• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.6. Profitability

Menurut Anaroraga dan Widianti (1997) dalam Arfan dan Antasari (2008) bahwa “Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, baik dihubungkan dengan modal sendiri maupun modal bersama”. Profitabilitas dapat menjelaskan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan adalah tergantung kepada besarnya penjualan, penanaman aktiva (investasi) dan penyerapan modal sendiri (equity).

Menurut Riyanto (2001:35) profitabiltas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba.

Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu yaitu perbandingan jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu dengan modal atau aktiva yang menghasilkan laba tertentu. Kemampuan menghasilkan laba yang dimaksud dalam penelitian ini tentunya adalah kemampuan menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri atau profitabilitas ekuitas (return on equity = ROE). Apabila profitabilitas ini dihubungkan dengan ERC maka dapat dikatakan bahwa jika profitabilitas perusahaan tinggi, laba yang dihasilkan perusahaan meningkat selanjutnya akan mempengaruhi para investor untuk menanamkan modalnya.

2.2. Review Peneliti Terdahulu

Widiastuti (2002) melakukan pengujian empiris atas pengaruh luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan terhadap Earnings Response Coefficient. Penelitian ini tidak menunjukkan hasil yang konsisten dengan prediksi tentang pengaruh luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan terhadap ERC. Prediksi penelitian ini adalah luas pengungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap ERC.

Penelitian yang dilakukan oleh Adhariani (2005) yaitu menganalisis tingkat keluasan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan dan hubungannya terhadap current ERC pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2000. Hasil penelitian ini adalah pengungkapan sukarela berpengaruh positif

terhadap current ERC, leverage dan nilai buku per lembar saham berpengaruh positif, namun skala KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC.

Naimah dan Utama (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan terhadap koefisien respon laba dan koefisien respon nilai buku ekuitas. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang besar memiliki koefisien respon laba yang lebih kuat, sedangkan terhadap koefisien nilai buku ekuitas ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan. Pertumbuhan berpengaruh positif terhadap ERC dan berpengaruh tidak signifikan terhadap koefisien respon nilai buku. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap ERC dan koefisien respon nilai buku.

Penelitian Sayekti dan Wondabio (2007) menguji pengaruh CSR Disclosure terhadap Earnings Response Coefficient. Bukti empiris penelitian ini mendukung hipotesa yang menyatakan bahwa tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan.

Murwaningsari (2008) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ERC pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini adalah size perusahaan dan leverage berpengaruh negatif terhadap ERC, sedangkan voluntary disclosure berpengaruh positif terhadap ERC. Dalam penelitian ini voluntary disclosure dijadikan variabel intervening antara leverage dan ERC, dimana leverage terhadap voluntary disclosure terdapat pengaruh positif.

Arfan dan Antasari (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran, pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan terhadap koefisien respon laba.

Penelitian ini menggunakan sampel 35 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2003-2005. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa

Ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas perusahaan secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap koefisien respon laba.

Secara parsial hanya pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap koefisien respon laba, sedangkan ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap koefisien respon laba.

Penelitian oleh Pimentel dan Lima (2009) dilakukan untuk menguji sifat earnings akuntansi dan penentu Earnings Response Coefficient di Brazil.

Penelitian ini dilakukan terhadap sampel laporan triwulan 71 perusahaan dari tahun 1995 sampai tahun 2009 dan sampel laporan tahunan 61 perusahaan dari tahun 1995 sampai tahun 2008. Hasil menunjuukan bahwa ada hubungan jangka panjang antara earnigs dan return/price, meskipun hubungan itu tidak dapat dijelaskan lebih detail. Hubungan antara regresi antara earnings dan returns/price dalam laporan perusahaan triwulan dan tahunan hanya beberapa perusahaan yang menunjukkan hasil signifikan. Risiko sistematis, interest rate, size menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ERC. Expected economics growth dan leverage memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap ERC. Hal ini dipengaruhi karena tingkat suku bunga di Brazil lebih tinggi dari negara maju.

Pradipta dan Purwaningsih (2012) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan

(CSR) terhadap ERC. Sampel penelitian ini adalah 30 peruahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menemukan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan berpengaruh negatif terhadap ERC, artinya semakin besar CSR maka ERC perusahaan akan semakin kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR dalam membuat keputusan investasi.

Penelitian ini juga menghasilkan bahwa variabel size dan leverage sebgai variabel kontrol berpengaruh negatif terhadap ERC.

