• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profesi Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam dokumen MISDAWATI Nomor Induk Mahasiswa : (Halaman 31-53)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Profesi Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam keluarga orang tua merupakan Pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak-anak mulai menerima pendidikan. Dengan demikian pendidikan pertama terdapat dalam keluarga. Keluarga ibarat suatu bangunan, demi terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan goncangan gempa, maka harus didirikan di atas fondasi yang kuat dengan bahan bangunan yang kokoh serta perekat yang lengket. Untuk itulah orang tua yang membangun bagunan itu harus membentengi dengan fondasi yang kuat dalam Islam yakni bagaimana beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.

Dalam Hadis dijelaskan pula bahwa :

Terjemahan :

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rosulullah saw. bersabda: ”Apabila „anak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah yang berlaku terus menerus, pengetahuan yang dimanfaatkan, dan doa anak yang sholeh.” (HR Muslim).

http://darunnajah.com

Firman Allah dalam Al-Quran Surah At-Taha ayat 132 :

pt6)»yè9#ur 3 y7%— `tU ( $%—‘ y7=t«¡ w ( $pkŽn= Ž9sܹ# oqn=Á9$/ y7n=d B&ur

ÇÊÌËÈ “uq)G=9

Terjemahan :

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” Al-Qur’an dan terjemahnya (Departeman Agama Republik Indonesia .1997)

Begitu pula Firman Allah Swt dalam Al-Quran Surah At.Tahrim ayat 6 :

$pkŽn= ou‘$yft:#ur ¨$Z9# $ydŠq%ur #‘$ /3‹=dr& /3|¡ÿRr& #q% #qZtB# tûï%!# $pk‰r'»tƒ

ÇÏÈ tbrsDsƒ $ tbq=yèÿtƒ NdttBr& $ !# tbqÁè w Š#y‰© âxî ps3´»n=tB

Terjemahan :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Al-Qur’an dan terjemahnya (Departeman Agama Republik Indonesia .1997)

Dan dijelaskan pula dalam Surah An-Najm ayat 31 yaitu :

$yJ/ #q«»y™ tûï%!# y““fu‹9 ڑ{# ’û $tB Nºuq»yJ¡9# ’û $ !ur

ÇÌÊÈ Óo_¡t:$/ #qZ|¡mr& tûï%!# y““gs† #q=Hxå

Terjemahan :

“Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang Telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga)”. Al-Qur‟an dan terjemahnya (Departeman Agama Republik Indonesia .1997).

Dari uraian ayat di atas dijelaskan bahwa bagaimana orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam keluarga, sebagaimana ayat tersebut menjelaskan bagaimana orang tua mendidik dengan memerintahkan anak dan keluarganya untuk mendirikan sholat dan memelihara diri dan keluarga dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan mengajarkan kepada keluarganya agar selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt dengan mengerjakan apa yang telah diperintahkan-Nya.

Namun, dari kenyataan hidup telah dibuka peluang orang lain (pendidik selain orang tua) untuk ikut memikul tanggung jawab pendidikan. Para orang tua mempercayakan anak-anak mereka untuk dididik oleh para guru dalam suatu lembaga pendidikan.

Menurut Ramayulis ( 2013 : 5 ), guru adalah pendidik profesional karena secra implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian amanah pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Ini berarti orang tua telah memberikan amanah atau sebagian

tanggung jawabnya kepada guru.

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam pandangan Islam, pendidik adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.

a. Guru

Abdul Rahman Getteng dalam Bukunya Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika (2015 :29) mengemukakan bahwa : Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditetapkan bahwa guru wajib memiliki kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui Pendidikan Profesi, (pasal 10 ayat 1).

Sejalan dengan Hadis yang diriwayatkan Bukhari tentang besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru juga sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.

Menurut Usman Suherman Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia dalam Buku Rusdiana dan Yeti Heriyati (2015

:45), bahwa guru merupakan tonggak awal bagi pendidikan yang memberikan pengaruh bagi masa depan bangsa. “tidak hanya bisa menghasilkan lulusan, tetapi juga harus bisa menanamkan ilmu yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.”

Menurut Zakiah Latif dalam buku “Guru Bawa Aku ke Pintu Terdepan”, (2015: 28), bahwa guru adalah pelita hati bagi anak didiknya dan membawa pada prestasi, ibaratnya guru adalah lampu yang memberikan cahaya bagi peserta didiknya.

Azhar Susanto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kontenporer (2007), mengatakan bahwa orang yang pekerjaannya mendidik, mengajar, dan mengasuh.

