• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Kualitas Nutrisi Dedak Padi Fermentasi 1. Pengaruh Komposisi Inokulum

Dalam dokumen PAKAN NON KONVESIONAL (Halaman 84-98)

PROFIL KUALITAS NUTRISI PASCA FERMENTASI

3.4. Profil Kualitas Nutrisi Dedak Padi Fermentasi 1. Pengaruh Komposisi Inokulum

3.4.1.1. Protein Kasar

Campuran dedak dan sekam padi yang telah difermentasi (dekamdifer) denganPhanerochaete chrysosporium danNeurospora crassaterjadi peningkatan protein kasar (Tabel 14).

3.3.3 Retensi Nitrogen

Retensi nitrogen broiler yang menkonsumsi limbah buah kopi fermentasi dengan Phanerochaeta chrysosporium dan Neurospora crassa tertera pada Tabel 13.

Tabel 13. Retensi nitrogen (%) broiler yang mengkonsumsi limbah buah kopi fermentasi denganPhanerochaeta chrysosporium

danNeurospora crassa

Dosis Inokulum Lama Fermentasi Rataan B1 (7 hari) B2 (9 hari) B3 (11 hari) A1 (6%) 38.18Cb 49.36Bc 51.88Ac 46.47 A2 (8%) 41.85Ba 53.93Ab 55.92Ab 50.56 A3 (10%) 46.90Ba 60.07Aa 59.24Aa 55.40 Rataan 42.31 54.45 55.68

Keterangan : Huruf besar pada baris dan huruf kecil pada kolom yang sama berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01).

Retensi nitrogen tertinggi terdapat pada dosis inokulum 10% dan lama fermentasi 9 hari yaitu 60.07% dan pada dosis inokulum 10% dan lama fermentasi 11 hari) yaitu 59.24% dan yang terendah terdapat pada (dosis inokulum 6% dan lama fermentasi 7 hari yaitu 38.18%. Tingginya retensi nitrogen karena jumlah protein kasar yang dikonsumsi juga tinggi. Konsumsi protein kasar pada perlakuan A3B3 adalah 4.01 g/ekor dan perlakuan A3B2 adalah 3.99 g/ekor. Hal ini berkaitan dengan peningkatan protein kasar yang lebih tinggi yaitu 42.39% dan 41.39% setelah difermentasi. Konsumsi protein kasar yang tinggi mengakibatkan semakin banyak protein yang dicerna sehingga banyak yang ditinggalkan dalam tubuh akibatnya persentase retensi nitrogen yang dihasilkan meningkat.

Wahju (1997) mengemukakan bahwa retensi nitrogen dipengaruhi oleh daya cerna protein, kualitas protein dan keseimbangan konsumsi nitrogen serta energi metaboloisme dalam ransum. Tingginya retensi nitrogen menunjukan bahwa kualitas protein lebih baik dari pada perlakuan lainya.

3.4. Profil Kualitas Nutrisi Dedak Padi Fermentasi 3.4.1. Pengaruh Komposisi Inokulum

3.4.1.1. Protein Kasar

Campuran dedak dan sekam padi yang telah difermentasi (dekamdifer) dengan Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassaterjadi peningkatan protein kasar (Tabel 14).

Tabel 14. Peningkatan protein kasar campuran dedak dan sekam padi dengan Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa.

Komposisi subsrat Lama Fermentasi Rataan 7 hari 10 hari 13 hari

100%DP: 0%SP 32,42 39,43 33,24 35,03a

90%DP:10%SP 21,24 28,16 22,12 23,84b

80%DP : 20%SP 17,37 24,37 18,07 19,93b

Rataan 23,68b 30,65a 24,47b

Keterangan: Superskrip huruf kecil yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

Peningkatan protein kasar yang tertinggi terdapat pada komposisi substrat 100%DP : 0%SP yaitu 35,03% dan pada lama fermentasi 10 hari yaitu 30,65%.

