keseluruhan suatu wilayah terhadap Wilayah Provinsi, bisa diketahui potensi suatu wilayah.

2.2.1.3 Metode Pendekatan

Untuk melakukan perhitungan PDRB atau Pendapatan Regional ada empat metode yang dipakai, yaitu (Anonim, 2009 : 15):

1. Pendekatan Produksi (production approach)

Pendekatan dengan cara ini dilakukan untuk mendapatkan Nilai Tambah Bruto (Gross Value Added) atau disingkat NTB.

NTB = O – BA Dimana,

NTB = Nilai tambah dari suatu produksi barang atau jasa O = Nilai output suatu barang atau jasa

BA = Nilai biaya antara yang digunakan dalam proses produksi Perhitungan dengan pendekatan produksi ini biasanya digunakan untuk sektor pertanian, industri, gas, air minum, pertambangan dan sebagainya.

2. Pendekatan Pendapatan

Pendekatan dengan cara ini dapat dilakukan secara langsung menjumlahkan pendapatan, yaitu jumlah balas jasa faktor produksi yang berupa upah / gaji, bunga netto, sewa tanah dan keuntungan, sehingga diperoleh Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor. Untuk memperoleh Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor, harus ditambah dengan penyusutan dan pajak tak langsung neto.

3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Barang dan

jasa yang diproduksi akan digunakan untuk keperluan konsumsi, pembentukan modal (investasi) dan ekspor. Barang-barang yang digunakan ada yang berasal dari produksi dari dalam daerah dan yang berasal dari luar daerah / impor, maka yang di hitung hanya nilai barang dan jasa yang yang berasal dari domestik saja, maka komponen nilai biaya diatas perlu dikurangi dengan nilai impor sehingga komponen nilai ekspor diatas menjadi nilai ekspor netto.

Dalam perhitungan tersebut digunakan rumus sebagai berikut : PDRB = C + I + G ( X – M )

Dimana ;

C = Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga I = Pembentukan Modal Tetap

G = Pengeluaran Konsumsi Pemerintah X = Nilai Ekspor

M = Nilai Impor 4. Metode Alokasi

Metode alokasi ini merupakan metode pendekatan tidak langsung, yaitu dengan jalan mengalokasikan angka-angka secara terpusat dengan memakai indikator-indikator yang sekiranya dapat menunjukkan peranan cabang yang berada di daerah itu terhadap

kantor pusatnya. Indikator itu dapat berupa volume kerja, jumlah karyawan, jumlah penduduk dan lain-lain.

2.2.1.4. Struktur Pembentuk PDRB

Untuk dapat memberi gambaran sampai seberapa jauh peranan masing-masing sektor ekonomi memberikan andil dalam berproduksi, atau sampai seberapa jauh peranan faktor-faktor produksi berpatisipasi dalam proses produksi atau bagaimana komposisi penggunaan produk-produk yang dihasilkan tadi, maka biasanya PDRB disajikan dalam 3 bentuk, yaitu : PDRB menurut lapangan usaha (by industriil origins), PDRB menurut andilnya faktor-faktor produksi, PDRB menurut jenis penggunaan

(by type of expenditure) (Anonim, 2009 : 19): 1. PDRB Menurut Lapangan Usahanya

Penyajian dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran tentang peranan masing-masing sektor dalam memberikan andilnya pada PDRB. Karena itu unit-unit produksi dikelompokkan ke dalam sektor-sektor antara lain (Anonim, 2009 : 19) :

1) Pertanian

2) Pertambangan dan Penggalian 3) Industri Pengolahan

4) Listrik,Gas dan Air bersih 5) Konstruksi

6) Perdagangan,Hotel dan Restoran 7) Pengangkutan dan Komunikasi

8) Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahan 9) Jasa-jasa

2. PDRB Menurut Andilnya Faktor-Faktor Produksi

Penyajian dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran tentang peranan masing-masing faktor produksi dalam memberikan andilnya pada PDRB. Karena itu disajikan balas jasa yang diterima oleh masing-masing faktor produksi yaitu dalam bentuk (Anonim, 2009 : 20).