Dan dijelaskan pula dalam surah At Taubah Ayat 105 yaitu:

=‹tó9# O=»t㠒n<) crŠuŽIy™ur ( tbqZBsJ9#ur ¼&!q™u‘ /3n=uH !# “uŽz|¡ #q=yJã# @%ur ÇÊÉÎÈ tbq=yJè LêZ. $yJ/ /3¥7t^‹ oy‰»pk¶9#ur

Terjemahan:

"Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan. Al-Qur‟an dan terjemahnya (Departeman Agama Republik Indonesia” .1997)

Menurut Dedi Supriadi (1999 :36 ), bahwa dalam pepatah Sunda, guru adalah orang yang harus bisa “diguguh” dan “ditiru”

(diikuti dan diteladani). Ia harus memiliki pengetahuan dan

keterampilan, kemampuan yang profesional, idealis, pengabdian yang tinggi, dan keteladanan untuk diikuti dan dijadikan teladan.

Dari uaraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru adalah sosok yang sangat dihormati karena guru adalah tonggak awal bagi peserta didik dan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi masa depan anak bangsa, serta guru mampu memberikan cahaya yang terang bagi peserta didik karena didikannya, pengajaran dan asuhan merekalah yang sehingga peserta didik memperoleh keterampilan.

Untuk menjadi guru yang baik harusnya dapat mempengaruhi anak didik ke arah kebahgiaan dunia dan akhirat, namun itu sesungguhnya tidaklah mudah, artinya ada syarat-syarat yang harus dimiliki seorang guru untuk dipenuhi yaitu :

a) Syarat Menjadi Guru

Menurut Zakiyah Darajat (1992 : 41-44), bahwa ada beberapa syarat menjadi seorang guru yaitu :

1. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Berilmu

3. Sehat Jasmani

4. Berkelakuan Baik, di antara akhlak tersebut adalah:

mencintai jabatannya sebagai seorang guru, bersikap adil terhadap semua muridnya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerja sama

dengan guru-guru lain, dan bekerja sama dengan masyarakat.

Menurut Nana Syaodih ( 2013 : 268 ), bahwa guru yang dewasa ditandai dengan tiga hal, yaitu telah dimilikinya filsafat hidup, berpandangan objektif dan mampu bertanggung jawab. Agar dapat memberikan pendidikan yang baik guru harus sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang profesional sebagai pendidik, dan mampu bekerja sama dengan siswa dan sejawat.

b) Tugas Guru dalam Islam

Menurut Ahmad Tafsir 1992, dalam Bukunya Abd Rahman Getteng (2015 : 48) bahwa : Para ahli sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik. Mendidik mengandung makna yang amat luas. Mendidik dapat diartikan dalam bentuk mengajar, atau dalam bentuk memberi dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain-lain.

Dalam Pendidikan Islam, pendidik memiliki arti dan peranan yang sangat penting. Hal ini disebabkan ia memiliki tanggung jawab dan menentukan arah pendidikan. Oleh karena itu, Islam sangat menghargai dan menghormati orang- orang yang berilmu pengetahuan dan berprofesi sebagai guru atau pendidik. Islam mengangkat derajat mereka dan

memuliakan mereka melebihi dari seorang Islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan pendidik.

Allah Swt. berfirman dalam Surah Al- Mujadilah Ayat 11:

!# x|¡ÿ #qs|¡ù$ §=»yfyJ9# †û #qs¡xÿs? N3 @Š% #sŒ) #qZtB# tûï%!# $pk‰r'»tƒ

zO=è9# #q?r& tûï%!# N3ZB #qZtB# tûï%!# !# ìsù #r“±S$ #r“±S# @Š% #sŒ)ur ( N3s9 ÇÊÊÈ Ž7z tbq=yJès? $yJ/ !# 4 M»y_u‘yŠ

Terjemahan :

“ Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang- lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Qur‟an dan terjemahnya (Departeman Agama Republik Indonesia .1997)

Sebagai tenaga pengajar guru mempunyai tugas yang sangat besar. Tugas tersebut meliputi paedagogis dan administrasi. Tugas paedagogis adalah tugas membantu, membimbing, dan memimpin.

Selain dari telah disebutkan, guru juga sebagai tenaga pengajar harus mampu memiliki keterampilan intelektual, penguasaan pengetahuan, dan kemampuan untuk berpikir. Guru juga harus mampu memberikan motivasi bagi peserta didiknya sehingga dengan bimbingannya peserta didik mampu mengembangkan bakat,

minat, dan kecerdasan yang dimilikinya.

c) Status Guru

Menurut A. Piet ( 1994:10 ), bahwa Status guru adalah kedudukan guru dilihat dari prototipenya dalam suatu sistem sosial.

