• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.5 Profile Informan

1. R. Manurung (Guide)

R. Manurung, 45 Tahun lahir pada tanggal 13 Nov 1996 merupakan masyarakat Tuktuk Siadong dan telah menikah dengan O. Turnip 39 tahun. Pendidikan terkhir R. Manurung adalah SMA dan beragama Protestan. R. Manurung sebagai seorang guide (pemandu wisata) dan telah banyak memandu wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. R. Manurung mengetahui banyak tentang daerah Samosir terutama Tuktuk Siadong. Sebagai guide rasa persahabatan harus ditingkatkan untuk meningkatkan kenyamanan wisawatan. Selain itu, saat ini mereka memiliki usaha restoran “ Marroan Restoran” yang telah dimulai dari 11 tahun yang lalu. Restoran usaha mereka menyediakan

western food (makanan Barat).

2. O. Turnip (Pemilik Restoran)

O .Turnip, 39 tahun lahir di Tuktuk Siadong pada tanggal 18 April 1975 dan pendidikan terakhirnya adalah SMA. Menikah dengan R. Manurung dan mereka beragama Protestan. Usaha yang dimiliki adalah usaha restoran yaitu “Marroan Restoran” yang telah dimulai dari 11 tahun yang lalu. O. Turnip bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan baik karena telah sering berinteraksi dengan turis asing yang berkunjung ke Tuktuk Siadong. Usaha restoran yang mereka buka menyediakan western food (makanan Barat)dan local food (makanan lokal) karena banyak turis mancanegara dan turis lokal yang makan ke restoran tersebut. Tidak ada pembedaan harga makanan kepada turis asing, semuanya tergantung kepada harga menunya. Usaha restoran O.Turnip

termasuk restoran bagus yang ada di Tuktuk dengan lokasi yang strategis dekat dengan Danau Toba.

3. Emmika Parhusip ( Hotel Receptionist)

Emmika Parhusip, 25 tahun Lahir di Tuktuk pada tanggal 17 Mei 1989. Pendidikan terakhirnya adalah SMA, Emmika bisa berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Inggris. Dia bekerja di hotel “ Toba Village Inn” sebagai penerima tamu. Emmika Parhusip telah lama tinggal di Tuktuk Siadong, setelah tamat SMA dia langsung bekerja di industri pariwisata. Sebelum bekerja di hotel “ Toba Village Inn” dia bekerja di hotel “ The Villas Samosir Resort” yang berlokasi di Tuktuk Siadong juga. Emmika bekerja di hotel tersebut selama empat tahun. Dia memutuskan untuk keluar dari hotel tersebut dan bekerja di “ Toba Village Inn” karena ingin mendapat pengalaman baru di hotel yang berbeda. Emmika tidak ada keinginan untuk mencari pekerjaan diluar industri pariwisata, karena bagi dia bekerja di industri pariwisata itu suatu pekerjaan yang menyenangkan.

4. Luker Sidabutar (Pemilik Restoran)

Luker Sidabutar, 50 tahun adalah seorang pria kelahiran Tanah Jawa, 21 Maret 1960 dengan pendidikan terakhir SMA dan beragama Katolik. Luker Sidabutar adalah seorang budayawan yang memiliki sanggar tari dan juga sanggar

theatre, selain itu Luker Sidabutar memiliki usaha restoran yaitu “Leo’s Restaurant”. Usaha restoran yang dibuka juga menyedikan makanan western

(Barat), tetapi menu yang paling ditonjolkan adalah makanan khas Batak Toba seperti naniura (ikan yang dimasak tanpa api tetapi dengan asam), natinombur

(ikan bakar dengan bumbu khas Batak), napinadar (ayam bakar yang penuh dengan kelapa gonggseng) daun ubi tumbuk. Semua makanan yang disajikan

adalah halal. Alasan Luker Sidabutar menonjolkan makanan tradisional Batak adalah daerah pariwisata itu akan maju tidak hanya dikarenakan oleh lingkungan yang indah tetapi besar juga dipengaruhi oleh budaya daerah salah satunya dengan kuliner daerah pariwisata

5. Immanuel Tamba (Pengrajin Ukir-Ukiran)

Immanuel Tamba, 40 tahun adalah warga Tuktuk Siadong yang lahir di Tamba 5 Oktober 1974. Pendidikan terakhirnya adalah SMP dan beragama Katolik. Immanuel Tamba memiliki kemampuan dalam pembuatan kerajinan tangan. Sebagian besar souvenir yang ada di galerinya adalah buatan tangannya sendiri dan sebagaian kecil dibeli. Banyak turis asing yang membeli jualannya tersebut. Immanuel Tamba juga mengerti semuanya sejarah setiap patung yang berbeda yang dimilikinya. Menurut Immanuel Tamba menceritakan sejarah dan fungsi masing-masing patung tersebut adalah hal yang penting untuk membuat pembeli tertarik. Harga penjualan berbeda terhadap turis asing dan lokal, ke turis asing lebih mahal karena Immanuel menganggap tiris asing pasti banyak uang.

