• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi dan Hambatan Budaya Antara Masyarakat Lokal dan Turis Asing Yang Berkunjung ke Tuktuk Siadong Kec Simanindo Kab Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Interaksi dan Hambatan Budaya Antara Masyarakat Lokal dan Turis Asing Yang Berkunjung ke Tuktuk Siadong Kec Simanindo Kab Samosir"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI DAN HAMBATAN BUDAYA ANTARA MASYARAKAT LOKAL DAN TURIS ASING YANG BERKUNJUNG KE TUKTUK

SIADONG KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR

S K R I P S I

Diajukan Oleh: ELISABET TURNIP

100901093

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(2)

ABSTRACT

This thesis is yield research to fill one of the last task as faculty prerequirement. This thesis about “Social Interction Between Local Society and Tourist Who Come To Visit To Tuktuk Siadong, Simanindo Samosir”. Tourism is one of the readiest thing to survive when nation getting collapse. Indonesia is big country that has many good cultures and natural sources as well. Samosir is one of the tourism region in Indonesia that placed in North Sumatra excatly. Samosir surrounded by Lake Toba which is outstand and as the third larger of lake in this world. The successful of tourism region not only depen to natural resource but also to human resource further to culture. The identical of Samosir culture is Batak that has many roles in there. Anakni Raja and Boruni Raja Culture is fame in Batak. It has been as base of social interaction way to show how honor them to act something. This culture could be as cultural gab, because as tourism region have to be serve to all guest. Between both of basic are different, Batak culture and tourism region supposed to be.

The aims of research is to know how and what society think abouth

Anakni Raja and Boruni Raja supposed to be. In the other hand writer want to know how is social interact is happened there as different culture belong to Western as guest and Eastern as host.

The research methhod is descriftive with qualitativeapproach, to get some data was doing by interview some informans in Tuktuk, study literature.

The data finding shows no cultural gab there and all social interactions going well. Anakni Raja and Boruni Raja custom isn’t a big deal to social interaction among societies indeed tourist. The customs as Anakni Raja and

Boruni Raja would be as a server connected that all Anakni Raja and Boruni Raja must have nice attitudeas Dalihan Natolu(genetic relationship system) expected,further tourist as guest gonna be king as well that need service. The data also shows most of local society in there have been copyed western principle belong to honest and functual, but it doesn’t mean they are leaving Batak culture itself. They have realized that they must be adapted theirselve to their environtment as tourism by hold tolerant and no argue with western culture as far as it still save to them.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Yang Maha Kuasa dan Santa Perawan Maria Bunda Yesus yang tidak bernoda, atas berkat dan pertolongan-Nya yang melimpah dan doa Bunda Maria yang selalu setia menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul: “ Interaksi dan Hambatan Budaya Antara Masyarakat Lokal dan Turis Asing Yang Berkunjung ke Tuktuk Siadong Kec Simanindo Kab Samosir”.Dalam penulisan skripsi ini penulis menghadapi banyak hambatan baik secara external maupun internal. Namun, karena Kasih dan Berkat Tuhan Yesus serta Doa Bunda Maria penulis mendapat hikmah, kesabaran dan kekuatan dalam penulisan skripsi ini. Penulis meyakini segala usaha tidak ada yang sia-sia dan Tuhan Yesus selalu memberkati orang yang berusaha dan berdoa.

Kesuksesan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan orang-orang yang mencintai penulis. Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dalam proses penulisan skripsi ini dan dalam proses penelitian lapangan. Penulis banyak memperoleh dukungan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Skripsi ini dipersembahkan kepada orang yang paling berarti dalam hidup penulis yaitu kepada orang tua penulis Saragi Tua Turnip, Lorka Malau, Nurintan Malau juga kepada ke-5 saudara penulis yaitu Erida Turnip, Martunas Turnip, Erlina Turnip, Marbulung Turnip dan Harapan Turnip. Penulis menyampaikan terimakasih atas doa dan dukungannya.

(4)

penyelesaian skripsi ini tidak sempurna. Oleh karena itu dengan kerendahan hati izinkan penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi 3. BapakDrsMubaSimanihuruk, selakusekretarisdepartemenSosiologi

4. Ibu Dra Ria Manurung, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah banyak membantu penulis dalam membimbing, memberikan waktu, memberikan gagasan pemikiran, tenaga, saran dan kritik serta mengevaluasi skripsi ini berjalan dengan baik. Suatu kehormatan bisa dibimbing oleh ibu Ria.

5. Bapak Prof. Rizabuana Ismail, M.Phil, Ph.D selaku dosen wali penulis yang memberikan motivasi dalam bersaing di dunia globalisasi. Terimakasih untuk saran yang bapak berikan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.

6. Dosen penguji...

7. Seluruh staf pengajar dan administrasi FISIP-USU, khususnya kepada departemen Sosiologi saya sampaikan terimakasih.

8. Opungku M.Sidauruk, Inang Tua Op Naomi Turnip/ br Nainggolan, Ka Kris Turnip, Bang Edwin Ph Ma Turnip dan Tulang dan Tante ku dari keluarga Malau.

(5)

10. Sahabat-sahabat yang menemaniku dalam suka dan duka Denni W Sidauruk, Ricky Malber Sihaloho, Teti Bethesda Sagala, Erlinda Sinaga, Wirma Yuni Sidauruk. Big hug for you guys, sometimes i think if i could turn back time or hold it not go on, i will. Can’t imagine if we live far

away, but life must go on. I do believe even our body get far away our

soul still hug each other.Felix Simangunsong, event we getting closer just

few months recent i had counted you . Teti i’ll wait you in America,

and wait me in German. Amen

11. Kakak-kakak yang menyemangatiku dalam perjalanan hidupku, Ka Boima Rayalti Turnip, Ka Mely Sihaloho. Terimakasih sudah berbagi pengalaman masa perjuangan kuliah kalian.

12. LCE family terimakasih banyak buat para staf, bang Sastra, bang Van, semua yang udah jadi ojek race ku , juga pada semua teman yang ga bisa ku sebut satu persatu.

13. Seniorku ka Goren, ka Bertha, Ka Sabet, ka Noni, bang Corry, juga buat junior.

14. Frans Kristanto, Andre Manikthanks being good friend.

15. American Friends, Jeff, Ka Donna, Ka Marian, Ka Jan and all friends from Jhonson university, Tennessee University, Sanford University.

(6)

Semoga Tuhan Yesus memberikan rahmat pertolongan, kasih karunia dan kesehatan kepada semua pihak yang mambantu.

Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, segala masukan yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak yang membaca. Semoga dengan penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan kabupaten Samosir menjadi kabupaten daerah tujuan wisata yang inovatif. Terimaksih.

Medan, Juni 2014 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

... Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . ... 1

1.2 Rumusan Masalah . ... 17

1.3 Tujuan Penelitian ... 18

1.4 Manfaat Penelitian ... 19

1.5 Defenisi Konsep . ... 19

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Adaptasi ... 21

2.2 Masyarakat ... 22

2.3 Interaksi Sosial ... 24

2.4 Budaya ... 26

2.5 Hambatan Budaya ... 27

2.5.1 Budaya Batak Toba (Anakni Raja dan Boruni Raja) ... 29

2.5.2 Budaya Barat (Turis Asing) ... 30

2.5.3 Posisi Budaya Terhadap Perilaku (Hambatan Budaya) ... 33

2.5.4 Mengatasi Hambatan Budaya ... 34

2.6 Penelitian Terdahulu ... 34

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Lokasi Penelitian ... 37

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 38

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 39

(8)

3.6 Jadwal Pelaksanaan ... 41

3.7 Keterbatasan Peneliti ... 42

BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Samosir ... 43

4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Simanindo ... 47

4.1.3 Gambaran Umum Tuktuk Siadong ... 48

4.1.4 Gambaran Umum Usaha yang Dilakukan Pemerintah Dalam Menjadikan Samosir Sebagai Daerah Pariwisata ... 57

4.2 Gambaran Masyarakat Lokal Secara Umum ... 58

4.2.1 Interaksi Sosial ... 58

4.2.2 Kehidupan Masyarakat Tuktuk Siadong ... 61

4.2.3 Kegiatan Sehari-Hari Masyarakat Tuktuk Siadong ... 63

4.2.4 Budaya Lokal Masyarakat Tuktuk Siadong ... 65

4.2.5 Marga Di Tuktuk Siadong ... 69

4.3 Gambaran Cross Culture (Lintas Budaya) Antara Masyarakat Lokal dan Turis Asing di Tuktuk Siadong ... 70

4.4 Gambaran Turis Asing Yang Berkunjung ke Tuktuk Siadong ... 73

4.4.1 Perilaku Turis Asing ... 76

4.5 Profile Informan ... 78

4.6 Posisi Budaya Terhadap Perilaku ... 87

4.7 Hambatan Budaya di Tuktuk Siadong ... 88

4.8 Mengatasi Hambatan Budaya ... 91

4.9 Interaksi Antara Masyarakat Lokal dengan Turis Asing ... 94

4.10 Makna Anakni Raja dan Boruni Raja Bagi Masyarakat Batak ... 99

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpilan ... 102

5.2 Saran ... 103 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jumlah Kedatangan Turis ke Bali ...10

Tabel 1.2 Daftar Kedatangan Turis Asing ke Daerah Pariwisata Danau Toba ... 12

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 41

Tabel 4.1 Daftar Kecamatan di Kabupaten Samosir ... 45

Tabel 4.2 Daftar Daerah Tujuan Wisata Di Kabupaten Samosir ... 45

Tabel 4.3 Data Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik ... 46

Tabel 4.4 Data Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ... 47

Tabel 4.5 Daftar Desa di Kecamatan Simanindo ... 48

Tabel 4.6 Struktur Organisasi Kepengurusan Tuktuk Siadong ... 49

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 4.8 Jumlah penduduk berdasarkan aAgama ... 50

Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 51

Tabel 4.10 Jumlah penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ... 52

Tabel 4. 11 Jumlah Transportasi ... 53

Tabel 4.12 Daftar Hotel di Tuktuk Siadong ... 54

Taabel 4.13 Daftar Guest House di Tuktuk Siadong ... 55

Tabel 4.14 Daftar Restoran di Tuktuk Siadong ... 56

(10)

ABSTRACT

This thesis is yield research to fill one of the last task as faculty prerequirement. This thesis about “Social Interction Between Local Society and Tourist Who Come To Visit To Tuktuk Siadong, Simanindo Samosir”. Tourism is one of the readiest thing to survive when nation getting collapse. Indonesia is big country that has many good cultures and natural sources as well. Samosir is one of the tourism region in Indonesia that placed in North Sumatra excatly. Samosir surrounded by Lake Toba which is outstand and as the third larger of lake in this world. The successful of tourism region not only depen to natural resource but also to human resource further to culture. The identical of Samosir culture is Batak that has many roles in there. Anakni Raja and Boruni Raja Culture is fame in Batak. It has been as base of social interaction way to show how honor them to act something. This culture could be as cultural gab, because as tourism region have to be serve to all guest. Between both of basic are different, Batak culture and tourism region supposed to be.

The aims of research is to know how and what society think abouth

Anakni Raja and Boruni Raja supposed to be. In the other hand writer want to know how is social interact is happened there as different culture belong to Western as guest and Eastern as host.

The research methhod is descriftive with qualitativeapproach, to get some data was doing by interview some informans in Tuktuk, study literature.

The data finding shows no cultural gab there and all social interactions going well. Anakni Raja and Boruni Raja custom isn’t a big deal to social interaction among societies indeed tourist. The customs as Anakni Raja and

Boruni Raja would be as a server connected that all Anakni Raja and Boruni Raja must have nice attitudeas Dalihan Natolu(genetic relationship system) expected,further tourist as guest gonna be king as well that need service. The data also shows most of local society in there have been copyed western principle belong to honest and functual, but it doesn’t mean they are leaving Batak culture itself. They have realized that they must be adapted theirselve to their environtment as tourism by hold tolerant and no argue with western culture as far as it still save to them.

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Undang-undang RI tentang kepariwisataan No. 10 Tahun 2009 yaitu salah satu tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk tujuan bersenang-senang dalam mengisi waktu luangnya. Kegiatan tersebut dilaksanakan di daerah yang berbeda dari tempat tinggalnya dalam jangka waktu yang singkat, Hunziger (2010). Keberadaan pariwisata terutama pertambahan jumlah wisatawan yang semakin tinggi dapat mengakibatkan perubahan sosial yang memperlihatkan koordinat sepanjang interaksi sosial terjadi. Perubahan sosial tersebut dilihat dari perkembangan sosial ekonomi masyarakat, perbaikan taraf hidup dan seluruh pertumbuhan sosial budaya yang melahirkan persepsi kesejahteraan sosial. Tidak menutup kemungkinan bahwa hanya segelintir orang dalam anggota masyarakat yang memperoleh keuntungan besar akibat dari industri pariwisata tersebut. Sementara, sebagian besar masyarakat tidak mengalami peningkatan kesejahteraan hidup dari penghasilan industri pariwisata (Murphy, 2001: 76).

(12)

banyak promosi masyarakat modern yang terlibat dalam kegiatan pariwisata sehingga pariwisata menjadi wahana sosialisasi yang baru, (2) tumbuhnya sikap masyarakat untuk melindungi dan memberikan pelayanan kepada para turis minimal dengan mengucapkan selamat dan memberi senyuman, (3) keterbukaan masyarakat dalam promosi daerah melalui pelayanan dibidang jasa baik yang bekerja di hotel, restoran ataupun pedagang kaki lima (Paham Ginting, 2005).

Bali adalah salah satu daerah tujuan wisata terbesar di Indonesia. Banyak wisatawan asing yang menganggap bahwa Indonesia merupakan bagian dari Bali. Hal ini dikarenakan pulau Bali telah sangat popular dimata asing. Selain faktor alam yang mendukung, sebagian besar dipengaruhi oleh budaya dan karakter masyarakat Bali yang telah terbuka dengan berbagai budaya berbeda. Kunjungan wisatawan asing di Bali mengalami peningkatan yang sangat tinggi dibandingkan dengan daerah tujuan wisata di Samosir (Danau Toba). Jumlah kunjungan wisata Bali tiap tahunnya mencapai ratusan ribu. Data kunjungan wisatawan asing Bali pada lima tahun terakhir dapat dilihat dalam table berikut ini:

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Bali

NO. NATIONALITY 2009 2010 2011 2012 2013

I

TOTAL

AFRICA 11.324 12.973 14.865 18.964 14.389

II AMERICA

1 American 74.010 72.145 90.154 94.610 105.863

2 Argentinian 1.416 1.658 2.586 2.744 2.911

3 Brazilian 6.203 6.429 8.365 8.942 9.379

4 Canadian 22.906 24.362 30.443 29.410 33.508

5 Mexican 1.976 2.435 2.828 2.944 3.543

6 Others America 3.217 6.065 5.075 6.945 7.683

TOTAL 109.728 113.094 139.451 145.595 162.887

III EUROPE

1 Austrian 11.228 10.608 10.962 16.427 14.207

2 Belgian 13.543 11.765 12.390 12.865 15.690

(13)

4 Luxemburg 401 722 501 500 816

5 Danish 13.594 11.098 13.205 12.167 12.923

6 British 92.898 104.375 107.975 115.429 122.406

7 Italian 19.446 20.220 20.925 20.609 29.106

8 German 74.678 84.207 84.071 85.331 100.663

9 Norwegian 8.098 8.716 10.468 8.863 10.176

10 Swedish 13.954 16.002 17.246 16.404 16.997

11 Finnish 6.341 6.713 7.720 8.064 8.180

12 France 110.244 106.113 111.542 105.417 125.247

13 Spainish 18.101 20.466 19.274 16.405 20.200

14 Portuguese 8.782 8.804 10.654 9.643 12.390

15 Swiss 25.025 21.422 23.650 19.581 25.614

16 Russian 58.974 65.117 75.636 77.869 79.337

17 Others Europe 40.331 42.114 48.264 52.610 53.513

TOTAL 590.047 613.774 644.156 640.269 719.806

Salah satu daerah tujuan wisata yang cukup dikenal di provinsi Sumatera Utara adalah Danau Toba. Danau Toba merupakan daerah yang memiliki luas danau terluas di Asia Tenggara dan danau vulkanik terbesar dunia (Suwarto Widojo, 2006). Danau Toba terletak di provinsi Sumatera Utara dan ditengahnya terdapat Pulau Samosir. Pemerintah dan masyarakat cukup aktif dalam mempromosikan potensi pariwisata Danau Toba dengan melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah pelaksanaan Pesta Danau Toba sejak tahun 1980 yang pelaksanaanya mengikutsertakan seluruh kabupaten disekitar Danau Toba.

(14)

dengan kesiapan mental masyarakat Bali yang telah siap menerima budaya berbeda. Berikut adalah tabel jumlah kunjungan wisatawan asing ke Danau Toba.

