• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Adaptasi - Interaksi dan Hambatan Budaya Antara Masyarakat Lokal dan Turis Asing Yang Berkunjung ke Tuktuk Siadong Kec Simanindo Kab Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Adaptasi - Interaksi dan Hambatan Budaya Antara Masyarakat Lokal dan Turis Asing Yang Berkunjung ke Tuktuk Siadong Kec Simanindo Kab Samosir"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Adaptasi

Adaptasi adalah suatu penyesuaian pribadi terhadap lingkungan. Penyesuaian berarti mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan, juga dapat berarti mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan keinginan pribadi Gerungan (1991: 55). Adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan hidup. Salah satu dari syarat tersebut adalah syarat sosial dimana manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keteraturan untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaan Suparlan (1993: 2).

Beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial Soerjono Sukanto (2000: 34) yaitu:

1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan

2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan 3. Proses perubahan untuk penyesuaian dengan situasi yang berubah 4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan

5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem

6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah. Merton mengindentifikasikan lima bentuk-bentuk adaptasi yaitu:

1. Konformitas, perilaku mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat untuk mencapai tujuan yang diharapkannya.

(2)

3. Ritualisme, melaksanakan ritual-ritual budaya tapi maknanya telah hilang. 4. Pengunduran/ pengasingan diri, meninggalkan cara hidup yang buruk baik

dengan cara konvensional maupun pencapaiannya yang konvensional. 5. Pemberontakan, penarikan diri dari tujuan konvensional yang disertai

dengan upaya melambangkan tujuan atau cara baru, seperti cara reformator agama.

Daerah pariwisata mengalami kemajuan apabila menitikberatkan pada indikator adaptasi pariwisata berkelanjutan berupa:

1. Pengembangan kegiatan dan manfaat sebagai upaya pemberdayaan dalam masyarakat akan sadar wisata

2. Masyarakat menciptakan citra positif wilayah 3. Masyarakat mengadakan gotong royong bersama

4. Ada kegiatan pariwisata, pertanian, peternakan sebagai sumber penghasilan daerah untuk kesejahteraan masyarakat.

5. Ada usaha pengurangan kemiskinan dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang layak

22.00 WIB )

2.2 Masyarakat

(3)

secara mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat bukanlah suatu penjumlahan individu semata melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka sehingga menampilkan realita tertentu yang mempunyai ciri-cirinya tersendiri, David (2003: 5).

Ciri-ciri masyarakat menurut Horton dan Hant terdiri dari lima yaitu: 1. Kelompok manusia

2. Sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal 3. Menempati suatu kawasan

4. Memiliki kebudayaan

5. Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan

Masyarakat lokal atau Community adalah “adaptasi sub-group many of the cahracteristic of society, but on adaptasi smaller scale, and with less extensiv, adaptasi territorial area and coordinate common interest”. Dalam pengertian ini menyatakan bahwa masyarakat lokal adalah bagian kelompok dari masyarakat dalam lingkup yang lebih kecil serta mereka lebih terikat oleh tempat, Fairchild (1980) dalam Elly, (2009: 85). Masyarakat lokal juga diartikan sebagai kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial dengan dua dasar yaitu lokalitas dan perasaan, Elly (2009: 86)

(4)

pada warganya, Wahatnala (2013: 2). Dalam ilmu Sosiologi ada dua macam masyarakat yaitu masyarakat paguyuban, ada hubungan antar pribadi yang menimbulkan suatu ikatan batin. Masyarakat patembayan, masyarakat yang terdapat hubungan pamrih antar anggot-anggotanya. Ada tiga unsur-unsur dalam masyarakat:

1. Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak

2. Ada aturan dan undang-undang yang mengatur masyarakat untuk menuju kepentingan bersama

3. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu. 2.3 Interaksi Sosial

Manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam kehidupan untuk menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Interaksi sosial adalah proses sosial yang berarti suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam berkomunikasi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial Elly, (2009: 91). Interksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena itu tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama, Kimbal Young dan Raymond dalam (Soekanto, 1982: 58). Secara sosiologis menyatakan bahwa interaksi manusia akan menghasilkan produk-produk berupa nilai, norma, serta kebiasaan-kebiasan yang dianaut oleh kelompok atau masyarakat tersebut.

