• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUK RENCANA PRODUK RENCANA

Dalam dokumen 2010.08.25. USULAN TEKNIS RDTR Pak Ning (Halaman 55-67)

TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN

6.6. PRODUK RENCANA PRODUK RENCANA

Dalam pekerjaan Perencanaan Produk Rencana Detail Tata Ruang Dalam pekerjaan Perencanaan Produk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan terdiri dari:

Kawasan Perkotaan terdiri dari:

6.6.1.

6.6.1. Tujuan Pengembangan Kawasan Fungsional PerkotaanTujuan Pengembangan Kawasan Fungsional Perkotaan

Perumusan tujuan pengembangan kawasan fungsional Perumusan tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan disesuaikan dengan permasalahan dan arahan kebijakan perkotaan disesuaikan dengan permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan urgensi/keterdesakan penanganan kawasan tersebut. berdasarkan urgensi/keterdesakan penanganan kawasan tersebut. 6.6.2.

6.6.2. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan PerkotaanRencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan meliputi:

Perkotaan meliputi: 1.

1. Rencana Distribusi Penduduk Kawasan PerkotaanRencana Distribusi Penduduk Kawasan Perkotaan a.

a. Materi yang diaturMateri yang diatur

Distribusi penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan. Distribusi penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan. b.

b. Kedalaman materi yang diaturKedalaman materi yang diatur

Rencana distribusi penduduk kawasan perkotaan yang dirinci Rencana distribusi penduduk kawasan perkotaan yang dirinci dalam blok-blok peruntukan.

dalam blok-blok peruntukan. c.

c. Pengelompokan materi yang diaturPengelompokan materi yang diatur

Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk setiap blok Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk setiap blok peruntukan.

peruntukan. 2.

2. Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan KRencana Struktur Pelayanan Kegiatan Kawasan Perkotaanawasan Perkotaan a.

a. Materi yang diaturMateri yang diatur

Tata jenjang kapasitas dan intensitas menurut lokasi dan jenis Tata jenjang kapasitas dan intensitas menurut lokasi dan jenis pelayanan kegiatan dalam kawasan.

pelayanan kegiatan dalam kawasan. b.

b. Kedalaman materi yang diaturKedalaman materi yang diatur

Distribusi pusat-pusat pelayanan kegiatan perkotaan dirinci Distribusi pusat-pusat pelayanan kegiatan perkotaan dirinci sampai pusat pelayanan lingkungan permukiman perkotaan. sampai pusat pelayanan lingkungan permukiman perkotaan. c.

c. Pengelompokan materi yang diaturPengelompokan materi yang diatur 1)

1) Perdagangan yang terdiri dari:Perdagangan yang terdiri dari:

perdagangan skala regional;perdagangan skala regional;

perdagangan skala lingkungan.perdagangan skala lingkungan. 2)

2) Pendidikan yang terdiri dari:Pendidikan yang terdiri dari:

perguruan tinggi;perguruan tinggi;

sekolah lanjutan tingkat atas;sekolah lanjutan tingkat atas;

sekolah lanjutan tingkat pertama;sekolah lanjutan tingkat pertama;

sekolah dasar;sekolah dasar;

taman kanak-kanak.taman kanak-kanak. 3)

3) Pelayanan kesehatan yang terdiri dari:Pelayanan kesehatan yang terdiri dari:

rumah sakit umum kelas A;rumah sakit umum kelas A;

rumah sakit umum kelas B;rumah sakit umum kelas B;

rumah sakit umum kelas C;rumah sakit umum kelas C;

rumah sakit umum kelas D;rumah sakit umum kelas D;

pusat kesehatan masyarakat pembantu.pusat kesehatan masyarakat pembantu. 4)

4) Pelayanan rekreasi dan atau olah raga Pelayanan rekreasi dan atau olah raga yang terdiri dari:yang terdiri dari:

pelayanan skala kota;pelayanan skala kota;

pelayanan skala lingkungan.pelayanan skala lingkungan. 3.