Tabel 1.2. Jumlah Kedatangan Turis Asing Ke Daerah Pariwisata Danau Toba

No Bulan TAHUN KUNJUNGAN WISATAWAN ASING

2009 2010 2011 2012 2013

1 Jan 2.005 1.829 774 1.328 1.819

2 Feb 1.325 1.691 2.795 1.468 1.955

3 Mar 2.018 1.053 1.535 2.050 2.574

4 Apr 1.642 2.075 1.567 2.044 1.947

5 Mei 2.323 2.388 1.643 3.315 2.685

6 Jun 913 2.462 1.354 2.231 1.866

7 Jul 3.648 1.906 3.081 1.926 2.053

8 Agus 1.826 1.882 1.928 2.249 1.933

9 Spt 2.218 2.113 2.197 1.849 2.115

10 Ok 1.564 1.662 1.902 2.807 2.112

11 Nov 723 931 1.888 1.761 2.031

12 Des 2.002 921 1.958 2.269 2.572

JUMLAH 22.207 20.913 22.622 25.297 25.662

Sumber : Dinas Pariwisata Samosir 2014

(15)

Kehadiran industri pariwisata ditempat yang memiliki potensi alam dan potensi budaya yang unik, tidak hanya mempengaruhi kualitas interaksi sosialnya, tetapi perilaku masyarakat setempat juga akan berubah dalam bersaing untuk merebut tempat dan sumberdaya yang terbatas. Hal ini iakibatkan oleh kehadiran fasilitas-fasilitas pariwisata. Dampak yang paling sering disebutkan adalah masalah kepadatan akibat usaha-usaha pembangunan fasilitas yang disediakan untuk wisatawan seperti pembangunan hotel, restaurant dan jejeran toko lainnya (Noerhadi, 1995: 99).

Wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata antara lain didorong oleh keinginan untuk mengenal, mengetahui, atau mempelajari daerah dan kebudayaan masyarakat lokal. Selama berada di daerah tujuan wisata, wisatawan pasti berinteraksi dengan masyarakat lokal. Wisatawan tidak hanya dilayani secara langsung oleh pelayan hotel, karyawan restoran, pemandu wisata, melainkan mereka juga dilayani secara langsung oleh masyarakat secara luas. Interaksi dengan masyarakat luas ini semakin intensif apabila jenis pariwisata yang dikembangkan adalah pariwisata budaya, karena kebudayaan melekat kepada kehidupan masyarakat sehari-hari.

(16)

pariwisata menuntut masyarakat untuk bersifat melayani terhadap turis yang berkunjung, sehingga terjalin interaksi yang baik demi meningkatkan pendapatan daerah tujuan wisata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bentuk interaksi yang terjalin antara masyarakat lokal dan turis berkunjung adalah interaksi simbiosis mutualisme yaitu hubungan antara masyarakat lokal dan turis berkunjung saling menguntungkan.

Pendekatan host guest dipandang tidak hanya sebagai usaha yang dilakukan untuk menarik wisatawan demi peningkatan devisa daerah, tetapi juga menimbulkan akulturasi. Masyarakat mengalami proses menjadikan pariwisata sebagai bagian dari kebudayaannya atau sering disebut sebagai “turisifikasi”. Masuknya budaya baru terhadap suatu daerah lambat laun akan merubah suatu budaya lama, maka dampak globalisasi sangat dominan terhadap masyarakat. Faktor globalisasi tersebut mempengaruhi perubahan sosial dan besar kontribusinya diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan pariwisata yang dilakukan disetiap daerah tujuan wisata (Posman Simajuntak, 2003: 179).

(17)

Banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam membangkitkan pariwisata seperti, pelaksanaan Pesta Danau Toba, Samosir Ecotourism Sport, Pembukaan Lokasi Volly Pantai (Pasir Putih), Horas Samosir Fiesta, Pergelaran malam kebudayaan di PRSU Medan. Namun, pada kenyataanya usaha-usaha yang telah dilakuakan tersebut tidak berjalan secara maksimal. Hal ini terbukti dengan peningkatan perekonomian masyarakat daerah yang tidak maju pesat. Bukti lain juga yang menunjukkan usaha tersebut belum berjalan maksimal adalah pada saat pelaksanaan Pesta Danau Toba masih lebih banyak masyarakat lokal yang berkunjung dibanding dengan turis asing. Kesadaran masyarakat akan daerah pariwisata belum terimplementasikan sebagaimana yang diharapkan pemerintahan kabupaten Samosir dengan visi “Samosir Menjadi Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif 2015” (J.P Sitanggang, 2006 :35 dan Batak Megazine, 2012).

(18)

Gambaran kehidupan masyarakat Samosir masih bersifat tradisional yaitu, menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan. Kebudayaan Batak terkenal dengan konsep “Anakni Raja” dan “Boruni Raja” yang berarti ada posisi-posisi yang membatasi bagaimana seharusnya bersikap. Dalam Budaya Batak posisi Anakni Raja dan Boruni Raja adalah orang yang dilayani, sehingga ada yang berperan sebagai pelayan (slave). Bukti yang menunjukkan adanya perbedaan posisi antara yang dilayani dan yang melayani yaitu pada acara pesta pernikahan orang Batak acara Tikkir Tangga yang berarti pihak mempelai laki-laki harus datang memastikan berapa jumlah anak tangga rumah mempelai perempuan. Jumlah anak tangga rumah yang genap menunjukkan mereka bukan Anakni Raja dan Boruni Raja karena asal muasal mereka tidak jelas. Namun, disebutkan semua Perempuan Batak adalah Boruni Raja, apabila mereka mampu menjelaskan siapa dan marga apa saja Opung (nenek moyang) mereka, atau secara singkat diselaraskan berdasarkan marga ( nama family) (J.P Sitanggang, 2010 : 6).

(19)

masyarakat yang bersifat melayani dengan baik. Hasil observasi dan wawancara K. Sidabariba pada 10/08/14. 16:25).

Posisi seluruh masyarakat yang berada di daerah pariwisata seharusnya adalah sebagai pelayan yang harus bersifat ramah, terbuka dan toleransi terhadap budaya-budaya berbeda wisatawan. Menurut pendapat Ahmad Ali, (2005: 105) orang yang dilayani adalah orang yang memiliki kekuasaan dan berhak untuk memerintah, hal ini bisa mengakibatkan konflik. Oleh karena itu, Danau Toba yang dijadikan sebagai daerah tujuan wisata harus memiliki cara untuk memadukan antara dua hal yang berbeda tersebut yaitu antara konsep pariwisata (melayani) dan konsep Budaya Batak (dilayani).

Dari pemaparan diatas, dapat kita lihat bahwa nilai budaya dapat menghambat interaksi antara masyarakat lokal dan turis yang berkunjung. Turis dan masyarakat lokal memiliki budaya yang berbeda, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti interaksi antara turis dan masyarakat lokal serta peneliti ingin mengetahui hambatan-hambatan budaya yang mempengaruhi penurunan angka kunjungan wisatawan ke daerah Tuktuk Siadong Samosir, kecamatan Simanindo, kabupaten Samosir. Ditambah lagi bahwa dalam budaya Batak Toba, dengan konsep Anakni Raja dan Boruni Raja membuat partisipasi mereka masih sangat minim dalam hal meningkatkan pariwisata di daerah Tuktuk Siadong.

1.2 Rumusan Masalah

(20)

daging dalam Budaya Batak. Maka, rencana penelitian ini akan meneliti tentang bentuk interaksi dan hambatan budaya antara masyarakat lokal dan turis asing yang berkunjung. Penelitian ini akan menarik karena merupakan penelitian pertama yang akan dilakukan. Adapun penelitian terdahulu hanya memperhatikan kepada usaha bisnis dalam meningkatkan ekonomi. Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian. Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, supaya penelitian ini lebih mengarah pada fokus yaitu:

1. Bagaimanakah interaksi yang terjalin antara masyarakat lokal dengan turis asing yang berkunjung ke Tuktuk Siadong Kec Simanindo, Kabupaten Samosir ?

2. Apakah budaya Anakni Raja dan Boru Raja menjadi suatu hambatan budaya dalam proses interaksi masyarakat dan turis asing di Tuktuk Siadong Kec Simanindo, Kab Samosir ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana interaksi yang terjalin antara masyarakat lokal dengan turis asing berkunjung ke Tuktuk Siadong Kec Simanindo, Kabupaten Samosir.

(21)

1.4 Manfaat penelitian. 1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan sosial, yaitu pada bidang ilmu Sosiologi.

2. Menambah referensi hasil penelitian yang dapat dijadikan bahan rujukan bagi penelitian mahasiswa Sosiologi berikutnya, serta dapat menambah wawasan ilmiah bagi mahasiswa ilmu sosial dan bagi masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis agar dapat meningkatkan kemampuan akademis, terutama dalam pembuatan karya ilmiah tentang Interaksi dan Hambatan Budaya Antara Masyarakat Lokal dan Turis Asing Berkujung ke Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.

2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi instansi pemerintah, mengenai informasi tentang Interaksi dan Hambatan Budaya antara Masyarakat Lokal dan Turis Asing Yang Berkunjung ke Daerah Tujuan Wisata Tuktuk Siadong Kec Simanindo, Kabupaten Samosir.

