• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. 1. Kondisi Geofisik Kelurahan Sicanang

Kelurahan Sicanang merupakan salah satu dari enam kelurahan di Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera Utara. Jarak Kelurahan Sicanang ke Kecamatan Medan Belawan sekitar 4 Km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit menggunakan alat transport yang digunakan masyarakat umum di Kelurahan Sicanang yaitu kendaraan roda dua, sedangkan ke Ibukota Medan sekitar 26 Km dengan waktu tempuh sekitar satu jam menggunakan alat transport yang digunakan masyarakat umum di Kelurahan Sicanang yaitu kendaraan roda dua. Kelurahan Sicanang berbatasan dengna wilayah-wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Sungai Belawan Sebelah Timur : Kelurahan Bahagia Sebelah Selatan : Kelurahan Terjun Sebelah Barat : Kelurahan H. Perak

Luas wilayah Kelurahan Sicanang adalah 1.518 Ha yang terbagi menjadi 657 Ha untuk pemukiman umum, 8 Ha untuk perkantoran, 7 Ha untuk pertokoan atau perdagangan, 1 Ha untuk tempat peribadatan (masjid, gereja, pura, vihara, dan lain-lain), 1 Ha untuk kuburan/makam, 3 Ha untuk jalan, 478 Ha untuk perikanan, 356 Ha untuk rawa, dan 5 Ha lain-lain.

Secara topografi, Kelurahan Sicanang berada dalam kisaran ketinggian antara 1-1,5 meter dari permukaan laut. Iklim di wilayah Kelurahan Sicanang termasuk tropis dengan musim hujan antara November-April dan musim kemarau antara bulan Mei-Oktober. Curah hujan rata-rata 0,10 mm per hari. Temperatur suhu udara sekitar 32°C.

5. 2. Kondisi Demografi Kelurahan Sicanang

Tahun 2006, jumlah penduduk Kelurahan Sicanang mencapai 14.269 jiwa, yang terdiri atas 7.213 laki-laki dan 7.056 perempuan. Kepadatan penduduk mencapai 1 orang per Km. Jumlah perubahan penduduk di tahun tersebut berjumlah 67 orang untuk laki-laki dan 64 orang untuk perempuan. Data jumlah penduduk menurut kelompok umur secara lengkap terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Sicanang Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2006

No. Golongan Umur (tahun) Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) Laki-laki (orang) Perempuan (orang) 1. 0-4 695 598 1.393 9,12 2. 5-6 662 629 1.296 9,04 3. 7-12 650 697 1.347 9,02 4. 13-15 620 580 1.702 11,02 5. 16-18 299 570 869 6,08 6. 19-25 795 269 1.064 7,11 7. 26-35 1.747 750 2.497 17,20 8. 36-45 1.582 1.994 3.576 25,05 9. 46-50 78 886 964 6,09 10. 51-60 40 72 112 0,14 11. 61-75 38 28 66 0,08 12. 76 + 6 6 12 0,05 Jumlah 7.213 7.056 14.269 100,00

Sumber : Profil Kelurahan Sicanang (Monografi Kelurahan Sicanang) Tahun 2006

Berdasarkan Tabel 3 menurut kelompok umurnya, jumlah penduduk yang terbanyak berada pada kelompok umur 36-45 tahun, yaitu sebesar 3.576 orang (25,06%). Jumlah penduduk yang paling sedukit berada pada kelompok umur >76 tahun, yaitu sebesar 12 orang (0,08%). Sex ratio sebesar 102 yang artinya pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk laki-laki.

5. 3. Kondisi Sosial Kelurahan Sicanang a) Pendidikan

Keadaan Kelurahan Sicanang menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan yaitu yang buta aksara dan angka 1,86%, tidak tamat SD 14,32%, tamat SD 36,27%, tamat SLTP 33,62%, tamat SLTA 13,30%, tamat akademi (D1-D3) 0,56%, S1 0,06%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di Kelurahan Sicanang relatif cukup baik karena jumlah penduduk yang tamat SD sebesar 83,82% dari 3.458 orang yang dikategorikan dari kualitas angkatan kerja dirinci menurut pendidikan yang ditamatkan.