Tingginya peningkatan protein kasar pada faktor komposisi substrat yaitu pada komposisi substrat 100%DP : 0%SP disebabkan jumlah dedak yang diberikan lebih banyak dari pada perlakuan lainnya, sehingga terdapat imbangan C:N yang cocok untuk pertumbuhan kapang Phanerochaete chrysosporiumdanNeurospora crassayaitu 9:1. Hasil penelitian Nuraini (2006) menyatakan bahwa imbangan C:NNeurospora crassaadalah 10:1.

Protein kasar yang tinggi juga disebabkan pada komposisi substrat 100%DP : 0%SP mengandung vitamin B1 dan B6 yang lebih banyak. Dedak mengandung vitamin B1 (thiamin) sebesar 3,2 mg/118 gr dan vitamin B6 (piridoksin) sebesar 4,8 mg/118 gr USDA (2014). Menurut Chang dan Quimio (1982) menyatakan bahwa biotin, thiamin, dan piridoksin berpengaruh pada pertumbuhan kapang, pada

konsentrasi diatas 50 µ/ml dapat memperbaiki pertumbuhan miseliumP. sajor-caju.

Kapang yang tumbuh subur terbukti dengan jumlah koloni kapang yang diperoleh lebih banyak yaitu 14,19 log/ml. Jumlah kapang yang banyak mengakibatkan protein kasar pada substrat meningkat karena sebagaian tubuh kapang adalah protein. Peningkatan protein kasar selama proses fermentasi disebabkan karena perkembangan dan pertumbuhan kapang yang mengubah komponen penyusun media menjadi suatu sel sehingga membentuk protein yang berasal dari tubuh kapang itu sendiri dan dan dapat meningkatkan protein kasar bahan. Sumbangan protein tubuh kapang 40-60% protein.

Protein kasar yang meningkat berasal dari enzim yang dihasilkan oleh kapang Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa, karena enzim tersebut adalah protein. Menurut Howard et al.(2003) bahwa kapang Phanerochaete chrysosporium menghasilkan enzim selulase dan ligninase. Selain itu kapang Neurospora crassajuga dapat menghasilkan enzim emilase, selulase, dan protease (Nuraini, 2006).

Tingginya peningkatan protein kasar pada lama fermentasi 10 hari disebabkan pada lama fermentasi ini kapang berada pada fase pertumbuhan cepat sehingga pertumbuhan kapang subur dan merata terlihat pada substrat, terbukti dengan jumlah koloni yang banyak dibandingkan perlakuan lainnya yaitu 14,21 log/ml sehingga sumbangan protein tubuh kapang lebih tinggi.

Rendahnya peningkatan protein kasar pada lama fermentasi 7 hari disebabkan lama fermentasi yang singkat sehingga kapang baru tumbuh, terbukti dengan jumlah koloni

Tabel 14. Peningkatan protein kasar campuran dedak dan sekam padi dengan Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa.

Komposisi subsrat Lama Fermentasi Rataan 7 hari 10 hari 13 hari

100%DP: 0%SP 32,42 39,43 33,24 35,03a

90%DP:10%SP 21,24 28,16 22,12 23,84b

80%DP : 20%SP 17,37 24,37 18,07 19,93b

Rataan 23,68b 30,65a 24,47b

Keterangan: Superskrip huruf kecil yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)

Peningkatan protein kasar yang tertinggi terdapat pada komposisi substrat 100%DP : 0%SP yaitu 35,03% dan pada lama fermentasi 10 hari yaitu 30,65%.

Tingginya peningkatan protein kasar pada faktor komposisi substrat yaitu pada komposisi substrat 100%DP : 0%SP disebabkan jumlah dedak yang diberikan lebih banyak dari pada perlakuan lainnya, sehingga terdapat imbangan C:N yang cocok untuk pertumbuhan kapang Phanerochaete chrysosporiumdanNeurospora crassayaitu 9:1. Hasil penelitian Nuraini (2006) menyatakan bahwa imbangan C:NNeurospora crassaadalah 10:1.