1.5 Defenisi Konsep

Penelitian mengenai Interaksi dan Hambatan Budaya Antara Masyarakat Lokal dan Turis Asing Yang Berkunjung Ke Tuktuk Siadong Kec Simanindo Kab Samosir bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendapat masyarakat lokal dan turis dalam bentuk interaksi dan hambatan budaya yang terjadi di daerah Tuktuk. Adapun yang menjadi defenisi konsep penelitian ini adalah:

(22)

2. Masyarakat Batak Toba (lokal) adalah masyarakat yang mengambil garis keturunan (marga) dari ayah (patrilineal).

3. Boruni Raja dan Anakni Raja adalah konsep priyai yang telah mendarah daging dalam masyarakat Batak Toba yang mengajarkan para perempuan dan laki-laki Batak Toba untuk berperilaku layaknya seorang putra/putri raja, baik dari cara berbicara, cara berpakaian, cara berjalan.

4. Interaksi sosial adalah proses sosial yang berarti suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam berkomunikasi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Adaptasi

Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan. Penyesuaian berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan pribadi Gerungan (1991: 55). Adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan hidup. Salah satu dari syarat tersebut adalah syarat sosial dimana manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keteraturan untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaan Suparlan (1993: 2).

Beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial Soerjono Sukanto (2000: 34) yaitu:

1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan

2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan 3. Proses perubahan untuk penyesuaian dengan situasi yang berubah 4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan

5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem

6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah. Merton mengindentifikasikan lima bentuk-bentuk adaptasi yaitu:

1. Konformitas, perilaku mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan yang diharapkannya.

(24)

3. Ritualisme, melaksanakan ritual-ritual budaya tapi maknanya telah hilang. 4. Pengunduran/ pengasingan diri, meninggalkan cara hidup yang buruk baik

dengan cara konvensional maupun pencapaiannya yang konvensional. 5. Pemberontakan, penarikan diri dari tujuan konvensional yang disertai

dengan upaya melambangkan tujuan atau cara baru, seperti cara reformator agama.

Daerah pariwisata mengalami kemajuan apabila menitikberatkan pada indikator adaptasi pariwisata berkelanjutan berupa:

1. Pengembangan kegiatan dan manfaat sebagai upaya pemberdayaan dalam masyarakat akan sadar wisata

2. Masyarakat menciptakan citra positif wilayah 3. Masyarakat mengadakan gotong royong bersama

4. Ada kegiatan pariwisata, pertanian, peternakan sebagai sumber penghasilan daerah untuk kesejahteraan masyarakat.

5. Ada usaha pengurangan kemiskinan dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang layak

22.00 WIB )

2.2 Masyarakat

Masyarakat dilihat sebagai kekuatan impersonal yang mempengaruhi, mengekang, dan juga mempengaruhi tingkah laku anggota-anggotanya. Defenisi masyarakat menurut Horton dan Hun, (1982: 47) adalah “a relatively independents, self-perpetuating human group who accupy territory, share, and

(25)

secara mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat bukanlah suatu penjumlahan individu semata melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka sehingga menampilkan realita tertentu yang mempunyai ciri-cirinya tersendiri, David (2003: 5).

Ciri-ciri masyarakat menurut Horton dan Hant terdiri dari lima yaitu: 1. Kelompok manusia

2. Sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal 3. Menempati suatu kawasan

4. Memiliki kebudayaan

5. Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan

Masyarakat lokal atau Community adalah “adaptasi sub-group many of the cahracteristic of society, but on adaptasi smaller scale, and with less extensiv,

adaptasi territorial area and coordinate common interest”. Dalam pengertian ini menyatakan bahwa masyarakat lokal adalah bagian kelompok dari masyarakat dalam lingkup yang lebih kecil serta mereka lebih terikat oleh tempat, Fairchild (1980) dalam Elly, (2009: 85). Masyarakat lokal juga diartikan sebagai kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial dengan dua dasar yaitu lokalitas dan perasaan, Elly (2009: 86)

(26)

pada warganya, Wahatnala (2013: 2). Dalam ilmu Sosiologi ada dua macam masyarakat yaitu masyarakat paguyuban, ada hubungan antar pribadi yang menimbulkan suatu ikatan batin. Masyarakat patembayan, masyarakat yang terdapat hubungan pamrih antar anggot-anggotanya. Ada tiga unsur-unsur dalam masyarakat:

1. Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak

2. Ada aturan dan undang-undang yang mengatur masyarakat untuk menuju kepentingan bersama

3. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu. 2.3 Interaksi Sosial

Manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam kehidupan untuk menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Interaksi sosial adalah proses sosial yang berarti suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam berkomunikasi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial Elly, (2009: 91). Interksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena itu tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama, Kimbal Young dan Raymond dalam (Soekanto, 1982: 58). Secara sosiologis menyatakan bahwa interaksi manusia akan menghasilkan produk-produk berupa nilai, norma, serta kebiasaan-kebiasan yang dianaut oleh kelompok atau masyarakat tersebut.

(27)

sekelompok sifat, namun merupakan sekelompok aktor yang dinamis dan berubah dan tidak pernah selesai terbetuk sepenuhnya. Mayarakat bukanlah suatu yang statis yang selalu mempengaruhi dan membentuk diri kita, namun pada hakekatnya merupakan sebuah proses interaksi. Adapun ciri-ciri interaksi sosial adalah:

1. Jumlah pelakunya lebih dari seorang, biasanya dua atau lebih 2. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan

simbol-simbol

3. Ada suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, masa kini, dan akan datang, yang menentukan sikap dari aksi yang sedang berlangsung

4. Adanya tujuan tertentu.

Dalam proses sosial, dapat dikatakan terjadi interaksi sosial apabila telah memenuhi sebagai aspek kehidupan bersama yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.

(28)

2. Adanya komunikasi, seseorang memberikan penafsiran kepada perlakuan atau dengan kata lain manusia dapat membayangkan dirinya secara sadar dalam perilakunya dari sudut pandang orang lain, Soekanto (2002). Komunikasi menuntut adanya pemahaman makna atas suatu pesan dan tujuan bersama antara masing-masing pihak.

Menurut Sitorus (2000) berlangsungnya suatu interaksi dapat didasarkan pada berbagai faktor antara lain imitasi, suggesti, identifikasi dan simpati. Identipikasi dan simpati memiliki kemiripan yaitu adanya kecenderungan menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Secara mendasar ada empat macam bentuk interaksi sosial yang ada dalam masyarakat yaitu:

1. Kerja sama (coorporation)

2. Persaingan (competition)

3. Akomodasi dan penyesuaian diri (accomodation)

4. Pertentangan atau pertiakaian (conflict).

2.4 Budaya

(29)

Substansi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala ide dan gagasan manusia yang bermunculan dalam masyarakat baik dalam bentuk sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan. Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan digolongkan dalam tiga wujud yaitu:

1. Kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan.

2. Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. 2.5 Hambatan Budaya

Hambatan budaya adalah suatu budaya yang berkaitan dengan persepsi atau sudut pandang antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Hambatan budaya juga diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Sikap tradisionalisme, kehidupan masyarakat tergantung kepada alam. Kehul H Landis mengatakan kebudayaan tradisional akan tercipta apabila masyarakat sangat tergantung kepada pertanian, tingkat tehnologi rendah dan produksinya hanya memenuhi pada kebutuhan keluarga. Ciri-ciri sikap tradisional, Raharjo (2004: 66) yaitu:

a.Mengembangkan adaptasi yang kuat terhadap lingkungannya,

b. Rendahnya tingkat inovasi masyarakatnya,

c.Cenderung menganggap segala sesuatu sebagai kesatuan (tingginya kekeluargaan),

d. Pola hidup yang lamban, karena terggantung kepada alam,

(30)

g. Tidak mengindahkan segi ornamen dan keindahan-keindahan seni,

h. Standart moral yang kaku di dalam masyarakat.

2. Etnosentrisme, sikap mengagung-agungkan budaya suku bangsa sendiri dan menganggap rendah budaya lain yang dapat mengakibatkan konflik SARA (Setiadi, 2006: 33). Kebiasaan setiap kelompok untuk menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik juga menolak kebudayaan lain yang masuk kedaerahnya. Orang etnosentris cenderung kurang terpelajar, kurang bergaul, dan memeluk agama yang fanatik.

3. Penstreotipean yang menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi. Beberapa penyebab stereotipe menurut Baron dan Paulus yaitu:

a. Kekurangan informasi mengenai mereka, dengan cenderung menyamaratakan dan menganggap mereka homogen.

b. Kecenderungan melakukan kognitif sedikit mungkin dalam berpihak dengan orang lain.

