• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS

B. Produk-produk Keuangan Syariah di Indonesia

Produk keuangan syariah merupakan produk yang dihasilkan oleh lembaga keuangan syariah dengan berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang mengacu pada fatwa DSN MUI. Pilihan produk syariah sangat beragam, ada yang bersifat konsumtif dan ada pula yang produktif. Produk syariah tidak hanya memiliki misi bisnis melainkan juga memiliki misi sosial, meskipun misi sosial ini belum terlalu berkontribusi dalam kehidupan masyarakat.9

9

Asmuni, PRODUK PERBANKAN SYARIAH (Antara Minhâj Raddi dan Minhâj al-Maqshadî), diakses dari http://alislamiyah.uii.ac.id/2013/09/17/produk-perbankan-syariah-antara-al-minhaj-al-raddi-dan-al-minhaj-al-maqshadi/ pada Kamis 1 Mei. Pkl: 20.10.

Bank Syariah Lembaga Keuangan Syariah Lain (Asuransi dll) Dewan Pengawas Syariah Majelis Ulama Layanan Hukum Syariah Pendidikan Syariah Instrumen Keuangan Syariah

Produk syariah yang tersebar pada lembaga-lembaga keuangan syariah Indonesia diwajibkan memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas untuk melakukan kontrol terhadap seluruh produk yang diproduksi. DPS juga dibebani untuk mengoreksi dan mengevaluasi sisi-sisi syariah yang lain, termasuk menanamkan nilai-nilai syariah dalam perilaku insan-insan perbankan syariah secara menyeluruh.

Adanya pengawasan yang ketat dari DPS akan membuat lembaga keuangan syariah lebih berhati-hati dalam menjalankan operasional perusahaan terutama dalam hal transaksi, tentu kehadiran DPS akan membuat lembaga keuangan syariah sulit melakukan praktik istiglal (penyelewengan) yang menghadirkan „transaski berbunga‟. Misalnya, lembaga keuangan syariah harus memberikan produk pembiayaan sebagai ganti dari produk pinjaman, hal ini dikarenakan konsekuensi dalam produk pembiayaan adalah margin (bagi hasil), sedangkan konsekuensi dari produk pinjaman adalah insentif bunga yang jelas diharamkan dalam ajaran Syariah Islam.

Secara garis besar produk perbankan syariah terbagi atas produk penyaluran dana, penghimpunan dana dan produk jasa.10 Produk penghimpun dana atau yang sering disebut dengan sumber dana pada bank syariah terdiri dari beberapa sumber antara lain, yaitu wadiah, mudhorobah dan wakalah.

10

Zakariya Ahmad, Produk dan Jasa Perbankan Syariah, diakses dari http://suarakomunitas.net/baca/1044/produk-dan-jasa-perbankan-syariah/ pada Kamis 1 Mei. Pkl: 20.30.

Wadiah, yaitu sejumlah titipan murni dari satu pihak kepada bank dan bank harus menjaganya dengan baik, penitip berhak mengambilnya kapanpun ia mau. Konsep wadiah yang dipakai dalam perbankan syariah adalah wadiah yad dhamanah

yang diterapkan pada produk rekening giro. Dalam konsep ini bank dapat mempergunakan dana yang dititipkan, akan tetapi bank bertanggung jawab penuh atas keutuhan dari dana yang dititipkan.

Adapun mudharabah atau investasi adalah prinsip bagi hasil, yang dimaksud

mudharobah disini yaitu mudharabah yang tidak disertai pembatasan penggunaan dana dari shohibul mal (pemilik harta/modal). Sedangkan investasi khusus terbagi atas mudaharabah muqoyyadah, yaitu aqad mudharabah yang disertai dengan pembatasan penggunaan dana dari shahibul mal untuk investasi-investasi

mudharabah tertentu.

Sedangkan wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seorang sebagai pihak pertama kepada bank sebagai pihak kedua dalam melakukan pekerjaan jasa tertentu. Contohnya transfer uang, inkaso, dan lain-lain.

Produk kedua adalah produk penyaluran dana. Penyaluran dana pada bank syariah dilakukan dengan berbagai cara yang masing-masing memiliki prinsip akad yang berbeda pula, antara lain: Ba’i (jual beli), ijaroh, syirkah, dan akad pelengkap.

Ba’i (jual beli) ada tiga jenis jual beli yang dijadikan dasar modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah, yaitu Ba’i Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank mendapat sejumlah keuntungan, sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Ba’i Salam, yaitu transaksi jual beli, dimana barangnya belum ada sehingga

barang yang menjadi objek diserahkan secara tangguh, dalam hal ini bank menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual. Ba’i Istisna, yaitu sama dengan salam hanya saja dalam pembayaranya bank membayar dengan beberapa kali pembayaran.

Adapun ijarah (sewa) secara prinsip ijarah ini sama dengan jual beli, hanya saja yang menjadi objek adalah manfaatnya. Pada akhir masa sewanya dapat saja diperjanjikan bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual belikan antara bank dan nasabah yang menyewa. Hal ini disebut dengan “Ijarah muntahhiyah bittamlik” (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan).