Ada pun prasarana pendidikan formal yang ada di wilayah Kelurahan Sicanang untuk menunjang sektor pendidikan di wilayah tersebut seperti yang terdapat di Tabel 4, yang menampilkan banyaknya sekolah, murid, dan guru untuk berbagai jenjang pendidikan dimulai dari SD sampai dengan SLTA. Sarana dan prasarana yang sangat mendukung kelancaran belajar mengajar di Kelurahan Sicanang.

Tabel 4. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru untuk Berbagai Jenjang

No. Keterangan Jumlah

1. Jumlah Sekolah : SD SLTP SLTA 8 buah 2 buah 1 buah 2. Jumlah Murid : SD SLTP SLTA 2.891 orang 652 orang 98 orang 3. Jumlah Guru : SD SLTP SLTA 88 orang 48 orang 12 orang Pendidikan di Kelurahan Sicanang Tahun 2007

Sumber : Profil Kelurahan Sicanang (Monografi Kelurahan Sicanang) tahun 2006

Berdasarkan Tabel 4. menjelaskan bahwa tingkat pendidikan memang cukup baik di Kelurahan Sicanang. Ini terlihat dari jumlah bangunan SLTP 2 buah dengan jumlah murid 652 orang dan jumlah guru 48 orang, sedangkan untuk bangunan SLTA 1 buah dengan jumlah murid 98 orang dan jumlah guru 12 orang. Tingkat perbandingan antara jumlah guru SD dengan murid SD adalah 3,04% artinya setiap 100 murid SD terdapat 3 orang guru SD, untuk tingkat perbandingan antara jumlah guru SLTP dengan murid SLTP adalah 7,36% artinya setiap 100 murid SLTP terdapat 7 orang guru SLTP,dan untuk tingkat perbandingan antara jumlah guru SLTA dengan murid SLTA adalah 12,24% artinya setiap 100 murid SLTA terdapat 12 orang guru SLTA.

b) Kesehatan

Penunjang aspek kesehatan masyarakat di Kerulahan Sicanang telah memiliki berbagai sarana kesehatan seperti yang ditampilakan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan yang Terdapat di Kelurahan Sicanang tahun 2007

Sumber : Profil Kelurahan Sicanang (Monografi Kelurahan Sicanang) Tahun 2006

Sarana kesehatan di Keluhan Sicanang sudah cukup baik , ini terlihat dari Tabel 5 bahwa ada beberapa sarana kesehatan yang sangat penting untuk

No. Jenis Jumlah

1. Posyandu 10 buah

2. Rumah Sakit Khusus 1 buah

Kelurahan Sicanang seperti posyandu dengan jumlah yang mencukupi yaitu 10 buah puskesmas, dan adanya rumah sakit khusus..

c) Agama

Data yang didapat tahun 2006 di Kelurahan Sicanang, tercatat 7.179 orang penduduk memeluk agama Islam, 5.422 orang memeluk agama Kristen Protestan, 1.577 orang memeluk agama Khatolik, dan 91 orang memeluk agama Budha. Ada pun sarana Ibadah yang ada di Kelurahan Sicanang ini adalah Masjid sebanyak 4 unit, Langgar sebanyak 10 unit, Gereja-Kristen sebanyak 10 unit, dan Gereja Khatolik sebanyak 1 unit.

5. 4. Kondisi Perekonomian Kelurahan Sicanang

Berdasarkan lapangan pekerjaan di Kelurahan Sicanang didominasi bidang perikanan yaitu sebanyak 230 orang. Selain itu, sektor jasa pemerintahan/non pemerintahan sebanyak 137 orang, sektor jasa perdagangan sebanyak 9 orang, sektor jasa komunikasi dan angkutan sebanyak 89 orang, dan sektor ketrampilan sebanyak 40 orang. Menurut data yang didapat penduduk di Kelurahan Sicanang pada usia kerja sebanyak 1.120 orang, penduduk usia kerja yang bekerja 1.498, dan penduduk usia kerja yang belum bekerja sebanyak 507 orang. Dari keterangan tersebut, dapat disimpulkan tingkat pengangguran cukup rendah yaitu 33,85 % dari jumlah penduduk usia kerja.

6. 1. Input Produksi

Input produksi adalah segala yang digunakan dalam produksi untuk menghasilkan output dari produksi tersebut. Tabel 6 menyajikan rata-rata input dan output per siklus dari usaha tambak udang di Kelurahan Sicanang.

