• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Profil Informan

Minggu, 14 Agustus 2016 Wawancara pertama AN Kos AN Selasa, 20 September 2016 Wawancara kedua AN Kos AN Kamis, 20 Oktober 2016 Wawancara ketiga AN Kos AN

4.2

Profil Informan

4.2.1

Informan Pertama

Informan pertama adalah NP yang berusia 22 tahun dan saat ini sedang menempuh pendidikannya di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. NP memandang dirinya sebagai orang yang moody dan pencemburu. NP menganut agama Katolik dan memiliki latar belakang suku Jawa. NP merupakan anak pertama dari dua bersaudara. NP pernah

tinggal bersama adik dan kedua orangtuanya di Papua lalu pindah ke Klaten, Jawa Tengah saat kelas tiga SMP.

NP mengatakan bahwa ia berpacaran dengan suami secara tidak sengaja. NP merasa dirinya terlalu bebas dan kurang bisa menjaga iman karena tergoda dengan gaya pacaran jaman sekarang. Jika keduanya sering bertemu, mereka bisa melakukan hubungan seksual maksimal tiga kali dalam satu bulan di kos suami. Kos suaminya terlihat bebas dan NP pernah melihat salah satu diantara penghuni kos tinggal bersama pasangannya. Pemilik kos tersebut mengetahui kebiasaan mereka yang tinggal di sana tetapi pemilik kos bersikap cuek.

NP menikmati hubungan seksualnya, merasa senang dan tidak ada rasa bersalah. Sadar akan aktivitas seksualnya, NP pernah mencari informasi untuk mencegah kehamilannya agar tidak ada pihak yang dirugikan. NP mulai curiga ketika dirinya terlambat datang bulan. NP mendatangi dokter dan melakukan pemeriksaan dengan testpack lalu terbukti hasilnya positif hamil. NP bercerita bahwa ia kaget, menyesal, sedih, dan merasa dirinya bodoh pada saat itu. NP juga mengatakan bahwa ia berusaha menggugurkan kandungannya namun tetap gagal.

NP dan suaminya merasa takut akibat kehamilan NP sehingga mereka memberitahu orangtua NP melalui sepucuk surat. Menurut ceritanya, NP merasa takut dikucilkan karena ia dan keluarganya aktif di

lingkungan gereja maupun lingkungan rumah. Orangtua NP merasa kecewa, kaget, dan frustasi setelah mengetahui kehamilannya. Namun, orangtua NP akhirnya menelpon ayah mertua NP untuk bertemu dan mengurus pernikahan mereka.

NP mengungkapkan bahwa pernikahannya di awal tahun 2014 merupakan pernikahan yang tidak direncanakan. NP dan suaminya menikah secara Katolik atas keputusan khusus dari Romo Paroki karena kasus hamil di luar nikah. NP juga menilai bahwa dalam budayanya, kasus pernikahan NP masih dinilai negatif. Setelah menikah, NP bersama anak dan suaminya masih tinggal di rumah orangtua NP. Kebutuhan untuk makan sehari-hari masih ditanggung oleh orangtua NP. Begitu pula biaya susu dan asuransi kesehatan (sebelum suami bekerja) yang dibantu oleh ayah mertua NP.

Membangun sebuah pernikahan membuat NP mengalami beberapa pengalaman yang kurang menyenangkan. NP mengalami perselisihan dengan ibu mertuanya dan dipaksa oleh orangtua untuk bertanggung jawab atas segala pekerjaan rumah. Ketakutan akan urusan akademik dan rumah tangga yang terbengkalai serta konflik dengan suami juga terjadi selama berumah tangga.

4.2.2

Informan Kedua

Informan kedua adalah AN yang berusia 20 tahun. Menurut AN, ia adalah sosok yang mandiri, tertata, dan tegas. AN juga menilai dirinya sebagai perempuan yang tomboi namun bisa merangkul teman-temannya. AN kuliah di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. AN merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan sejak usia 1,5 tahun tinggal bersama eyangnya di Malang karena orangtua AN tidak bisa fokus merawat AN pasca melahirkan sang adik. AN menganut agama Katolik dan memiliki latar belakang suku Jawa. Keluarga AN masih termasuk keturunan ningrat dan memiliki pola asuh yang keras secara turun-temurun. Mereka juga berasal dari keluarga dengan golongan ekonomi menengah ke atas.

AN menjalin hubungan dengan sang suami saat ia masih berpacaran dengan mantan kekasihnya (DN). Setelah putus, AN berpacaran dengan sang suami lalu akhirnya menikah. DN beberapa kali mencoba untuk menghubungi AN sehingga menimbulkan konflik diantara mereka. Satu bulan menikah, AN sulit untuk bangun dari tempat tidur sehingga harus diperiksakan ke dokter. AN merasa kaget saat mengetahui hasil USG bahwa usia kehamilannya mencapai lima bulan dan tidak sejalan dengan usia pernikahannya.

AN menyadari bahwa di masa lalunya ia kerap kali melakukan hubungan seksual dengan DN. AN mau berhubungan seksual dengan DN

setelah mereka berpacaran lebih dari empat tahun. AN mengatakan bahwa ia mempercayai DN dan merasa lebih nyaman dengan DN dibanding orangtuanya sendiri. AN juga mengatakan bahwa DN membutuhkan sosok seperti dirinya yang dapat berperan sebagai pacar, teman, sekaligus ibu. AN mengungkapkan pula bahwa sikap DN sama seperti ayah AN.

AN dan DN selalu melakukan hubungan seksual di rumah DN karena situasinya yang mendukung. Meski begitu, AN bercerita bahwa ia dan DN tidak langsung melakukan hubungan seksual dengan leluasa. Awalnya mereka hanya melakukan hubungan seksual sekali dalam satu atau dua bulan. Kemudian meningkat menjadi sekali dalam satu atau dua minggu hingga hampir tiap hari melakukan hubungan seksual. AN mengatakan bahwa ia hanya meneteskan air mata dan merasa takut saat pertama kali berhubungan intim.

AN mengakui perbuatannya pada sang suami dan menyatakan bahwa DN adalah ayah biologis dari anak yang dikandungnya. AN menilai suaminya sangat baik dan berjiwa besar karena sang suami mau menerima keadaan AN. Mereka juga sepakat untuk merahasiakan status anaknya dari siapapun.

AN mengungkapkan bahwa dirinya merasa sangat bahagia sekaligus kehilangan selama menjalani pernikahannya. Penuturan AN menunjukan bahwa ia tidak merasa kaget karena terbiasa melakukan

pekerjaan rumah tangga. AN lebih dimanjakan oleh suaminya karena AN sedang hamil. Kehamilan AN menyebabkannya harus mengambil cuti di awal masa kuliah dan menghambat beberapa kegiatan akademik. AN juga merasa sedih ketika ia tinggal di rumah mertua yang artinya ia harus berpisah dengan eyangnya. AN mengalami perubahan yang mendadak saat harus berpisah dengan sang suami yang melanjutkan pendidikan pasca sarjana di luar negeri. AN juga merasa sedih dan kehilangan saat menghadapi kenyataan ketika mengetahui suaminya meninggal akibat kecelakaan mobil saat pulang ke Indonesia.

Dokumen terkait