• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERPRETASI DATA 4.1. Setting Lokasi

4.2. Profi Informan

Profil informan dalam penelitian ini terdiri dari penduduk asli Kota Medan, terutama wanita karir yang bekerja atau berada pada sektor publik dan juga terhadap tokoh adat pada masyarakat etnik Batak Toba.

1) R.R (Pr, 42 tahun)

R.R adalah seorang wanita karir berusia 42 tahun dan beragama Kristen Protestan yang merupakan Suku bangsa asli Batak Toba yang lahir di Kota Medan. R.R seorang guru yang bekerja di dua tempat di SMK swasta YPK dan SMK PGRI 8, sebagai pengajar guru Akuntansi untuk kelas 1 dan Kesekretarisan untuk kelas 2 dan kelas 3. pendidikan terakhir R.R adalah Sarjana Pendidikan (SPd) dari Unimed. R.R sudah lama tinggal di Kota Medan, dan sangat menyukai dengan pekerjaan yang ditekuni saat ini. Awalnya, R.R ingin bekerja di kota lain, mengingat sangat sulitnya untuk menjadi seorang guru di Kota Medan. Namun dengan semangat, R.R berhasil menjadi Guru untuk pertama kalinya dan hingga saat ini di SMK PGRI 8. Saat ini R.R mengontrak rumah untuk tempat tinggalnya.

R.R mengatakan bahwa pilihan wanita karir untuk menilih tidak menikah merupakan hal yang tidak biasa lagi. Sudah banyak dijumpai saat ini wanita ataupun pria yang memilih untuk tidak menikah. Hal ini diakibatkan bukan karena tidak laku, tidak normal, tetapi saat ini lebih menikmati hidupnya dengan menghabiskan waktu

untuk bekerja dan bersama keluarga. Karena ketika berkeluarga, kehidupan seseorang tidak bebas lagi. R.R juga mengatakan bahwa dengan memilih untuk tidak menikah bukan berarti kita tidak bahagia. Belum tentu bagi orang yang sudah menikah memiliki kehidupan yang bahagia. Informan R.R sudah cukup bahagia dengan keadaannya. Sehubungan dengan wanita karir, informan R.R mengatakan lebih banyak menghabiskan waktunya diluar (bekerja) dari pada bersama keluarga sendiri. Kesibukan R.R membuat dirinya lupa akan fungsinya sebagai wanita untuk berkeluarga dan mempunyai keturunan. Namun hal itu tidak membuat R.R untuk malu dan minder dengan keadaan lingkungan di sekitarnya. R.R memilih tidak menikah karena merasa ingin bebas tanpa ada aturan dan ikatan dari orang lain yang dapat membatasi dirinya untuk berkarir.

2) I.S (Pr, 38 tahun)

I.S adalah seorang wanita yang bertempat tinggal di kota Medan, tepatnya di Jl. Puri. I.S beragama Kristen Protestan yang merupakan suku Batak Toba yang lahir asli di Kota Medan. Tingkat pendidikan terakhir I.S adalah Sarjana jurusan ekonomi dari perguruan tinggi negeri. Saat ini I.S bekerja sebagai pembukuan di perusahaan swasta. Di samping pekerjaannya, I.S juga membuka usaha dengan saudaranya yaitu usaha dagang baju untuk anak-anak remaja sekarang ini. Perkembangan usaha dagang itu menghasilkan keuntungan yang bisa dikatakan lumayan besar, apalagi banyak yang datang untuk membeli. I.S saat ini tinggal dengan kedua orang tuanya, dan I.S anak kelima dari 5 bersaudara.

Kegiatan atau kesibukan yang dilakukan, menurutnya sangat membantu untuk dapat berkarier lebih baik lagi. Dengan memiliki berbagai kesibukan membuatnya lebih

berarti dan lebih dipandang di kalangan keluarganya. Yang berarti orang-orang tidak dapat memandang sebelah mata atau sepele dengan dirinya yang hingga saat ini belum menikah. Dengan seperti itu, orang-orang akan berpikir bahwa dengan belum menikah diakibatkan karena kesibukan dalam meniti karirnya.

3) R.N (Pr, 41 tahun)

R.N adalah salah satu wanita yang saat ini belum menikah pada usia yang sudah cukup tua. R.N wanita berusia 41 tahun, beragama Kristen Protestan, bersuku Batak Toba. R.N warga asli kota Medan yang bertempat tinggal di Jl. Sempurna Ujung. Pendidikan terakhirnya adalah Sarjana Ekonomi dari Universitas swasta di Kota Medan. Saat Ini R.N bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) di Pemko Medan. Disamping itu R.N juga mempunyai bisnis MLM (Multi Level Marketing) produk kosmetik. Hal itu dilakukan sampingan dari pekerjaannya sebagi PNS. Tinggal dengan orang tua merasa cukup nyaman dan juga menyenangkan, selain dapat membahagiakan orang tua. Orang tua R.N juga maklum dengan keadaannya yang hingga saat ini belum menikah.

