DAN OPTIMUM
4. Progol/Asahan
Progol Gampai
32
3.3.4 Keragaan Galur-Galur Generasi F4 dan F5 Hasil Seleksi Bulk dan
Pedigri di Kondisi Lingkungan N Optimum dan N Suboptimum Pada MT 2 atau generasi F4, galur-galur padi sudah ditanam per malai
atau per galur dan dicampur atau bulk. Jumlah rumpun yang dipanen atau diseleksi pada generasi F4 dan F5 berbeda tergantung kepada jumlah tanaman
yang memiliki penampilan baik. Jumlah tanaman persilangan Gampai/IR77674 yang diseleksi pada MT 2 dari hasil seleksi pedigri baik di lokasi N- dan N+ mencapai lebih dari 250 tanaman, masing-masing 356 dan 284 tanaman. Persilangan Progol/Asahan diseleksi di lokasi N- dan N+, masing-masing sebanyak 303 dan 265 tanaman. Tinggi tanaman pada kondisi N+ lebih tinggi dibandingkan tinggi tanaman pada kondisi N- (Tabel 3.10). Populasi Progol/Asahan memiliki tinggi tanaman lebih tinggi dari populasi Gampai/IR77674. Antara kedua metode seleksi di kedua lokasi N, tinggi tanaman tidak berbeda. Lokasi N+ juga meningkatkan jumlah anakan produktif, bobot malai, panjang malai, dan bobot malai per rumpun. Populasi yang diseleksi dengan metode pedigri memiliki karakter yang lebih baik dibandingkan metode modifikasi bulk. Penelitian Sarutayophat dan Nualsri (2010) terhadap generasi F4 dua populasi kacang yardlong membandingkan
Tabel 3.10. Rata-rata beberapa karakter generasi F4 dari kombinasi persilangan
Gampai/IR77674 dan Progol/Asahan pada kondisi lingkungan seleksi N suboptimum (N-) dan N optimum (N+)
Populasi N- N+ Pedigri KK (%) Bulk KK (%) Pedigri KK (%) Bulk KK (%) Tinggi tanaman
Gampai/IR77674 105.7b 7.4 104.7b 8.7 115.0a 7.4 113.2a 8.0 Progol/Asahan 117.8c 10.3 116.0c 9.5 130.3b 9.7 134.2a 10.7
Jumlah anakan produktif
Gampai/IR77674 9.7b 31.1 10.3b 40.6 14.1a 36.8 10.5b 33.0 Progol/Asahan 8.4b 41.1 7.6a 34.1 10.3a 41.1 8.5b 38.9
Bobot malai
Gampai/IR77674 3.8a 20.9 2.6c 19.5 3.8a 25.2 3.3b 23.8 Progol/Asahan 2.8b 50.4 2.7c 22.5 2.6c 41.2 2.9a 27.5
Panjang malai
Gampai/IR77674 27.6a 11.1 26.4b 11.3 28.6a 12.1 28.2a 9.8 Progol/Asahan 26.2b 9.9 24.7c 10.2 27.2a 10.7 26.1b 9.9
Jumlah gabah isi per malai
Gampai/IR77674 114.7a 24.5 60.4d 28.3 109.5b 30.6 100.3c 25.6 Progol/Asahan 65.0a 47.9 59.8b 34.0 56.2c 55.4 58.3b 52.4
Bobot malai per rumpun
Gampai/IR77674 27.4b 35.2 16.2d 44.2 36.5a 44.6 24.7c 38.5 Progol/Asahan 17.5a 74.2 13.2c 36.6 18.9a 62.9 15.1b 43.2
Bobot 100 butir
Gampai/IR77674 2.7b 10.7 3.0a 19.1 2.7b 11.8 2.7b 11.1 Progol/Asahan 2.9a 15.6 2.9a 17.3 2.7b 20.6 2.9a 23.1 a
Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%
33 efektivitas metode pedigri dan single seed descent (SSD) dan diketahui bahwa kedua metode sama efektif untuk mendapatkan galur berdaya hasil tinggi dan seleksi dilakukan pada generasi lanjut karena heritabilitas karakter hasil dan komponen hasil yang diamati rendah.
