• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

4.2 Profil Informan

1. Informan Pertama

Nama : Syahrul Effendi Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 43 Tahun

Agama : Islam

Etnis : Melayu

Alamat : Desa Simpang Kopi Pendidikan terakhir : SMK

Pekerjaan : Wiraswsta Penghasilan / bulan : Rp. 7.500.000 Dusun : V (Dusun Kopi)

Bapak Syarul Effendi adalah seorang yang memiliki profesi pekerjaan sebagai wiraswasta yang berasal dari desa Simpang Kopi.Beliau berumur 43 tahun dan pendidikan terakhir beliau adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan).Beliau memiliki istri dan 3 orang anak. Bapak Syahrull Effendi dahulunya bekerja dengan orang lain sebagai karyawan bengkel. Sekarang beliau sudah memiliki bengkel sendiri dan sudah tidak bekerja dengan orang lain lagi, bahkan beliau telah memiliki karyawan yang bekerja di bengkelnya tersebut.

Bapak Syahrul Effendi adalah salah satu masyarakat yang tanahnya terkena pengadaan tanah dalam Pembangunan Jalur Kereta Api Bandar Tinggi-Kuala Tanjung. Beliau memiliki penghasilan Rp 7.500.000 per bulannya, bagi beliau penghasilan tersebut bisa menghidupi keluarganya.Beliau bekerja mulai dari pagi hingga malam. Semenjak adanya pembangunan jalur kereta api yang mengenai tanahnya, kehidupan keluarganya sangat terbantu, beliau bisa merenovasi bengkelnya sehingga dapat menambah penghasilannya. Keluarganya juga lebih sejahtera dan lebih bersyukurnya beliau sudah bisa menabung untuk anaknya masuk perguruan tinggi nanti, karena anaknya sudah memasuki kelas 3 SMA dan akan memasuki perguruan tinggi, sedangkan anaknya yang lain masih ada yang sekolah TK dan yang satu anakbeliau sudah tidak bersekolah lagi.

2. Informan Ke Dua

Nama : Ilyas

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 47 Tahun

Agama : Islam

Etnis : Melayu

Alamat : Desa Simpang Kopi Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : Wiraswsta Penghasilan / bulan : Rp. 200.000 Dusun : V (Dusun Kopi)

Bapak Ilyas adalah salah satu masyarakat yang tinggal di Desa Simpang Kopi, beliau memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta, beliau memiliki bengkel sendiri dan memiliki beberapa karyawan yang bekerja di bengkelnya tersebut. Beliau tidak memiliki kerja sampingan selain bengkel, beliau hanya mengharapkan mendapat rezeki dari masyarakat yang memperbaiki sepeda motornya dibengkelnya tersebut. Dari pernikahannya beliau memiliki seorang istri dan 3 orang anak.Dua dari anaknya sudah menikah dan satu orang anaknya masih berkuliah.Dua orang anaknya sering memberi uang kepada bapak ilyas dan juga istrinya.Dengan inilah kehidupan beliau juga terbantu karena anaknya juga simpati dengan orang tuanya. Bapak ilyas adalah salah satu masyarakat yang tanahnya terkena pengadaan tanah karena adanya pembangunan jalur kereta api.

Semenjak adanya pengadaan tanah yang adanya proses ganti rugi atas tanah, beliau mengalami keuntungan yang luar biasa menurutnya. Kehidupannya juga ikut berubah, beliau bisa membantu anaknya dengan memberi uang kepada anaknya dan anak beliau tersebut bisa membangun rumah, karena awalnya anak bapak ilyas hanya mampu menyewa rumah untuk ditempatinya, tetapi sekarang anak-anaknya sudah memiliki rumah sendiri, anaknya juga memliki usaha dan tetntunya menambah penghasilan anaknya. Dan beliau telah menyisihkan uang dari ganti rugi tanah untuk membiayai anaknya berkuliah.Sampai sekarang bapak ilyas masih bekerja dibengkelnya.