1) Upah / Gaji

Yang tercakup disini adalah balas jasa faktor produksi buruh/pegawai yang meliputi:

a. Upah / gaji baik berupa uang maupun barang sebelum dipotong pajak upah, dana pensiun, asuransi kesehatan;

b. Pembayaran yang berbentuk hadiah, premi, bonus dan segala macam tunjangan lainnya;

c. Social security contributon, meliputi pembayaran kontribusi yang dilakukan oleh pengusaha untuk keperluan pegawai-pegawainya, misalnya untuk dana asuransi, dana kesehatan dan dana pensiun dan sebagainya.

2) Pendapatan Perorangan

Pendapatan perorangan adalah pendapatan yang ditimbulkan oleh unit-unit produksi yang tidak berbentuk perusahaan, misalnya

petani-petani, dokter, pedagang kecil, tukang cukur dan sebagainya.

3) Sewa Tanah

Yang tercakup disini adalah pendapatan yang ditimbulkan oleh: a. Ikut sertanya faktor produksi tanah dalam proses produksi.

Dengan tidak memperhatikan untuk apa tanah itu digunakan, maka sewa yang timbul dimasukkan dalam rental income ini; b. Pemilikan hak patent, hak cipta, merk dagang dan sebangsanya

dimasukkan dalam item ini. 4) Keuntungan

Yang termasuk disini adalah keuntungan perusahaan sebelum dipotong pajak perusahaan dan pajak langsung lainnya dan sebelum dibagikan kepada deviden.

5) Bunga Netto

Bunga netto mencakup bunga atas piutang maupun surat-surat berharga lainnya yang diterima oleh penduduk maupun pemerintah, dikurangi bunga atas hutang pemerintah kepada penduduk jika hutang tersebut dipakai untuk konsumsi pemerintah misalnya untuk biaya perang.

3. PDRB Menurut Jenis Penggunaan

Penyajian dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran bagaimana barang dan jasa yang telah diproduksi itu digunakan oleh

berbagai golongan dalam masyarakat, maka penyajiannya akan berbentuk (Anonim, 2009 : 23).

1) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Yang mencakup pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk membeli barang-barang dan jasa tanpa melihat durability

dari barang dan jasa itu, dikurangi penjualan dari barang bekas netto (penjualan-penjualan barang bekas netto), dengan mengecualikan pengeluaran yang bersifat transfer, pembelian tanah dan rumah.

2) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Item ini mencakup pengeluaran rutin untuk pembelian barang dan jasa dari pihak lain yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dikurangi hasil penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah.

3) Pembentukan Modal Tetap

Pembentukan modal tetap ini mencakup besarnya modal yang ditanam selama satu tahun, baik oleh pemerintah, swasta, lembaga swasta yang tidak mencari untung maupun rumah tangga, dikurangi dengan jumlah penjualan barang-barang modal bekas selama tahun yang sama.

4) Perubahan Stok

Perubahan stok adalah barang-barang yang diproduksi sendiri maupun yang diimpor pada tahun itu, tapi belum sempat dipakai sampai akhir tahun hingga masih disimpan sebagai stok.

5) Ekspor Netto

Ekspor netto adalah selisih antara ekspor dan impor dari barang dan jasa.Ekspor barang dan jasa meliputi ekspor barang yang dijual keluar negeri (di luar daerah yang dihitung PDRB-nya), dimana termasuk didalamnya barang-barang dagangan, jasa transpot, asuransi dan jasa-jasa lain.

2.2.1.5. Penyajian Atas Dasar Harga Konstan

Salah satu kegunaan dari Produk Domestik Regional Bruto adalah untuk melihat perkembangan riil produk domestik dari tahun ke tahun. Karena adanya pengaruh inflasi maka daya beli uang akan mengalami penurunan dari tahun ke tahun. PDRB yang masih mengandung faktor inflasi di dalamnya adalah merupakan PDRB atas dasar harga yang berlaku (at current prices) atau biasa ditulis ADHB, sedang bila faktor inflasi sudah dieliminir akan merupakan PDRB atas harga konstan (at constan prices) atau biasa ditulis ADHK. Untuk merubah angka atas dasar harga berlaku menjadi angka atas dasar konstan ada tiga metode dasar yang dapat dipakai, yaitu revaluasi, ekstrpolasi dan deflasi (Anonim, 2009 : 27).

