Prognosis sangat bervariasi dan tergantung pada faktor penyebab dan ciri efusi pleura. Pasien yang mencari pertolongan medis lebih dini karena penyakitnya dan dengan diagnosis yang tepat serta penatalaksanaan yang tepat pula memiliki angka komplikasi yang lebih rendah.
8. Intervensi
1. ICF target (Body Function and Body Structure Impairment target, Disability target, dan Environment Target)
a) Meningkatkan ekspansi thoraks b) Melatih otot-otot pernapasan perut
c) Mengurangi spasme pada otot-otot pernapasan dada d) Menlancarkan sirkulasi limpatik
2. Intervensi (24-72 intervensi selama 2-6 bulan)
a. Meningkatkan ekspansi thoraks (Thoracic Expansion Exercise) b. Melatih otot-otot pernapasan perut (Deep Breathing Exercise) c. Penurunan fungsi paru (Deep Breathing Exercise, Incentive
Spirometry, Mobilisasi Thoraks)
d. Mengurangi spasme pada otot-otot pernapasan dada (Massage, Stretching)
7. PNEUMONIA
Diagnosa medis: ICD 9. 486 ICD-10 : J17
A. ICF : b: 122, 280, 415,440,445,455,515,710, s:140,430, d 410-450 e.110 dan 210
B. Masalah Kesehatan
1. Definisi :
Menurut Misnadiarly (2008), pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru
. dan sel–sel tubuh mengalami kekurangan oksigen.
Menurut Burke A. Cunha, MD, (2010) pneumonia adalah gangguan menular
/peradangan paru pada parenkim paru-paru. Kebanyakan pasien memiliki gejala demam, menggigil, gejala gangguan paru (batuk, dyspnea, produksi sputum berlebih, pleuritic, nyeri dada), dan satu atau lebih infiltrat/opacities pada hasil foto x-ray dada.
2. Epidemiologi :
Data WHO tahun 2005 menyatakan bahwa proporsi kematian pada balita karena saluran pernafasan di dunia adalah sebesar 19-26%. Pada tahun 2007 diperkirakan terdapat 1,8 juta kematian akibat penumonia atau sekitar 20% dari total 9 juta kematian pada anak. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, pneumonia adalah penyebab kematian kedua pada balita setelah diare. (Depkes RI, 2009)
3. Klasifikasi:
b. Aspirasi pneumonia
Terjadi apabila tersedak dan ada cairan /makanan masuk ke paru- paru.pada bayi baru lahir, biasanya tersedak karena air ketuban atau asi.
c. Pneumonia karena infeksi virus, bakteri, atau jamur
Umumnya penyebab infeksi paru adalah virus dan bakteri sepertistreptococcus pneumonia dan haemophylus influenzae. Gejala akanmuncul 1-2 hari setelah terinfeksi. Gejala yang muncul mulai dari demam,batuk lalu sesak nafas.
d. Pneumonia akibat faktor lingkungan
Polusi udara menyebabkan sesak nafas terutama bagi yang alergi.bila tidak segera dilakukan pengobatan maka akan mengakibatkan bronchitis dan selanjutnya menjadi pneumonia.
4. Komplikasi
a. Efusi pleura: Ketika cairan menumpuk antara pleura dan dinding dada karena jumlah besar cairan yang ada di paru-paru akibat dari Pneumonia, efusi pleura dapat berkembang yang dapat
menyebabkan tekanan terhadap paru-paru, jika tidak diobati
b. Empiema: Pus mungkin ada dalam paru-paru karena infeksi dengan demikian kantong nanah dapat berkembang pada rongga antara pleura dan dinding dada, atau di paru-paru itu sendiri yang dikenal sebagai empyema.
c. Abses paru: terjadi ketika infeksi telah merusak jaringan paru-paru dan terbentuk nahah.
d. Bakteremia: Hal ini terjadi ketika infeksi tidak lagi tertahan dalam paru-paru dan bergerak ke dalam aliran darah, sehingga darah terinfeksi .
e. Keracunan darah: Ketika bakteremia terjadi septikemia dapat menyebar dan infeksi menyebar ke seluruh tubuh. f. Radang selaput meningen yang menutupi otak dan sumsum
tulang belakang, dapat ikut terinfeksi menyebabkan meningitis g. Septic arthritis : Ketika bakteremia terjadi septic arthritis juga
bahaya, karena bakteri memanifestasikan pada sendi melalui darah .
h. Endokarditis atau pericarditis: darah yang terinfeksi juga beredar melalui otot-otot jantung dan pericardium, risiko terinfeksi sangat tinggi jika otot jantung lemah (Health- cares.net, 2005).