Paramita (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh leverage, firm size dan voluntary disclosure terhadap earnings response coefficient pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2005-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh leverage terhadap ERC memiliki pengaruh yang tidak signifikan, sedangkan untuk voluntary disclosure dan firm size memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ERC. Dalam penelitian ini Earnings Response Coefficient diukur melalui variabel kontrol yaitu persistensi laba.

Leverage berpengaruh tidak signifikan terhadap coluntary disclosure. Variabel voluntary disclosure merupakan variabel intervening antara size terhadap ERC.

Hasanzade et al (2013) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi Earnings Response Coefficient: studi empiris di Iran. Penelitiaan ini dilakukan pada 202 perusahaan yang terdaftar di Bursa Tehran Exchange. Variabel dependen dalam penelitian ini ERC, sedangkan untuk variabel independen adalah leverage, growth opportunities, profitabilitas dan risiko sistematik. Hasil penelitian ini bahwa leverage leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC, sedangkan untuk variabel growth opportunities, firms size, profitabilitas, dan risiko sistematik berpengaruh signifikan terhadap ERC.

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, disajikan dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1

Indikator Hasil Penelitian

1 Harjanti

-Leverage dan nilai buku per lembar Size: ln total asset Pertumbuhan :

Lanjutan Tabel Review Penelitian Terdahulu Size: ln total asset Opini audit: opini

Lanjutan Tabel Review Penelitian Terdahulu Size: ln total asset

Expected

Lanjutan Tabel Review Penelitian Terdahulu disclosure dan size berpengaruh positif debt to total asset Growth

Sumber : Hasil Olahan Peneliti (2015)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Pada saat pengumuman laba, informasi laba akan direspon positif oleh pemodal, pada umumnya perusahaan besar cenderung mempunyai reporting responsibility yang lebih tinggi dan mengindikasikan bahwa pada perusahaan besar Earnings Response Coefficients akan meningkat pula (Scoot,2003).

Earnings Response Coefficient yang tinggi memberikan pengaruh yang baik ke perusahaan. Setiap perusahaan berusaha meningkatkan laba setiap tahunnya dari tahun sebelumnya sehingga para investor tetap berinvestasi atau menambah investasi pada perusahaan itu. Pada kenyataannya dengan reaksi para pemegang saham dipengaruhi oleh berbagai hal. Faktor-faktor adalah firm size, leverage, profitability dan voluntary disclosure, disamping masih banyak faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi ERC tersebut. Manajemen perusahaan akan menekan rasio hutang mereka sehingga investor lebih bisa lebih percaya untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Ukuran perusahaan (firm size) perusahaan berpengaruh pada reaksi pemegang saham berkaitan dengan tingkat kepercayaan. Para investor juga mempertimbangkan luas pengungkapan sukarela yang disajikan manajemen dalam laporan keuangan yang lebih detail dan diikuti dengan data kuantitatifnya.

Pengungkapan sukarela yang dimaskud adalah pengungkapan yang melebihi dari yang diwajibkan PSAK dan Bapepam-LK (Kartadjumena, 2010). Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dapat berupa laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya industri dimana

faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan maka hubungan antara variabel dapat digambarkan dalam kerangka konseptual pada gambar 3.2 berikut ini.

Variabel Independen Variabel Intervening Variabel Dependen

p4

p5

p1 p2 p7

p3

p6

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian ini menghasilkan bahwa Earnings Response Coefficient dipengaruhi langsung oleh firm size, leverage, profitability dan voluntary disclosure serta Earnings Response Coefficient dipengaruhi secara tidak langsung oleh firm size, leverage dan profitability melalui voluntary disclosure.

1. Pengaruh firm size terhadap ERC

Ukuran perusahaan menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan akan mempunyai informasi yang lebih daripada perusahaan kecil sehingga investor akan menggunakan ukuran perusahaan sebagai salah satu faktor yang Firm Size

(X1)

Leverage (X2)

Voluntary Disclosure

(Z)

Earnings Response Coefficient (ERC)

(Y)

Profitability (X3)

dapat digunakan dalam pembuatan keputusan. Hal tersebut nampak dari hasil pengujian bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap ERC (Pimentel, 2009). Hasil penelitian Murwaningsari (2008) mengungkapkan ukuran perusahaan (firm size) terhadap Earning Response Coefficient (ERC) digunakan sebagai proksi keinformatifan harga saham. Penelitian memasukkan variabel size sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Semakin besar ukuran perusahaan akan mempunyai informasi yang lebih dari perusahaan yang kecil.