Tabel 6. Rata-Rata Input dan Output per Siklus dari Usaha Tambak Udang di Kelurahan Sicanang Tahun 2007

No. Keterangan

Penggunaan Input Rata-Rata Input Per Luas Lahan

Rata-Rata Harga (Rp/unit) Minimum Maksimum Rata-Rata

1. Luas Lahan (Ha) 0,25 3 1,2 1 2. 143. 275,00 2. Benih (Ekor) 400 45.000 11.777,19 9.707,88 39,74 3. Urea (Kg) 4 40 12,1 7,35 2.128,57 4. Pupuk Lainnya (Kg) 2 70,67 19,52 5,93 2.957,14 5. Akodan (Liter) 0,1 2,6 0,65 0,5 99.555,56 6. Limbancit (Liter) 0,17 2 0,51 0,22 101.800,00 7. Racun Lainnya (Liter) 0,1 30 5,84 2,79 37.295,45 8. Pupuk Cair (Liter) 0,25 8 2,66 1,27 22.727,27 9. Kapur (Kg) 40 300 113,61 29,57 554,17 10. Pakan Tambahan (Kg) 2,67 112,5 39,52 27,43 7.067,71 11. Vitamin (Liter) 1 4 2,5 0,22 31.000 12. TK1 (Jam kerja) 13 52 19,32 15,92 4.375 13. TK2 (Jam kerja) 3 192 50,89 41,95 4.375 14. TK3 (Jam kerja) 10 24 19,11 15,75 4.375 15. Output (Kg) 18 185 71,83 66,46 50.688,6

(Sumber : Diolah dari data primer, 2007).

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat ada 14 input produksi yang diperlukan dalam budidaya tambak udang di Kelurahan Sicanang, yaitu lahan, benih, urea, pupuk lainnya (TSP, NPK, kompos), akodan, limbancit, racun lainnya (diaginon, drusban, ostation, bykrap, samponin), pupuk cair, kapur, pakan tambahan, vitamin, TK1 (masa persiapan), TK2 (masa pemeliharaan), TK3 (masa pemanenan).

1) Lahan Tambak

Pada kenyataannya usaha budidaya tambak udang di Kelurahan Sicanang dikembangkan oleh masyarakat sekitar secara turun-temurun, sehingga umumnya metode yang digunakan adalah secara tradisioanl. Untuk membantu keberlangsungan usaha tambak udang di wilayah tersebut, maka Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatra Utara mendirikan Demonstrasion Pond (DEMPOND). Ini adalah salah satu program dari Dinas sebagai tambak percobaan untuk budidaya udang, sehingga para pembudidaya di Kelurahan Sicanang dapat mengembangkan pola budidaya yang semula tradisional dan hanya berdasarkan ilmu turun-temurun menjadi semi intensif dan mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang cara budidaya udang windu yang baik dan benar. DEMPOND ini memang sangat membantu pembudidaya di wilayah tersebut karena sering mendapatkan penyuluhan dari dinas tentang cara yang baik dan benar budidaya udang.

Areal tambak di Kelurahan Sicanang mendapatkan supply air tawar dari Sungai Belawan. Gambar 6 adalah keadaan Sungai Belawan yang mengalirkan air tawar ke areal tambak di Kelurahan Sicanang.

Gambar 6. Sungai Belawan yang Menjadi Sumber Air Tawar Tahun 2007

Rata-rata luasan lahan yang diusahakan oleh pembudidaya udang windu di Kelurahan Sicanang untuk kegiatan budidaya yaitu 1,2 Ha, luas lahan yang terkecil adalah 0,25 Ha dan luas lahan yang terbesar adalah 3 Ha. Gambar 7 adalah keadaan tambak udang di Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan.

Keadaaan lahan yang dijelasakan di atas, rata-rata kepemilikan lahan tambak di lokasi penelitian adalah secara sewa. Harga sewa lahan berkisar antara

Rp555.560,00- Rp6.000.000,00 per Ha per tahun atau rata-rata harga sewa lahan Rp2.143.275,00 per Ha per tahun.