3. Informan Ke Tiga

Nama : Abdullah Hadi Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 57 Tahun

Agama : Islam

Etnis : Melayu

Alamat : Desa Simpang Kopi Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Berkebun Penghasilan / bulan : Rp. 1000.000 Dusun : V (Dusun Kopi)

Bapak Abdullah Hadi merupakan warga asli Desa Simpang Kopi. Beliau tidak memiliki pendidikan yang tinggi, beliau hanyalah lulusan SD. Beliau mengatakan

bahwa orang zaman dulu sangat jarang ada yang bependidikan tinggi, penduduk disana rata-rata hanyalah lulusan SD, bahkan banyak yang tidak lulus SD. Orang zaman dulu hanya sibuk mencari uang untuk membantu orang tuanya. Keadaan ekonomi keluarga juga menjadi alasan mengapa penduduk disana dulunya tidak memiliki pendidikan yang tinggi.Tidak seperti sekarang bahkan rata-rata banyak yang berpendidikan tinggi, begitulah yang dikatakan bapak Abdullah Hadi.

Bapak Abdullah Hadi memiliki seorang istri, dan dari pernikahannya mereka memiliki sepasang anak laki-laki dan anak perempuan. Satu orang anaknya telah menikah dan satu orang anaknya lagi masih sekolah di jenjang SD. Beliau hanya bekerja di perkebunannya sendiri, di dalam kebunnya terdapat beberapa jenis tanaman seperti pohon singkong, pohon kelapa, pohon cokelat, pohon sawit, dan pohon pisang. Hanya dari hasil panen tanaman inilah bapak Abdullah Hadi mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.Bapak Abdullah Hadi adalah salah satu masyarakat Simpang Kopi yang tanahnya terkena Pembangunan Jalur Kereta Api Bandar Tinggi-Kuala Tanjung. Semenjak adanya ganti rugi dari pihak PT KA bapak Abdullah Hadi mendapatkan ganti rugi atas tanahnya yang sangat menguntungkan baginya. Beliau dapat merenovasi rumahnya, karena rumah beliau sebelumnya bisa dikatakan sederhana dan sekarang beliau bisa merenovasi rumah yang lebih mewah lagi, dan bisa memberi anaknya uang sehingga anaknya juga bisa membangun rumah sendiri, karena sebelumnya anak beliau masih tinggal serumah dengannya, dan beliau bisa menabung untuk pendidikan anaknya yang masih bersekolah, dan bapak Abdullah Hadi berharap anaknya kelak akan bisa masuk perguruan tinggi.

4. Informan Ke Empat

Nama : Riski Alijafar Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 24 Tahun

Agama : Islam

Etnis : Melayu

Alamat : Desa Simpang Kopi Pendidikan terakhir : Diploma 3

Pekerjaan : Wirausaha Penghasilan / bulan : Rp. 2.200.000 Dusun : V (Dusun Kopi)

Bang Riski Alijafar merupakan salah satu warga di Desa Simpang Kopi. Dulunya beliau bekerja di suatu Perusahaan Indomaret yang berada di Kota Tebing Tinggi yang tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya, beliau bekerja dibagian administrasi tapi sekarang beliau telah memiliki usaha sendiri yaitu membuka toko baju yang sering disebut pada anak zaman sekarang sebagai sebutan Distro. Di tokonya terdapat berbagai jenis pakaian khusus anak Laki-laki, dan banyak menjual aksesoris-aksesoris laki-laki lainnya seperti celana, topi, gelang tangan dan lain- lain.Tokonya tidak hanya menjual baju dan aksesoris-aksesoris tetapi juga membuka usaha sablon baju, MUG (Gelas) Sablon Digital.Pendidikan terakhirnya yaitu Diploma 3 lulusan dari universitas yang cukup ternama di Sumatera Utara yaitu Universitas Sumatera Utara.Beliau hanya memiliki seorang ibu, beliau ditinggalkan

oleh ayahnya sejak beliau masih kecil, dan memiliki 1 orang adik yang sedang menjalankan pendidikan di perguruan tinggi UNIMED.