R.N berpendapat wanita yang memilih untuk tidak menikah dapat dikatakan itu adalah kemauan dari diri sendiri. Wanita yang belum menikah pada usia yang sudah sewajarnya dapat diakibatkan karena trauma yang dialami keluarga. Dikatakan juga, wanita yang menikah tidak lagi dapat berlaku bebas saat ia hidup melajang. R.N mengatakan bahwa dengan menikah berarti membatasi pergaulannya dengan teman-teman dan membatasi diri untuk berkarir.

J.S seorang wanita yang pada usia 49 tahun belum menikah, beragama Kristen Prostestan dan suku Batak Toba. Pendidikan terakhir J.S adalah sarjana muda dan telah bekerja di salah satu perusahaan swasta. Belum menikah tidak membuat J.S khawatir akan usianya yang sudah semakin tua. Bagi J.S saat ini memilih untuk menghabiskan waktunya dengan mengurus orang tuanya yang tinggal sendiri.

Profil Informan Tokoh Adat 1. St. Drs. G.P (Lk, 52 tahun)

G. P adalah seorang sintua di Gereja GKPI Teladan, dan juga merupakan tokoh adat di punguan marga Panggabean yang ada di Kota Medan. Informan G.P bekerja di sekolah SMUN 1 Tanjung Morawa. G.P mempunyai 1 orang istri boru (marga) sitompul dan mempunyai 3 anak yang ketiganya masih kuliah. Anak informan G.P terdiri dari 2 wanita dan 1 laki-laki. Informan G.P dikenal dengan sosok bapak yang ramah terhadap siapa saja, karena tanggung jawab informan sebagai seorang sintua di sebuah gereja GKPI Teladan. Sikap melayani informan G.P sangat mencerminkan sosok seseorang yang penuh dengan wibawa. Saat ini usia informan memasuki 50 tahun, dan tinggal di Pintu Air, Sp. Limun Medan.

Pada saat informan G.P aktif dalam kegiatan marga/boru panggabean sebagai tokoh adat. Dan informan juga sering dipanggi dalam upacara adat yang dilangsungkan, apabila ada suatu acara besar.Informan G.P juga merupakan bagian pengurus BPH dalam dalam kepengurusan gereja. Informan menjabat sebagai sekretaris yang merangkup sebagai sintua di Gereja GKPI Teladan.

Pandangan Informan G.P terhadap fenomena wanita tidak menikah biasa saja. Karena hal itu sudah tidak asing lagi. Namun menurut G.P, dalam masyarakat Batak

Toba, suatu pernikahan sangatlah berarti untuk memenuhi kehidupan mereka sebagai masyarakat Batak Toba. Karena pada umumnya masyarakat Batak Toba memiliki berbagai adat yang sangat penting, seperti pernikahan, kematian, dan sebagainya.G.P mengatakan, bahwa akar dari suatu adat adalah ketika seseorang sudah menikah.

2. St. R.H (Lk, 59 tahun)

R..H adalah seorang informan yang sudah tidak bekerja lagi, karena sudah pensiun. Informan R.H dikenal dimana saja dan termasuk dalam ikatan marga, STM, dan Gereja. Informan R.H lahir di Tarutung, yang saat ini bertempat tinggal di Teladan dengan anak-anaknya R.H mempunyai 1 orang istri boru Hutabarat dan telah meninggal dunia pada tahun 1997, namun R.H tidak ingin menikah lagi, mengingat tanggung jawabnya terhadap anak-anaknya untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga berhasil semua. Anak bapak R.H terdiri dari 4 orang, yaitu 2 laki-laki dan 2 perempuan. 3 anaknya telah selesai kuliah dari perguruan tinggi negeri dan telah bekerja di instansi pemerintah, 1 lagi masih kuliah. Saat ini bapak R.H tidak bekerja, karena dilarang anak-anaknya. Bapak R.H dulunya bekerja sebagai pelayaran, namun sudah tidak lagi karena sustu alasan.