6. R. Samosir (Pemilik Hotel)

R. samosir, 53 tahun adalah seorang pria kelahiran Onan Runggu 27 Juli 1961 dan pendidikan terakhirnya adalah S1 dan beragama Katolik. R Samosir adalah pemilik hotel ”Duma Sari” yang berada di pelabuhan Tuktuk. R. Samosir adalah seorang pria yang rasa sosialnya tinggi kepada semua masyarakat. Kesibukann yang dia miliki membuatnya dia hanya bisa berkomunikasi sebentar saja dengan para pegawainya. Hotel “Duma Sari” dibuka sekitar tahun 80-an dan banyak kegiatan dari pemerintah Kabupaten Samosir dilaksanakan disana. Karena

posisi hotel tersebut berada dekat dengan pelabuhan kapal penumpang, maka banyak kegiatan pemerintahan kabupaten dilaksanakan disana.

7. Jenni Silalahi (Hotel Receptionist)

Jenni Silalahi, 23 tahun adalah seorang perempuan kelahiran Pangururan 23 April 1991, pendidikan terakhirnya adalah SMA dan beragama Kristen. Bekerja di hotel Duma Sari sebagai front officer kurang lebih empat tahun. Jenni merasa ingin bekerja di luar daerah industri pariwisata karena dia ingin mencari pengalaman lain, selain itu juga karena diluar gajinya konstan tiap bulannya. Semantara di hotel tempat dia bekerja gaji tergantung kepada jumlah kunjungan wisatawan ke hotel itu.

8. R. Simbolon (Pemilik home stay dan pengrajin ukiran)

R. Simbolon, 48 tahun adalah seorang pria kelahiran Tomok 27 Agustus 1966, pendidikan terakhirnya adalah SMA dengan agama protestan. Membuka usaha souvenir (oleh-oleh) buatan sendiri dan home stay yaitu “Marisca Art Shop”. R. Simbolon juga seorang anggota dari organisasi Perhimpunan Hotel dan Restoran se-Indonesia dan Forum Pariwisata. Pada tahun 2007 dan 2011 R. Simbolon adalah utusan dari Kabupaten Samosir untuk membuka stand Batak Toba souvenir di Jakarta pada pameren kebudayaan Indonesia.

Marisca Art Shop telah dibuka kurang lebih 20 tahun yang lalu dengan berbagai kerajinan tangan yang harganya dimulai dari lima ribu sampai tiga juta rupiah. Setiap barang yang dijual memiliki faktur harga yang ditempel dan merupakan suatu cara yang disukai oleh para pembeli. Usaha Home Stay (rumah penginapan) dimulai sekitar dua tahun yang lalu. Beberapa turis asing menginap

di home stay (rumah penginapan) tersebut bahkan ada yang tinggal hingga tiga bulan. Turis nyaman dengan tempat tersebut karena pelayanan mereka yang baik.

9. Mak Andi Sinaga ( Pemilik Restoran)

Mak Andi Sinaga, 35 tahun adalah seorang ibu rumah tangga kelahiran Raya 15 Nov 1979 dengan pendidikan terakhir adalah SMA dan beragama Kristen. Mak Andi memiliki tiga anak dari hasil perkawinannya dengan pria berkebangsaan Belanda. Mak Andi Sinaga senang bekerja di industri pariwisata, karena menurutnya akan menambah wawasannya dan mengetahui bagaimana berinteraksi dengan setiap orang yang berbeda kewarganeraraannya. Dahulu warga di kampungnya menganggap setiap yang bekerja di hotel adalah pekerjaan yang berkonotasi negatip.

Sebelum menikah dengan turis asing, Mak Andi Sinaga bekerja di salah satu hotel di Tuktuk Siadong sebagai juru masak kariyawan. Karena kinerjanya yang bagus maka pemilik hotel mengangkatnya sebagai juru masak untuk tamu lokal dan luar negeri. Pada saat itu dia bertemu dengan turis asing dan mereka berteman hingga mereka menikah. Turis Asing tersebut diberi magra Sidauruk

dalam adat Batak Toba. Setelah menikah mereka memilih untuk tinggal di Tuktuk Siadong karena alasan suaminya senang dengan daerah tersebut. Mereka membuka usaha restoran dan rental sepeda motor bahkan merencanakan untuk membangun home stay (tumah penginapan).