Abang Riski Alijafar adalah salah satu masyarakat Desa Simpang Kopi yang tanahnya terkena Pembangunan Jalur Kereta Api Bandar Tinggi-Kuala Tanjung. Diumurnya yang bisa dikatakan masih sangat muda tetapi beliau telah mendapatkan kepercayaan atas tanah warisan dari orang tuanya, dan tanah warisan itu pula yang terkena Pembangunan Jalur Kereta Api.Baginya ini adalah rezeki yang luar biasa dari Allah. Dia mampu memberangkatkan haji ayah dan ibunya, walaupun ayahnya telah tiada tetapi beliau memberangkatkan umroh ayahnya melalui orang lain dan agama islam ada menyinggung dengan masalah ini yang mana jika orang yang telah tiada bisa diberangkatkan melalui orang lain yang mewakili almarhum tersebut. Uang untuk membangun usaha toko baju yang telah didirikannya adalah hasil dari proses ganti rugi atas tanahnya, beliau bisa membantu orang tuanya untuk membiayai pendidikan adiknya yang masih kuliah, bahkan sekarang adiknya menjadi tanggung jawabnya hingga selesai kuliah nanti. Dan dari toko yang telah didirikannya beliau mendapatkan penghasilan yang lebih banyak dari penghasilan pekerjaan sebelumnya.

5. Informan Ke Lima

Nama : Asni

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 62 Tahun

Agama : Islam

Etnis : Jawa

Alamat : Desa Simpang Kopi Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Penghasilan / bulan : -

Dusun : IV (Dusun Mangga)

Ibuk Asni adalah salah satu masyarakat Desa Simpang Kopi. Ibuk asni berumur 62 tahun, beliau memeiliki suami dan 4 orang anak, 2 perempuan dan 2 laki- laki yang semuanya sudah berumah tangga. Suami beliau yang bernama Samsidi juga sudah tidak bekerja lagi, dahulunya suami beliau bekerja di PT Moeis sebagai satpam, tetapi karena umurnya sudah tua Bapak Samsidi sudah tidak dipekerjakan lagi. Untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-hari anak-anaknyalah yang menanggung perekonomian mereka.Ibuk Asni dan Bapak Samsidi tinggal dirumah dari harta warisan orang tuanya dulu, dan anak-anaknya sudah tidak ada lagi yang tinggal bersama mereka.

Ibuk asni dan Bapak Samsidi adalah salah satu masyarakat Desa Simpang Kopi yang rumah tempat mereka tinggal terkena Pembangunan Jalur Kereta Api, dan mereka juga mendapat ganti rugi atas rumah mereka dengan nilai harga yang cukup

fantastik, tapi karena mereka tinggal di atas tanah warisan orang tuanya, maka uang dari proses ganti rugi dibagi lagi dengan abang, kakak, dan adik-adik kandung dari Bapak Samsidi, uang dari proses ganti rugi di bagi 11 orang. Dan hasil dari ganti rugi yang telah dibagi digunakan oleh Ibuk Asni dan Bapak Samsidi untuk diberikan sebagian untuk anak-anaknya, dan untuk membangun rumah kembali di Kota Tebing Tinggi yang tidak jauh dari tempat tinggal sebelumnya, selebih dari uangnya ditabung untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

6. Informan Ke Enam

Nama : Suparman

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 68 Tahun

Agama : Islam

Etnis : Jawa

Alamat : Desa Simpang Kopi Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : PNS

Penghasilan / bulan : Rp. 3000.000 Dusun : IV (Dusun Mangga)

Bapak Suparman adalah seorang laki-laki yang berumur 68 tahun dan sudah tidak bekerja lagi, beliau pangsiunan dari PNS.Beliau mempunyai seorang isteri yang bernama Aisyah dan memiliki 5 orang anak.Bapak Suparman dulunya berprofesi sebagai guru di SD Negeri Sei Suka dan sekarang beliau telah dipangsiun.Isteri beliau

dari dulunya memang tidak memiliki pekerjaan.Anak-anak beliau juga semuanya sudah berumah tangga.Penghasilan sehari-hari Bapak Suparman dari uang pangsiunan PNSnya.Bapak Suparman dan Ibuk Aisyah adalah salah satu masyarakat yang rumah tempat tinggalnya terkena Pembangunan Jalur Kereta Api.

Pasangan dari suami istri ini juga mendapatkan ganti rugi atas rumah mereka dengan harga yang fantastik. Uangnya digunakan untuk membangun rumah kembali, mereka juga bisa pergi umroh dan bisa memberikan sedikit uang untuk anak- anaknya.Selebih dari uangnya ditabung untuk kehidupan mereka kedepannya.

