• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROFIL DAN DISCOGRAPHY EFEK RUMAH KACA

A. Profil Efek Rumah Kaca

Adrian Yunan Faisal (bass, vokal latar) dan Cholil Mahmud (vokal, gitar) sebenarnya sudah saling mengenal sejak tahun 1991, sejak keduanya bersekolah di SMA yang sama, yakni SMAN 47 Jakarta. Mereka berdua juga diketahui sudah hobi bermain musik dengan bandnya masing-masing. Namun barulah pada 1998, keduanya bersatu untuk membentuk satu band baru. Bersama dengan Hendra (gitar) dan Sita (piano), band ini mencoba untuk mencari identitasnya, namun karena tidak kunjung ketemu, maka Hendra dan Sita pun kemudian keluar dari band.

Sejak tahun 2001-2007, bersama dengan Akbar Bagus Sudibyo (drum, vokal latar), ketiganya rutin latihan seminggu sekali. Di awal kegiatan bermusiknya, motivasi mereka saat itu sangat sederhana: hanya bersenang-senang dan iseng membuat lagu dan album. Barulah kemudian di tahun 2003, mereka mulai menemukan konsep bermusik yang akan dipakai oleh band ini ke depannya. Mereka pun mulai membuat demo lagu (eksperimen) dan mengirimkannya ke beberapa label. Setelah mengenal Harlan Bur yang kini menjadi manajer dari Efek Rumah Kaca, mereka pun mulai memahami kultur musik independen dan berani bermain di acara-acara (event) komunitas. Setelah merilis album pertama, barulah diketahui bahwa konsep yang mereka usung disukai oleh banyak

1

Tulisan profil ini dirangkum dari wawancara yang dilakukan oleh Finroll.com, dan dimuat juga dalam situs resmi http://efekrumahkaca.net.

47

penggemar musik independen. Tawaran untuk manggung pun akhirnya semakin banyak.

Nama Efek Rumah Kaca diambil dari lagu yang terdapat di album pertama. Awalnya mereka memakai beberapa nama seperti Hush dan Superego. Namun karena ada band lain yang sudah memakainya, maka terpaksa diganti menjadi Efek Rumah Kaca. Harlan Bur, sang manajerlah yang mengajukan nama tersebut pada 2005.

Mengenai genre, Efek Rumah Kaca mengaku tidak terlalu mengkhususkan diri pada satu genre. Mereka tidak ambil pusing dengan satu genre tertentu dan lebih fokus untuk mendapatkan soul bermusik. Namun jika kita melihat dua album yang telah dibuat –Efek Rumah Kaca (2007) dan Kamar Gelap (2008), maka bisa katakan bahwa genre pop lebih mendominasi, dan juga sedikit sentuhan rock di album yang kedua.

Efek Rumah Kaca lebih memilih jalur musik independen (indie) ketimbang melalui label-label rekaman besar. Pilihan tersebut berawal dari adanya suatu keresahan. Mereka resah jika dipaksa untuk mengikuti kemauan label besar dalam setiap arahan musiknya. Karena hal tersebut hanya menghambat kreatifitas ERK sendiri. Sehingga mereka lebih suka mengambil jalan sendiri dan mengelola semuanya secara mandiri, alias secara independen. Dengan demikian mereka bisa menjiwai musik itu sendiri tanpa adanya tekanan dari manapun juga.

Dalam menciptakan lagu, ERK biasanya menyiapkan materi nada dan aransemennya terlebih dahulu. Setelah dirasa bagus, barulah lirik masuk dan menyesuaikan. Seluruh anggota mempunyai porsi yang sama dalam membuat lagu, dengan Cholil diberi jatah yang banyak dalam hal lirik. Mereka juga tidak

48

menggunakan istilah “enam bar” layaknya band-band Indonesia belakangan ini. Jika lagu yang diciptakan dirasa mirip dengan karya orang lain, maka lagu tersebut akan segera diganti atau dibatalkan.