Gambar 7. Kondisi Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007

2) Benih

Benih udang windu yang digunakan oleh pembudidaya di Kelurahan Sicanang didapatkan dari tempat pembenihan udang windu yang letaknya tidak jauh dari areal tambak. Menurut informasi yang didapatkan, pembenih tersebut mendapatkan benih udang windu berasal dari daerah Aceh. Biasanya, pembudidaya di sini membeli benih udang windu rata-rata dengan ukuran atau usia Post Larva 12-15 (PL 12-PL 15) dengan harga rata-rata per ekornya Rp39,74. Ada pun alasan pembudidaya membeli benih pada usia PL12-PL15 agar tingkat survival rate tinggi, karena bagi pembudidaya pada usia tersebut benih udang windu sudah relatif lebih stabil.

Padat tebar untuk setiap Ha pada areal tambak di Kelurahan Sicanang ini cukup beragam. Faktor paling dominan, mengapa padat tebar berbeda-beda adalah tergantung dari modal si pembudidaya. Semakin sedikit modal pembudidaya maka semakin sedikit juga invesatasi benih yang dilakukan pembudidaya tersebut. Padat penebaran rata-rata yang ditanam pembudidaya di Kelurahan Sicanang sebesar 11.777,19 ekor per Ha dimana padat penebaran terkecil adalah 400 ekor per Ha dan padat penebaran terbesar adalah 45.000 per Ha. Menurut Suyanto RS dan M Ahmad (2001) padat penebaran benih di atas 10.000 ekor per Ha termasuk semi intensif. Berdasarkan keterangan tersebut, maka sistem budidaya di Kelurahan Sicanang termasuk semi intensif, tetapi sistem pengelolaan budidaya di daerah ini dapat dikatakan cenderung ke tradisional, misalnya pengelolaan air

yang masih tergantung pada pasang surut, dan jumlah peroduksinya juga masih di bawah 500 Kg per Ha per Tahun. Harga rata-rata benih Rp39,74 per ekor dalam usia PL12-PL15.

3) Pupuk, Kapur dan Racun

Ada pun sarana pendukung lainnya dalam budidaya tambak udang windu di Kelurahan Sicanang antara lain adalah pupuk, pakan atau vitamin, racun atau bahan kimia pembasmi hama. Pupuk dibutuhkan untuk menyuburkan lahan tambak dan memicu pertumbuhan pakan alami di perairan. Di lokasi penelitian umumnya digunakan pupuk urea, TSP, NPK dan kompos.

Rata-rata pembudidaya di Kelurahan Sicanang menggunakan pupuk urea dengan jumlah rata-rata 7,35 Kg per Ha dengan harga rata-rata Rp2.128,74 per Kg. Selain pupuk urea, NPK, TSP kompos juga digunakan dalam budidaya udang di Kelurahan Sicanang, walau pun dengan jumlah perbandingan yang lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan pupuk urea yaitu hanya 5,93 Kg per Ha. Selain dari pupuk padat, pembudidaya di Kelurahan Sicanang juga menggunakan pupuk cair dengan rata-rata penggunaan 1,27 liter per Ha. Jika hujan turun, maka untuk menetralkan pH air pembudidaya menebarkan kapur ke tambak dengan rata-rata pemakaian 29,27 Kg per Ha. Walau pun diperlukan dalam jumlah banyak, tetapi harganya tidak mahal yaitu rata-rata Rp554,17 per Kg, sehingga hal ini tidak memberatkan bagi pembudidaya.

Racun berfungsi untuk membunuh hama-hama pengganggu dalam budidaya udang, misalnya kepiting. Ada pun racun yang digunakan akodan, limbancit, dan racun lainnya dengan rata-rata pemakaian 0,5 liter per Ha, 0,22 liter per Ha, dan 2,79 liter per Ha.

4) Pakan dan Vitamin

Pembudidaya di Kelurahan Sicanang sangat mengaharapkan hasil outputnya memiliki ukuran yang cukup baik dan daya tahan yang cukup baik, sehingga pembudidaya menambahkan pakan selain pakan alami biasanya berupa pelet, campuran tepung ikan dan jagung, serta vitamin. Rata-rata penggunaan pakan

tambahan 27,43 Kg per Ha dengan harga rata-rata Rp7.067,71, dan rata-rata penggunaan vitamin 0,22 liter per Ha dengan harga rata-rata Rp31.000,00.