(5)

sekelompok sifat, namun merupakan sekelompok aktor yang dinamis dan berubah dan tidak pernah selesai terbetuk sepenuhnya. Mayarakat bukanlah suatu yang statis yang selalu mempengaruhi dan membentuk diri kita, namun pada hakekatnya merupakan sebuah proses interaksi. Adapun ciri-ciri interaksi sosial adalah:

1. Jumlah pelakunya lebih dari seorang, biasanya dua atau lebih 2. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan

simbol-simbol

3. Ada suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, masa kini, dan akan datang, yang menentukan sikap dari aksi yang sedang berlangsung

4. Adanya tujuan tertentu.

Dalam proses sosial, dapat dikatakan terjadi interaksi sosial apabila telah memenuhi sebagai aspek kehidupan bersama yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi sosial.

(6)

2. Adanya komunikasi, seseorang memberikan penafsiran kepada perlakuan atau dengan kata lain manusia dapat membayangkan dirinya secara sadar dalam perilakunya dari sudut pandang orang lain, Soekanto (2002). Komunikasi menuntut adanya pemahaman makna atas suatu pesan dan tujuan bersama antara masing-masing pihak.

Menurut Sitorus (2000) berlangsungnya suatu interaksi dapat didasarkan pada berbagai faktor antara lain imitasi, suggesti, identifikasi dan simpati. Identipikasi dan simpati memiliki kemiripan yaitu adanya kecenderungan menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Secara mendasar ada empat macam bentuk interaksi sosial yang ada dalam masyarakat yaitu:

1. Kerja sama (coorporation) 2. Persaingan (competition)

3. Akomodasi dan penyesuaian diri (accomodation) 4. Pertentangan atau pertiakaian (conflict).

2.4 Budaya

(7)

Substansi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala ide dan gagasan manusia yang bermunculan dalam masyarakat baik dalam bentuk sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan. Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan digolongkan dalam tiga wujud yaitu:

1. Kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan.

2. Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3. Kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. 2.5 Hambatan Budaya

Hambatan budaya adalah suatu budaya yang berkaitan dengan persepsi atau sudut pandang antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Hambatan budaya juga diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Sikap tradisionalisme, kehidupan masyarakat tergantung kepada alam. Kehul H Landis mengatakan kebudayaan tradisional akan tercipta apabila masyarakat sangat tergantung kepada pertanian, tingkat tehnologi rendah dan produksinya hanya memenuhi pada kebutuhan keluarga. Ciri-ciri sikap tradisional, Raharjo (2004: 66) yaitu:

a.Mengembangkan adaptasi yang kuat terhadap lingkungannya,

b. Rendahnya tingkat inovasi masyarakatnya,

c.Cenderung menganggap segala sesuatu sebagai kesatuan (tingginya kekeluargaan),

d. Pola hidup yang lamban, karena terggantung kepada alam,

(8)

g. Tidak mengindahkan segi ornamen dan keindahan-keindahan seni,

h. Standart moral yang kaku di dalam masyarakat.

2. Etnosentrisme, sikap mengagung-agungkan budaya suku bangsa sendiri dan menganggap rendah budaya lain yang dapat mengakibatkan konflik SARA (Setiadi, 2006: 33). Kebiasaan setiap kelompok untuk menganggap kebudayaan kelompoknya sebagai kebudayaan yang paling baik juga menolak kebudayaan lain yang masuk kedaerahnya. Orang etnosentris cenderung kurang terpelajar, kurang bergaul, dan memeluk agama yang fanatik.

3. Penstreotipean yang menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi. Beberapa penyebab stereotipe menurut Baron dan Paulus yaitu:

a. Kekurangan informasi mengenai mereka, dengan cenderung menyamaratakan dan menganggap mereka homogen.

b. Kecenderungan melakukan kognitif sedikit mungkin dalam berpihak dengan orang lain.