2. Pengaruh leverage terhadap ERC

Murwaningsari (2008) membuktikan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap Earnings Response Coefficient. Leverage merupakan suatu rasio yang menunjukkan sejauh mana bisnis bergantung pada pembiayaan utang.

Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi menunjukkan komposisi total utang semakin besar di banding dengan total modal sendiri sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur), berupa beban bunga. Selain itu, ada kemungkinan kegagalan pembayaran pokok utang. Informasi ini akan direspon negatif oleh investor karena beranggapan bahwa perusahaan akan lebih memilih membayar utang daripada membayar dividen. Menurut Pradipta dan Purwaningsih (2012), leverage berpengaruh negatif terhadap ERC. Penelitian Pimentel (2009) menunjukkan pengaruh leverage terhadap ERC tidak signifikansi, karena dipengaruhi tingkat suku bunga di Brazil lebih tinggi dari di negara maju dan

mengingat bahwa tingkat suku bunga mempengaruhi pendapatan dan tingkat bunga diskonto.

3. Pengaruh Profitability terhadap ERC

Menurut Naimah dan Utama (2006) serta Hasanzade (2013) bahwa Profitability memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap Earnings Response Coefficient. Berbeda dengan penelitian menurut Arfan dan Antasari (2008) bahwa Profitabilty tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Earnings Response Coefficient.

4. Pengaruh voluntary disclosure terhadap ERC

Paramita (2012) secara empiris menemukan adanya pengaruh positif signifikan luas pengungkapan sukarela terhadap ERC. Adhariani (2005) juga menghasilkan kesimpulan bahwa voluntary disclosures level berpengaruh positif terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Kesimpulan ini tetap konsisten setelah peneliti memasukkan variabel kontrol yaitu nilai buku per saham, leverage, dan opini audit. Hasil uji sensitivitas juga menunjukkan kesimpulan yang sama.

5. Pengaruh firm size, leverage, dan profitability melalui voluntary disclosure terhadap ERC

Paramita (2012) membuktikan bahwa pengaruh secara tidak langsung antara variabel size terhadap variabel ERC melalui variabel voluntary disclosure berpengaruh secara signifikan. Artinya bahwa voluntary disclosure merupakan variabel intervening untuk pengaruh tidak langsung antara size

terhadap ERC. Pada penelitian ini, peneliti menambahkan leverage dan profitability sebagai variabel dependen.

6. Pengaruh firm size terhadap voluntary disclosure

Hasil pengujian hipotesis pengaruh firm size terhadap voluntary disclosure juga diperoleh hasil yang signifikan, namun tingkat pengaruhnya sangat kecil (Paramita, 2012). Perusahaan yang besar memberikan pengungkapan sukarela secara luas dalam laporan tahunannya, hal ini karena manajemen beranggapan bahwa meningkatnya keluasan pengungkapan sukarela dapat memberikan efek positif kepada reaksi para pemegang saham.

7. Pengaruh leverage terhadap voluntary disclosure

Murwaningsari (2008) menghasilkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap voluntary disclosure. Fitriani (2001) melakukan penelitian tentang signifikasi perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela pada laporan keuangan. Dari penelitian disimpulkan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib adalah ukuran perusahaan, status perusahaan, jenis perusahaan, net profit margin. Sedang tingkat leverage dan likuiditas tidak mempengaruhi indeks kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela.

8. Pengaruh profitability terhadap voluntary disclosure

Fitriani (2001) mengungkapkan semakin tinggi keuntungan (profitability) suatu perusahaan maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mengungkapkan informasi menjadi lebih lengkap.

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.

H1 : variabel firm size, leverage, profitability dan voluntary disclosure berpengaruh langsung signifikan terhadap Earnings Response Coefficient secara simultan dan parsial,

H2 : variabel firm size, leverage dan profitability berpengaruh tidak langsung signifikan terhadap Earnings Response Coefficient melalui voluntary disclosure sebagai variabel intervening.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausalitas yang berguna untuk menganalisis pengaruh antar satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh fakta dan fenomena serta mencari keterangan-keterangan secara factual yaitu penelitan yang bersifat menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi (Sekaran, 2003:124). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013 dengan menggunakan www.idx.co.id

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari – Mei 2015.

Menurut Sugiyono (2006:72), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bersa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2013 terdapat 429 perusahaan (lampiran 1).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006:55). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling, yaitu pengambilan

sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.