5) Tenaga Kerja

Dalam kegiatan budidaya tambak udang windu, jumlah tenaga kerja dibagi ke dalam tiga bagian atau tahapan yaitu masa persiapan, masa pemeliharaan, masa panen. Pada masa persiapan di Kelurahan Sicanang rata-rata dibutuhkan antara 3 sampai dengan 6 orang dengan masa kerja berkisar antara 3 sampai dengan 6 hari. Pada masa pemeliharaan rata-rata dibutuhkan 1 sampai dengan 6 orang, sedangkan untuk masa panen dibutuhkan 2 sampai dengan 4 orang.

Rata-rata jam kerja yang digunakan untuk masing-masing jenis pekerjaan yaitu 15,92 jam kerja untuk TK1, 41,95 jam kerja untuk TK2, 15,75 jam kerja untuk TK3. Upah yang diberikan untuk setiap pekerjaan yaitu Rp4.375,00 per jam.

6. 2 Peralatan Kegiatan Budidaya dan Modal Investasi 1) Peralatan Kegiatan Budidaya

Ada beberapa jenis alat yang digunakan dalam kegiatan budidaya tambak udang windu, antara lain hapa/kelambu biasanya digunakan untuk pemindahan benih, tangguk, timbangan, cangkul, saringan, babat, lam, ember, rakit/bambu, blong dan rumah jaga. Untuk lebih jelasnya Tabel 7 akan menjelaskan tentang peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya tambak udang di Kelurahan Sicanang.

Tabel 7 dapat memberikan informasi bahwa pembudidaya rata-rata memiliki bangunan sebagai rumah jaga dengan rata-rata luasnya 4 m2 atau 2m x 2m.Walau pun memiliki luas yang hampir rata-rata sama tetapi biaya untuk membangunnya berbeda. Ada juga pembudidaya yang memiliki sampai 3 rumah jaga karena memiliki tambak yang cukup luas dan jaraknya berbeda antara tambak yang satu dengan yang lain. Biaya yang dikeluarkan untuk membangun rumah jaga ini rata-rata Rp3.116.666,7 dengan biaya pemeliharaan per tahunnya adalah Rp623.333,34. Umur teknis bangunan rata-rata sampai 5 tahun.

Gambar 8 merupakan salah satu contoh rumah jaga milik salah satu responden di Kelurahan Sicanang. Rata-rata pembudidaya di daerah ini, membuat rumah

jaga dari tepas atau berbahan dasar kayu, karena biaya yang dikeluarkan tidak begitu banyak.

Tabel 7. Peralatan dalam Kegiatan Budidaya Tambak Udang di Kelurahan Sicanang Tahun 2007

No. Jenis Jumlah Satuan Harga (Rp/Unit) Umur Teknis (Tahun) Biaya Operasioanl / Biaya pemeliharaan (Rp) 1. Rumah Jaga 2 x 2 M2 3.116.666,7 5 623.333,34 2. Ember 1-15 buah 10.200,00 1 - 3. Hapa/Kelambu 1-3 unit .43.142,86 1 - 4. Timbangan 1-2 buah 108.750,00 3 36.250,00 5. “Tangguk” 1-3 buah 50.000,00 1 - 6. Cangkul 1-5 buah 43.571,43 3 14.523,81 7. Paralon 2-15 batang 146.666,7 5 29.333,34 8. Elbo 4-30 buah 27.400,00 5 .5.480,00 9. Penutup Paralon 2-15 buah 20.000,00 5 4.000,00 10. “Lam” 1-5 buah 57.000,0 3 19.000,00 11. Babat 1-2 buah 23.333,33 3 7.777,76

(Sumber : Diolah dari data primer, 2007).

Gambar 8. Salah Satu Contoh Rumah Jaga di Tambak Udang Windu Kelurahan Sicanang Tahun 2007

Model pengaturan keluar masuknya air tambak di Kelurahan Sicanang adalah dengan menggunakan paralon. Menurut hasil wawancara, petani di daerah penelitian lebih menyukai menggunakan paralon dari pada pintu air karena paralon lebih murah dan tahan lama. Rangkain paralon ini menggunakan elbo dan

penutupnya. Setiap tambak, paralon yang digunakan tidak memiliki jumlah yang pasti. Penggunaannya tergantung dari biaya atau modal yang dimiliki oleh pembudidaya tersebut. Rata-rata paralon yang digunakan sebanyak 2- 15 batang per tambaknya. Biasanya semakin luas tambak, maka semakin banyak paralon yang digunakan.Umur teknis paralon, elbo, dan penutup yaitu rata-rata 5 tahun, dengan harga rata-rata masing-masing Rp146.666,67, Rp27.400,00 dan Rp20.000,00. Selain itu peralatan yang digunakan dalam budidaya tambak udang di Kelurahan Sicanang yaitu cangkul, lam, babat, timbangan, tangguk, hapa/kelambu, dan ember.