4. Rasialisme, suatu penekanan pada ras atau menitikberatkan pertimbangan rasial. Rasialisme atau sering disebut dengan rasisme yang dapat menghambat keefektifan komunikasi antar budaya antar ras yang berbeda. Gerakan rasisme umumnya merujuk kepada sifat individu, selain itu juga merujuk kepada gerakan sosial politik dengan melambangkan supermasi ras. Fokus para rasisme adalah pada kebanggaan ras, identitas politik, atau segregasi sosial.

5. Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, yang sering disalahgunakan oleh manusia. Contoh pembuatan nuklir mengakibatkan kehancuran manusia akibat penyalahgunaan fungsi.

(31)

perhatian dalam melihat interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal. Reisinger (1997: 131) menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:

Culural differences, together with asymmetry of the frequent and transitory tourist-host contact, are the most important factors which influence interaction difficulties between tourist and host (Pearce, 1982b; Sutton, 1967). Therefore, understanding of croos culture tourist-host contact and the influence of the culture background of tourist and host is the key featur for identification of the culture potential for taourist-host interaction and the effect this interaction on the overall tourist holiday satisfaction”. (Artinya): Perbedaan budaya bersamaan dengan frekuensi kontak dan transitori turis dan masyarakat lokal adalah faktor yang paling penting dan mempengaruhi kesulitan interaksi antara tamu dan masyarakat lokal (Pearce, 1982b; Sutton, 1967). Oleh karena itu, pemahaman kontak budaya berbeda dan pengaruh latar belakang budaya turis dan masyarakat adalah kunci utama untuk identifikasi potensi interaksi budaya turis dan masyarakat lokal dan mempengaruhi kepuasan liburan turis. 2.5.1 Budaya Batak Toba (Anakni Raja dan Boruni Raja)

Status sosial dalam masyarakat Batak ada dibuat penamaan sebagai Halak Batak (Orang Batak). Penamaan untuk orang Batak tersebut kurang tepat, melainkan lebih kepada Bangso Batak (Bangsa Batak). Budaya Batak Sangat tinggi disamping bahasa ada tulisan, pembagian waktu, penamaan hari, bulan, mata angin, ulos, ukiran dan alat musik lainnya. Pada orang Batak akan tetap mengamalkan ajaran adat-istiadat Batak walaupun dia memeluk agama Kristen. Dalam hal ini, kebudayaannya sebagai Batak akan lebih kuat dibandingkan dengan kekristennannya. Seorang yang tidak beragama di Budaya Batak tidak dianggap sesuatu hal yang sangat parah, tetapi apabila seseorang disebut naso maradat (tidak ada adat) maka seseorang tersebut layaknya tidak lagi menjadi anggota masyarakat, Jhon Peter (2009: 16).

Dalam kebudayaan Batak semua orang Batak disebut sebagai Raja, apakah

(32)

sebagainya. Diamati dari hal yang membedakan status orang Batak apakah dapat disebut sebagai Raja Batak atau tidak yaitu, dengan melihat jumlah tangga pada rumahnya (umumnya menggunakan Rumah Bolon). Jumlah anak tangga menentukan status sosialnya, apabila jumlah tangga genap maka asal muasalnya tidak jelas dan tidak pantas untuk disebut sebagai raja.

Marga adalah nama family yang diambil dari garis keturunan ayah (patrilineal), marga juga sebagai suatu penyelaras status sosial masyarakat. Oleh karena itu, mengapa semua perempuan Batak dan laki-laki Batak disebut sebagai Boruni Raja dan Anakni Raja karena saat pelaksanaan pesta pernikahan ada acara menyusul setelah acara adat yaitu Tikkir Tangga yang bertujuan untuk melihat lebih lanjut berapa jumlah anak tangga keluarga mempelai perempuan. Jumlah anak tangga apabila genap tetap mempelai perempuan disebut sebagai Boruni Raja, karena ada satu yang menyelaraskannya yaitu dari segi nama keluarga (Marga) dan dengan memahami asal-usul marga nenek moyangnya, maka layaklah disebut Anakni Raja dan Boruni Raja,Jhon Peter (2010: 6).

2.5.2 Budaya Barat (Turis Asing)

(33)

Budaya konsumen dicirikan dengan peningkatan gaya hidup (lifestyle)

bermakna individualitas, pernyataan diri dan kesadaran diri. Fashion adalah suatu aksi yang dirangsang oleh industri konsumen Chaney, (2004: 99). Cara berpakaian bagi kebudayaan Barat tidak tergantung kepada penilaian orang lain terhadap cocok tidaknya pakaian yang dipakai seseorang, tetapi lebih kepada apakah seseorang itu nyaman dengan apa yang dipakainya. Keberadaan budaya

nigh club, konser atau bersantai dirumah juga menentukan cara berpakaian mereka, Judith Schlehe (2006)

Bersepeda adalah salah satu gaya hidup dalam kebudayaan Barat sekalipun mereka memiliki mobil. Bersepeda adalah hal yang umum digunakan terutama di pusat kota di Eropa. Alasan mereka memilih bersepeda adalah, untuk kesehatan, mengurangi kemacetan, bersifat ekonomis, mengurangi pemakaian kendaraan bermotor untuk kesadaran ramah lingkungan dan sepeda tidak terkait dengan status, Judith Schlehe (2006) ).

(34)

Komisi ahli statistik Liga Bangsa-Bangsa 1937 menyatakan turis asing atau sering disebut wisatawan asing adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara diluar dari negara asalnya dalam jangka waktu minimal 24 jam dan bukan untuk menetap tetapi tujuan bersenang-senang. Turis atau wisatan bahkan sering disebut dengan travelers merupakan orang yang melakukan perjalanan, Irawan (2010: 11). U.N Convention Concerning Costums Fasilities For Touring

menyatakan turis asing adalah setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan yang sah, selain untuk berimigrasi dan tinggal setidaknya selama 24 jam dan selama-lamanya enam bulan, Irawan (2010: 12). U.N Conference On Interest Travel And Tourism di Roma 1963 dalam Irawan (2010: 12) menggunakan istilah pengunjung atau visitors untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya dan biasa untuk keperluan apa saja, selain melakukan perjalanan yang digaji. Pengunjung dibagi menjadi dua kategori yaitu:

1. Wisatawan, pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya tinggal selama minimal 24 jam dengan tujuan untuk bersenang-senang, berlibur, kesehatan, belajar, keperluan agama, berbisnis, keluarga, utusan dan pertemuan.

2. Excurtion, pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang dikunjunginya tanpa bermalam.

Menurut Kasumarungin, (2009: 18) wisatawan dibagi menjadi empat menurut sifatnya, yaitu:

1. Modern idealis, wisatawan menaruh perhatiannya pada budaya dan explorasi alam

(35)

3. Tradisional idealis, menaruh minat pada sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai alam yang tidak bercampur dengan modernisasi

4. Tradisional materialis, berpandangan konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.

(http//:tourismeconomic.wordprss.com2012/10/29/wisata-pariwisata-wisatawan-kepariwisataan-unsur-unsur-pariwisata. Diakses 20 Januari 2013 20:03)

2.5.3 Posisi Budaya Terhadap Perilaku ( Hambatan Budaya)

Budaya yang dikembangkan akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari orang asing. Kebudayaan yang berlaku yang dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek lainnya. Berikut beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dengan perilaku, Elly dkk (2009: 38) yaitu:

1. Environtmental behaviour and process, bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial

2. Cultural social environtment, meliputi aspek kebudayaan serta proses sosialisasi

3. Environtmental orientation and representation, mengacu kepada kepercayaan dan kognitf masyarakat yang berbeda-beda mengenai budaya dan lingkungannya

(36)

2.5.4 Mengatasi Hambatan Budaya

Berikut adalah beberapa cara mengatasi hambatan budaya:

1. Social competen, kemampuan untuk membuat jejaring sosial dan pandai bergaul

2. Goverment socialization of tourism convesness, sosialisasi pemerintah akan sadar wisata

3. Openness to other way of thinking, keterbukaan untuk menerima pikiran yang berbeda

4. Cultural adaptation, kemampuan seseorang menerima budaya baru

5. Professional Excellence, mempunyai kemampuan yang handal dibidang tertentu

6. Language skill, kemampuan berbahasa asing

7. Ability to work in team, kemampuan bekerjasama dalam tim 8. Self reliance or independence, percaya diri dan mandiri 9. Mobility, berwawasan luas

10.Sensivity, Peka terhadap sesuatu yang baru.

(http//:harissupiandi.blogspot.com/2003/07/hambatan-dalam-komunikasi-antar-budaya.html?m=1. Diakses 24 Januari 2004)

2.6 Penelitian Terdahulu

Berikut adalah beberapa hasil penelitian terdahulu di beberapa daerah tujuan wisata yang telah dilaksanakan oleh para peneliti terdahulu. Penelitian ini sebagai acuan penelitian yang akan saya laksanakan.