4. Rasialisme, suatu penekanan pada ras atau menitikberatkan pertimbangan rasial. Rasialisme atau sering disebut dengan rasisme yang dapat menghambat keefektifan komunikasi antar budaya antar ras yang berbeda. Gerakan rasisme umumnya merujuk kepada sifat individu, selain itu juga merujuk kepada gerakan sosial politik dengan melambangkan supermasi ras. Fokus para rasisme adalah pada kebanggaan ras, identitas politik, atau segregasi sosial.

5. Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, yang sering disalahgunakan oleh manusia. Contoh pembuatan nuklir mengakibatkan kehancuran manusia akibat penyalahgunaan fungsi.

(9)

perhatian dalam melihat interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal. Reisinger (1997: 131) menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:

“Culural differences, together with asymmetry of the frequent and transitory tourist-host contact, are the most important factors which influence interaction difficulties between tourist and host (Pearce, 1982b; Sutton, 1967). Therefore, understanding of croos culture tourist-host contact and the influence of the culture background of tourist and host is the key featur for identification of the culture potential for taourist-host interaction and the effect this interaction on the overall tourist holiday satisfaction”. (Artinya): Perbedaan budaya bersamaan dengan frekuensi kontak dan transitori turis dan masyarakat lokal adalah faktor yang paling penting dan mempengaruhi kesulitan interaksi antara tamu dan masyarakat lokal (Pearce, 1982b; Sutton, 1967). Oleh karena itu, pemahaman kontak budaya berbeda dan pengaruh latar belakang budaya turis dan masyarakat adalah kunci utama untuk identifikasi potensi interaksi budaya turis dan masyarakat lokal dan mempengaruhi kepuasan liburan turis. 2.5.1 Budaya Batak Toba (Anakni Raja dan Boruni Raja)

Status sosial dalam masyarakat Batak ada dibuat penamaan sebagai Halak Batak (Orang Batak). Penamaan untuk orang Batak tersebut kurang tepat, melainkan lebih kepada Bangso Batak (Bangsa Batak). Budaya Batak Sangat tinggi disamping bahasa ada tulisan, pembagian waktu, penamaan hari, bulan, mata angin, ulos, ukiran dan alat musik lainnya. Pada orang Batak akan tetap mengamalkan ajaran adat-istiadat Batak walaupun dia memeluk agama Kristen. Dalam hal ini, kebudayaannya sebagai Batak akan lebih kuat dibandingkan dengan kekristennannya. Seorang yang tidak beragama di Budaya Batak tidak dianggap sesuatu hal yang sangat parah, tetapi apabila seseorang disebut naso maradat (tidak ada adat) maka seseorang tersebut layaknya tidak lagi menjadi anggota masyarakat, Jhon Peter (2009: 16).

(10)

sebagainya. Diamati dari hal yang membedakan status orang Batak apakah dapat disebut sebagai Raja Batak atau tidak yaitu, dengan melihat jumlah tangga pada rumahnya (umumnya menggunakan Rumah Bolon). Jumlah anak tangga menentukan status sosialnya, apabila jumlah tangga genap maka asal muasalnya tidak jelas dan tidak pantas untuk disebut sebagai raja.

Marga adalah nama family yang diambil dari garis keturunan ayah (patrilineal), marga juga sebagai suatu penyelaras status sosial masyarakat. Oleh karena itu, mengapa semua perempuan Batak dan laki-laki Batak disebut sebagai Boruni Raja dan Anakni Raja karena saat pelaksanaan pesta pernikahan ada acara menyusul setelah acara adat yaitu Tikkir Tangga yang bertujuan untuk melihat lebih lanjut berapa jumlah anak tangga keluarga mempelai perempuan. Jumlah anak tangga apabila genap tetap mempelai perempuan disebut sebagai Boruni Raja, karena ada satu yang menyelaraskannya yaitu dari segi nama keluarga (Marga) dan dengan memahami asal-usul marga nenek moyangnya, maka layaklah disebut Anakni Raja dan Boruni Raja, Jhon Peter (2010: 6).