Jumlah tanaman yang diseleksi bulk lebih sedikit karena hanya dipilih 100 tanaman dengan penampilan baik yang kemudian di bulk untuk ditanam di musim 3 sebagai generasi F5. Hasil seleksi pedigri ditanam per nomor atau per
tanaman yang dipilih sehingga mencapai 150 galur lagi pada musim ke-3. Tanaman yang diseleksi pada musim ke-3 lebih sedikit karena diharapkan mendapat tanaman yang lebih baik dari galur-galur pilihan dari musim sebelumnya (MT2). Persilangan Gampai/IR77674 dan Progol/Asahan diseleksi tidak lebih dari 200 tanaman. Sedangkan pada seleksi bulk tetap dipilih sebanyak kurang lebih 100 tanaman dari pertanaman benih panen bulk MT 2.
Pada F4, kedua kombinasi persilangan memiliki bobot malai per
rumpun lebih besar pada kondisi lingkungan N+ dibandingkan di N-. Sedangkan jika dilihat dari metode seleksi, metode pedigri memiliki bobot malai per rumpun yang lebih besar dibandingkan bulk. Bobot malai individu generasi F4 Gampai/IR77674 berkisar antara 3-6 gram per malai.
Progol/Asahan memiliki bobot malai rendah mencapai 2 gram. Rata-rata bobot malai hasil bulk masih lebih rendah dari pedigri dengan berat di bawah 3 gram sedangkan bobot malai F5 lebih tinggi dari F4, baik dari bulk maupun pedigri di
kedua lingkungan nitrogen. Kombinasi Gampai/IR77674 bobot malai per rumpun lebih besar dari Progol/Asahan, di kedua lingkungan nitrogen. Data pada MT 3 juga menunjukkan hal yang sama, dimana hasil seleksi pedigri lebih tinggi dari bulk dan pertanaman di N+ lebih tinggi dari N-.
Rata-rata panjang malai pada kedua generasi di N- berkisar antara 27- 28 cm sedangkan di N+ lebih panjang hingga mencapai 29 cm. Panjang malai kombinasi Progol/Asahan masih lebih rendah dibandingkan Gampai/IR77674. Pada generasi F4 rata-rata jumlah gabah isi Gampai/IR77674 baik pedigri N-
dan N+ mencapai 100 butir, namun Progol/Asahan hanya berkisar 50-60 butir saja. Jumlah gabah F5 meningkat menjadi lebih dari 120 butir permalai di
kedua persilangan, baik melalui bulk maupun pedigri dan di kedua lingkungan N.
Untuk karakter bobot 100 butir populasi Gampai/IR77674 hasil seleksi modifikasi bulk memiliki bobot lebih tinggi dibandingkan metode dan lingkungan seleksi lainnya. Pada populasi Progol/Asahan seluruh metode, kecuali pedigri pada kondisi N+, bobot 100 butir tidak berbeda nyata. Jumlah anakan produktif tanaman Gampai/IR77674 berkisar antara 9-10 anakan di N- pada F4 pedigri dan bulk mencapai 14 anakan. Pada F5 jumlah anakan rata rata
menurun menjadi 8 anakan. Kombinasi Progol/Asahan rata-rata anakan lebih rendah berkisar antara 7-8 anakan, baik di F4 maupun F5, di kedua lingkungan
nitrogen. Untuk karakter tinggi tanaman, rata-rata tinggi tanaman di atas 100 cm. Tanaman lebih tinggi yang ditanam di lingkungan N+. Karakter tinggi tanaman, umur berbunga dan bobot 1000 butir merupakan karakter yang dapat digunakan sebagai kriteria seleksi karena berpengaruh positif nyata dan langsung terhadap hasil (Jambhulkar dan Bose 2014). Pada generasi F5 seluruh
34
Tabel 3.11. Rata-rata beberapa karakter generasi F5 dari kombinasi persilangan
Gampai/IR77674 dan Progol/Asahan dengan metode modifikasi bulk dan pedigri pada lingkungan produksi N suboptimum (N-) dan N optimum (N+) Populasi N- N+ Pedigri KK (%) Bulk KK (%) Pedigri KK (%) Bulk KK (%) Tinggi tanaman Gampai/IR77674 101.1c 6.9 97.6d 11.7 105.1b 7.8 111.8a 6.6 Progol/Asahan 110.6d 11.4 115.0c 8.7 120.7b 9.9 126.3a 10.9
