• Tidak ada hasil yang ditemukan

132

| Kaum Profesional Muslim

anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan menjamin mutu moral profesi tersebut di mata masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa kode etik itu sudah dianggap benar atau yang sudah mapan sehingga menjadi penjamin mutu keprofesionalan, ibarat kompas yang memberikan atau menunjukkan arah bagi suatu profesi. Atas dasar itulah dikatakan kode etik bersifat otonom. Jadi, yang mengawasi, memonitor serta memeriksa atau mengadili ada tidaknya pelanggaran kode etik sepenuhnya menjadi wewenang organisasi dan menetapkan sanksi atas pelanggaran.

Kaum Profesional yang menjadi subyek penelitian adalah sebagaimana konsep J. Spillane S.J.20 bahwa secara tradisional terdapat empat jenis profesi telah berkembang sampai saat ini, yaitu kedokteran, hukum, pendidikan dan kependetaan. Berdasar atas pertimbangan inilah, maka kaum profesional Muslim dalam penelitian ini merujuk kepada jenis profesi, pertama, kedokteran adalah Dokter; kedua, hukum adalah Advokat dan Notaris; ketiga, pendidikan adalah Dosen; keempat, kependetaan adalah Da‟i. Selain itu juga jenis profesi yang menilik cara kerjanya adalah profesional, yaitu Wartawan.

A. Profesi Kaum Profesional Muslim

Sebelum melihat bagaimana profesionalitas subyek penelitian, perlu dijelaskan terlebih dahulu jenis pekerjaan mereka sebagai sebuah profesi.

Pertama, profesi Dokter

Akhir-akhir ini banyak dikeluhkan betapa buruk pelayanan kesehatan di tanah air, termasuk didalamnya askes miskin. Menurut profesi hukum atau pun hanya sebagai mekanisme yang dapat menjamin kelangsungan hidup profesi di dalam masyarakat. Tetapi juga sebagai alat perjuangan untuk mejawab persoalan-persoalan hukum yang ada di dalam masyarakat. Perspektif ini pada umumnya berpengaruh pada sebagian advokat yang bergerak dalam bantuan hukum, khususnya bantuan hukum struktural. 20 J.Spillane S.J. dalam Budi Susanto, dkk., Nilai-Nilai Etis dan Kekuasaan Utopis (1992), 41 dalam Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), 10

Religiusitas Kaum Profesional Muslim |

133

masyarakat umum askes miskin mendapatkan pelayanan buruk atau kurang mendapatkan perhatian, pada sisi lain menurut dokter Puskesmas terdapat tidak sedikit kartu askes miskin jatuh pada orang yang tidak miskin. Sedangan di kalangan masyarakat seringkali mengeluhkan biaya kesehatan sangat mahal, bahkan terdapat dugaan dokter melakukan penyimpangan standar profesi atau malapraktik profesi dokter yang sering disiarkan di media masa.

Kalimat Sumpah Dokter Indonesia yang dibaca atau dilafalkan dalam pelantikan dokter adalah sebagai berikut:

Demi Allah saya bersumpah ... Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan kemanusiaan ... Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara terhormat dan bermoral tinggi, sesuai dengan martabat pekerjaan saya ... Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian atau kedudukan sosial”, yang diadopsi dari The Oath of Hypocrates.21

Ketika kata-kata “demi Allah saya bersumpah...” terucap, memunculkan kekuatan luar biasa untuk berjanji memegang prinsip keyakinan bahwa diri telah melakukan perjanjian dengan Tuhan, dan berpikir bahwa seluruh apa yang dilakukan dalam profesinya akan dipertanggungjawabkan kepada pasien dan keluarganya, sekaligus kepada Tuhan. Akan tetapi dalam bahasa sehari-hari sumpah dengan Asma Allah itu dikatakan sebagai mentaati sumpah dokter, sehingga kedudukan diri berhadapan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa menjadi seperti sebuah hal yang biasa saja, bagaikan berada dalam ranah profan. Selanjutnya di dalam Kode Etik

21James Pinontoan, http://dinkesprovsulteng.wordpress.com /2008/05/29/profesi-dokter-terpuruk-namun-ternyata-masih-dibutuhkan/ Posted on Mei 29, 2008. Diunduh tanggal 22 Agustus 2010. Lafal sumpah yang telah diperbaharui dengan SK Menkes R.I.434/Menkes/SK/X/1983, lihat M. Yusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokter dan Hukum Kesehatan, Edisi 4 (Jakarta: Peneribit Buku Kedokteran EGC, 2007), 10

134

| Kaum Profesional Muslim

Kedokteran22 juga mengatakan bahwa setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter”, tidak membawa nama Tuhan.