Protein kasar yang tinggi juga disebabkan pada komposisi substrat 100%DP : 0%SP mengandung vitamin B1 dan B6 yang lebih banyak. Dedak mengandung vitamin B1 (thiamin) sebesar 3,2 mg/118 gr dan vitamin B6 (piridoksin) sebesar 4,8 mg/118 gr USDA (2014). Menurut Chang dan Quimio (1982) menyatakan bahwa biotin, thiamin, dan piridoksin berpengaruh pada pertumbuhan kapang, pada

konsentrasi diatas 50 µ/ml dapat memperbaiki pertumbuhan miseliumP. sajor-caju.

Kapang yang tumbuh subur terbukti dengan jumlah koloni kapang yang diperoleh lebih banyak yaitu 14,19 log/ml. Jumlah kapang yang banyak mengakibatkan protein kasar pada substrat meningkat karena sebagaian tubuh kapang adalah protein. Peningkatan protein kasar selama proses fermentasi disebabkan karena perkembangan dan pertumbuhan kapang yang mengubah komponen penyusun media menjadi suatu sel sehingga membentuk protein yang berasal dari tubuh kapang itu sendiri dan dan dapat meningkatkan protein kasar bahan. Sumbangan protein tubuh kapang 40-60% protein.

Protein kasar yang meningkat berasal dari enzim yang dihasilkan oleh kapang Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa, karena enzim tersebut adalah protein. Menurut Howard et al.(2003) bahwa kapang Phanerochaete chrysosporium menghasilkan enzim selulase dan ligninase. Selain itu kapang Neurospora crassajuga dapat menghasilkan enzim emilase, selulase, dan protease (Nuraini, 2006).

Tingginya peningkatan protein kasar pada lama fermentasi 10 hari disebabkan pada lama fermentasi ini kapang berada pada fase pertumbuhan cepat sehingga pertumbuhan kapang subur dan merata terlihat pada substrat, terbukti dengan jumlah koloni yang banyak dibandingkan perlakuan lainnya yaitu 14,21 log/ml sehingga sumbangan protein tubuh kapang lebih tinggi.

Rendahnya peningkatan protein kasar pada lama fermentasi 7 hari disebabkan lama fermentasi yang singkat sehingga kapang baru tumbuh, terbukti dengan jumlah koloni

yang sedikit yaitu 13,84 log/ml. Rendahnya peningkatan protein kasar pada lama fermentasi 13 hari disebabkan lama fermentasi yang panjang yaitu 13 hari. Pada fase ini kapang memasuki fase stasioner dan jumlah nutrien sudah mulai berkurang. Pada fase stasioner jumlah kapang yang hidup dengan yang mati hampir sama sehingga sedikit sumbangan protein tubuh kapang dan enzim yang dihasilkan juga berkurang.

Semakin lama waktu fermentasi yang digunakan semakin banyak bahan yang dirombak oleh enzim akan tetapi dengan bertambahnya waktu fermentasi maka ketersediaan nutrien didalam media habis sehingga kapang lama kelamaan akan mati.

3.4.1.2. Serat Kasar

Penurunan serat kasar produk fermentasi campuran dedak padi dan sekam padi fermentasi dengan Phanerochaete chyrisosporiumdanNeurospora crassa(dekamdifer),tertera pada Tabel 15.

Penurunan serat kasar tertinggi terdapat pada komposisi substrat 100%DP:0%SP dan lama fermentasi 10 hari sebesar 38,94% (18,24% sebelum fermentasi dan 11,14% sesudah fermentasi). Ini disebabkan komposisi substrat yaitu dedak diberikan 100% sebagai sumber N, sehingga terdapat imbangan C:N yang cocok. Menurut USDA (2014) dedak juga mengandung seng (Zn) yaitu 7,1 mg/118gr , besi (Fe) yaitu 21,9 mg/118gr, kalsium (Ca) yaitu 67,3 mg/118gr, magnesium (Mg) yaitu 16,8 mg/118gr, tembaga (Cu) yaitu 18,4 mg/118gr dan mangan (Mn) yaitu 922 mg/118gr (USDA SR-21, 2014).