1) Status Resmi

Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Kedudukan Guru diatur dengan Undang-Undang. Dalam UUSPN pasal 39 sampai pasal 44 No 20 Tahun 2003 menyebutkan beberapa hal yang berkaitan dengan tenaga pendidikan dan pendidik, di antaranya adalah hak dan kewajiban guru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara tegas profesi guru dilindungi keberadaannya.

2) Status Individual

Status guru secara individual ini dibedakan berdasarkan:

a) Tingkat umur murid, misalnya guru di TK, SD, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi atau jenjang sekolah lainnya.

b) Mata pelajaran yang diberikan orang membedakan guru Matematika, IPS, IPA, dan sebagainya.

c) Lama dan jenis pendidikan yang dimilikinya (2 tahun, 4 tahun/ D II, S.1)

d) Tingkat sosial murid (guru di desa, di tepi kota, di pusat kota).

3) Status sosial secara umum, masyarakat masih menganggap dan menaruh rasa hormat, serta menghargai profesi guru, terutama masyarakat yang berada di daerah pedesaan.

Sedangkan anggapan masyarakat yang berada di daerah perkotaan tentang profesi guru telah mulai bergeser.

4) Status Ekonomi

Status ekonomi guru dilihat dari penghasilan yang diperoleh guru. Dalam penjelasan UU Sisdiknas disebutkan penghasilan yang pantas dan memadai adalah penghasilan yang mencerminkan martabat guru sebagai pendidik yang profesional di atas kebutuhan hidup minimum. Jumlah penghasilan guru tetap/PNS dibedakan menjadi beberapa tingkat, yaitu Golongan I, Golongan II, Golongan III, dan Golongan IV, ditambah dana fungsional.

Dari uraian di atas seorang guru harus mampu menyadari fungsi dan tugas yang harus dilaksanakan apabila menjadi seorang guru. Guru yang penulis maksudkan di sini adalah Guru Pendidikan Agama Islam. Bagaimana seorang Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) memberikan pengajaran kepada peserta didikanya.

Di dalam Kurikulum PAI yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani (2004 : 130), dijelaskan pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai berikut “Upaya sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran Agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati Agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antarumat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang berprofesi sebagai tenaga pengajar mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, baik yang ada di sekolah Umum ataupun di sekolah Madrasah.

2. Pengertian Profesi

Oemar Hamalik 2006 dikutip dalam Buku Abd Rahman Getteng dengan Judul Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika mengemukakan bahwa:

“Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu janji terbuka bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, terpanggil untuk menjabat pekerjan itu”.

Hal ini juga dijelaskan dalam Surah al-Nisa ayat 58 :

#qJ3t b ¨$Z9# tûü OFJs3 #sŒ) $yg=dr& ’n<) M»uZ»tB{# #rŠxs? b N.B' !# b)

ÇÎÑÈ #ŽÁ $è‹ÿxœ tb% !# b) 3 ¾m/ /3àè $KèR !# b) 4 A‰yè9$/

Terjemahan:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya (Profesional ) dan menetapakan hukumdiantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.sesungguhnya Allah memberi pelajaran yang sebaik- baiknya.sesungguhnya allah maha melihat lagi maha mendengar”

Al-Qur‟an dan terjemahnya (Departeman Agama Republik Indonesia .1997)

Menurut Tukiran Taniredja dkk (2016 : 22 ) bahwa secara Tradisional Profesi mengandung arti Prestise , kehormatan, status sosial, dan otonomi lebih besar yang diberikan oleh masyarakat dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih dan disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh melalui apa yang disebut dengan profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu ( Pendidikan/latihan pra- jabatan) maupun setelah menjalani (in servise training ) .

John M Echol dan Hasan (1988:449), mengemukakan secara etimologis kata ”Profesi” berasal dari bahasa inggris “Profession” yang bermakna pekerjaan.

Menurut Ramayulis (2013 :27 ), mengemukakan bahwa Profesi berasal dari kata “Profesion” (Latin) yang berarti mampu atau ahli

dalam suatu pekerjaan. Namun jika dilihat secara leksikal, perkataan profesi ternyata mengandung berbagai makna dan pengertian yaitu : Pertama, profesi itu menunjukkan dan mengungkapkan suatu kepercayaan ( to profess means to trust) , bahkan suatu keyakinan (to belief in) atas suatu kebenaran (ajaran Agama) atau kredibilitas seseorang. Kedua, profesi itu dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu a particular business. Selanjutnya dalam Webster’s New Worid Dictionary dinjukkan lebih lanjut bahwa profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi (kepada pengembangnya) dalam liberal arts atau science, dan biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan pekerjan manual, seperti mengajar, keinsinyuran, mendidik, dan sebagainya; terutama kedokteran, hukum, dan teknologi.

Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan keahlian dalam pekerjaan.

1. Ciri–ciri Profesi

Dari uraian di atas maka suatu pekerjaan dapat disebut sebagai profesi apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Menurut Sanusi et al (dalam Sumedi, 2013 :11 bahwa ciri-ciri utama suatu profesi adalah sebagai berikut :

1. Jabatan yang dimiliki memiliki fungsi dan signifikansi soal yang penting (crucial).

2. Menurut keterampilan/keahlian tertentu.

3. Didasarkan pada disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekadar pendapat khalayak umum.

4. Memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.

5. Proses pendidikannya merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.

6. Memiliki Ikatan Profesi yang memberikan pengawasan kepada anggotanya supaya dalam melayani masyarakat selalu berpegang pada Kode Etik Profesinya.

7. Tiap anggotanya memiliki kebebasan dalam memberikan judgment terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.

8. Mempunyai wibawa yang tinggi dan imbalan yang tinggi dalam masyarakat.

9. Anggotanya memiliki kebebasan yang bersifat otonom dan terbebas dari tangan orang luar.

10. Jabatan ini memiliki pretise yang tinggi dalam masyarakat karena memperoleh imbalan yang tinggi pula.

Menurut Husna Asmara (2015 : 2), bahwa ciri-ciri Profesi Kependidikan adalah :

1. Jabatan yang melibatkan intelektual.

2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

3. Jabatan yang memerlukan persiapan yang profesional yang lama.

4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.

5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaannya yang permanen.

6. Jabatan yang menentukan baku ( standarnya) sendiri.

7. Jabatan yang mementingkan layanan di atas kepentingan pribadi.

8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

2. Syarat-syarat Profesi

Profesi merupakan suatu lapangan kerja yang memerlukan keahlian dan keterampilan tinggi guna memenuhi kebutuhan dengan demikian suatu profesi selain memiliki ciri-ciri seperti yang telah dipaparkan penulis di atas profesi juga memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

Menurut Ramayulis (2013:33), bahwa syarat-syarat suatu profesi yakni:

1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusian yang ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi.

2. Seseorang pekerja profesional, secara relatif memerlukan waktu yang penjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip- prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.

3. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan.

4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap, dan cara kerja.

5. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.

6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar layanan, disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya.

7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi dan kemandirian.

8. Memandang profesi sebagai suatu karier hidup dan menjadi seorang anggota yang permanen.

Setelah mengetahui ciri-ciri dan syarat-syarat profesi yang telah penulis jabarkan di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pekerjaan guru adalah sebuah profesi yang telah memenuhi syarat tak terkecuali pada Guru Pendidikan Agama Islam.

Guru dikatakan profesional apabila memiliki unsur karakteristik non-fisik guru profesional. Karakteristik non-fisik adalah sesuatu yang tidak tampak dan tidak dapat dinilai, namun memiliki side effect yang dapat dirasakan oleh dirinya sendiri maupun orang lain dalam jangka

pendek maupun jangka panjang.

Menurut Tukiran Taniredja dkk (2016: 55-57), bahwa karakteristik non-fisik Guru Profesional yaitu:

1. Passion, artinya memiliki semangat dan antusiasme.

2. Perseverance , artinya memiliki dedikasi.

3. Willingness to take risks, artinya kemauan untuk mengambil resiko.

4. Pragmatism, artinya sebuah pemikiran yang pragmatis.

Pemikiran pragmatis yang dimaksud adalah seorang guru profesional tahu kapan harus menggunakan kemampuannya dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan peserta didiknya.

5. Patience, artinya memiliki kesabaran.

6. Flexibility, artinya fleksibilitas atau mudah beradaptasi.

7. Respect, artinya menghargai atau menghormati.

8. Creativity, kreativitas.

9. Autenthenticity, artinya keahlian, keikhlasan atau originalitas.

10. Love of learning, artinya guru harus mencintai atau menyukai belajar.

11. High energy, artinya memiliki energi yang tinggi.

12. Sense of humor, artinya memiliki selera humor.

3. Masalah-masalah Keguruan

Menurut Abimanyu (dalam Syamsul Bachri Thalib (2010 : 277), bahwa bertolak dari persyaratan profesi guru dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut :

1. Masih adanya guru-guru kita yang kalifikasi akademiknya belum S1 atau sarjana, dan latar pendidikannya tidak sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Masih adanya guru kita yang kompetensinya tidak sesuai dengan bidang tugasnya. Kompetensi yang dimaksud adalah paedagogis, kepribadian, profesional, dan sosial.