C. Hasil Anamnesis:
Didapatkan pada anak dibawah 3 tahun atau lansia dengan adanya sering kali batuk berdahak, sputum exudat, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang pendek, nyeri dada tajam atau seperti ditusuk. Salah satu nyeri atau kesulitan bernafas dalam atau batuk. Kadang-kadang berdarah , sakit kepala atau mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang nafsu makan, kelelahan,kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot. Tidak jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain. D. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik :
- Pemeriksaan tanda vital(denyut nadi, frekuensi napas dan suhu meningkat)..
- Tekanan darah menurun.
- Sesak napas, demam, batuk, dan nyeri dada
- Terdapat bunyi mengi (wheezing) dan ronchi
- Inspeksi :
a. Regio kepala dan leher : – Ditemukan hiperarthropi otot-otot asesoris pernapasan
– Bahu nampak sedikit elevasi
karena ketegangan otot asesori pernapasan.
b. Analisis bentuk dada dan postur : – Bahu nampak sedikit elevasi dan protraksi
pada saat ekspirasi
selalu menggunakan otot aksesori pernapasan (m.scaleni sternocledomastoideus) – Postur tubuh cenderung
forward
c. Pola napas : frekuensi nafas yang meningkat (tachypnea) dan tachycardia (1:4)
- Pemeriksaan : - Palpasi : – Pump hundle movement
– Bucket hundle movement
- Perkusi : Sonor rendah.
- Auskultasi : wheezeng daerah retensi skret
- Pemeriksaan spirometri : Fev1dibawah 80 %.
2. Pemeriksaan Penunjang
- Sample sputum
- Pemeriksaan Lab darah :
a. Kadar Hb : 12-14 (wanita), 13-16 (pria) g/dl
b. Jumlah leukosit : 5000 – 10.000 /µl
c. Jumlah trombosit : 150.000 – 400.000 /µl
d. Hematokrit : 35 – 45 %
e. LED : 0 – 10 mm/jam (pria), 0 – 20 mm/jam (wanita
dilakukan untuk menentukan jenis pneumonia, tes dahak dilakukan untuk menentukan apakah itu adalah infeksi jamur atau bakteri. Tes darah dilakukan untuk memeriksa jumlah sel darah putih pasien, ini dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat keparahan pneumonia, serta untuk menentukan apakah itu adalah infeksi virus atau bakteri.
infeksi bakteri akan menghasilkan jumlah darah yang memiliki peningkatan jumlah neutrofil jumlah darah yang memiliki
peningkatan jumlah limfosit akan menunjukkan infeksi virus. - Chest X-Ray : untuk mendukung problematik yang ada.
E. Penegakkan Diagnosa
Body Structure &Function :- Ketegangan otot asesori pernafasan.
- Penurunan ventilasi pulmonal dan mobilitas thoraks
- Retensi Sputum.
- Lab darah normal
Keterbatasan Partisipasi : Makan seimbang, lingkungan sehat Keterbatasan
Aktivitas : Penurunan
Tranvers dan ambulasi
Diagnosis Fisioterapi : Penurunan tranvers dan ambulasi karena sesak nafasan , retensi mukus, demam, spasme otot asesoris (trapezius dan stenokledomastoideus).
F. Rencana Penatalaksanaan
1. Tujuan : -Membebaskan jalan nafas dan memobilisasi sputum
- Meningkatkan ventilasi dan ketersediaan oksigen.
- meningkatkan kemampuan ambulasi
2. Prinsip Terapi : - Relaksasi dengan penurunan tonus otot pernapasan
- Mengurangi penumpukan sputum
- Perbaikan ventilasi pada paru
3. Kriteria Rujukan : Dokter spesialis
G. Intervensi.
batuk/ huffing , suction, Incentive spirometri ( sesuai SOP). 2. Rileksasi: Manipulasi, MLD, Breathing exercise ( sesuai SOP).
3. Perbaikan ventilasi: ACBT, Breathing technigue, Mobilisasi toraks, incentive spirometri (sesuai SOP). (Madjoe & Marais, 2007)
H. Prognosis
Di kalangan lansia atau orang yang memiliki masalah paru-paru lain penyembuhan mungkin memakan waktu lebih dari 12 minggu. Di kalangan orang yang memerlukan perawatan di rumah sakit, mortalitas mungkin hingga 10% dan di kalangan mereka yang memerlukan perawatan intensif (ICU) mortalitas bisa mencapai 30–50%. Komplikasi bisa muncul terutama di kalangan lansia dan mereka yang memiliki masalah kesehatan dasar. Ini bisa termasuk, antara lain: emfisema, abses paru-paru, bronkiolitis obliteran, sindrom kesulitan pernafasan.
I. Sarana dan Prasarana
1. Sarana : Bed, Sphygmomanometer, Nebulizer