Janji atau sumpah “saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan kemanusiaan” menjadi semakin kabur, karena kaum Profesional Muslim meletakkan perjanjian profesi Dokter kepada ranah profan. Oleh karena ketika terjadi malapraktik yang merugikan pihak pasien, akan menjadi suatu hal yang lumrah. Utamanya tentang:

Penggunaan alat canggih tidak proporsional dan rasional. Misalnya terdapat kencenderungan penggunaan alat canggih, khususnya di rumah sakit swasta tidak proporsional dan berlebihan karena mencari kompensasi kemahalan. Biaya investasi alat canggih perlu dikembalikan dengan cara menyeimbangkan volume penggunaan alat canggih selama periode tertentu. Hal ini ditengarai terdapat peluang pelanggaran jika dokter tidak menginformasi-kan kepada pasien, mengapa tindakan medis itu perlu dilakukan dan seberapa perlu frekuensi tindakan medis itu dilakukan. Dokter merangkap sebagai pedagang obat. Terdapat dugaan yang pada akhirnya pasien yang dirugikan, misalnya harus mengonsumsi obat berlebih sehingga biaya kesehatan membengkak. Dokter merangkap sebagai pemegang saham suatu klinik kesehatan/rumah sakit, ditengarai ada kecenderungan dokter akan memberikan tindakan medis berlebihan.23

22 http://www.ilunifk83.com/peraturan-perijinan-f16/kode-etik-kedokteran-indonesia-kodeki-t130.htm Sun Jan 18, 2009 12:19 pm. Diunduh tanggal 22 Agustus 2010. Kode Etik Kedokteran Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam Musyawarah Kerja Susila Kedokteran Indonesia. Dan sebagai bahan rujukan yang dipergunakan pada saat itu adalah Kode Etik Kedokteran Internadional yang telah disempurnakan pada tahun 1968 melalui Muktamar Ikatan Dokter Sedunia ke 22, yang kemudian disempurnakan lagi pada MuKerNas IDI XIII, tahun1983

23http://www.primaironline.com/berita/detail.php?catid=Tips&artid=

malapraktik-profesi-dokter 07 Juni 2009, 23:09, diunduh Kamis, 18 November 2010 16:31. Diunduh tanggal 22 Agustus 2010

Religiusitas Kaum Profesional Muslim |

135

Untuk mengatasi persoalan ini, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) mengeluarkan surat edaran Nomor 3509/PB/A.3/02/2009 tanggal 27 Januari 2009 tentang himbauan dan larangan bagi dokter terkait dengan industri farmasi untuk mencegah kolusi dan seorang dokter ketika melakukan pekerjaan kedokteran tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.24

Janji atau sumpah “saya akan menjalankan tugas saya dengan cara terhormat dan bermoral tinggi” akan gugur jika masalah biaya atau ongkos dokter mahal dianggap sebagai merusak reputasi dokter yang memiliki pekerjaan mulia karena sudah disamakan dengan bisnis. Pekerjaan sebagai dokter tidak lagi dianggap sakral, sebagaimana dikatakan Laksono25 bahwa di tempat terpencil yang membutuhkan dokter ternyata dokter tidak ada. Para dokter itu, utamanya dokter spesialis bertumpuk di kota besar yang perputaran ekonominya tinggi. Ada dokter yang penghasil perbulannya satu juta rupiah dan ada juga yang berpenghasilan satu miliar rupiah per bulan.

Demikian juga dengan distribusi dokter lebih mengikuti hukum ekonomi ketimbang rasa perikemanusiaan. Sehingga seorang Dokter akan dapat bertahan jika melakukan ekstensifikasi, misalnya tak cuma menulis resep lantas terima uang, tetapi dokter juga selayaknya tulus membantu pasien, memberikan mentoring, meng-encourage pasien untuk penyembuhan dirinya sendiri, dengan mengedepankan personal approach yang tulus dan tak dibuat-buat. Kalau tidak demikian maka akan kembali kepada basic ekonomi, yaitu kalau supply dokter tetap terbatas dengan pelayanan ala kadarnya, juga akan terjadi gap antara supply dan demand. Akumulasi kapital menjadi sia-sia kalau tidak disalurkan pada demand yang tepat-semata-mata karena prinsip marjinal ekonomi tak terpenuhi.26

