BAB II STRATEGI KEBIJAKAN PENDAPATAN TAHUN 2015
2.4. Permasalahan Tidak Tercapainya Target Program Bantuan dar
2.4.1. Program Bantuan dari Pusat
Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan bagian pengaturan yang tidak terpisahkan dari sistem Keuangan Negara, dan dimaksudkan untuk mengatur sistem pendanaan atas kewenangan pemerintahan pusat yang diserahkan, dilimpahkan, dan ditugasbantukan kepada Daerah.
Program bantuan dari pusat dapat bersumber dari dana perimbangan. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Pendanaan tersebut menganut prinsip money follows function, yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan.
Dana Perimbangan merupakan pendanaan Daerah yang bersumber dari APBN yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Ketiga komponen Dana Perimbangan ini merupakan sistem transfer dana dari Pemerintah pusat serta merupakan satu kesatuan yang utuh.
KAJIAN REKOMENDASI ATAS LKPJ WALIKOTA CILEGON TAHUN 2015
1. Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah penghasil. Pada dasarnya, selain dimaksudkan untuk menciptakan pemerataan pendapatan daerah, DBH juga bertujuan untuk memberikan keadilan bagi daerah atas potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini, walaupun pendapatan atas pajak negara dan pendapatan yang berkaitan dengan sumber daya alam (SDA) merupakan wewenang pemerintah pusat untuk memungutnya, namun sebagai daerah penghasil, pemerintah daerah juga berhak untuk mendapatkan bagian atas pendapatan dari potensi daerahnya tersebut.
Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak negara, meliputi: (a) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);
(b) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); dan
(c) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.
Sedangkan Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam, meliputi:
(a) Sektor Kehutanan;
(b) Sektor Pertambangan umum; (c) Sektor Perikanan;
(d) Sektor Pertambangan minyak bumi; (e) Sektor Pertambangan gas bumi; dan (f) Sektor Pertambangan panas bumi.
Besarnya proporsi dana bagi hasil antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah tergantung dari jenis pendapatan. Begitupula antara pemerintah daerah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota proporsinya tidak merata untuk setiap jenis pendapatan. Adakalanya Pemerintah Pusat mendapatkan proporsi bagi
KAJIAN REKOMENDASI ATAS LKPJ WALIKOTA CILEGON TAHUN 2015
hasil yang lebih besar dibandingkan dengan Pemerintah Daerah, seperti: Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penghasilan (PPh), namun Pemerintah Pusat juga bisa saja menerima proporsi yang lebih kecil dibandingkan proporsi bagi hasil kepada Pemerintah Daerah, seperti: Pendapatan yang bersumber dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pembagian proporsi ini tergantung dari keterlibatan Pemerintah Daerah dalam melakukan pemungutan dan dampaknya terhadap masyarakat daerah.
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah atau mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar-daerah melalui penerapan formula tertentu. DAU suatu daerah ditentukan atas alokasi dasar dan besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji pegawai negeri sipil daerah (belanja pegawai daerah) pada daerah yang bersangkutan. Sedangkan celah fiskal merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity).
Kebutuhan daerah merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum yang dicerminkan dari luas daerah, keadaan geografis, jumlah penduduk, tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah, dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah. Sedangkan kapasitas fiskal dicerminkan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak, dan Sumber Daya Alam.
Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi DAU yang relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskalnya besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar, yang mana secara implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal. Begitupula jika dibandingkan dengan alokasi dasar, daerah yang memiliki nilai celah fiskal
KAJIAN REKOMENDASI ATAS LKPJ WALIKOTA CILEGON TAHUN 2015
sama dengan nol menerima DAU sebesar alokasi dasar. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah dikurangi nilai celah fiskal. Sedangkan daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima DAU.
Pemerintah pusat bertugas untuk merumuskan formula dan melakukan penghitungan DAU dengan berdasarkan data untuk menghitung kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan/atau lembaga pemerintah yang berwenang menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Sementara itu, jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.
Pemerintah pusat menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan karakteristik Daerah. Sedangkan kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian teknis pelaksana program/kegiatan.
Berbeda dengan daerah penerima DBH dan DAU, daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari alokasi DAK. Dana Pendamping tersebut harus dianggarkan dalam APBD pada periode bersamaan dengan dianggarkannya DAK dalam APBN. Namun, untuk
KAJIAN REKOMENDASI ATAS LKPJ WALIKOTA CILEGON TAHUN 2015
daerah dengan kemampuan fiskal tertentu atau daerah yang selisih antara penerimaan umum APBD dan Belanja Pegawainya sama dengan 0 (nol) atau negatif, tidak diwajibkan menyediakan Dana Pendamping tersebut.