2.5.2 Budaya Barat (Turis Asing)

(11)

Budaya konsumen dicirikan dengan peningkatan gaya hidup (lifestyle) bermakna individualitas, pernyataan diri dan kesadaran diri. Fashion adalah suatu aksi yang dirangsang oleh industri konsumen Chaney, (2004: 99). Cara berpakaian bagi kebudayaan Barat tidak tergantung kepada penilaian orang lain terhadap cocok tidaknya pakaian yang dipakai seseorang, tetapi lebih kepada apakah seseorang itu nyaman dengan apa yang dipakainya. Keberadaan budaya nigh club, konser atau bersantai dirumah juga menentukan cara berpakaian mereka, Judith Schlehe (2006)

Bersepeda adalah salah satu gaya hidup dalam kebudayaan Barat sekalipun mereka memiliki mobil. Bersepeda adalah hal yang umum digunakan terutama di pusat kota di Eropa. Alasan mereka memilih bersepeda adalah, untuk kesehatan, mengurangi kemacetan, bersifat ekonomis, mengurangi pemakaian kendaraan bermotor untuk kesadaran ramah lingkungan dan sepeda tidak terkait dengan status, Judith Schlehe (2006) ).

(12)

Komisi ahli statistik Liga Bangsa-Bangsa 1937 menyatakan turis asing atau sering disebut wisatawan asing adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara diluar dari negara asalnya dalam jangka waktu minimal 24 jam dan bukan untuk menetap tetapi tujuan bersenang-senang. Turis atau wisatan bahkan sering disebut dengan travelers merupakan orang yang melakukan perjalanan, Irawan (2010: 11). U.N Convention Concerning Costums Fasilities For Touring menyatakan turis asing adalah setiap orang yang datang ke suatu negara karena alasan yang sah, selain untuk berimigrasi dan tinggal setidaknya selama 24 jam dan selama-lamanya enam bulan, Irawan (2010: 12). U.N Conference On Interest Travel And Tourism di Roma 1963 dalam Irawan (2010: 12) menggunakan istilah pengunjung atau visitors untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya dan biasa untuk keperluan apa saja, selain melakukan perjalanan yang digaji. Pengunjung dibagi menjadi dua kategori yaitu:

1. Wisatawan, pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya tinggal selama minimal 24 jam dengan tujuan untuk bersenang-senang, berlibur, kesehatan, belajar, keperluan agama, berbisnis, keluarga, utusan dan pertemuan.

2. Excurtion, pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang dikunjunginya tanpa bermalam.

Menurut Kasumarungin, (2009: 18) wisatawan dibagi menjadi empat menurut sifatnya, yaitu:

1. Modern idealis, wisatawan menaruh perhatiannya pada budaya dan explorasi alam

(13)

3. Tradisional idealis, menaruh minat pada sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai alam yang tidak bercampur dengan modernisasi

4. Tradisional materialis, berpandangan konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.

(http//:tourismeconomic.wordprss.com2012/10/29/wisata-pariwisata-wisatawan-kepariwisataan-unsur-unsur-pariwisata. Diakses 20 Januari 2013 20:03)

2.5.3 Posisi Budaya Terhadap Perilaku ( Hambatan Budaya)

Budaya yang dikembangkan akan berimplikasi pada lingkungan tempat kebudayaan itu. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari masyarakatnya yang tampak dari orang asing. Kebudayaan yang berlaku yang dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek lainnya. Berikut beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dengan perilaku, Elly dkk (2009: 38) yaitu:

1. Environtmental behaviour and process, bagaimana masyarakat menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial

2. Cultural social environtment, meliputi aspek kebudayaan serta proses sosialisasi

3. Environtmental orientation and representation, mengacu kepada kepercayaan dan kognitf masyarakat yang berbeda-beda mengenai budaya dan lingkungannya