24 Ibid

25 Laksono dalam http://ghozan.blogsome.com/2008/08/02/profesi-dokter-masihkah-sakral/ oleh Ario Djatmiko. (Sabtu, 02 Agustus 2008), ketua Litbang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim. Diunduh tanggal 22 Agustus 2010

26 http://nofieiman.com/2007/05/matinya-profesi-dokter/Matinya Profesi Dokter? May 30th, 2007. Diunduh tanggal 22 Agustus 2010

136

| Kaum Profesional Muslim

Perkembangan profesi Dokter yang semakin kompleks ini menurut Prio Djatmiko perlu diurai menurut konsep Shortell sebagai berikut:

Tahap pertama sebelum tahun 1980, disebut sebagai era solo, yaitu dokter praktik atas nama pribadi. Sehingga peran dokter amat dominan, hubungan dokter-pasien paternalistik. Dokter langsung berperan sebagai deal & price maker. Hubungan dokter tamu dan Rumah Sakit swasta sebatas interlock interest, sehingga RS swasta dibuat tidak berdaya.Tahap kedua tahun 1980-2000, disebut sebagai era Grup. Dokter spesialis membentuk grup kerja sehingga bisa terjadi depersonalization, dan pasien tidak lagi mencari nama dokter tetapi keahlian. Dan pada sisi lain, melahirkan mafia! Misalnya, terbentuknya grup mendorong praktik monopoli yang merupakan sebuah bentuk kejahatan usaha. Grup mempunyai posisi tawar yang luar biasa, sehingga Rumah Sakit swasta semakin tidak berdaya dan produk semakin tak terkontrol. Tahap tiga, pada 2000-ke depan yang disebut era Korporasi, yaitu produk medik merupakan hasil kerja sistem. Untuk menghasilkan produk medik yang sesuai dengan harapan pasien, semua komponen dalam sistem harus betul-betul terkontrol, termasuk performa dokternya. Sehingga bisa terjadi depersonalization dan dokter sepenuhnya membawa bendera Rumah Sakit.27

Di Indonesia aturan tentang kepemilikan saham dokter terhadap sebuah Rumah Sakit belum ada aturan yang jelas. Oleh karena itu Stephen Young mengingatkan agar Rumah Sakit swasta tidak membiarkan denyut jantungnya ditentukan oleh dokter tamu tetapi harus mandiri, yaitu harus menjadi deal & price maker. Rumah Sakit bertransaksi dan menjamin produknya sesuai dengan harga

27Ario Djatmiko, http://ghozan.blogsome.com/2008/08/02/profesi-dokter-masihkah-sakral/ Diunduh tanggal 22 Agustus 2010

Religiusitas Kaum Profesional Muslim |

137

yang dibayar pasien. Disamping itu Rumah Sakit harus memiliki dokter sendiri yang mampu dan unggul bersaing. 28

Selain itu James Pinontoan29 melihat bahwa moral dokter Indonesia era sekarang ini perlu diberi bekal bagaimana berinteraksi dengan pasien melalui pendekatan interpersonal yang mengedepankan kasih sayang (empati bukan simpati), karena pasien datang ke dokter karena sakit dan ingin diperlakukan sebagai manusia yang meminta tolong, serta merasakan adanya perlindungan. Sehingga ketika terjadi hal yang buruk selama dalam proses penyembuhan, walaupun telah melalui protap, maka pasien dan keluarganya akan dapat lebih menerima kenyataan.

Kedua, profesi Advokat

Advokat merupakan salah satu profesi yang keberadaannya berhubungan erat dengan kehidupan, utamanya menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan aspirasi keadilan sosial, hak asasi manusia dan demokrasi.30 Tetapi kini, permasalahan hukum bukan lagi hanya persoalan eksklusif yang berkaitan dengan perlindungan atas hak milik dari segelintir orang, tetapi merupakan permasalahan riel hampir semua orang. 31

28 Stephen Young, http://ghozan.blogsome.com/2008/08/02/profesi-dokter-masihkah-sakral/ oleh Ario Djatmiko. Juga lihat : http://jawapos.com/. Diunduh tanggal 22 Agustus 2010

29 James Pinontoan, http://dinkesprovsulteng.wordpress.com/2008/05/29/ profesi-dokter-terpuruk-namun-ternyata-masih-dibutuhkan/. Diunduh tanggal 22 Agustus 2010

30 http://anggara.org/2006/06/14/dimensi-moral-profesi-advokat-dan-pekerja-bantuan-hukum/.