3. Masih adanya guru yang tidak memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalannya meskipun jumlahnya tidak banyak.

4. Masih adanya guru yang penghasilannya tidak sesuai dengan prestasi kerjanya terutama guru tenaga honorer.

5. Apakah guru memiliki jaminan perlindungan hukum dalam menjalankan tugas keprofesionalannya ? Ada dalam UUGD telah dijanjikan dengan adanya jaminan perlindungan hukum melalui organisasi profesi dan kode etiknya. Namun, sampai di mana efektifnya badan hukum itu dalam menjalankan tugas dan peranannya masih perlu terus ditingkatkan.

6. Seberapa jauh peran organisasi profesi guru (PGRI) dapat mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan

guru? Sampai saat ini peran PGRI yang menonjol masih dalam bidang politik dan organisatoris.

Menurut Muhibbin Syah (2000 : 221) bahwa pada zaman dahulu profesi guru dianggap sebagai priyayi. Dalam berbagai upacara dan perayaan , mereka selalu duduk di deretan utama bersama para demang atau wedana. Seacara ekonomis, pengahasilan guru waktu itu memadai bahkan lebih. Secara psikologis, harga diri (self esteem) dan wibawa mereka juga tinggi, sehingga para orang tua pun berterima kasih bila anak-anaknya

“dihajar” guru kalau berbuat kurang ajar dan mengganggu. Singkat cerita, posisi guru di mata berbagai kalangan masyarakat masa lalu sangat tingggi dan terhormat.

Kini keadaan para guru sudah berubah drastis. Posisi guru adalah profesi yang “kering”, dalam arti kerja keras para guru membangun sumber daya manusia (SDM) hanya sekadar untuk mempertahankan kepulan asap dapur mereka saja. Bahkan, harkat dan derajat mereka di mata masyarakat merosot, seolah-olah menjadi warga negara second class (kelas kedua). Kemerosotan ini terkesan hanya karena mereka berpenghasilan di bawah rata-rata kalangan profesional lainnya.

Sekurang-kurangnya selama dasawarsa terakhir ini hampir setiap saat, media massa khususnya media cetak harian dan mingguan memuat berita tentang guru. Ironisnya, berita-berita ini

banyak yang cenderung melecehkan posisi para guru, sedangkan para guru nyaris tak mampu membela diri. Masyarakat/orang tua murid pun kadang-kadang mencemooh dan menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas dan sebagainya, manakala putra/putrinya tidak bisa menyelesaikan persoalan yang dia hadapi sendiri atau memiliki kemampuan tidak sesuai dengan keinginannya.

Saat ini guru semakin tidak dihargai bahkan tidak sedikit guru yang pengorbanannya dan keahliannya tidak bisa dikembangkan, bahkan harus terhenti dan berakhir di jeruji besi (penjara).

Untuk itu, hal ini harus menjadi perhatian bagi semua sarjana yang telah lulus dan memiliki sertifikat dan akta mengajar. Selain kita menjadi lulusan yang profesioanl harus mampu mengembang kode etik yang kita miliki. Sebagai Guru Pendidikan Agama Islam harus mampu mendidik, membimbing, dan mengantarkan peserta didik menjadi anak yang memiliki kualitas, beriman, bertakkwa kepada Allah Swt, dan berguna untuk nusa dan bangsa serta bahagia di dunia dan di akhirat.

4. Peluang dan tantang Profesi Guru

Proses globalisasi saat ini tidak mungkin untuk kita hindari, mau tidak mau siap atau tidak siap kita akan melewatinya. Oleh karena itu, sebagai tenaga guru yang profesional harus mampu menghadapinya.

Di era golbalisasi sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan baik dalam bidang bio-teknologi, material, science teknology dan komputer sangat berkembang pesat. Sebagai seorang guru kita harus mampu mengikuti perkembangan teknologi dan mampu menggunakannya agar kita tidak ketinggalan. Dan memudahkan kita dalam proses belajar mengajar.

Meskipun ada peluang yang mungkin membawa angin segar bagi guru, tantangan yang harus dihadapi tidaklah lebih ringan.

Meskipun ada peluang yang mungkin membawa angin segar bagi guru, tantangan yang harus dihadapi tidaklah lebih ringan.

Dalam dokumen MISDAWATI Nomor Induk Mahasiswa : (Halaman 31-53)

Dokumen terkait