1. Revaluasi

Cara ini diperoleh dengan menilai produsi pada tahun yang bersangkutan dengan memakai harga pada tahun dasar. Begitu juga biaya-biaya antara dinilai dengan memakai harga pada tahun dasar pula. Cara revaluasi ini secara matematis dirumuskan sebagai berikut: (Anonim, 2009 : 28)

NPijADHK = Qij  Pi0

Keterangan :

NPijADHK = Nilai produksi komoditas ke-i pada tahun ke-j ADHK Qij = Quantum komoditas ke-i pada tahun ke-j

Pi0 = Harga komoditas pada tahun dasar 2. Ekstrapolasi

Cara ini diperoleh dengan mengekstrapolasi nilai tambah pada tahun dasar dengan menggunakan indeks kuantum dari barang-barang yang bersangkutan yang diproduksi. Secara matematis penghitungan ekstrapolasi dirumuskan sebagai berikut (Anonim, 2006 : 29): IPij

NPijADHK = NPi0   IPi0

Dimana;

NPijADHK = Nilai produksi komoditas ke-i pada tahun ke-j ADHK NPi0 = Nilai produksi komoditas ke-i pada tahun dasar IPij = Indeks kuantum komoditas ke-i pada tahun ke-j IPi0 = Indeks kuantum komoditas ke-i pada tahun dasar

3. Deflasi

Cara ini diperoleh dengan mendeflate nilai tambah atas dasar harga yang berlaku dengan indeks harga dari barang-barang yang bersangkutan. Indeks harga disini dapat dipakai indeks harga perdagangan besar, harga produsen maupun harga eceran tergantung mana yang lebih cocok. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: (Anonim, 2009 : 30)

IHi0

NP݆݅஺஽ு௄ = NP݆݅஺஽ு஻  IHij

Keterangan :

NP݆݅஺஽ு௄ = Nilai produksi komoditas ke-i pada tahun ke-j ADHK NP݆݅஺஽ு஻ = Nilai produksi komoditas ke-i pada tahun ke-j ADHB IHij = Indeks harga komoditas ke-i pada tahun ke-j

2.2.1.6. Nilai Tambah Bruto, Cara Penyajian, dan Angka Indeks

Nilai tambah bruto (NTB) adalah nilai yang didapatkan dari pengurangan nilai output dengan biaya antaranya yang dirumuskan. (Anonim , 2009:33)

NTB = O – BA

Dimana,

NTB = Nilai tambah dari suatu produksi barang atau jasa O = Nilai output suatu barang atau jasa

Pengertian NTB ini sangat penting karena PDRB itu tidak lain adalah penjumlahan dari seluruh NTB dari seluruh unit produksi yang berada pada suatu daerah tertentu dalam kurun waktu tetentu (Anonim, 2009 : 34).

Sementara, agregat-agregat pendapatan regional juga disajikan dalam bentuk angka-angka persentase dan angka-angka indeks yang diterangkan sebagai berikut (Anonim, 2006 : 34).

1. Peranan Sektoral adalah suatu angka yang disajikan dalam bentuk persentase dengan cara membagi nilai masing-masing sektor dengan nilai seluruh PDRB dikalikan 100% pada tahun yang bersangkutan. Penghitungan peranan sektoral ini dapat diperoleh dari rumus :

PDRBi Pi =   100% 9  PDRBi i=1 Dimana; Pi = Peranan sektor i PDRBi = PDRB sektor i

2. Indeks perkembangan adalah angka indeks yang diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun dasar yang dikalikan 100. Angka indeks ini diperoleh dari rumus:

PDRBit

IPit =   100 PDRBi0

Dimana ;

IPit = Indeks perkembangan sektor i tahun t PDRBit = PDRB sektor i pada tahun t

PDRBi0 = PDRB sektor i pada tahun dasar

3. Indeks berantai adalah angka indeks yang diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya yang dikalikan 100.