Untuk referensi bermusik, mereka mengambil baik dari band/musisi lokal maupun luar, sebut saja: Jon Anderson, Peter Gabriel, The Beatles, Sting, Smashing Pumpkins, Bjork, Radiohead, Jeff Buckley, Rufus Wainwright, Sufjan Stevens, Billie Holiday, Iwan Fals, Eros Djarot, Guruh Sukarno Putra, Chrisye, Sore, Santamonica, dan Zeke And The Popo. Pengaruh paling besar berasal dari Radiohead dan Jeff Buckley. Ini terlihat dari vokal Cholil yang tinggi dan menyeret-nyeret seperti pada vokalis Radiohead dan Jeff Buckley. Namun tetap saja, sebesar apapun pengaruhnya, hal itu tidak akan membuat mereka merasa “terpenjara” dalam menciptakan lagu.

Selain bermusik, para personil ERK juga rajin memonitor perkembangan band-band indie lainnya. Mereka juga menjalin hubungan pertemanan yang erat dengan band-band tersebut. Para personil ERK bahkan kagum dengan para musisi indie tersebut, yang selalu berani bereksplorasi, sehingga terkesan tidak membosankan dan “itu-itu saja”. Terutama band-band dari Yogyakarta seperti Melancholic Bitch dan Risky Summerbee yang sering mereka ikuti perkembangannya. Walau hanya sebatas mengikuti lewat situs

www.myspace.com.

Setelah dirasa cukup mengetahui medan musik independen, Efek Rumah Kaca mengaku mempunyai gagasan yang lebih liar dan berani, yaitu dengan tidak membuat lagu dengan tema atau materi yang sama. Mereka akan selalu mencoba mencari formula yang lebih baru dan tidak akan malu-malu untuk membuat lagu

49

yang berisi kemarahan. Bahkan Cholil, sang vokalis, sudah menyiapkan amunisi lirik untuk lagu bertema “kemarahan” tersebut.

Bagi Efek Rumah Kaca, ciri khas atau trademark sebuah band memang sangat penting. Namun hal itu tidak membuat ERK untuk berhenti mencari banyak hal baru. Karena personil ERK pun mengakui selalu bosan jika harus memainkan lagu yang sama dalam setiap penampilannya. Bahkan ERK siap untuk memulai dari nol lagi ketika menyiapkan materi yang baru.

Sejauh ini pola yang dipakai oleh ERK untuk memasarkan karyanya tetap konvensional, yaitu melalui label mereka Aksara Records. Namun terkadang mereka juga sering menjual langsung CD albumnya ketika diundang dalam sebuah event. Bahkan mereka tekadang rela menukar CD tersebut dengan honor yang ditawarkan penyelenggara acara.

Selain sebagai musisi, para personil Efek Rumah Kaca juga dikenal giat dalam berbagai kegiatan sosial atau kemanusiaan. Cholil, sang vokalis, tak jarang terlibat dalam berbagai kegiatan Kontras. Pendapatan dari RBT lagu “Di Udara” juga ternyata disumbangkan kepada Kasum (Komite Aksi Solidaritas Untuk Munir). Mereka juga selalu mencoba berkontribusi dalam kegiatan-kegiatan bertema lingkungan hidup.

Efek Rumah Kaca sebenarnya punya mimpi besar yakni membuat label sendiri dan membantu menerbitkan band indie lainnya kepada masyarakat. Karena kemunculan ERK sendiri tidak lepas dari bantuan orang lain, maka kini mereka mencoba untuk membantu band-band indie lainnya untuk bisa tampil dalam dunia musik di Indonesia.

50 Discography:

Efek Rumah Kaca (Aksara Records, 2007) Daftar Lagu:

1. Jalang (4:43)

2. Jatuh Cinta itu Biasa Saja (5:15) 3. Bukan Lawan Jenis (4:38)

4. Belanja Terus Sampai Mati (4:24) 5. Insomnia (4:19)

6. Debu-debu Beterbangan (4:59) 7. Di Udara (4:36)

8. Efek Rumah Kaca (3:30) 9. Melankolia (5:04) 10.Cinta Melulu (4:23) 11.Sebelah Mata (4:30) 12.Desember (4:17)

Kamar Gelap (Aksara Records, 2008) Daftar Lagu:

1. Tubuhmu Membiru... Tragis (6:50)

2. Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa (4:02) 3. Mosi Tidak Percaya (3:54)

4. Lagu Kesepian (4:30) 5. Hujan Jangan Marah (4:30)

51 7. Menjadi Indonesia (4:40) 8. Kamar Gelap (4:45) 9. Jangan Bakar Buku (4:44) 10.Banyak Asap di Sana (4:06) 11.Laki-laki Pemalu (5:14) 12.Ballerina (4:03)

Dokumen terkait