Saat ini kegiatan informan R.H adalah aktif dalam kegiatan gereja, STM dan sebagainya. Informan R.H mempunyai fungsi di marga Hutagalung sebagai Ketua Sektor, di marga/boru Hutabarat sebagai pengurus rohani, dan R.H juga merupakan sintua di gereja GKPI Teladan Timur Medan. Sering setiap ada pesta, informan R.H selalu dipanggil / diundang untuk dapat menghadiri upacara yang disediakan. Peran informan R.H sangat diperlukan untuk kepentingan yang diselenggarakan. Dengan mengikuti berbagai kegiatan, informan R.H merasakan sangat senang ikut

berpartisipasi dalam acara adat yang diadakan. Menurut informan dengan adanya adat yang diselenggarakan, berarti hal tersebut memperkuat talipersaudaraan terhadap masyarakat Batak Toba.

Informan R.H mengatakan, bahwa arti pernikahan bagi masyarakat Batak Toba merupakan ikatan antara dua keluarga saling menyatu, bukan hanya dua pasang individu yang saling berhubungan. Menurut informan R.H, pernikahan sangatlah penting bagi masyarakat Batak Toba untuk dapat mempunyai keturunan yang disebut dengan hagabeon, yang mempunyai banyak keturunan dan panjang umur.

3. R.N (Lk, 68 thn)

Informan R.N adalah seorang bapak yang pendiam. Keseharian R.N adalah dirumah bersama istri menghabiskan waktu bersama cucu-cucu mereka. R.N adalah pensiunan Pegawai Negeri Sipil dari Pemko Medan. R.N sudah lama tinggal di Medan dengan membesarkan 5 anak, 3 putra dan 2 putri yang seluruhnya telah menikah. Kegiatan sehari-hari informan selain dirumah juga ikut berperan serta dalam adat yang diadakan. Banyak undangan yang selalu datang kepada informan supaya dapat menghadiri undangan tersebut.

Informan R.N mengatakan mengerti mengenai akan adat. Bagi orang Batak adat merupakan sesuatu yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Dengan mengikuti berbagai kegiatan, R.N merasakan sangat senang ikut berpartisipasi dalam acara adat yang diadakan. Menurut R.N dengan adanya adat yang diselenggarakan, berarti hal tersebut memperkuat tali persaudaraan terhadap masyarakat Batak Toba. R.N mengatakan banhwa pernikahan adalah sesuatu hal yang sangat sakral. Hal ini berarti kedua pasangan telah disatukan dan di berkati di gereja, yang dilakukan di depan

banyak orang dan juga di hadapan Tuhan, yang tidak dapat dipisahkan oleh siapapun kecuali maut yang memisahkan pasangan. Bagi masyarakat Batak menikah itu berarti menyatukan dua marga yang berlainan.

Tanggapan R.N mengenai maraknya wanita yang hidup melajang yaitu diakibatkan oleh semakin majunya teknologi dan pengetahuan yang sekarang ini terjadi. Wanita jadi tidak memperdulikan lagi harapan dari keluarga mereka yang menginginkan anaknya untuk dapat berumah tangga. Pada dasarnya dalam masyarakat Batak Toba melekat budaya dan adat yang sangat mengikat masyarakat itu sendiri. Informan R.N juga mengatakan bahwa fungsi dari pernikahan itu bisa mempengaruhi posisi kita dalam adat Batak Toba. Karena pada masyarakat Batak Toba dikenal dengan banyak adat.

4. K.P (Lk, 68 thn)

K.P merupakan salah satu tokoh adat dari beberapa informan saya yang diwawancarai. K.P merupakan seseorang yang memiliki jiwa pemimpin yang sangat dikagumi oleh banyak orang termasuk keluarga sendiri dan tentunya juga si pewawancara. K.P sangat baik pada semua orang, dan ketika melakukakan wawancara, beliau mengetahui semua mengenai adat. Bagi informan K.P tidak ada yang yang lebih berarti dalam masyarakat Batak Toba jika belum mengenal adat dan budaya sendiri. Informan K.P adalah pensiunan dari guru. Dan informan K.P juga memiliki anak 6 yang terdiri dari 3 putra dan 3 putri, dan yang menikah sudah 4orang. 2 orang anak informan masih belum siap untuk menikah karena masih dikatakan terlalu muda, namun sudah dilamar.

Kegiatan sehari dari K.P adalah membuka usaha ponsel dirumahnya bersama istrinya. Informan K.P mendirikan usaha di depan rumahnya dengan kios kecil-kecilan. Jadi orang dapat berhenti untuk mengisi pulsa tempat mereka. Pandangan informan terhadap fenomena yang terjadi saat ini dimana banyak wanita yang belum menikah adalah biasa saja, walaupun menurut informan hal itu sudah melanggar dari aturan adat yang ada pada masyarakat Batak itu sendiri. Namun, K.P juga mengatakan bahwa ini kembali lagi pada perilaku masnusia itu sendiri menjalani kehidupan mereka sendiri, bagaimana baiknya menurut mereka. Pilihan hidup ada pada mereka sendiri.