Pengambilan sampel dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan non keuangan yang sahamnya tetap aktif beroperasi mulai tahun 2010 sampai bulan Desember 2013, serta mempublikasikan laporan keuangan audited secara rutin.

2. Tidak menerbitkan laporan keuangan pada tahun tertentu dalam tahun penelitian.

3. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode estimasi.

4. Memiliki data lengkap yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini.

Berdasarkan kriteria tersebut dan proses seleksi sampel pada tabel 4.1, maka diperoleh 146 perusahaan sampel (lampiran 1) dengan total observasi sejumlah 584 unit analisis untuk periode tahun 2010-2013.

Tabel 4.1

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

No Kriteria Jumlah

1 Total Perusahaan non keuangan di BEI tahun 2010-2013 429 2 Tidak menerbitkan laporan keuangan pada tahun tertentu dalam

tahun penelitian

(115) 3 Mengalami kerugian pada tahun tertentu dalam tahun penelitian (118) 4 Data untuk variabel penelitian tidak lengkap (50)

Total sampel penelitian 146

Sumber: www.idx.co.id diakses tanggal 15 Januari 2015

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi tidak langsung melalui teknik dokumentasi data sekunder berupa data laporan keuangan, laporan tahunan, harga pasar saham dan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang tercatat di BEI tahun 2010-2013 yang tersedia di www.idx.co.id. Data yang digunakan merupakan gabungan data antar perusahaan (cross sectional) dan data antar waktu (time-series) yang disebut dengan pooling data.

4.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

4.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Earnings Response Coefficient. Earnings Response Coefficient adalah Koefisien yang diperoleh dari regresi antara Cummulative Abnormal Return (CAR) sebagai proksi harga saham dan Unexpected Earnings (UE) sebagai proksi laba akuntansi yang digunakan untuk mengindikasikan atau menjelaskan perbedaan reaksi pasar atau respon harga saham terhadap informasi laba. Untuk menghitung ERC diperlukan beberapa langkah, yaitu menghitung nilai Cummulative Abnormal Return (CAR), dan menghitung nilai Unexpected Earnings (UE).

Dalam penelitian ini Abnormal Return dihitung menggunakan market-adjusted model yang mengasumsikan bahwa pengukuran expected return saham yang terbaik adalah return indeks pasar saat ini (Pincus,1993, dalam Sayekti dan Wondabio, 2007).

Tahapan menghitung Cummulative Abnormal Return (CAR) dan Unexpected Earnings (UE) sebagai berikut :

1. Abnormal return diperoleh dari : ARi,t = R

i,t – R

m,t

Keterangan :

ARi,t = Abnormal Return perusahaan i pada periode ke-t R i,t = Actual Return saham perusahaan i pada periode ke-t Rm,t = return pasar pada periode ke-t

Untuk memperoleh data abnormal return, terlebih dahulu harus mencari return saham harian dan return pasar harian.

2. Return saham harian dihitung dengan rumus:

Rit = (Pit-Pit-1) Pit-1

Keterangan :

Rit= return saham perusahaan i pada hari t P it = harga penutupan saham i pada hari t Pit-1= harga penutupan saham i pada hari t-1

3. Return pasar diwakili dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dihitung secara harian sebagai berikut :

Rmt = (IHSGt-IHSGt-1) IHSGt-1

Keterangan :

Rmt = return pasar harian

IHSGt = indeks harga saham gabungan pada hari t

IHSGt-1 = indeks harga saham gabungan pada hari t-1.

4. Menghitung Cummulative Abnormal Return (CAR)

Dengan penjelesan diatas maka CAR dapat dihitung dengan cara : CARi(-5,+5)=

t =-5Σ+5AR

it

Keterangan :

CARit = cummulative abnormal return perusahaan i pada periode ke t

Untuk mendapatkan perhitungan CAR, abnormal return setiap perusahaan akan diakumulasikan selama periode observasi yaitu 5 hari sebelum tanggal publikasi laporan keuangan, tanggal publikasi laporan keuangan dan 5 hari setelah tanggal publikasi.

5. Unexpected Earnings (UE) adalah selisih antara laba normal dan laba yang diharapkan. Unexpected Earnings diolah dengan menggunakan perbandingan data periode berjalan dengan periode sebelumnya, sehingga pada periode 2013 menggunakan perbandingan data tahun 2012.