3. Rencana Sistem Jaringan PergerakanRencana Sistem Jaringan Pergerakan a.

a. Materi yang diaturMateri yang diatur

Sistem jaringan pergerakan dan prasarana penunjang (terminal, Sistem jaringan pergerakan dan prasarana penunjang (terminal,  jalan,

 jalan, lingkungan lingkungan perparkiran) perparkiran) bagi bagi angkutan angkutan jalan jalan raya,raya, angkutan kereta api, angkutan laut, angkutan sungai, danau angkutan kereta api, angkutan laut, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, serta angkutan udara.

dan penyeberangan, serta angkutan udara. b.

b. Kedalaman materi yang diaturKedalaman materi yang diatur

Angkutan jalan raya, meliputi seluruh sistem primer jaringanAngkutan jalan raya, meliputi seluruh sistem primer jaringan arteri sekunder dan kolektor sekunder, sampai dengan jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder, sampai dengan jalan lokal sekunder;

lokal sekunder;

Angkutan sungai, sampai dengan Angkutan sungai, sampai dengan jaringan sekunder;jaringan sekunder;

Pergerakan lainnya meliputi seluruh sistem pergerakan.Pergerakan lainnya meliputi seluruh sistem pergerakan. c.

c. Pengelompokan materi yang diaturPengelompokan materi yang diatur 1)

Jaringan jalan arteri sekunder, jaringan jalan kolektor sekunder, jaringan jalan lokal sekunder, sistem primer (jumlah lajur, daerah pengawasan jalan, daerah milik  jalan, persimpangan utama);

Terminal penumpang dan barang;

Jaringan trayek angkutan penumpang dan jaringan lintas angkutan barang.

2) Angkutan kereta api, terdiri dari:

Jaringan jalan kereta api;

Stasiun kereta api;

Depo atau balai yasa.

3) Angkutan sungai, danau dan penyeberangan, terdiri dari:

Terminal angkutan sungai, danau dan penyeberangan;

Jalur pelayaran sungai. 4) Angkutan laut , terdiri dari:

Pelabuhan laut;

Jalur pelayaran.

5) Angkutan udara, terdiri dari:

Bandar udara;

Jalur penerbangan. 4. Rencana Sistem Jaringan Utilitas

a. Materi yang diatur

Sistem jaringan utilitas dalam kawasan hingga akhir tahun perencanaan.

b. Kedalaman materi yang diatur

Seluruh jaringan telepon (hingga jaringan kabel sekunder);

Seluruh jaringan listrik (tegangan menengah hingga gardu distribusi);

Seluruh jaringan air bersih (hingga jaringan distribusi sekunder/per blok peruntukan);

Seluruh jaringan air hujan;

Seluruh jaringan air limbah;

Seluruh jaringan persampahan (hingga TPS komunal). c. Pengelompokan materi yang diatur

1) Sistem saluran telepon, yang terdiri dari:

Stasiun telepon otomat;

Rumah kabel dan kotak pembagi;

Jaringan kabel sekunder;

Jaringan telepon seluler.

2) Sistem televisi kabel, yang terdiri dari:

Stasiun transmisi;

Jaringan kabel distribusi.

3) Sistem jaringan listrik, yang terdiri dari:

Bangunan pembangkit;

Gardu induk tegangan ekstra tinggi;

Gardu induk;

Gardu distribusi.

4) Sistem jaringan gas, yang terdiri dari:

Pabrik gas;

Seluruh jaringan gas.

5) Sistem penyediaan air bersih, yang terdiri dari:

Bangunan pengambil air baku;

Seluruh pipa transmisi air baku instalasi produksi;

Seluruh pipa transmisi air bersih;

Bak penampung;

Hingga pipa distribusi sekunder/distribusi hingga blok peruntukan.

Seluruh saluran;

Waduk penampungan.

7) Sistem pembuangan air limbah, yang terdiri dari:

Seluruh saluran;

Bangunan pengolahan;

Waduk penampungan.

8) Sistem persampahan, yang terdiri dari:

Tempat pembungan akhir;

Bangunan pengolahan sampah;

Penampungan sementara.

6.6.3. Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Block Plan)

Bagian ini merupakan rencana pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan yang menggambarkan ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam, yang dituangkan dalam blok-blok peruntukan. Pembahasannya mencakup:

1. Materi yang diatur

Luas dan lahan peruntukan sampai dengan akhir tahun perencanaan.

2. Kedalaman materi yang diatur

Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang dirinci dalam blok-blok peruntukan.