Diunduh tanggal 22 Agustus 2010.Istilah advokat sudah dikenal ratusan tahun yang lalu dan identik dengan advocato, attorney, rechtsanwalt, barrister, procureurs, advocaat, abogado dan lain sebagainya di Eropa yang kemudian diambil alih oleh negara-negara jajahannya. Kata advokat berasal dari bahasa Latin, advocare, yang berarti to defend, to call to one‟s aid, to vouch or to warrant.

31 Frans Hendra Winarta, http://anggara.org/2006/06/14/dimensi-moral-profesi-advokat-dan-pekerja-bantuan-hukum/. Diunduh tanggal 22 Agustus 2010

138

| Kaum Profesional Muslim

Advokat32 adalah seseorang yang diberi hak, dan berkualitas untuk praktek di depan pengadilan, menasehati dan menghadirkan kliennya di dalam berbagai hal sah berkait dengan undang-undang. Seseorang yang diberi hak karena memiliki persyaratan khusus yang merujuk kepada kualifikasi akademis sebuah profesi Advokat, misalnya persyaratan pendidikan.

Istilah advokat33 diarahkan pada jasa profesi hukum yang berperan dalam suatu sengketa yang dapat diselesaikan di luar atau di dalam sidang pengadilan. Pembelaan dilakukan oleh Advokat terhadap institusi formal (peradilan) maupun informal (diskursus), atau orang yang mendapat sertifikasi untuk memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan.

Seseorang yang diberi hak karena memiliki persyaratan khusus yang merujuk kepada kualifikasi akademis sebuah profesi Advokat, misalnya persyaratan pendidikan. Istilah advokat34 diarahkan pada jasa profesi hukum yang berperan dalam suatu

32 Ibid. Istilah advokat dalam: 1) Black‟s Law Dictionary, Fifth Edition: “To speak in favor of or defend by argument; one who assists, defends, or pleads for another; one who renders legal advice and aid and pleads the cause of another before a court or a tribunal, a counselor.” 2) Deklarasi dari The World Conference on the Independence of Justice c.q. Universal Declaration on the Independence of Justice yang diselenggarakan di Montreal, Kanada tgl. 5 – 10 Juni 1983, merumuskan sbb: “Lawyer means a person qualified and authorized to practice before the courts and to advise and represent his clients in legal matters.” 3) International Bar Association (IBA) sbg organisasi internasional terbesar di dunia antara lawyers, masyarakat hukum (law societies) dan asosiasi lawyers nasional, didirikan di New York State tahun 1947, dalam point 1 IBA Standards for the Independence of the Legal Profession menyatakan bahwa:“Every person having the necessary qualifications in law shall be entitled to become a lawyer and to continue in practice without discrimination”.

33Istilah Pengacara atau Advokat dibedakan dari istilah Konsultan Hukum yang kegiatannya lebih ke penyediaan jasa konsultasi hukum secara umum. Advokat dalam profesi hukum dikenal istilah beracara yang terkait dengan pengaturan hukum acara dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata.

34 Istilah Pengacara atau Advokat dibedakan dari istilah Konsultan Hukum yang kegiatannya lebih ke penyediaan jasa konsultasi hukum secara umum. Advokat dalam profesi hukum dikenal istilah beracara yang terkait dengan pengaturan hukum acara dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata.

Religiusitas Kaum Profesional Muslim |

139

sengketa yang dapat diselesaikan di luar atau di dalam sidang pengadilan. Pembelaan dilakukan oleh Advokat terhadap institusi formal (peradilan) maupun informal (diskursus), atau orang yang mendapat sertifikasi untuk memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan.

Kualifikasi akademis35 yang dipersyaratkan untuk seorang Advokat di setiap negara cenderung berbeda, walaupun hakikatnya

35http://www.bls.gov/oco/ocos053.htm. Diunduh tanggal 22 Agustus 2010. Walaupun tidak disarankan prelaw, calon pengacara harus mengembangkan kecakapan dalam menulis dan berbicara, membaca, meneliti, menganalisis, dan berpikir logis sebagai sebuah keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat berhasil, baik di sekolah hukum maupun dalam hukum. Selain itu, latar belakang multidisiplin juga dianjurkan untuk diperhatikan. Misalnya, calon pengacara tentang hak paten perlu latar belakang yang kuat dalam rekayasa atau ilmu pengetahuan, demikian juga dengan calon pengacara pajak masa depan juga harus memiliki pengetahuan luas tentang akuntansi.