UE = (Eit – Eit-1) Eit-1 Keterangan :

UEit = Unexpected Earnings perusahaan i pada periode t Eit = Laba akuntansi perusahaan i pada periode t

E it-1 = Laba akuntansi perusahaan i pada periode sebelumnya (t-1)

Earnings Response Coefficient merupakan koefisien yang diperoleh dari regresi antara CAR dan UE. Setelah nilai CAR dan UE diperoleh maka model yang digunakan untuk menentukan Earnings Response Coefficients (ERC) dapat dirumuskan sebagai berikut (Chaney dan Jeter, 1991) :

CARit = β0 + β1 UE

it + e

it

Keterangan :

CARit = kumulasi abnormal return dari masing-masing perusahaan selama periode 15 bulan

UEit = Unexpected Earnings β0 = Konstanta

β1 = Koefisien respon laba (ERC)

e it = Komponen error dalam model atas perusahaan i pada periode t 4.5.2. Variabel Independen

Berikut ini adalah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Firm size suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan diukur dari total aktiva. Pengukuran atas variabel ukuran perusahaan dilakukan berdasarkan natural logaritma dari total aset perusahaan (Collins dan Khotari, 1989). Berikut rumus menghitung firm size:

Firm size = Logaritma normal (ln) total aset

2. Leverage didefenisikan sebagai rasio yang mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya. Leverage mengacu pada jumlah pendanaan yang berasal dari utang perusahaan kepada kreditor. Leverage dihitung menggunakan debt to equity ratio dengan rumus berikut ini :

DER = Total Liabilities Total Ekuitas

Keterangan :

DER = Debt to equity ratio

3. Profitability didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham dimana laba diyakini sebagai informasi utama yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan (Lev,1989, dalam Sayekti dan Wondabio, 2007). Kemampuan menghasilkan laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri atau profitabilitas ekuitas (return on equity = ROE), dengan rumus:

ROE = Laba setelah Pajak Total Ekuitas Keterangan :

ROE : return on equity 4.5.3. Variabel Intervening

Variabel intervening adalah variabel yang ikut memediasi antara variabel dependen dan variabel independen. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah voluntary disclosure. Voluntary disclosure adalah pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lain yang relevan untuk pembuatan keputusan bagi para pemakai laporan tahunan (Meek dkk, 1995 dalam Gulo, 2000). Voluntary disclosure diukur dengan menggunakan indeks yaitu index disclosure yang diadopsi dari penelitian Botoson (1997) dan Suripto (1999).

Penelitian-penelitian sebelumnya dalam mengukur tingkat pengungkapan sukarela banyak menggunakan elemen pengungkapan sukarela yang diadopsi dari

Botosan (1997) dan digabung dengan Suripto (1999). Pertimbangan menggunakan metode pengukuran Botosan (1997) adalah karena telah melalui uji reliabilitas dan validitas dan hasilnya menunjukkan bahwa indeks pengungkapannya reliable dan valid. Selain itu indeks pengungkapan Botosan (1997) telah banyak dipakai di Indonesia, seperti penelitian oleh Adhariani (2005), Murwaningsari (2008) dan Paramita (2012) dengan mengukur tingkat pengungkapan sukarela pada perusahaan yang terdaftar di BEI.

Daftar item index disclosure oleh Botoson (1997) sejumlah 62 item dan Suripto (1999) sejumlah 12 item sehingga total index disclosure ada sejumlah 74 item (lampiran 2). Untuk menilai tingkat pengungkapan dilakukan penelaahan terhadap laporan tahunan perusahaan dengan melihat list item yang diungkapkan.

Kemudian total pengungkapaan perusahaan dibandingkan dengan total pengungkapan maksimum yaitu sebanyak 74 item, sehingga tingkat voluntary disclosure yang dicapai suatu perusahaan adalah:

DISC = Total pengungkapan perusahaan Total pengungkapan maksimum

Keterangan :

DISC : Total disclosure index perusahaan

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dijelaskan definisi operasional dan pengukuran variabel tercantum pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Nama Variabel Definisi Operasional Parameter

Skala

normal (ln) total aset Rasio

Independen:

DER = Total Liabilities

Total Ekuitas Rasio

ROE = Laba setelah Pajak Total Ekuitas

Metode Analisis yang digunakan adalah analisis linear berganda dan analisis jalur (path analyisis). Ghozali (2013:96) mengatakan “Analisis regresi berganda adalah hubungan dua variabel atau lebih serta menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dan variabel independen”.

Menurut Ghozali (2013: 249), “Analisis jalur merupakan perluasan jalur dari analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model causal) yang

Menurut Ghozali (2013: 249), “Analisis jalur merupakan perluasan jalur dari analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model causal) yang

Dokumen terkait