(37)

Pariwisata Masyarakat di Tuktuk Siadong. Dengan kesimpulan penelitian adalah keberadaan industri pariwisata di Tuktuk Siadong berpengaruh terhadap perkembangan bisnis masyarakat. Usaha bisnis yang lebih maju adalah pada masyarakat yang menikah dengan turis asing dan membuka usaha bisnis di Tuktuk Siadonng.

2. Penelitian oleh Andre Causeu seorang Antropolog berkebangsaan asing pada tahun 2006 yang berjudul “Situs-Situs Interaksi Dalam Budaya Batak Toba di Samosir”. Kesimpulan hasil penelitiannya adalah turis asing merasa lebih mudah berinteraksi dengan masyarakat lokal walaupun terkadang sulit dalam pemahaman bahasa. Dalam memposisikan turis asing, masyarakat lokal mendapat kesulitan dikarenakan mereka tidak memiliki marga. Sebagian Masyarakat lokal menganggap turis berusia lebih dari 30 tahun dan masih lajang adalah seorang pastur atau missionaris agama.

(38)

4. Penelitian oleh Arya Sarah 2009 yang bersumber dari jurnal pariwisata Kabupaten Serang propinsi Banten yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal, Pantai Bandulu Kabupaten Serang Provinsi Banten”. Kesimpulan hasil penelitian adalah Masyarakat lokal merasakan dampak langsung dari keberadaan industri pariwisata, dengan peningkatan pendapatan hingga 64% . Namun, kedatangan wisatawan umumnya lebih banyak dari wisatawan lokal bukan turis asing. Hal ini dikarenakan kurangnya promosi yang inovatif.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu aktivitas pengamatan (observasi) terhadap aktivitas individu atau kelompok yang diteliti serta situasi sosialnya (Hamidi, 2010: 3). Penelitian deskriptif kualitatif pada umumnya memiliki data berbentuk kalimat-kalimat atau uraian yang merupakan informasi mengenai keadaan sebagaimana adanya sumber data dalam hubungannya dengan permasalahan penelitian. Penelitian deskriptif kualitatif juga pada dasarnya bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, fenomena, atau realitas sosial yang ada dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berusaha menarik realitas tersebut ke permukaan sebagai ciri, karakter, model, gambaran tentang kondisi ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2007: 68)

3.2 Lokasi Penelitian

Daerah Tuktuk Siadong Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir, Sumatra Utara adalah sebagai lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti dengan alasan sebagai berikut :

(40)

2. Tuktuk Siadong merupakan daerah yang cukup dikenal oleh penulis. Melihat ketidakseimbangan antara keadaan nyata Samosir dengan visi “Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif Tahun 2015”. Oleh karena itu, membuat ketertarikan kepada penulis untuk mengatahui bagaimana interaksi di daerah Tuktuk Siadong tersebut sebagai derah tujuan wisata.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit anaslisis

Unit analisis adalah satuan yang diteliti. Dalam penelitian biasanya yang menjadi unit analisisnya bisa berupa individu, kelompok yang kemudian disebut sebagai informan atau responden ( Hamidi, 2010 : 59 ). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah warga masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Tuktuk Siadong dan wisatawan asing yang tinggal di daerah tersebut minimal dalam kurun waktu 1 minggu.

3.3.2 Informan

Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin, 2007:76). Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah:

1. Masyarakat setempat di sekitar Tuktuk Siadong yang bekerja di industri pariwisata dengan usia 17-60 tahun.

2. Wisatawan asing yang yang tinggal atau menginap di Tuktuk Siadong minimal dalam kurun waktu satu minggu, usia 17-60 tahun.

(41)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi kedalam dua bagian yakni:

1. Data primer yaitu informasi yang langsung diperoleh dari informan penelitian di lokasi penelitian. Untuk mendapatkan data primer dapat dilakukan dengan:

a) Observasi yaitu pengamatan oleh peneliti baik secara langsung ataupun secara tidak langsung. Namun, dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan peneliti adalah metode observasi langsung. Metode observasi langsung dilakukan melalui pengamatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian pada saat peristiwa sedang berlangsung (Nawawi, 2006: 67). Metode observasi langsung ini digunakan jika informan tidak dapat menjelaskan mengenai tindakan yang dilakukan atau karena ia tidak ingin menjelaskan mengenai tindakannya. Oleh karena itu data dari metode observasi langsung diharapkan dapat menjadi penunjang data dari metode wawancara. Data yang diperoleh dari observasi ini adalah untuk melihat kondisi geografis lokasi penelitian.

(42)

kepada informan secara spesifik dengan panduan interview guide. Wawancara dengan interview guide dilakukan dengan melakukan tanya jawab oleh peneliti dengan informan mengikuti pedoman pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan (Nawawi, 2006:101). Data yang diperoleh dari wawancara mendalam yaitu berupa pengetahuan informan mengenai bagaimana bentuk interaksi masyarakat dengan turis asing yang berkunjung dan bagaimana pengaruh budaya berbeda dalam meningkatkan industri pariwisata Tuktuk Siadong.

2. Data sekunder yaitu data yang berkaitan dengan objek penelitian namun bukan dari penelitian di lapangan. Data sekunder dalam penelitian ini dapat diperoleh dari studi kepustakaan yakni dengan mencari data dari artikel, surat kabar, tabloid, buku, internet ataupun sumber lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

3.5 Interpretasi Data

(43)

kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan (Faisal, 2007: 257).

3.6 Jadwal Pelaksanaan

[image:43.595.149.497.244.603.2]

Jadwal penelitian skripsi ini dilakukan sejak Februari 2013. Secara terperinci kegiatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian.

No Kegiatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 Acc judul √

3 Pengajuan Literatur √

4 Pembahasan Latar

Belakang dan Metode Penelitian

5. Revisi proposal 6. Operasional lapangan 7. Pengumpulan,

interprerasi data. 8. Bimbingan skripsi

9. Penulisan laporan skripsi

10 Sidang Meja Hijau

√ √ √ √

√ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

(44)

3.7 Keterbatasan Peneliti

Adapun keterbatasan dalam penelitian yang dihadapi oleh peneliti selama proses penelitian adalah mencakup dua faktor berikut yaitu:

1. Faktor internal, berasal dari dalam diri peneliti yaitu sedikitnya literature yang diperoleh peneliti terutama tentang penelitian terdahulu yang dilaksanakan di Tuktuk Siadong, selain itu peneliti memiliki kelemahan kontrol diri terutama dalam kontrol intonasi suara dalam wawancara sehingga memungkinkan beberapa dari informan tidak bisa memberikan informasi lebih akurat.

(45)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Samosir a. Letak Geografis

Kabupaten Samosir terletak pada koordinat 02º 21′ 38“ - 02º 49′ 48“ LU 98º 24′ 00“ - 99º 01′ 48“ BT. Dengan luas wilayah daratan ± 206.905 Ha, Perairan Danau Toba ± 144.425 Ha, daratan pulau Samosir ± 62.480 Ha, daratan pulau Sumatra ± 76.308 Ha. Temperatur berkisar17 ºC - 29 ºCdan rata-rata kelembapan udara 85,04 %. Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan, 111 desa dan 6 kelurahan. Jumlah penduduk di Samosir yaitu 143.659 jiwa.

b. Batas Wilayah Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir merupakan kabupaten yang baru dimekarkan dari Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan UU RI No 36 Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003, tujuan pemekaran kabupatan menjadi Kabupaten Samosir adalah untuk percepatan kesejahteraan masyarakat. Pada tanggal 7 Januari meresmikan pembentukan Kabupaten Samosir dengan wilayah administrasi pemerintahan sebanyak sembilan kabupaten, 111 desa dan enam kelurahan dengan batas-batas wilayah:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli dan Kabupaten Humbang Hasundutan

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir

(46)

c. Visi dan Misi Kabupaten Samosir

Sesuai dengan tuntutan reformasi dalam UU No 32 tahun 2004 dan tentang pemilihan pemerintahan daerah melalui pemilihan langsung dan UU No 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah. Pada periode ke dua terpilih Ir Mangindar Simbolon sebagai Bupati dan Ir Mangadap Sinaga sebagai wakil bupati periode 2010-2015. Visi Kabupaten Samosir adalah “Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan yang Inovatif Tahun 2015”. Adapun misi Kabupaten Samosir adalah:

1. Memanfaatkan good governance dengan dukungan SDM yang berkualitas serta prasarananya dan sarananya yang memadai dan berstandart

2. Mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dengan pengolaan SDA yang berkelanjutan dan terkendali

3. Meningkatkan insfrastuktur dan konversi alam yang handala berdasarkan tata ruang yang mantap untuk mendukung industri pariwisata berbasis lingkungan dan budaya

4. Meningkatkan konduktivitas daerah dengan mendorong pelaksanaan demokrasi dan penegakan hukum

(47)

d. Kecamatan di Kabupaten Samosir

[image:47.595.170.421.208.368.2]

Setelah pemekaran dari Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Samosir memiliki sembilan kecamatan yang terdapat disekitar pinggiran Danau Toba. Nama-nama kecamatan tersebut dapat dilihat di dalam tabel berikut dibawah ini.