2) Modal Investasi

Modal merupakan hal paling penting dalam memulai usaha termasuk dalam budidaya udang windu. Umumnya pembudidaya di Kelurahan Sicanang memiliki modal sendiri, tetapi ada juga yang mendapatkan pinjaman modal dari agen, dengan pembayaran pada saat panen. Rata-rata modal yang dikeluarkan oleh pembudidaya adalah Rp5.956.603,00.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya , bahwa pada umumnya sumber utama dalam melakukan budidaya adalah dengan modal sendiri. Jika pembudidaya melakukan peminjaman modal hanya sebatas pembelian benih udang windu, pembayarannya pun disaat sudah panen dan tanpa bunga.

6. 3 Kegiatan Produksi

Kegiatan budidaya udang windu di Kelurahan Sicanang dalam satu siklusnya selama 3-4 bulan, yang terdiri atas masa persiapan, masa pemeliharaan, dan masa pemanenan. Dalam satu tahun pembudidaya dapat melakukan 3 siklus, tetapi ada juga pembudidaya melakukan proses produksi dalam 1 tahun mencapai 4 siklus.

6. 3. 1 Masa Persiapan

Kegiatan masa persiapan untuk tambak udang rata-rata memakan waktu hampir 7-8 hari. Ada pun kegiatan yang dilakukan selama masa persiapan antara lain sebagai berikut :

1) Membalikkan lahan tambak, menyingkirkan lumpur-lumpur hitam dan mengeringkan lahan selama beberapa hari. Kegiatan dimaksudkan untuk menjaga kualitas tanah agar tidak bermasalah pada saat kegiatan

pemeliharaan dan juga untuk mematikan hama atau mikro organisme yang tidak menguntungkan bagi kegiatan budidaya udang windu. Salah satu cara yang digunakan oleh pembudidaya di daerah ini dengan

menggunakan racun akodan dan kapur

2) Setelah lahan diolah kemudian diberi pupuk yang bertujuan untuk

menyuburkan lahan agar dapat menunjang pertumbuhan pakan alami. Jenis pupuk yang digunakan adalah urea, TSP, NPK, serta kompos. Rata-rata urea yang digunakan sebanyak 7,35 Kg per Ha dan pupuk-pupuk lainnya sebanyak 5,93 Kg per 1 Ha lahan tambak.

3) Setelah lahan siap digunakan, kemudian setiap petakan tambak di isi air setinggi 30-40 cm, dan benih siap untuk ditebar.

Gambar 9 menjelaskan keadaan tambak di Kelurahan Sicanang pada saat masa persiapan yaitu proses pengeringan tambak.

Gambar 9. Masa Persiapan Tambak yaitu Pengeringan Lahan Tambak di Kelurahan Sicanang Tahun 2007

6. 3. 2 Masa Pemeliharaan

Masa pemeliharaan dimulai sejak benih ditebar dalam petakan tambak, dan ini berlangsung 3 sampai dengan 4 bulan. Pada umumnya pembudidaya di Kelurahan Sicanang menggunakan sistem semi tradisional atau semi intensif yaitu dengan padat penebaran berkisar 11.777 ekor per Ha. Selain itu untuk pakan, pembudidaya di daerah ini lebih banyak mengandalkan pakan alami, walau pun

ada pakan tambahan, tetapi proporsinya tidak terlalu banyak. Pemberian pakan tambahan biasanya dilakukan satu kali dalam satu hari, yaitu di waktu sore hari. Vitamin juga merupakan nutrisi tambahan yang diberikan pembudidaya di daerah ini.

Proses pergantian air dilakukan dua kali dalam satu hari yaitu di waktu pagi dan sore hari. Pagi hari biasanya untuk mengatur air yang masuk ke tambak, sedangkan di sore hari untuk pengeluaran air dari tambak. Pembudidaya di Kelurahan Sicanang menggunakan paralon sebagai alat pengatur pergantian air.