Berikut ini dikemukakan besarnya rencana dan realisasi dana perimbangan daerah yang sah Kota Cilegon Tahun Anggaran 2015, dimana realisasi dana perimbangan tidak tercapai sesuai target, dengan tingkat ketercapaian hanya sebesar 94,09 persen, atau sebesar Rp 578.569.089.759,00 dari target dana perimbangan sebesar Rp 614.898.738.000,00.
Tabel 2.2.
Rencana dan Realisasi Dana Perimbangan Daerah yang Sah Kota Cilegon Tahun Anggaran 2015
No. URAIAN ANGGARAN (Rp.) Keterangan Simbol
Rencana Realisasi (%) 1. Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak 94.190.914.000,00 59.127.625.759,00 62,77 Tidak Tercapai (Perlu Upaya Keras) 2. Dana Alokasi Umum 514.376.024.000,00 514.376.024.000,00 100,00 Tercapai 3. Dana Alokasi Khusus 6.331.800.000,00 5.065.440.000,00 80,00 Akan Tercapai Jumlah Dana Perimbangan 614.898.738.000,00 578.569.089.759,00 94,09 Akan Tercapai
Sumber: LRA Kota Cilegon Tahun 2015 (unaudited)
Pada tabel di atas, terlihat bahwa kecuali dana perimbangan dari Dana Alokasi Umum, dana perimbangan dari Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak maupun Dana Alokasi Khusus tidak dapat memenuhi sebagaimana target rencana yang telah ditetapkan. Permasalahan tidak tercapainya target program bantuan dari pusat sebagai berikut:
a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
1. Adapun capaian yang kurang signiflkan target yaitu penerimaan Bagi Hasil Pajak dari PPH pasal 21, 25, dan 29 dari target Rp. 82.759.363.000,- terealisasi Rp. 49.655.617.800,-. Perlu disampaikan bahwa Pemerintah Kota Cilegon dalam menentukan target mengacu pada Peraturan Presiden RI Nomor 36 tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015. Untuk Dana Bagi Hasil Pajak Penghasilan
KAJIAN REKOMENDASI ATAS LKPJ WALIKOTA CILEGON TAHUN 2015
Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri danPajak Penghasilan Pasal 21 Tahun Anggaran 2015, hal tersebut dikarenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, 25 dan 29 merupakan komponen pajak pusat yang dikelola Kementerian Keuangan melaui Kantor Pajak Pratama Kota Cilegon, sehingga Pemerintah Kota Cilegon hanya menerima bagi hasil atas capaian pendapatan yang dipungut atau dikelola oleh Kantor Pajak Pratama Kota Cilegon.
2. Seperti halnya capaiaan target pasal 21, 25 dan 29. Pemerintah Kota cilegon dalam menentukan target Komponen DBH Bukan Pajak / Sumber Daya Alam baik Sumber daya Hutan, DBH Sumber Daya Pertambangan Bumi, DBH Pertambangan Umum dan SDA Perikanan berdasarkan Peraturan Presiden RI nomor 36 tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015, Dana Bagi Hasil tersebut merupakan komponen pajak pusat yang dikelola Kementerian Keuangan. Sehingga Pemerintah Kota Cilegon hanya menerima Bagi Hasil atas Capaiaan Pendapatan Pajak yang dipungut atau dikelola Kementrian Keuangan.
b. Dana Alokasi Khusus
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI nomor 92/PMK.07/2015 bahwa Dana Alokasi Khusus Bagi Pemerintah Kota Cilegon sebesar Rp. 6.331.800.000,- namun pada realisasi sebesar Rp. 5.065.440.000,- hal tersebut disebabkan SKPD penerima dana alokasi khusus terlambat dalam mengajukan pencairan anggaran tahap ke 4 pada Triwulan IV Tahun Anggaran 2015.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dimungkinkan timbul sebagaimana tersebut di atas, dapat dilakukan beberapa upaya sebagai berikut: 1. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
Upaya pencapaian target realisasi dana perimbangan dapat dilakukan dengan melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Kantor Pajak Pratama Kota Cilegon dalam upaya peningkatan pendapatan dari Bagi Hasil Pajak Penghasilan, diantaranya melakukan sosialisasi yang lebih intensif terhadap badan/peru sahan/tenaga kerja asing tentang Pajak Penghasilan.
KAJIAN REKOMENDASI ATAS LKPJ WALIKOTA CILEGON TAHUN 2015
2. Dana Alokasi Khusus
Dalam upaya pencapaian target realisasi dana alokasi khusus SKPD penerima Dana Alokasi Khusus harus pro aktif dalam berkoordinasi dengan Instasi Terkait agar penyerapan anggaran Dana Alokasi Khusus dapat lebih maksimal. Memperhatikan dan melaksanakan sesuai Juklak dan Juknis yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan penyerapan dana alokasi khusus.