Semua sekolah hukum di Amerika disetujui oleh American Bar Association (ABA) dan mengharuskan pelamar untuk mengambil LSAT. Misalnya, pada Juni 2008, terdapat 200 sekolah hukum ABA-terakreditasi, yang lain telah disetujui oleh otoritas negara saja. Hampir semua sekolah hukum mengharuskan pelamar untuk memiliki sertifikasi transkrip yang dikirim ke Sekolah Hukum Majelis Data Service, yang kemudian menyampaikan LSAT pemohon tentang skor dan catatan standar nilai mereka di perguruan tinggi untuk sekolah-sekolah hukum pilihan mereka. The Law School Admission Council mengelola kedua layanan ini, dan LSAT. Persaingan masuk ke sekolah banyak hukum-terutama yang paling bergengsi yang biasanya intens dengan jumlah pelamar sangat melebihi jumlah yang dapat diterima.

Selama tahun pertama atau separuh tahun dari sekolah hukum, siswa biasanya belajar mata kuliah inti, seperti hukum konstitusional, kontrak, hukum properti, torts (kerugian), prosedur sipil, dan menulis hukum. Dalam waktu yang tersisa mereka dapat memilih program khusus di bidang-bidang seperti pajak, tenaga kerja, atau hukum perusahaan. Mahasiswa Hukum sering memperoleh pengalaman praktis dengan berpartisipasi dalam klinik hukum sekolah (lab) yang disponsori, dalam kompetisi praktek pengadilan di sekolah, di mana siswa melakukan argumen banding; dalam uji praktik di bawah pengawasan pengacara yang berpengalaman dan hakim, dan melalui penelitian dan menulis tentang isu-isu hukum di sekolah atau jurnal.

Sejumlah sekolah hukum memiliki program klinis, siswa memperoleh pengalaman hukum melalui percobaan praktek dan proyek-proyek di bawah pengawasan pengacara dan fakultas hukum sekolah. Program sekolah Hukum

140

| Kaum Profesional Muslim

sama. Misalnya di Amerika, pendidikan dan pelatihan untuk menjadi seorang Advokat biasanya memakan waktu 7 tahun studi penuh, yaitu setelah sekolah 4 tahun studi sarjana di suatu Perguruan Tinggi, diikuti dengan 3 tahun Sekolah Hukum. Jadi yang berkeinginan untuk masuk ke Sekolah Hukum harus memiliki gelar sarjana terlebih dahulu. Untuk memenuhi kebutuhan siswa, mereka yang hanya mampu mengikuti paruh waktu saja di Sekolah Hukum, disediakan sejumlah Sekolah Hukum yang memiliki jam kuliah malam atau masuk ke dalam divisi paruh waktu.

Di Indonesia, seorang Advokat adalah seorang sarjana berlatar belakang pendidikan Perguruan Tinggi Hukum hanya perlu mengikuti pendidikan khusus dan lulus ujian profesi yang dilaksanakan oleh suatu organisasi Advokat, dan bukan Sekolah Hukum sebagaimana di Amerika.

Pertumbuhan populasi pada tingkat aktivitas bisnis pada akhir-akhir ini dapat menciptakan lebih banyak transaksi hukum. Misalnya: perselisihan sipil, kasus kriminal, kesehatan, kekayaan klinis mungkin termasuk bekerja di, misalnya, hukum-bantuan kantor atau di komite legislatif. Paruh-waktu atau musim panas clerkship di firma hukum, instansi pemerintah, dan departemen hukum perusahaan juga memberikan pengalaman berharga. Pelatihan tersebut dapat mengarah langsung ke pekerjaan setelah lulus dan dapat membantu siswa memutuskan jenis praktik sesuai terbaik mereka. Lulusan sekolah Hukum menerima gelar dokter juris (JD), gelar profesional pertama.

Sedangkan derajad (hukum) Advanced yang mungkin diinginkan untuk perencanaan mereka adalah yang mengkhususkan diri, melakukan penelitian, atau mengajar. Beberapa mahasiswa hukum mengejar gelar bersama program yang biasanya memerlukan tambahan semester atau tahun studi. Program bersama untuk gelar yang ditawarkan di sejumlah daerah, misalnya: termasuk administrasi bisnis atau administrasi publik.