7. Informan Ke Tujuh

Nama : Nurlela

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 58 Tahun

Agama : Islam

Etnis : Jawa

Alamat : Desa Simpang Kopi Pendidikan terakhir : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Penghasilan / bulan : Rp. 1000.000 Dusun : IV (Dusun Mangga)

Ibuk Nurlela adalah warga Desa Simpang Kopi. Beliau memiliki suami yang bernama Bapak Saladin dan 5 orang anak, 2 anak laki-laki dan 3 anak perempuan yang sudah berumah tangga. Ibuk Nurlela adalah seorang ibu rumah tangga dan

suaminya sudah tidak bekerja lagi, dulunya Ibuk Nurlela dan suaminya berjualan didepan rumahnya, mereka berjualan makanan seperti pecal dan lontong sayur.Mereka berjualan dari pagi sampai sore hari.Dari hasil jualan mereka bisa menguliahkan satu anaknya sampai jenjang perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Tebing Tinggi.Penghasilan mereka perbulan tidak begitu banyak, mereka mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 1000.000 perbulannya. Karena usia mereka sudah tua, Bapak Saladin dan Ibuk Aisyah memutuskan untuk tidak berjualan lagi karena mereka sudah merasa lelah. Sekarang yang membiayai hidup mereka adalah dari anak-anak mereka disetiap bulannya.

Ibuk Nurlela dan Bapak Saladin adalah masyarakat Desa Simpang Kopi yang rumah mereka tempati terkena Pembangunan Jalur Kereta Api. Semenjak adanya proses ganti rugi atas rumah mereka, kehidupan keluarga Ibuk Nurlela dan Bapak Saladin menjadi serba berkecukupan. Mereka membangun rumah kembali di daerah Brohol, mereka juga bisa pergi umroh, dan sebagian dari uangnya diberi untuk anak- anaknya. Dan Ibuk Nurlela dan Bapak Saladin akan segera pindah dari Desa Simpang Kopi ke Brohol yang tidak jaug dari rumah mereka Sebelumnya.

8. Informan Ke Delapan

Nama : Halimatull Sa’diah Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 48 Tahun

Agama : Islam

Etnis : Melayu

Alamat : Desa Simpang Kopi Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Berjualan Penghasilan / bulan : Rp. 1.500.000 Dusun : IV (Dusun Mangga)

Ibuk Halimatull Sa’diah atau yang sering dipanggil dengan sebutan Ibuk Limah.Beliau sudah tidak mempunyai suami karena beliau sudah bercerai hidup dengan suaminya semenjak 4 tahun.Beliau memiliki 3 orang anak, 1 anak perempuan dan 2 anak laki-laki.2 dari anaknya sudah berumah tangga, dan 1 anaknya sudah tidak bersekolah lagi.Dulunya Ibuk Limah berjualan baju keliling dan baju tersebut bisa dibayar kontan maupun dihutangkan. Setiap seminggu 2 kali ibuk Limah keliling mengutip uang dari angsuran bajunya sambil membawa baju yang akan dijualnya. Setiap bulannya Ibuk Limah mendapatkan penghasilan dari jualannya sebesar Rp. 1.500.000 perbulan, baginya dari pengasilan itulah dapat menghidupinya dan satu anaknya.

Ibuk Limah tidak merasa tertekan dalam menghidupi dirinya dan anaknya walaupun sudah tidak memiliki suami lagi, beliau merasa hidupnya ringan-ringan

saja karena beliau merasa bahwa hubungannya dengan suaminya memang sudah tidak bisa dipertahankan lagi.terkadang anak-anaknya yang sudah menikah juga ikut membantu perekonomian Ibuk Limah. Ibuk Limah juga salah satu masyarakat yang tanahnya terkena Pembangunan Jalur Kereta Api Bandar Tinggi-Kuala Tanjung. Semenjak tanahnya terkena Pembangunan Jalur Kereta Api kehidupan Ibuk Limah juga berubah, beliau mampu membangun toko untuk disewakannya, beliau bisa pergi umroh dan memberi sedikit uangnya untuk anak-anaknya, selebih uangnya ditabung untuk kehidupannya kedepan. Beliau sudah tidak berjualan baju keliling lagi, beliau mempunyai rencana membuka toko dirumahnya untuk membuka usaha pecah belah seperti piring, gelas, mangkok, dan lain-lain.