3. Pengelompokan materi yang diatur

a. Kawasan Budidaya Perkotaan, meliputi:

Perumahan dan permukiman, yang dirinci menurut ketinggian bangunan, jenis penggunaan, pengelompokan berdasarkan besaran perpetakan;

Perdagangan, yang dirinci menurut jenis dan bentuk bangunannya, antara lain pasar, pertokoan, mal, dll;

Pendidikan, yang dirinci menurut tingkatan pelayanan mulai dari pendidikan tinggi, SLTA, SLTP, SD, dan TK;

Kesehatan, yang dirinci menurut tingkat pelayanan mulai dari RS Umum kelas A,B,C,D; puskesmas, puskesmas pembantu;

Peribadatan, yang dirinci menurut jenisnya mulai dari mesjid, gereja, kelenteng, pura, vihara;

Rekreasi, yang dirinci menurut jenisnya, antara lain taman bermain, taman rekreasi, taman lingkungan, taman kota, dll;

Olahraga, yang dirinci menurut tingkat pelayanannya, antara lain stadion, gelanggang, dlll;

Fasilitas sosial lainnya, yang dirinci menurut jenisnya, seperti panti asuhan, panti werda, dll;

Perkantoran pemerintah dan niaga, yang dirinci menurut instansinya;

Terminal angkutan jalan raya baik untuk penumpang atau barang, stasiun kereta api, pelabuhan sungai, pelabuhan danau, pelabuhan penyeberangan, pelabuhan laut, bandar udara, dan sarana transportasi lainnya;

Kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan;

Taman pemakaman umum, taman pemakaman pahlawan;

Tempat pembuangan sampah akhir. b. Kawasan Lindung, meliputi:

Kawasan resapan air dan kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahan lainnya;

Sempadan pantai, sungai, sekitar danau dan waduk, sekitar mata air, dan kawasan terbuka hijau kota termasuk jalur hijau;

Cagar alam/pelestarian alam, dan suaka margasatwa;

Taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam lainnya;

Kawasan cagar budaya;

Kawasan rawan letusan gunung berapi, rawan gempa, rawan tanah longsor, rawan gelombang pasang dan rawan banjir.

6.6.4. Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan perkotaan

Dalam pelaksanaan pembangunan kawasan perkotaan, pedoman yang digunakan antara lain adalah:

1. Arahan Kepadatan Bangunan a. Materi yang diatur

Perbandingan luas lahan yang tertutup bangunan dan bangunan-bangunan dalam tiap petak peruntukan dibandingkan dengan luas petak peruntukan

b. Kedalaman materi yang diatur

Kepadatan bangunan yang dirinci untuk setiap blok-blok peruntukan.

c. Pengelompokan materi yang diatur

Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan sangat tinggi (lebih besar dari 75 %);

Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan menengah (20 –50 %);

Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan rendah (5 - 20 %);

Blok peruntukan dengan koefisen dasar bangunan sangat rendah ( > 5 %).

2. Arahan Ketinggian Bangunan a. Materi yang diatur

Rencana ketinggian maksimum atau maksimum dan minimum bangunan untuk setiap blok peruntukan (koefisien lantai bangunan)

Ketinggian bangunan yang dirinci untuk setiap blok peruntukan. c. Pengelompokan materi yang diatur

Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat rendah adalah blok dengan tidak bertingkat dan bertingkat maksimum dua lantai (KLB maksimum = 2 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 12 m dari lantai dasar;

Blok peruntukan ketinggian bangunan rendah adalah blok dengan bangunan bertingkat maksimum 4 lantai ( KLB maksimum = 4 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 20 m dan minimum 12 m dari lantai dasar;

Blok peruntukan ketinggian bangunan sedang adalah blok dengan bangunan bertingkat maksimum 8 lantai (KLB maksimum = 8 x KBD) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 36 m dan minimum 24 m dari lantai dasar;

Blok peruntukan ketinggian bangunan tinggi bangunan tinggi adalah blok dengan bangunan bertingkat minimum 9 lantai (KLB maksimum = 9 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 40 m dari lantai dasar;

Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat tinggi adalah blok dengan bangunan bertingkat minimum 20 lantai (KLB maksimum = 20 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 80 m dari lantai dasar.

3. Arahan Perpetakan Bangunan a. Materi yang diatur

Luas petak-petak peruntukan yang terdapat pada setiap blok peruntukan dalam kawasan.

b. Kedalaman materi yang diatur

Luas petak peruntukan pada setiap blok peruntukan dan pada setiap penggal jalan.

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi I (diatas 2500 m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi II (1000 –2500 m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi III (600 –1000 m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi IV (250 –600 m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi V (100 –250 m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VI (50 –100 m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VII (dibawah 50 m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VIII (rumah susun/flat).