6. 3. 3 Masa Pemanenan

Satu siklus diakhiri dengan pemanenan. Rata-rata setelah 3 sampai dengan 4 bulan udang siap dipanen, dengan ukuran size 30. Pemanenan biasanya menggunakan jaring atau tangguk dan dilakukan secara total. Pembudidaya di lokasi penelitian melakukan pemanenan pada waktu pagi hari. Gambar 10 menjelaskan proses pemanenan tambak udang di Kelurahan Sicanang yang dimulai dari proses pembuangan air keluar tambak.

Gambar 10. Proses Pemanenan Tambak Udang di Kelurahan Sicanang Tahun 2007

6. 4 Hasil Produksi dan Pemasaran 6. 4. 1 Hasil Produksi

Hasil produksi kegiatan budidaya tambak udang di Kelurahan Sicanang pada umumnya setiap siklus tidak menghasilkan dengan jumlah yang sama. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor kondisi lahan dan air, kualitas benih dan juga ketersediaan pakan alami di perairan tambak. Rata-rata dalam satu siklus hasil produksi tambak Kelurahan Sicanang bisa mencapai 71,83 Kg. Ada pun hasil produksi tertinggi sebanyak 185 Kg dan terendah sebanyak 18 Kg. Gambar 11

menjelaskan hasil produksi atau hasil panen di tambak udang Kelurahan Sicanang yang diletakkan di dalam blong.

Gambar 11. Hasil Produksi Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007

6. 4. 2 Pemasaran Hasil Produksi

Sistem pemasaran di lokasi penelitian adalah dengan langsung menjualnya ke KIM (Kawasan Industri Medan) . Jarak ke lokasi pasar tersebut dari tambak udang Kelurahan Sicanang rata-rata 12 Km sampai dengan 15 Km. Umumnya pembudidaya mengangkut hasil panennya dengan menggunakan dua alternatif. Apabila hasil panen banyak, maka pembudidaya akan menyewa mobil sejenis pick-up dengan harga sewa antara Rp100.000,00 sampai dengan Rp150.000,00. Apabila, jika hasil panen hanya sedikit, maka pembudidaya membawa hasil panennya ke KIM dengan menggunakan angkutan kota. Biasanya biaya pulang-pergi yang dikeluarkan adalah sebesar Rp10.000,00 sampai dengan Rp20.000,00 PP. Harga jual udang windu tergantung kepada ukuran sizenya. Rata-rata ukuran size udang windu di Kelurahan Sicanang antara size 60 sampai dengan size 19 dengan harga rata-rata Rp50.688,60, dimana harga tertinggi Rp65.000,00 dan harga terendah Rp33.250,00.

6. 5. Analisis Permintaaan dan Nilai dari Lahan Tambak

Analisis permintaan dapat digunakan untuk menghitung atau mengestimasi perubahan surplus konsumen dan produsen yang terkait dengan perubahan jumlah sumberdaya yang diminta. Hasil analisis regresi berganda terhadap variabel yang diduga berpengaruh pada permintaan lahan tambak di Kelurahan Sicanang, antara lain: harga lahan tambak (Px), umur (X1), pendidikan (X2), pendapatan (X3), jumlah anggota keluarga (X4), dan pengalaman berusaha (X5).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan model kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) diperoleh nilai koefisien regresi dari variabel yang diduga berpengaruh terhadap permintaan lahan tambak. Secara lengkap data hasil pendugaan koefisien regresi dengan metode kuadrat tekecil disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil Usaha Tambak Udang di Kelurahan Sicanang Tahun 2007

No. Peubah Koefisien Regresi

1. Intercept -7,42205 2. PX -0,54287** 3. X1 0,978153* 4. X2 -0,45033 5. X3 0,839948** 6. X4 0,313949 7. X5 -0,09909*

(Sumber : Diolah dari data primer, 2007). Keterangan :

R Square (r2) = 0,685192 ** = nyata pada α = 95% Adjusted R Square = 0,527788 * = nyata pada α = 80% Standar Error = 0,498684

F hitung = 4,353079

Besarnya nilai R Square tersebut menunjukkan bahwa permintaan lahan dipengaruhi oleh variabel-variabel input tersebut sebesar 69 % sedangkan sisanya sebesar 31 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dihitung. Berdasarkan hasil analisis model kuadrat terkecil diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,53, hal ini berarti apabila ditambahkan lagi variabel lain maka

Dokumen terkait