Tabel 15. Penurunan serat kasar campuran dekamdifer dengan

Phanerocroschaeta crysosporiumdanNeurospora crassa.

Komposisi subsrat Lama Fermentasi Rataan 7 hari 10 hari 13 hari

100% DP:0% SP 24,20Ca 38,94Aa 33,57Ba 32,24 90% DP:10% SP 21,72Cb 32,02Ab 26,11Bb 26,61 80% DP:20% SP 18,91Cc 28,47Ac 23,31Bc 23,56

Rataan 21,61 33,14 27,66

Keterangan : Superskrip huruf besar pada baris yang sama dan huruf kecil pada kolom yang sama berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)

Pendapat Martoharsono (1997) menyatakan beberapa enzim memerlukan aktivator dalam reaksi katalisnya. Aktivator adalah senyawa atau ion yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis. Komponen kimia yang membentuk enzim disebut juga kofaktor. Kofaktor tersebut dapat berupa ion-ion anorganik seperti Zn, Fe, Ca, Mn, Cu, Mg atau dapat pula sebagai molekul organik kompleks yang disebut koenzim. Sesuai dengan pendapat Nelson (2011) bahwa pertumbuhan kapang dipengaruhi oleh sumbangan nutrient dalam substrat, untuk itu diperlukan mineral yang sesuai dengan kebutuhan kapang yaitu mangan (Mn). Wuyep et al. (2003) menyatakan bahwa mineral Mn dapat memacu pertumbuhan dan perpanjangan miselia kapang pada kelas Basidiomycetes.

Hal ini terjadi juga disebabkan lama fermentasi 10 hari. Pada lama fermentasi ini kapang masih berada pada fase pertumbuhan cepat, sehingga kapang tumbuh subur dan merata. Semakin banyak kapang yang tumbuh semakin

yang sedikit yaitu 13,84 log/ml. Rendahnya peningkatan protein kasar pada lama fermentasi 13 hari disebabkan lama fermentasi yang panjang yaitu 13 hari. Pada fase ini kapang memasuki fase stasioner dan jumlah nutrien sudah mulai berkurang. Pada fase stasioner jumlah kapang yang hidup dengan yang mati hampir sama sehingga sedikit sumbangan protein tubuh kapang dan enzim yang dihasilkan juga berkurang.

Semakin lama waktu fermentasi yang digunakan semakin banyak bahan yang dirombak oleh enzim akan tetapi dengan bertambahnya waktu fermentasi maka ketersediaan nutrien didalam media habis sehingga kapang lama kelamaan akan mati.

3.4.1.2. Serat Kasar

Penurunan serat kasar produk fermentasi campuran dedak padi dan sekam padi fermentasi dengan Phanerochaete chyrisosporiumdanNeurospora crassa(dekamdifer),tertera pada Tabel 15.

Penurunan serat kasar tertinggi terdapat pada komposisi substrat 100%DP:0%SP dan lama fermentasi 10 hari sebesar 38,94% (18,24% sebelum fermentasi dan 11,14% sesudah fermentasi). Ini disebabkan komposisi substrat yaitu dedak diberikan 100% sebagai sumber N, sehingga terdapat imbangan C:N yang cocok. Menurut USDA (2014) dedak juga mengandung seng (Zn) yaitu 7,1 mg/118gr , besi (Fe) yaitu 21,9 mg/118gr, kalsium (Ca) yaitu 67,3 mg/118gr, magnesium (Mg) yaitu 16,8 mg/118gr, tembaga (Cu) yaitu 18,4 mg/118gr dan mangan (Mn) yaitu 922 mg/118gr (USDA SR-21, 2014).

Tabel 15. Penurunan serat kasar campuran dekamdifer dengan

Phanerocroschaeta crysosporiumdanNeurospora crassa.