Jumlah anakan produktif
Gampai/IR77674 8.6c 25.1 7.5d 17.8 9.8a 27.3 8.8b 18.8 Progol/Asahan 7.2b 29.2 7.3b 23.3 8.4a 29.6 7.3b 39.6
Bobot malai
Gampai/IR77674 4.2b 20.6 3.7c 21.4 4.6a 20.3 4.8a 16.7 Progol/Asahan 4.7b 25.9 4.5b 65.5 4.6b 28.1 5.3a 22.6
Panjang malai
Gampai/IR77674 27.6c 8.0 26.5d 8.4 28.7b 7.6 29.8a 6.9 Progol/Asahan 27.8a 9.3 26.1b 8.8 28.3a 8.6 27.4a 9.2
Jumlah gabah isi per malai
Gampai/IR77674 128.8c 24.6 116.8d 22.2 135.9b 25.2 150.4a 20.4 Progol/Asahan 120.0b 32.2 95.5c 33.0 122.9b 31.1 141.3a 27.9
Bobot malai per rumpun
Gampai/IR77674 26.7b 30.5 21.1c 17.6 32.2a 30.1 31.1a 19.0 Progol/Asahan 24.4a 31.4 22.4b 24.2 26.2a 39.4 28.4a 40.4
Bobot 100 butir
Gampai/IR77674 2.6b 11.0 2.8a 8.9 2.7b 10.8 2.8a 10.6 Progol/Asahan 2.9a 15.2 2.9a 12.0 2.7b 10.5 2.9a 11.1 a
Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf 5%
modifikasi bulk maupun pedigri menunjukkan nilai lebih tinggi pada kondisi lingkungan N+ (Tabel 3.11). Pada populasi Gampai/IR77674 tinggi tanaman lebih pendek dibandingkan Progol/Asahan pada kedua lingkungan produksi. Hal ini mungkin disebabkan adanya pengaruh tetua Gampai yang pendek dan lebih dominan terhadap IR77674. Karakter jumlah anakan produktif dan jumlah gabah isi lebih tinggi pada Gampai/IR77674. Seleksi dengan metode pedigri lebih tinggi dan malai panjang dibandingkan metode modifikasi bulk. Modifikasi bulk menghasilkan populasi dengan bobot malam per rumpun lebih tinggi. Untuk karakter bobot 100 butir populasi Gampai/IR77674 dari hasil modifikasi bulk memiliki bobot lebih tinggi dibandingkan hasil pedigri di kedua lingkungan produksi N- dan N+. Pada populasi Progol/Asahan seluruh metode, kecuali pedigri pada kondisi N+, bobot 100 butir tinggi dan tidak berbeda nyata.
3.3.5 Penambahan Bobot Malai Dua Populasi dari Ketiga Generasi
Bobot malai utama digunakan sebagai karakter yang digunakan pada generasi F3 untuk menentukan galur yang diteruskan pada generasi selanjutnya.
35 Jika diamati sejak generasi F3 terlihat bahwa rata-rata bobot malai meningkat
dari F3 ke F5 pada kondisi N suboptimum (Gambar 3.9). Bobot malai pada F4
menurun dari F3 baik dari populasi kombinasi Gampai/IR77674 maupun
Progol/Asahan. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan faktor lingkungan dibandingkan faktor genetik tanaman sehingga kedua populasi menunjukkan bobot yang sama menurun. Pengaruh faktor lingkungan yang tinggi dapat dilihat dari nilai koefisien keragaman yang tinggi (KK) untuk karakter bobot malai (Tabel 3.10 dan Tabel 3.11).
Gambar 3.9. Rata-rata bobot malai utama pada generasi F3, F4 dan F5
dari populasi Gampai/IR77674 dan Progol/Asahan
3.4 Simpulan
1. Terdapat keragaman karakter agronomi dari tiga populasi F3 yang diuji.
2. Heritabilitas arti luas karakter teramati tergolong rendah sampai tinggi dengan nilai tertinggi pada populasi Progol/Asahan untuk karakter bobot malai pada kondisi N suboptimum.
3. Terdapat jumlah gen dan aksi gen yang berbeda yang mengendalikan karakter panjang malai dan bobot malai pada ketiga populasi pada kondisi N suboptimum
4. Karakter panjang malai dan bobot malai pada populasi Gampai/IR77674 dikendalikan oleh banyak gen dengn aksi gen aditif.
5. Seleksi meningkatkan nilai tengah karakter bobot malai pada generasi F5
36