9. Informan Ke Sembilan

Nama : Amin

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 59 Tahun

Agama : Islam

Etnis : Jawa

Alamat : Desa Simpang Kopi Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Menjual Gas LPJ 3 Kg Penghasilan / bulan : Rp. 2000.000

Bapak Amin tinggal di Desa Simpang Kopi dari beliau kecil sampailah sekarang.Beliau memiliki seorang isteri dan 3 orang anak yang sudah berumah tangga.Bapak Amin dan isterinya menjual gas yang beratnya 3 Kg untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Banyak masyarakat sekitar yang membeli gasnya, karena masyarakat sekitar mengatakan bahwa gas bapak amin tidak terlalu mahal, Bapak Amin menjual Rp. 17.000 pergas, dibanding di tempat lain ada yang menjual gas Rp. 19.000-Rp. 20.000 per gas, tetapi karena beliau tidak mempunyai banyak modal dalam menjual gasnya, Bapak Amin hanya menjual bebrapa gas saja, gas yang dijualnya sebanyak 10-15 gas saja. Anaknya juga ikut serta dalam menghidupi kehidupan Bapak Amin dan isterinya walaupun sedikit uang yang diberi anaknya, bagi Bapak Amin dan isterinya sudah cukup untuk menghidupi perekonomiannya.

Bapak Amin adalah salah seorang masyarakat Desa Simpang Kopi yang rumahnya terkena Pembangunan Jalur Kereta Api. Semenjak adanya peroses ganti rugi yang baginya sangat menguntungkan, bapak amin mampu membangun rumah yang lebih baik dari rumah beliau sebelumnya, beliau mampu membeli gas yang berukuran 3 Kg lebih banyak lagi, dan beliau lebih mempunyai kehidupan yang baik dari sebelumnya.

10. Informan Ke Sepuluh

Nama : Amila

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 84 Tahun

Agama : Islam

Etnis : Jawa

Alamat : Desa Simpang Kopi Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Penghasilan / bulan : -

Dusun : IV (Dusun Mangga)

Nenek Amila tinggal di Desa Simpang Kopi sejak Desa Simpang Kopi belum maju seperti sekarang. Beliau sering dipanggil dengan sebutan Nenek Mila.Umur Nenek Amila sekarang sudah mencapai 84 tahun, beliau sudah ditinggal suaminya sejak berumur 70 tahun. Suaminya adalah pangsiunan Polisi. Nenek Amila mempunyai 8 orang anak yang 4 anaknya merantau di luar Kota Medan, dan 2 anaknya tinggal berdekatan dengan rumah Nenek Mila, dan 1 orang anaknya lagi tinggal bersamanya untuk mengurusnya, karena Nenek Mila sudah sangatlah tua. Nenek Mila tidak mempunyai penghasilan tetap, beliau hanya berharap dari uang pangsiunan suaminya senilai Rp. 1.200.000.00,- perbulannya, beliau juga hanya mengharap dari anak-anaknya mengiriminya uang untuk menghidupinya. Sebulan sekali anak-anaknya mengiriminya uang, jika di hitung-hitung mencapai Rp.

1.000.000.00,-Rp. 1.300.000 perbulan dikirim dari anak-anaknya yang berada di luar kota. Cukup tidak cukup Nenek Mila harus mempergunakan uangnya dengan baik.

NenekMila juga salah satu dari masyarakat Desa Simpang Kopi yang rumahnya terkena Pembangunan Jalur Kereta Api Bandar Tinggi-Kuala Tanjung. Dengan adanya Pembangunan Jalur Kereta Api kehidupan NenekMila juga berubah menjadi serba berkecukupan.NenekMila bisa membangun rumah kembali dengan kondisi rumah yang lebih baik lagi dari rumah yang ditempati NenekMila sebelumnya, bahkan NenekMila dapat memberi uang kepada anak-anaknya dari uang ganti rugi atas rumahnya yang terkena Pembangunan Jalur Kereta Api, selebih uangnya ditabung beliau untuk kehidupannya kedepan.

Dokumen terkait