Komposisi subsrat Lama Fermentasi Rataan 7 hari 10 hari 13 hari

100% DP:0% SP 24,20Ca 38,94Aa 33,57Ba 32,24 90% DP:10% SP 21,72Cb 32,02Ab 26,11Bb 26,61 80% DP:20% SP 18,91Cc 28,47Ac 23,31Bc 23,56

Rataan 21,61 33,14 27,66

Keterangan : Superskrip huruf besar pada baris yang sama dan huruf kecil pada kolom yang sama berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0.01)

Pendapat Martoharsono (1997) menyatakan beberapa enzim memerlukan aktivator dalam reaksi katalisnya. Aktivator adalah senyawa atau ion yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis. Komponen kimia yang membentuk enzim disebut juga kofaktor. Kofaktor tersebut dapat berupa ion-ion anorganik seperti Zn, Fe, Ca, Mn, Cu, Mg atau dapat pula sebagai molekul organik kompleks yang disebut koenzim. Sesuai dengan pendapat Nelson (2011) bahwa pertumbuhan kapang dipengaruhi oleh sumbangan nutrient dalam substrat, untuk itu diperlukan mineral yang sesuai dengan kebutuhan kapang yaitu mangan (Mn). Wuyep et al. (2003) menyatakan bahwa mineral Mn dapat memacu pertumbuhan dan perpanjangan miselia kapang pada kelas Basidiomycetes.

Hal ini terjadi juga disebabkan lama fermentasi 10 hari. Pada lama fermentasi ini kapang masih berada pada fase pertumbuhan cepat, sehingga kapang tumbuh subur dan merata. Semakin banyak kapang yang tumbuh semakin

banyak juga enzim selulase dan ligninase yang dihasilkan kapang Phanerocroschaete crhysosporium dan Neurospora crassa untuk merombak selulosa menjadi glukosa dengan demikian serat kasar menjadi lebih rendah. Terbukti dengan aktivitas enzim selulase tinggi yaitu 1,09 U/ml. Menurut Hawordet al. (2003) bahwa kapang Phanerochaete chrysosporium dapat menghasilkan enzim selulase dan ligninase yang tinggi. Menurut Nuraini (2006) menyatakan bahwa kapang Neurospora crassadapat menghasilkan enzim emilase, selulase, dan protease.

3.4.1.3 Selulosa

Penurunan selulosa dari campuran dedak dan sekam padi difermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa(DPSPF)dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Penurunan selulosa dedak dan sekam padi fermentasi denganPhanerochaete chrysosporiumdanNeurospora crassa

(%)

Komposisi Substrat Lama Fermentasi Rataan 7 hari 10 hari 13 hari

70%DP : 30%SP 32,68Ca 49,57Aa 45,52Ba 42,59 60%DP : 40%SP 31,67Cb 48,27Ab 44,63Bb 41,52 50%DP : 50%SP 29,77Cc 47,44Ac 43,80Bc 40,33

Rataan 31,37 48,43 44,65

Keterangan : Huruf besar pada baris dan huruf kecil pada kolom yang berbeda berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01).

Penurunan selulosa tertinggi terdapat pada komposisi substrat 70% DP : 30% SP dan lama fermentasi 10hari yaitu 49,57% (dari 30,15 % sebelum fermentasi menjadi 15,20% setelah fermentasi) dan yang terendah terdapat pada komposisi substrat 50% DP : 50% SP dan lama fermentasi 7 hari sebesar 29,77% (dari 31,97% sebelum fermentasi menjadi 22,46% setelah fermentasi).

Tingginya penurunan selulosa pada komposisi substrat 700% DP : 30% SP danlama fermentasi 10hari disebabkan komposisi substratnya dengan jumlah dedak lebih banyak (sumber N) sehingga terdapat imbangan C:N yang cocok untuk pertumbuhan kapang Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassayaitu 10:1.

Selain itu dedak juga mengandung vitamin B1 (Thiamin) yaitu 3,2 mg/118 gr dan vitamin B6 (Piridoksin) yaitu 4,8 mg/118 gr (USDA , 2008). Menurut Chang dan Quimio (1982) biotin, thiamin dan piridoksin pada konsentrasi diatas 50 µg/ml berpengaruh terhadap pertumbuhan kapang yang banyak.