Setelah lulus seorang pengacara harus mendapatkan informasi perkembangan tentang legal dan tidak legal yang mempengaruhi praktik mereka. Pada tahun 2008, di 46 negara dan wilayah hukum yang diperlukan pengacara untuk berpartisipasi dalam pendidikan hukum, wajib melanjutkan pendidikan. Banyak sekolah hukum, Negara dan asosiasi setempat terus memberikan program pendidikan yang membantu pengacara tetap mengikuti perkembangan mutakhir. Beberapa Negara memungkinkan melanjutkan pendidikan, juga melalui perolehan kredit dalam partisipasi mereka pada seminar di Internet.

Religiusitas Kaum Profesional Muslim |

141

intelektual, kepailitan, litigasi korporasi dan keamanan, hukum antitrust, dan hukum lingkungan. Pertumbuhan permintaan Advokat tetap dibatasi sebagai bisnis, karena pada saat yang sama, mereka semakin banyak menggunakan sebuah kantor akuntan besar dan paralegal untuk melakukan beberapa fungsi yang sama, seperti yang sering dilakukan oleh seorang Advokat. Misalnya, sebuah perusahaan akuntansi dapat memberikan konseling kepada karyawan tentang: manfaat, proses dokumen, atau menangani berbagai layanan lain yang sebelumnya dilakukan oleh sebuah firma hukum. Mediasi dan resolusi sengketa juga semakin sering digunakan sebagai alternatif untuk melakukan litigasi.

Seseorang yang memilih perencanaan karir dalam ranah hukum pada umumnya memperhatikan beberapa pertimbangan, antara lain: 1) ingin bekerja dengan orang dan memenangkan kasusnya dengan cara terhormat; 2) ingin memiliki kepercayaan dari klien, rekan, dan masyarakat; 3) bersamaan dengan itu ingin menunjukkan bahwa ketekunan, kreativitas dan kemampuan penalaran juga penting karena Advokat sering menganalisa kasus yang kompleks dan menangani masalah-masalah hukum baru dan unik.

Para pengusaha dalam mengatasi perkembangan luar biasa tentang kemungkinan terjadinya masalah hukum, yang dilakukan,

pertama mencari lulusan yang memiliki derajat kemampuan hukum

lebih maju dan berpengalaman khusus, seperti: pajak, paten, dsb;

kedua, melakukan litigasi kasus-kasus ketika penjualan menurun dan

keuntungan membatasi anggaran mereka; ketiga, tidak mempekerjakan Advokat baru sampai bisnis membaik, dan atau bahkan perusahaan ini akan mengurangi staf untuk mengendalikan biaya. Hal ini juga dilakukan ketika oleh individu dan perusahaan ketika menghadapi masalah hukum lainnya, seperti kebangkrutan, penyitaan, dan perceraian, semua itu memerlukan tindakan hukum. Di era seperti ini, proses kelahiran firma hukum baru biasanya bermula dengan menyewa Advokat yang memiliki hubungan dekat, misalnya sebagai rekan, dan atau bekerjasama dengan Advokat atau hakim lebih berpengalaman. Ada juga yang dilahirkan oleh beberapa Advokat bergabung membangun

142

| Kaum Profesional Muslim

kemitraan dalam perusahaan atau firma hukum mereka. Mereka adalah pemilik sebagian perusahaan, atau praktek untuk diri mereka sendiri dengan beberapa Advokat yang berpengalaman dinominasikan atau dipilih untuk formasi judgeships.

Kompetisi lowongan kerja semakin tajam seiring dengan sejumlah besar siswa lulus dari sekolah hukum yang dilahirkan setiap tahun. Selain itu juga semakin tinggi persaingan untuk posisi jaksa, menyebabkan banyak Advokat mencari pekerjaan di daerah tradisional (kabupaten), atau bahkan di luar bidang hukum. Hal ini berakibat faktor kepentingan menjadi semakin lebih besar ketika semakin tajam persaingan lapangan pekerjaan, mobilitas geografis sarjana hukum dan pengalaman kerja.

Posisi Advokat diperkuat oleh keberadaan organisasi profesi yang mewadahi mereka, memiliki sejarah perkembangan sangat dinamis. Hal ini terlihat pada kumpul-pecahnya asosiasi profesi Advokat, yang dimulai sejak awal berdirinya sampai saat ini.36