Rumus :

PDRBit

IBit =   100 PDRBi ( t - 1 )

Dimana ;

IBit = Indeks perkembangan sektor i tahun t PDRBit = PDRB sektor i pada tahun t

PDRBi ( t - 1 ) = PDRB sektor i pada tahun t - 1

4. Angka laju pertumbuhan adalah angka berbentuk persentase yang diperoleh dengan mengurangkan indeks berantai ADHK dengan 100 yang dirumuskan sebagai berikut :

GROWTH it = ( IB݅ݐ஺஽ு௄ – 100 ) % Dimana ;

GROWTH it = Pertumbuhan sektor i tahun t

5. Indeks Harga Implisit adalah angka indeks yang dipeoleh dengan membagi nilai atas dasar harga yang berlaku dengan nilai atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahunnya dikalikan 100.

PDRB݅ݐ஺஽ு஻

IHI it =   100 PDRBi݅ݐ஺஽ு௄

Dimana ;

IHI it = Indeks harga implisit sektor i tahun t PDRB it ADHB = Indeks berantai ADHB sektor i tahun t PDRB it ADHK = Indeks berantai ADHK sektor i tahun t

6. Inflasi adalah angka yang diperoleh dari persentase perubahan indeks harga implisit atau secara matematis bisa ditulis :

IHI it - IHI i ( t – 1 )

INFLATION it =   100 % IHI i ( t – 1 )

Dimana ;

INFLATION it = Inflasi sektor i tahun t

IHI it = Indeks harga implisit i pada tahun t

IHI i ( t – 1 ) = Indeks harga implisit sektor i pada tahun t –1

2.2.1.7.Teori Keynesian (Harrod-Domar)

Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonomi sesudah Keynes, yaitu Evsey Domar (Massachusetts Institute of Technology) dan Sir Roy F.Harrad (Oxford University). Teori ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa

tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Dengan kata lain, teori ini berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (Steady growth) (Arsyad, 1999 : 64).

Teori Harrod-Domar ini mempunyai asumsi yaitu:

1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh.

2. Perekonomian terdiri dari 2 sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada.

3. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan di mulai dari titik nol. 4. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensif to save = MPS)

besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (capital output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incremental capital-output ratio = ICOR). COR dan ICOR yang tetap ini bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Dalam teori Harrod-Domar ini, fungsi produksinya berbentuk L karena sejumlah modal hanya dapat menciptakan suatu tingkat output tertentu (modal dan tenaga kerja tidak substitutif). Untuk menghasilkan output sebesar Q1, diperlukan modal K1, dan tenaga kerja L1, dan apabila

kombinasi itu berubah maka tingkat output berubah. Untuk output sebsar Q2, misalnya hanya dapat diciptakan jika stok modal sebesar K2

Gambar 1 : Fungsi Produksi Harrod-Domar

Modal

K2 Q2

K1 Q1

Tenaga kerja

Sumber : Arsyad , 1999, EkonomiPembangunan, Edisi Keempat, STIE YKPN, Yogyakarta, hal.66

Jika kita menetapkan COR = k , rasio kecenderungan menabung (MPS) = s yang merupakan proporsi tetap dari output total, dan investasi ditentukan oleh tingkat tabungan, maka kita bisa menyusun model pertumbuhan ekonomi yang sederhana seperti berikut :

1. Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari output total (Y), oleh karenanya kita mempunyai persamaan yang sederhana.

S = s . Y

2. Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal dan dilambangkan dengan K, maka : I = K

Tetapi karena stok modal (K) mempunyai hubungan langsung dengan output total (Y), seperti ditunjukan oleh COR atau k, maka:

K K

 = atau =  = atau K = k . Y Y Y

Akhirnya, karena tabungan total (S) harus sama dengan investsi total (I) maka:

S = I

Tetapi dari persamaan (I) di atas kita tahu bahwa S = s . Y dan dari persamaan (II) dan (IIa) kita tahu bahwa I = K = k . Y. Oleh karena itu kita bisa menuliskan identitas dari tabungan yang sama dengan investasi pada persamaan (IIa) itu sebagai:

S = s . Y = k . Y = K = I atau s. Y = k . Y

Dan pada akhirnya kita mendapatkan :

Y / Y pada persamaan (IV) menunjukan tingkat pertumbuhan output (persentase perubahan output).

Dokumen terkait