Disamping komposisi substrat yang cocok juga terdapat lama fermentasi 10 hari yang merupakan fase pertumbuhan cepat bagi kapangPhanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa. Pada fase iniditandai dengan aktivitas enzim selulase yang tinggi yaitu 1,0877 U/ml, sehingga selulosa menjadi rendah, akibatnya penurunan selulosa tinggi. Setyatwan (2007) menyatakan bahwa lama inkubasi berkaitan erat dengan waktu yang dapat digunakan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembangbiak. Semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak kandungan zat yang digunakan kapang

banyak juga enzim selulase dan ligninase yang dihasilkan kapang Phanerocroschaete crhysosporium dan Neurospora crassa untuk merombak selulosa menjadi glukosa dengan demikian serat kasar menjadi lebih rendah. Terbukti dengan aktivitas enzim selulase tinggi yaitu 1,09 U/ml. Menurut Hawordet al. (2003) bahwa kapang Phanerochaete chrysosporium dapat menghasilkan enzim selulase dan ligninase yang tinggi. Menurut Nuraini (2006) menyatakan bahwa kapang Neurospora crassadapat menghasilkan enzim emilase, selulase, dan protease.

3.4.1.3 Selulosa

Penurunan selulosa dari campuran dedak dan sekam padi difermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa(DPSPF)dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Penurunan selulosa dedak dan sekam padi fermentasi denganPhanerochaete chrysosporium danNeurospora crassa

(%)

Komposisi Substrat Lama Fermentasi Rataan 7 hari 10 hari 13 hari

70%DP : 30%SP 32,68Ca 49,57Aa 45,52Ba 42,59 60%DP : 40%SP 31,67Cb 48,27Ab 44,63Bb 41,52 50%DP : 50%SP 29,77Cc 47,44Ac 43,80Bc 40,33

Rataan 31,37 48,43 44,65

Keterangan : Huruf besar pada baris dan huruf kecil pada kolom yang berbeda berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01).

Penurunan selulosa tertinggi terdapat pada komposisi substrat 70% DP : 30% SP dan lama fermentasi 10hari yaitu 49,57% (dari 30,15 % sebelum fermentasi menjadi 15,20% setelah fermentasi) dan yang terendah terdapat pada komposisi substrat 50% DP : 50% SP dan lama fermentasi 7 hari sebesar 29,77% (dari 31,97% sebelum fermentasi menjadi 22,46% setelah fermentasi).

Tingginya penurunan selulosa pada komposisi substrat 700% DP : 30% SP danlama fermentasi 10hari disebabkan komposisi substratnya dengan jumlah dedak lebih banyak (sumber N) sehingga terdapat imbangan C:N yang cocok untuk pertumbuhan kapang Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassayaitu 10:1.

Selain itu dedak juga mengandung vitamin B1 (Thiamin) yaitu 3,2 mg/118 gr dan vitamin B6 (Piridoksin) yaitu 4,8 mg/118 gr (USDA , 2008). Menurut Chang dan Quimio (1982) biotin, thiamin dan piridoksin pada konsentrasi diatas 50 µg/ml berpengaruh terhadap pertumbuhan kapang yang banyak.

Disamping komposisi substrat yang cocok juga terdapat lama fermentasi 10 hari yang merupakan fase pertumbuhan cepat bagi kapang Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa. Pada fase iniditandai dengan aktivitas enzim selulase yang tinggi yaitu 1,0877 U/ml, sehingga selulosa menjadi rendah, akibatnya penurunan selulosa tinggi. Setyatwan (2007) menyatakan bahwa lama inkubasi berkaitan erat dengan waktu yang dapat digunakan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembangbiak. Semakin lama waktu fermentasi maka semakin banyak kandungan zat yang digunakan kapang

untuk hidupnya sehingga kandungan zat makanan yang tersisa semakin sedikit.