(14)

2.5.4 Mengatasi Hambatan Budaya

Berikut adalah beberapa cara mengatasi hambatan budaya:

1. Social competen, kemampuan untuk membuat jejaring sosial dan pandai bergaul

2. Goverment socialization of tourism convesness, sosialisasi pemerintah akan sadar wisata

3. Openness to other way of thinking, keterbukaan untuk menerima pikiran yang berbeda

4. Cultural adaptation, kemampuan seseorang menerima budaya baru

5. Professional Excellence, mempunyai kemampuan yang handal dibidang tertentu

6. Language skill, kemampuan berbahasa asing

7. Ability to work in team, kemampuan bekerjasama dalam tim 8. Self reliance or independence, percaya diri dan mandiri 9. Mobility, berwawasan luas

10.Sensivity, Peka terhadap sesuatu yang baru.

(http//:harissupiandi.blogspot.com/2003/07/hambatan-dalam-komunikasi-antar-budaya.html?m=1. Diakses 24 Januari 2004)

2.6 Penelitian Terdahulu

Berikut adalah beberapa hasil penelitian terdahulu di beberapa daerah tujuan wisata yang telah dilaksanakan oleh para peneliti terdahulu. Penelitian ini sebagai acuan penelitian yang akan saya laksanakan.

(15)

Pariwisata Masyarakat di Tuktuk Siadong. Dengan kesimpulan penelitian adalah keberadaan industri pariwisata di Tuktuk Siadong berpengaruh terhadap perkembangan bisnis masyarakat. Usaha bisnis yang lebih maju adalah pada masyarakat yang menikah dengan turis asing dan membuka usaha bisnis di Tuktuk Siadonng.

2. Penelitian oleh Andre Causeu seorang Antropolog berkebangsaan asing pada tahun 2006 yang berjudul “Situs-Situs Interaksi Dalam Budaya Batak Toba di Samosir”. Kesimpulan hasil penelitiannya adalah turis asing merasa lebih mudah berinteraksi dengan masyarakat lokal walaupun terkadang sulit dalam pemahaman bahasa. Dalam memposisikan turis asing, masyarakat lokal mendapat kesulitan dikarenakan mereka tidak memiliki marga. Sebagian Masyarakat lokal menganggap turis berusia lebih dari 30 tahun dan masih lajang adalah seorang pastur atau missionaris agama.

(16)

4. Penelitian oleh Arya Sarah 2009 yang bersumber dari jurnal pariwisata Kabupaten Serang propinsi Banten yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal, Pantai Bandulu Kabupaten Serang Provinsi Banten”. Kesimpulan hasil penelitian adalah Masyarakat lokal merasakan dampak langsung dari keberadaan industri pariwisata, dengan peningkatan pendapatan hingga 64% . Namun, kedatangan wisatawan umumnya lebih banyak dari wisatawan lokal bukan turis asing. Hal ini dikarenakan kurangnya promosi yang inovatif.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan tafsir dan takwil di satu pihak dan tarjamah di pihak lain adalah bahwa yang pertama berupaya menjelaskan makna-makna setiap kata di dalam Al-Quran yang notaben Bahasa Arab

Garap catur lakon Kalabendu sajian Manteb Soedharsono terdapat garap janturan ( janturan adegan), garap pocapan ( pocapan peristiwa), dan garap ginem ( ginem blangkon ).(3)

Tindak pidana juga diartikan sebagai suatu dasar yang pokok dalam menjatuhi pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar pertanggungjawaban seseorang atas

[r]

[r]

Peraturan Bupati Sleman Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Peraturan Bupati Nomor 80 Tahun 2009 tentang Prosedur Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil

• Fundamental movement skills are the foundation upon which game and sport skills are based. Basic

23 Hal ini sejalan dengan hasil penelitian pada ibu hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh yang sebagian besar adalah bekerja, menurut penulis dari pekerjaan tersebut