Sedangkan syirkah adalah produk pembiayaan bank syariah yang didasarkan pada prinsip bagi hasil. Syirkah ini terdiri atas al-musyarokah yang merupakan bentuk umum dari usaha bagi hasil, dalam kerja sama ini para pihak secara bersama-sama memadukan sumber daya baik yang berwujud ataupun tidak berwujud untuk menjadi modal proyek kerja sama untuk dikelola bersama-sama pula. Selanjutnya al-mudharabah yang merupakan bentuk spesifik dari musyarokah, dalam mudharabah

salah satu pihak berfungsi sebagai shohibul mal (pemilik modal/harta) dan pihak lain berpera sebagai mudharib (pengelola modal/harta).

Akad pelengkap yaitu akad ini digunakan untuk memudahkan pelaksanaan pembiayaan diperlukan akad pelengkap. Akad pelengkap ini ditujukan untuk mengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Akad pelengkap terdiri atas hiwalah adalah transaksi pengalihan utang piutang, dalam praktik perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan usahanya, sedangkan bank

mendapatkan ganti biaya atas jasa. Lalu ada rahn biasa dikenal dengan gadai, tujuan dari akad ini adalah memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Qardh adalah pinjaman uang, Pihak bank memberikan sejumlah pinjaman uang kepada nasabah dengan pelunasan yang ditentukan. Wakalah

adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak pertama kepada bank sebagai pihak kedua dalam melakukan pekerjaan jasa tertentu. Contohnya transfer uang, inkaso, dll. Kafalah, adalah bank yang ditujukan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat juga menerima uang tersebut dengan prinsip wadiah, bank mendapatkan biaya pengganti atas jasa yang diberikan.

Produk ketiga adalah produk jasa. Produk jasa perbankan syariah merupakan pelayanan jasa perbankan kepada para nasabahnya dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa:

Sharf (Jual beli valuta asing), Islam membolehkan jual beli valuta asing baik pada mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis tetapi dengan ketentuan jual beli tersebut dilakukan dalam waktu yang sama.

Ijarah (sewa), sebagaimana telah dijelaskan seperi diatas bahwa secara prinsip

ijarah ini sama dengan jual beli, hanya saja yang menjadi objek adalah manfaatnya. Pengiriman uang (Transfer) antar bank dan kliring Jasa transfer dan kliring sudah biasa diindustri perbankan. Jasa ini mempermudah transaksi yang dilakukan

oleh pengguna (nasabah) maupun bukan pengguna (nasabah) dengan bank lain. Atas jasa ini, bank mengenakan biaya tertentu sesuai ketentuan pihak bank sendiri.

Penggunaan ATM bersama dengan bank lain, penggunaan ATM bersama dengan bank lain akan memudahkan baik nasabah bank tersebut maupun nasabah bank lain dalam melakukan transaksi-transaksi keuangan. Imbalan yang diterima bank biasanya berupa biaya pertransaksi.

Pembayaran dan pembelian beberapa produk via bank. Ketersedian layanan yang memudahkan nasabah dalam berbagai kegiatan merupakan salah satu daya tarik bank. Saat ini, banyak bank yang telah bekerja sama dengan pihak lain dalam memberikan kemudahan pembayaran dan pembelian produk-produk tertentu, seperti pembayaran telepon, pajak, listrik, biaya sekolah, pembelian voucher telepon pra-bayar, premi asuransi dan angsuran pinjaman/hutang. Dari transaksi ini, bank memperoleh keuntungan berupa tambahan likuiditas semu dan fee tertentu sesuai kesepakatan bank dengan pihak lain tersebut.

Secara teknis prosedur menabung di bank syariah tidak ada bedanya dengan menabung di bank konvensional. Hal ini dikarenakan baik bank syariah maupun bank konvnesional diharuskan mengikuti peraturan teknis perbankan secara umum. Namun ada beberapa hal yang membedakan keduanya secara mendasar.

Perbedaan pertama terletak pada akad, pada bank syariah akad yang digunakan adalah akad yang sesuai dan dibenarkan dalam Islam sedangkan pada bank konvensional tidak ada aturan yang mengharuskan mengikuti kaidah Islam secara menyeluruh.

Kedua terletak pada imbalan yang diberikan, pada bank konvensional menggunakan konsep biaya dan bunga dalam menghitung keuntungan, sedangkan dalam perbankan syariah menggunakan pendekatan profit sharing, artinya dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan dan keuntungan yang didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua, untuk bank dan untuk nasabah berdasarkan perjanjian pembagian keuntungan di muka.

Ketiga adalah pemberian jasa kredit (pada bank konvensional) dan jasa pembiayaan (dalam bank syariah), uang penabung di bank konvensional dipinjamkan kembali untuk berbagai bisnis, sedangkan pihak bank tidak memandang halal-haram bisnis tersebut. Sedangkan pada bank syariah, penyaluran dan simpanan dari masyarakat dibatasi oleh prinsip syariah, artinya bahwa pemberian pinjaman ke pihak ketiga tidak boleh digunakan untuk bisnis yang mengandung keharaman seperti, bisnis perjudian, minuman yang diharamkan, pornografi dan bisnis lain yang tidak sesuai dengan syariah.

Dokumen terkait