Kapang Phanerochaete chrysosporium bersifat lignolitik (mengasilkan enzim ligninase yang tinggi) juga bersifat selulolitik (menghasilkan enzim selulase yang tinggi) yang berfungsi untuk mendegradasi selulosa yang mengakibatkan selulosa turun (Toumela et al., 2002). Disamping itu kapang Neurospora crassajuga menghasilkan enzim selulase walaupun dalam jumlah yang sedikit yang bisa merombak selulosa. Kapang Neurospora crassadapat menghasilkan enzim amilase, selulase, dan protease (Nuraini, 2006).

3.4.1.4. Lignin

Penurunan lignin dari campuran dedak dan sekam padi difermentasikan dengan Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa (DPSPF)dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini.

Tabel 17. Penurunan lignin campuran dedak dan sekam padi fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium dan

Neurospora crassa(%)

Komposisi substrat Lama Fermentasi Rataan 7 hari 10 hari 13 hari

70%DP:30%SP) 33,09Ca 50,86Aa 43,43Ba 42,46 60%DP:40%SP) 22,44Cb 41,07Ab 35,60Bb 33,03 50%DP:50%SP) 15,97Cc 32,04Ac 27,76Bc 25,25

Rataan 23,83 41,32 35,60

Keterangan : Huruf besar pada baris dan huruf kecil pada kolom yang berbeda berpengaruh bebeda sangat nyata (P<0,01).

Penurunan lignin tertinggi terdapat pada komposisi substrat70% DP : 30% SP dan lama fermentasi 10 hari yaitu 50,86% (dari 15,31% sebelum fermentasi menjadi 7,52% setelah fermentasi).

Tingginya penurunan lignin pada komposisi substrat 70% DP : 30% SP dan lama fermentasi 10 hari disebabkan pada perlakuan tersebut jumlah dedak lebih banyak dari perlakuan lain, sehingga menyumbang kebutuhan nitrogen (N) untuk pertumbuhan kapang Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa.

Pada perlakuan itu juga terdapat jumlah mangan (Mn) dan kalsium (Ca) yang lebih banyak dari perlakuan lain, Didukung pendapat Nelson (2001) Kapang Panerochaete chrysosporium merupakan kapang pendegradasi lignin dari kelasBasidiomycetes. Pertumbuhan kapang dipengaruhi oleh ketersediaan mineral dalam substrat, untuk itu diperlukan mineral sesuai dengan kebutuhan kapangyaitu kalsium (Ca) dan mangan (Mn). Penelitian Wuyep dkk (2003) menyatakan bahwa ion Mn dan ion Ca dapat memacu pertumbuhan danperpanjangan miselia.

Disamping jumlah dedak yang lebih banyak dari perlakuan lain juga dipengaruhi oleh lama fermentasi 10 hari, yang merupakan fase pertumbuhan cepat bagi kapang Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa, ditandai dengan pertumbuhan kapang yang subur dan merata. Dan kerja enzim ligninase menjadi meningkat sehingga kandungan lignin menjadi rendah, akibatnya penurunan lignin meningkat. Menurut Dhawale dan Kathrina (1993) dan Howard dkk(2003) kapangPhanerochaete chrysosporiumdapat mendegradasi lignin dan senyawa turunannya secara efektif dengan cara

untuk hidupnya sehingga kandungan zat makanan yang tersisa semakin sedikit.

Kapang Phanerochaete chrysosporium bersifat lignolitik (mengasilkan enzim ligninase yang tinggi) juga bersifat selulolitik (menghasilkan enzim selulase yang tinggi) yang berfungsi untuk mendegradasi selulosa yang mengakibatkan selulosa turun (Toumela et al., 2002). Disamping itu kapang Neurospora crassajuga menghasilkan enzim selulase walaupun dalam jumlah yang sedikit yang bisa merombak selulosa. Kapang Neurospora crassadapat menghasilkan enzim amilase, selulase, dan protease (Nuraini, 2006).

3.4.1.4. Lignin

Penurunan lignin dari campuran dedak dan sekam padi difermentasikan dengan Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa (DPSPF)dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini.