10. Marianum Simorangkir (Pedagang )

Marianun Simorangkir 43 tahun adalah seorang perempuan lahiran Jawa 13 Februari 1971 dengan pendidikan terakhir adalah SMA dan beragama Katolik. Marianum orang Jawa, tetapi menikah dengan orang Batak sehingga dia diberikan

marga Simorangkir. Marianum membuka usaha kedai kopi pinggir jalan di simpang Tuktuk Siadong. Banyak mahasiswa lokal atau wisatawan yang tiba di Tuktuk Siadong tengah malam sementara mereka belum memesan tempat untuk menginap. Marianun dengan senang hati memberikan mereka penginapan seadanya dengan gratis.

11. Peter (Turis)

Peter 43 tahun, adalah seorang pria berkewarganegaraan Polandia dan lahir pada tanggal 27 Maret 1971 dengan pendidikan terakhirnya S2. Dia telah tinggal di Tuktuk Siadong kurang lebih satu minggu. Tujuan kedatangan Peter ke Tuktuk Siadong adalah untuk berlibur karena dia tahu Samosir adalah quiet

(tenang) tidak seperti daerah pariwisata lainnya yang crowded (ribut). Peter mengetahui wisata Samosir (Danau Toba) dari internet, dia senang bertualang mencari daerah tujuan wisata. Setelah sampai di Indonesia, kota wisata yang telah dikunjunginya adalah Bali, Lombok, Jawa dan Samosir. Banyak hal yang disukai Peter di Tuktuk salah satunya adalah masyarakat yang bersahabat. Dia memiliki keinginan untuk memperpanjang liburannya atau akan berkunjung kembali.

12. Nico (Turis)

Nico, 29 tahun adalah seorang pria berkewarganegaraan Jerman kelahiran 26 April 1985 dengan pendidikan terakhir adalah S1. Dia telah tinggal di Tuktuk Siadong kurang lebih dua minggu. Pekerjaaan Nico adalah guru di sebuah taman kanak-kanak di Jerman, dia senang berinteraksi dengan anak-anak karena bagi dia setiap anak itu spesial dan unik. Dia tahu Tuktuk Siadong karena dikasih tahu oleh temannya Nicolas. Tujuan kedatangannya ke Samosir adalah untuk berlibur dan mengetahui budaya Batak Toba. Nico merasa senang dengan keadaan

Samosir yang quiet (tenang) dan dia senang menyegarkan dirinya di daerah yang tidak terlalu banyak bangunnannya dan kendaraan bermotor. Dia berencana akan memberitahu teman-temannya di negaranya untuk datang berlibur ke Samosir dan juga dia sendiri akan berkunjung kembali saat musim panas datang.

13. Nicolas (Turis)

Nicolas 30 tahun, adalah seorang pria berkewarganegaraan Jerman dan kelahiran 13 April 1984 dengan pendidikan terakhir adalah S1. Nicolas telah tinggal di Tuktuk Siadong kurang lebih dua minggu. Pekerjaan Nicolas adalah

sales marketing di suatu perusahaan di negaranya di Jerman. Nicolas tahu Samosir karena dia memiliki daftar daerah-daerah wisata yang harus dikunjungi. Tujuan kedatangannya ke Samosir adalah untuk berlibur. Nicolas telah empat kali datang ke Samosir untuk berlibur, dia sangat tertarik dengan Samosir terutama karena mastyarakatnya bersahabat, dia telah membawa beberapa temannya ke Samosir salah satunya adalah Niko 29 tahun. Tahun depan dia berencana untuk datang kembali ke Samosir dengan mengajak keluarganya dengan tetap menginap di Tuktuk.

14. Erika (Turis)

Erika, 60 tahun seorang perempuan berkebangsaan Amerika yang lahir pada tanggal 12 April 1954. Erika telah tinggal di Tuktuk Siadong kurang lebih dari tiga bulan. Erika untuk tinggal di Tuktuk sekitar enam bulan, tujuan kedatangan Erika bersama dengan suaminya adalah untuk berlibur dan berbisnis. Erika adalah seorang peremuan yang telah berusia namun kelihatan tetap energik dan Erika memiliki tingkat selera humor tinggi. Hubungannya dengan sesama masyarakat Tuktuk juga terlihat sangat akrab. Erika merasa nyaman tinggal di

Tuktuk karena dia menyukai tempat yang jauh dari kebisingan dan juga baginya masyarakat Tuktuk cukup bersahabat dengan dia dan suaminya. Erika memilih Samosir sebagai tempat berliburnya karena bagi dia tempat yang tepat untuk menghabiskan uang adalah Samosir.