4. Arahan Garis Sempadan a. Materi yang diatur

Jarak antara as jalan dengan bangunan maupun dengan pagar halaman, dan jaringan bangunan dengan batas persil.

b. Kedalaman materi yang diatur

Berbagai garis sempadan yang dirinci sampai dengan blok peruntukan untuk tiap penggal jalan.

c. Pengelompokan materi yang diatur

Sempadan muka bangunan;

Sempadan pagar;

Sempadan sampingan bangunan. 5. Rencana Penanganan Blok Peruntukan

Penanganan blok peruntukan dan jaringan pergerakan serta utilitas yang akan dilaksanakan dalam kawasan, baik kebutuhan akan konservasi, pengembangan baru pemugaran atau penanganan khusus.

b. Kedalaman materi yang diatur

Penanganan blok peruntukan dan jaringan pergerakan yang dirinci untuk setiap blok peruntukan dan penggal jalan.

c. Pengelompokan materi yang diatur

Bangunan/jaringan baru yang akan dibangun;

Bangunan/jaringan yang akan ditingkatkan;

Bangunan/jaringan yang akan diperbaiki;

Bangunan/jaringan yang akan diperbaharui;

Bangunan/jaringan yang akan dipugar;

Bangunan/jaringan yang akan dilindungi. 6. Rencana Penanganan Prasarana dan Sarana

a. Materi yang diatur

Penanganan prasarana dan sarana yang akan dilaksanakan dalam kawasan, baik kebutuhan akan konservasi, pengembangan baru pemugaran atau penanganan khusus. b. Kedalaman materi yang diatur

Penanganan prasarana dan sarana yang dirinci untuk setiap blok peruntukan dan penggal jalan.

c. Pengelompokan materi yang diatur

 jaringan prasarana dan sarana baru yang akan dibangun;

 jaringan prasarana dan sarana yang akan ditingkatkan;

 jaringan prasarana dan sarana yang akan diperbaiki;

 jaringan prasarana dan sarana yang akan diperbaharui;

 jaringan prasarana dan sarana yang akan dipugar.

Pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan mekanisme perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, pemberian kompensasi, mekanisme pelaporan, mekanisme pemantauan, mekanisme evaluasi dan mekanisme pengenaan sanksi.

a. Materi yang diatur

Ketentuan-ketentuan yang mencakup perijinan, pengawasan, dan penertiban di kawasan perkotaan.

b. Kedalaman materi yang diatur

Kedalaman materi yang diatur meliputi pengaturan tentang mekanisme advis planning (rekomendasi perencanaan) perijinan, pengawasan, dan penertiban.

c. Pengelompokan materi yang diatur

Mekanisme advis planning perijinan sampai dengan pemberian ijin lokasi bagi kegiatan perkotaan;

Mekanisme pemberian insentif dan disinsentif bagi kawasan yang didorong pengembangannya, kawasan yang dibatasi pengembangannya, serta terhadap upaya-upaya perwujudan ruang yang menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan Bagian Kawasan Perkotaan dengan Kota/Kawasan Perkotaan, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

Mekanisme pemberian kompensasi berupa mekanisme penggantian yang diberikan kepada masyarakat pemegang hak atas tanah, hak pengelolaan sumber daya alam seperti hutan, tambang, bahan galian, kawasan lindung yang mengalami kerugian akibat perubahan nilai ruang dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang;

Mekanisme pelaporan mencakup mekanisme pemberian informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan instansi yang berwenang;

Mekanisme pemantauan yang mencakup pengamatan, pemeriksaan dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dan dilakukan oleh instansi yang berwenang;

Mekanisme evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang yang dilakukan oleh masyarakat dan instansi yang berwenang;

Mekanisme pengenaan sanksi mencakup sanksi administratif, pidana dan perdata.

6.7. LEGALISASI

Legalisasi merupakan pengesahan yang harus didapatkan untuk membuat sebuah usulan peraturan ataupun ketetapan menjadi sebuah ketetapan tetap.

Untuk mendapatkan ketetapan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana tata ruang dalam bentuk Surat Keputusan Walikota/Bupati dalam hal Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan sebagai penjabaran RTRW Kota/Kabupaten.

Jika nantinya terjadi perubahan fungsi kawasan sebagai akibat dari dinamika perkembangan perkotaan yang cukup tinggi, maka Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang bersangkutan ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah. Hal ini selanjutnya menjadi masukan bagi peninjauan kembali dan penyempurnaan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten.

Dalam dokumen 2010.08.25. USULAN TEKNIS RDTR Pak Ning (Halaman 55-67)

Dokumen terkait