Tabel 17. Penurunan lignin campuran dedak dan sekam padi fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium dan

Neurospora crassa(%)

Komposisi substrat Lama Fermentasi Rataan 7 hari 10 hari 13 hari

70%DP:30%SP) 33,09Ca 50,86Aa 43,43Ba 42,46 60%DP:40%SP) 22,44Cb 41,07Ab 35,60Bb 33,03 50%DP:50%SP) 15,97Cc 32,04Ac 27,76Bc 25,25

Rataan 23,83 41,32 35,60

Keterangan : Huruf besar pada baris dan huruf kecil pada kolom yang berbeda berpengaruh bebeda sangat nyata (P<0,01).

Penurunan lignin tertinggi terdapat pada komposisi substrat70% DP : 30% SP dan lama fermentasi 10 hari yaitu 50,86% (dari 15,31% sebelum fermentasi menjadi 7,52% setelah fermentasi).

Tingginya penurunan lignin pada komposisi substrat 70% DP : 30% SP dan lama fermentasi 10 hari disebabkan pada perlakuan tersebut jumlah dedak lebih banyak dari perlakuan lain, sehingga menyumbang kebutuhan nitrogen (N) untuk pertumbuhan kapang Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa.

Pada perlakuan itu juga terdapat jumlah mangan (Mn) dan kalsium (Ca) yang lebih banyak dari perlakuan lain, Didukung pendapat Nelson (2001) Kapang Panerochaete chrysosporium merupakan kapang pendegradasi lignin dari kelasBasidiomycetes. Pertumbuhan kapang dipengaruhi oleh ketersediaan mineral dalam substrat, untuk itu diperlukan mineral sesuai dengan kebutuhan kapangyaitu kalsium (Ca) dan mangan (Mn). Penelitian Wuyep dkk (2003) menyatakan bahwa ion Mn dan ion Ca dapat memacu pertumbuhan danperpanjangan miselia.

Disamping jumlah dedak yang lebih banyak dari perlakuan lain juga dipengaruhi oleh lama fermentasi 10 hari, yang merupakan fase pertumbuhan cepat bagi kapang Phanerochaete chrysosporium dan Neurospora crassa, ditandai dengan pertumbuhan kapang yang subur dan merata. Dan kerja enzim ligninase menjadi meningkat sehingga kandungan lignin menjadi rendah, akibatnya penurunan lignin meningkat. Menurut Dhawale dan Kathrina (1993) dan Howard dkk(2003) kapangPhanerochaete chrysosporiumdapat mendegradasi lignin dan senyawa turunannya secara efektif dengan cara

menghasilkan enzim peroksidase ekstraselular yang berupa lignin peroksidase dan mangan peroksidase.

3.4.1.5. Hemiselulosa

Peningkatan hemiselulosa tertinggi terdapat pada faktor I yaitu pada komposisi substrat 70% dedak padi : 30% sekam padi sebesar 64,07% dan pada faktor II yaitu lama fermentasi 10 hari sebesar 68,17%.

Tabel 18. Peningkatan hemiselulosa campuran dedak dan sekam padi fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium dan

Neurospora crassa(%)

Komposisi substrat Lama Fermentasi Rataan 7 hari 10 hari 13 hari

70%DP:30%SP 57,23 69,67 65,30 64,07 a 60%DP:40%SP 55,79 67,71 62,87 62,12 b 50%DP:50%SP 55,29 67,14 61,30 61,24 b Rataan 56,10 c 68,17a 63,15b

Keterangan : Huruf besar pada baris dan huruf kecil pada kolom yang berbeda berpengaruh bebeda sangat nyata (P<0,01).

Tingginya peningkatan hemiselulosa pada komposisi dedak padi 70% : 30% sekam padi, disebabkan kandungan selulosa dan ligninnya rendah yang berkaiatan dengan kemampuan kapang Phanerochaete chrysosporium mensekresikan ligninse dan selulase (Howard et al.,2003). Disamping itu juga terlepasnya ikatan lignin dengan hemiselulosa, sehingga kandungan hemiselulosa meningkat.

Hemiselulosa diperoleh dari hasil NDF (selulosa, lignin dan

Dalam dokumen PAKAN NON KONVESIONAL (Halaman 84-98)