15. Jhon (Turis)

Jhon, 60 tahun adalah seorang laki-laki berkebangsaan England yang lahir pada 27 Maret 1954. Jhon telah tinggal di Tuktuk kurang lebih dua minggu dan pada akhir April dia akan balik ke negaranya. Jhon adalah seorang laki-laki yang memiliki motivasi hidup bahwa hidup itu adalah sederhana. Tersenyum kepada setiap orang adalah lambang suatu bentuk kecintaan kita terhadap sesama manusia. Bagi Jhon membantu sesama itu bukan berarti harus memberikan benda-benda tetapi dengan bisa tesenyum itu adalah lambang kita mencintai sesama. Jhon merasa senang dengan keadaan Samosir yang hijau, tetapi sedikit hal yang dipermasalahkannya adalah sampah yang bertaburan di pinggir jalan. Bagi Jhon masyarakat Samosir itu cukup bersahabat dan ramah, dia menikmati sikap orang yang selalu menyapa dia dalam perjalannanya.

16. Antonius Siregar (Lurah)

Antonius Siregar, 53 tahun adalah seorang pria kelahiran Parbaba 18 Juni 1961 dengan pendidikan terakhir adalah S1 dan beragama Katolik. Antonius adalah seorang kepala lurah di daerah Tuktuk Siadong beliau telah enam tahun menjabat sebagai kepala Lurah yang langsung diangkat dan ditempatkan secara langsung oleh pemerintah Kabupaten Samosir. Sebelum menjadi kepala Lurah Antonius Siregar berprofesi sebagai kepala penyuluhan pertanian di daerah Parbaba dan di daerah lainnya. Antonius mendapatkan prestasi yang baik dalam

tugasnya, sehingga pemerintah Kabupaten Samosir memberikan penghargaan dengan mengangkat dan menempatkannya sebagai kepala lurah di Tuktuk Siadong. Sebagai Lurah Antonis Siregar sering mengadakan kegiatan sosialisasi kepada masyarakatnya tentang pentingnya sadar wisata untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan dan kesejahteraan masyarakatnya. Antonius Siregar selain sebagai kepala Lurah juga memiliki usaha restoran dan hotel yaitu “Anju Hotel”.

17. Chandra Simbolon ( Dinpar)

Chandra Simbolon, 36 tahun adalah seorang pria kelahiran Pangururan 6 May 1978 dengan pendidikan terakhir adalah S1 Antropologi USU dan beragama Kristen. Sekarang Chandra bekerja di Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir sebagai stap seni dan budaya. Chandra Simbolon juga mengetahui banyak tentang Samosir terutama data kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun, karena dia bekerja dibidang pengolahan data kedatangan wisatawan. Banyak kegiatan yang telah ditanganinya untuk dilaksanakan di Samosir guna promosi daerah pariwisata, baik melalui kegiatan- kegiatan pesta, sosialisasi. Usaha promosi yang harus dilakukan pemerintah menurut Chandra Simbolon adalah meningkatkan sumber daya manusia masyarakat.

18. Morita Situmorang (Dinpar)

Morita Situmorang, 46 tahun adalah seorang perempuan kelahiran Jakarta 18 Januari 1968 dengan pendidikan terakhir adalah S1 Universitas Joyo Boyo dan beragama Kristen. Morita telah bekerja selama tujuh tahun di Dinas Pariwisata, namun ditempatkan di Samosir baru sekitar enam bulan. Sebagai kepala seksi seni dan budaya Morita sangat terbuka dengan perkembangan jaman dan menerima kebudayaan baru tanpa mengikis makna kebudayaan tradisional itu sendiri. Bagi

Morita perempuan Batak itu harus bersikap terhormat, bukan berarti boruni raja itu harus keturunan bangsawan tetapi lebih kepada pemaknaan sikap pribadi. Banyak usaha telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata dalam promosi daerah tujuan wisata di Samosir salah satunya dengan pergelaran seni dan kebudayaan yang ditangani oaleh Morita.

19. Junaedi M Malau (Dinpar)

Junaedi Malau, 40 tahun adalah seorang pria kelahiran Simanindo 14 April 1974 dengan pendidikan terakhir adalah D3 Kepariwisataan dan beragama Kristen. Di Dinas Pariwisata Junaedi menjabat sebagai stap seksi seni dan budaya dan telah bekerja sekitar tujuh tahun. Sebagai stap seksi seni dan budaya Junaedi mengerti banyak tentang seni dan kebudayaan. Junaedi menangani promosi daerah wisata dengan berbagai kegiatan rutin tahunan dan kegiatan musiman Samosir seperti Horas Samosir Fiesta Since 2009, Pesta Danau Toba, Pergelaran Malam Kesenian (PRSU).

Dokumen terkait