Tabel 4.1. Daftar Kecamatan Di Kabupaten Samosir NO Kecamatan Kode Pos

1 Harian 22391

2 Nainggolan 22394

3 Onan Runggu 22391-22394

4 Palipi 22393

5 Pangururan 22396-22393 6 Ronggurni Huta 22392

7 Sianjur Mula-Mula 22396

8 Simanindo 22395

9 Sitio-tio -

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir 2014

e. Daerah Tujuan Wisata di Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir memiliki 12 daerah tujuan wisata yang dikunjungi oleh wisatawan. Daerah tersebut berada diantara kesembilan kecamatan di Samosir. Daerah tujuan wisata ini menunjukkan keindahal alam Samosir dan sejarah tentang orang Batak. Daftar daerah kunjungan wisatawan tersebut dapat dilihat pada tabel diawah ini:

Tabel 4.2 Daftar Daerah Tujuan Wisata di Kab Samosir

No Nama Objek Wisata Nama Petugas

1 Kawasan Tuktuk Siadong Tahan GMM Sidabutar 2 Batu Kursi Sialllagan Lidia Siallagan

3 Museum Huta Bolon Marson Sidauruk 4 Pantai Pasir Putih Punguan M. Sipayung

5 Aek Rangat Hotdi Naibaho

6 Menara Pandang Tele Hongkom A. Situmorang 7 Pohon Besar Sukkean Mangasa Sagala

8 Batu Hobon Freddy Limbong

9 Batu Sawan Jongar Limbong

10 Aek Sipitu Dai Santun Sagala 11 Pondok Remaja Lagundi Mngiring Gultom 12 Pohon Besar Sukkean David Samosir

(48)

f. Jumlah Kunjungan Wisatawan Lokal

[image:48.595.135.527.376.613.2]

Tingkat kunjungan wisatawan lokal ke Samosir selama lima tahun terakhir menunjukkan kenaikan tiap tahunnya. Pada tahun 2009 kunjungan wisatawan lokal mencapai 87.257 orang, tahun 2010 mengalami kenaikan 7472 0rang sehingga jumlahnya mencapai 94.629 orang, tahun 2011 mengalami kenaikan 15.268 orang sehingga jumlahnya 109.629 orang, tahun 2012 mengalami kenaikan 10.000 sehingga jumlahnya mencapai 109.530 orang, tahun 2013 mengalami kenaikan 4.577 sehingga jumlahnya mencapai 124.117 orang. Kenaikan jumlah pengunjung yang paling tinggi yaitu pada tahun 2011. Jumlah kunjungan wisatawan domestik tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Data Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik

NO BULAN TAHUN KUNJUNGAN WISATAWAN DOMESTIK

2009 2010 2011 2012 2013

1 Jan 12.351 12.690 7.808 14.917 12.717 2 Feb 6.022 5.028 5.441 5.498 6.431 3 Mar 4.693 3.130 6.338 5.840 5.893 4 Apr 4.941 6.173 9.308 7.480 7.308 5 Mei 5.623 9.125 1.895 9.580 8.382 6 Jun 7.382 6.501 9.065 10.491 11.487 7 Jul 5.829 7.466 6.456 7.234 12.519 8 Agus 5.382 5.938 7.533 19.891 23.049 9 Sep 17.150 20.376 19.490 7.049 6.045 10 Okt 3.553 4.864 7.780 8.049 8.839 11 Nov 3.012 3.965 6.640 7.116 7.180 12 Des 11.319 9.373 11.873 18.538 14.667 JUMLAH 87.257 94.629 109.897 119.530 124.117

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir 2014

g. Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing

(49)
[image:49.595.149.505.246.477.2]

2012 mengalami kenaikan 2.675 orang sehingga jumlahnya 25.297 orang, tahun 2013 mengalami kenaikan 375 orang sehingga jumlahnya 25.662 orang. Dari data jumlah kunjungan wisatawan tinggi pada saat musim summer (musim panas) di luar negeri yaitu pada bulan Juli, Agustus dan September. Jumlah kunjungan wisatawan tersebut juga dapat dilihat dalam tabel debawah ini:

Tabel 4.4 Data Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing

No Bulan TAHUN KUNJUNGAN WISATAWAN ASING

2009 2010 2011 2012 2013

1 Jan 2.005 1.829 774 1.328 1.819 2 Feb 1.325 1.691 2.795 1.468 1.955 3 Mar 2.018 1.053 1.535 2.050 2.574 4 Apr 1.642 2.075 1.567 2.044 1.947 5 Mei 2.323 2.388 1.643 3.315 2.685 6 Jun 913 2.462 1.354 2.231 1.866 7 Jul 3.648 1.906 3.081 1.926 2.053 8 Agus 1.826 1.882 1.928 2.249 1.933 9 Spt 2.218 2.113 2.197 1.849 2.115 10 Ok 1.564 1.662 1.902 2.807 2.112 11 Nov 723 931 1.888 1.761 2.031 12 Des 2.002 921 1.958 2.269 2.572 JUMLAH 22.207 20.913 22.622 25.297 25.662

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir 2014

4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Simanindo

(50)
[image:50.595.148.403.104.417.2]

Tabel 4.5 Daftar Desa Di Kecamatan Simanindo

S

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir 2014 dan data Kecamatan Simanindo

4.1.3 Gambaran Umum Tuktuk Siadong a. Letak Geografis

Kelurahan Tuktuk Siadong adalah sebuah daerah berbentuk semenanjung disisi sebelah timur Pulau Samosir. Tuktuk Siadong berseberangan dengan Parapat dengan jarak 10 km, jarak tempuh dengan menggunakan kapal adalah 30 menit. Pintu masuk ke Tuktuk Siadong adalah melalui Parapat, Tomok dan Ambarita. Kelurahan Tuktuk Siadong berada pada ketinggian 904 - 2.157 meter diatas permukaan laut, dengan suhu rata-rata 18-240C dan kelembapan udara berkisar 45%-50%. Luas daerah Tuktuk Siadong adalah 340 Ha dan luas air (danau) 410 Ha. Menurut kepemilikan 238 Ha adalah milik perorangan dengan luas ladang 75 Ha dan daerah pengembangan seluas 50 Ha. Kelurahan Tuktuk

NO Desa Kode Pos

1 Ambarita 22395

2 Cinta Dame 22395

3 Dosni Roha 22395

4 Garoga 22395

5 Huta Ginjang 22395

6 Maduma 22395

7 Martoba 22395

8 Parbalohan 22395

9 Pardomuan 22395

10 Parmonangan 22395

11 Sihusapi 22395

12 Simanindo 22395

13 Simarmata 2395

14 Tanjungan 22395

15 Tomok 22395

16 Unjur 22395

17 Siallagan Pinda Raya 22395 18 Simanindo Sangkal 22395

19 Tomok Parsaoran 22395

(51)

Siadong terkenal dengan banyaknya restoran dan penginapan yang tersedia. Wisatawan disuguhi dengan makanan khas Batak. Suasana khas Batak Toba dan fasilitas yang tersedia juga bernuansa Batak seperti arsitektur penginapan yang penuh dengan gorga Batak(ukir-ukiran).

b. Struktur Organisasi/ Kepengurusan

[image:51.595.142.468.494.755.2]

Tuktuk Siadong merupakan satu-satunya kelurahan di kecamatan Simanindo diantara sembilan belas desa. Kepala lurah dipilih pengangkatan langsung dari pemerintah kabupaten. Kepengurusan Tuktuk Siadong dapat dilihat di dalam tabel dibawah ini. Terdapat 15 struktur kepengurusan daerah Tuktuk dimulai dari ketua umum (lurah), ketua 1, Ketua 2, sektretaris, bendahara, seksi agama, seksi P4, seksi kesehatan, seksi keamanan, seksi, pendidikan, seksi lingkungan, seksi pembangunan, seksi kesehatan, seksi kesenian, seksi kesejahteraan sosial, seksi PMK. Nama-nama pemengang jabatan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6 Struktur Organisasi Kepengurusan Tuktuk Siadong

NO Jabatan Nama

1 Ketua Umum (Lurah) Antonius Siregar 2 Ketua I Sintong Siringo-ringo

3 Ketua II Delpina Sidabutar

4 Sekretaris Desker Manurung

5 Bendahara R. Sidabutar

6 Seksi agama B. nainggolan

7 Seksi P4 Renti Sidabutar

8 Seksi Keamanan Kendrik Bakkara 9 Seksi pendidikan Posman Manurung 10 Seksi lingkungan Bernard Sidabutar 11 Seksi pembangunan Ellon Silallagan 12 Seksi kesehatan E.F Simorangkir 13 Seksi kesenian Jafar Siallagan

14 Seksi kesejahteraan sosial Op Stiven M, Robert Manik

(52)

c. Gambaran Penduduk

Gambaran penduduk di Tuktuk Siadong dapat dilihat dari empat aspek yaitu berdasarkan jenis kelamin, agama, usia, mata pencaharan.

1. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang didapat dari kelurahan Tuktuk Siadong dan literature, jumlah penduduk di Tuktuk Siadong adalah 1997 jiwa. Jumlah perempuan lebih tinggi daripada jumlah laki-laki yaitu 1091 jiwa perempuan atau 51% sedangkan laki-laki 978 jiwa atau 49%. Memperjelas data jumlah penduduk tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah

Perempuan 1019 jiwa (51%) Laki-Laki 978 Jiwa (49%)

Total 1997 jiwa (100%)

Sumber : Kelurahan Tuktuk dan Penelitian Terdahulu oleh Gita Sarah

Siallagan (2009)

2. Penduduk Berdasarkan Agama

[image:52.595.147.387.361.424.2]

Berdasarkan agama, penduduk di kelurahan Tuktuk Siadong kebanyakan adalah beragama Katolik yaitu 1158 jiwa atau 58%. Kristen protestan adalah agama kedua terbanyak yaitu 823 jiwa atau 41,2%. Islam adalah agama paling sedikit penganutnya yaitu 16 jiwa atau 0,8%. Lebih memperjelas dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Agama Jumlah

Katolik 1158 jiwa (58%) Kristen Protesten 823 jiwa (41,2%) Islam 16 jiwa (0,8%)

Total 1997 jiwa (100%)

(53)

3. Penduduk Berdasarkan Usia

[image:53.595.144.512.330.482.2]

Jumlah penduduk di Kelurahan Tuktuk Siadong dilihat berdasarkan usia yaitu dimulai dari usia 0-4 tahun sebanyak 182 jiwa (9,1%), 5-8 tahun sebanyak 103 jiwa (5,2%), 10-15 tahun sebanyak 164 jiwa (8,2%), 16-24 tahun sebanyak 143 jiwa (7,1%), 25-49 tahun sebanyak 1192 jiwa (59,7%), 50 tahun keatas sebanyak 213 jiwa (10,7%). Jumlah penduduk terbanyak yaitu pada usia 25-49 tahun, untuk memperjelas jumlah data penduduk berdasarkan usia dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Usia Jumlah

0-4 tahun 182 Jiwa (9,1%) 5-8 tahun 103 Jiwa (5,2%) 10-15 tahun 164 Jiwa (8,2%) 16-24 tahun 143 Jiwa (7,1%) 25-49 tahun 1192 Jiwa (59,7%) 50- keatas tahun 213 Jiwa (10,7%)

Total 1997 Jiwa (100%)

Sumber : Kelurahan Tuktuk dan Penelitian Terdahulu oleh Gita Sarah

Siallagan (2009)

4. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

(54)
[image:54.595.134.434.159.356.2]

Memperjelas data temuan jumlah masyarakat berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah

Petani 291 jiwa (26,78%)

Buruh 98 jiwa (6,71%)

Nelayan 42 jiwa (2,87%) Pedagang 31 jiwa (2,12%) Pengusaha 14 jiwa (0,9%)

PNS 34 jiwa (2,33%)

ABRI 4 jiwa (0,27%) Pegawai Swasta 287 jiwa (19,65%) Pensiunan 5 jiwa (0,34%) Lain-lain 57 jiwa (39,0%) Total 1997 (100%)

Sumber : Kelurahan Tuktuk dan Penelitian Terdahulu oleh Gita Sarah

Siallagan (2009)

d. Gambaran Fasilitas Daerah

Gambaran fasilitas yang tersedia di Tuktuk Siadong dapat dilihat dari enam sarana yang tersedia yaitu, sarana pendidikan, tempat ibadah, sarana kesehatan, sarana transportasi, penginapan, restoran.

1. Sarana Pendidikan

(55)

2. Sarana Ibadah

Sarana ibadah yang terdapat di Tuktuk Siadong terdiri dari tiga yaitu satu Gereja Katolik, satu Gereja Kristen Protestan dan satu Langgar untuk Muslim. Hal ini membuktikan bahwa penduduk di Tuktuk telah menerima masuknya agama atau monotheisme.

3. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang ada di Tuktuk terdapat satu unit puskesmas mulik pemerintah setempat. Selain satu unit puskesmas juga terdapat apotek milik seorang warga setempat.

4. Sarana Transportasi

[image:55.595.139.378.580.685.2]

sesuai dengan data yang didapatkan tidak ada sarana bus umum di Tuktuk, penduduk lebih banyak menggunakan sepeda motor. Selain sebagai sarana transportasi pribadi sepeda motor tersebut juga disewakan kepada para wisatawan dengan biaya Rp 80.000 per hari (bahan bakan ditanggung penyewa). Sarana transportasi air terdapat 20 unit dengan ongkos penyebragan dari Parapat ke Tuktuk Rp 10.000. Data mengenai sarana transportasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.11 Jumlah sarana Transportasi Transportasi Jumlah

Bus umum -

Sepeda motor 350 unit Kapal umum 20 unit

Sampan 16 unit

Sepeda 53 unit

Total 439 unit

(56)

5. Penginapan

Sebagai daerah pariwisata kelurahan Tuktuk Siadong memiliki banyak usaha penginapan seperti hotel, home stay, guest house. Perbedaan antara hotel,

[image:56.595.112.559.414.748.2]

home stay dan guest house adalah hotel lebih mewah dengan jumlah kamar banyak dan sistem penyewaan berdasarkan kamar, home stay merupakan rumah penginapan dengan sistem penyewaan seperti kontrak rumah dan segala fasilitas dan kebutuhan dikerjakan langsung oleh tamu, sementara guest house adalah rumah tamu yang juga pemilik rumah tinggal bersama dengan tamu. Kelurahan Tuktuk Siadong memiliki 42 unit penginapan yaitu 22 unit hotel dan 20 unit guest house. Memperjelas daftar penginapan yang ada di Tuktuk dapat dilihat pada kedua tabel dibawah ini:

Tabel 4.12 Jumlah Hotel di Tuktuk Siadong

No Hotel Jumlah Kamar Alamat/ Telp

1 Abadi Hotel 22 Kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/0625-451 195 2 Agape Hotel 31 Kamar Desa Siharbangan Tomok

3 Ambaraoba Resoart

50 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/ 0625-451 351 4 Anju Cottage 30 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/ 0625-451 265 5 Bagus Bay 19 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong0625-451-287 6 Barbara 20 kamar Desa Unjur/ 0625-7000 230

7 Carolina Hotel 60 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/ 0625-451 210 8 Duma Sari Hotel 68 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong0625-451 121 9 Lekjon Cottage 22 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/0625-451 259 10 Marroan ACC 36 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/0625-451 380 11 Rodeo ACC 17 Kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/0813 6136

5828

12 Romlan ACC 13 Kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/0625-451 386 13. Samosir Cottage 25 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/0625-451 170 14 Samosir Villa 58 kamar 0625-451 399

15 Silintong Hotel 80 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/ 0625-451 242 16 Sumber Pulo

Mas Hotel

(57)

20 Tuktuk Timbul Bungalaw

15 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/ 0625-451 274

21 Vandu View

Hotel

5 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong 22 Yogi’s ACC 15 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong

[image:57.595.115.559.209.719.2]

Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir 2013/2014

Tabel 4.13 Jumlah Guest House di Tuktuk Siadong

No Guest House Jumlah kamar Alamat/telp

1 Aman ACC 9 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/0625-451 179

2 Bamboo Guest

House

7 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/0625-451 236

3 Bernard ACC 10 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/0625-451 328

4 Chiristina ACC 3 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/0625-451 027

5 Ebikel ACC 4 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/0625-451 050

6 EPX Guest House 4 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong 7 Elisina Acc 4 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong 8 Gita Uli 12 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong 9 Hariara Acc 6 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong

10 Hisar Guest House 6 kamar Jl Ring Road Tuktuk Siadong/0625-451 361

11 Horas Acc 4 kam

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Bali
Tabel 1.2.  Jumlah Kedatangan Turis Asing Ke Daerah Pariwisata Danau
Tabel 3.1  Jadwal Pelaksanaan Penelitian.
Tabel 4.1. Daftar Kecamatan Di Kabupaten Samosir
+7

Referensi

Dokumen terkait