• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program PLPBK (Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas) merupakan lanjutan transformasi sosial dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). P2KP dan PLPBK adalah agenda pembangunan masyarakat dimana fokus utama program guna menanggulangi kemiskinan melalui pembangunan pada bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Program PLPBK fokus kepada kegiatan penataan lingkungan permukiman melalui pendekatan secara komprehensif dan terpadu.2 Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas atau

PLPBK pertama kali digulirkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya pada tahun 2008. Secara umum, program dijalankan berdasarkan petunjuk teknis yang diperuntukkan bagi pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten atau kota, konsultan dan masyarakat yang digunakan sebagai acuan proses seleksi sasaran program PLPBK. Menurut Petunjuk Teknik, pelaksanaan program PLPBK memiliki tujuan yaitu mewujudkan proses pemilihan dan penetapan lokasi penerima kegiatan sesuai kriteria lokasi yang dilakukan secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Adapun tahapan persiapan dan kriteria lokasi penerima program PLPBK dilakukan dengan penyiapan Surat Pemberitahuan dan Pengumuman Seleksi. Kemudian pembentukan TS (Tim Seleksi) tingkat pusat dan sosialisasi pelaksanaan melalui kegiatan seleksi yang akan diselenggarakan bersama. Hal ini melibatkan jajaran pemerintah daerah, KMW dan Korkot (Koordinator Kota) serta perwakilan dari calon lokasi penerima program PLPBK.3 Program pun diberikan kepada wilayah

yang kumuh dan padat penduduk dengan jumlah keluarga miskin masih tinggi. Total bantuan sebesar satu miliar yang berasal dari pemerintah pusat. PLPBK juga merupakan program reward bagi BKM atau LKM yang terpilih dengan pembukuan keuangan PNPM Mandiri yang baik dalam pengelolaannya serta peran aktif BKM atau LKM dalam mengelola dana bantuan program PNPM Mandiri yang telah diberikan. Desa Tugu Jaya terpilih untuk mendapatkan program PLPBK disebabkan kinerja BKM Tugu Jaya Mandiri dalam mengelola keuangan PNPM Mandiri paling baik se-Kabupaten Bogor.4

“Jadi ini kan program reward untuk BKM-BKM di Kabupaten Bogor yang ditinjau pertama kali dari setiap adanya pinjaman bergulir nah kami masuk tingkat pengembaliannya bagus. BKM Tugu Jaya Mandiri itu masuk kategori terbaik dari lainnya (desa lain) maka kami masuk calon mendapatkan program ini. Setelah itu, tentu ada tim penilai yah dari tingkat provinsi sampai bagian infrastruktur turun. Hasilnya alhamdulillah Tugu Jaya itu dari sekian yang masuk nominasi dari beberapa kecamatan, beberapa desa juga se-Kabupaten Bogor kami

2Berdasarkan keterangan pada www.p2kp.org/datapnpmdetail.asp?mid=41&catid=29&

3Tersedia pada: http://www.p2kp.org/pustaka/files/FA_Juknis_Tata_Cara_Seleksi_PLPBK_Mei_ 2013_rev050613.pdf

4Terdapat Instrumen Pengukuran Kinerja Pembukuan Sekretariat BKM / LKM pada Program PLPBK di Lampiran 4.

masuk jadi nomor satu mendapatkan program PLPBK dengan skor 8 dari 10 maka dari itu, masyarakat disuruh mengusulkan program apa yang mereka butuhkan maka perwakilan-perwakilan di masing-masing wilayah mengadakan konsolidasi dengan warga, dicrosscheck apa kira-kira kebutuhan yang paling prioritas. Data itu dikumpulkan berbarengan dengan perwakilan di setiap RT/RW datang ke balai desa. Disana dipilih kebutuhan yang sangat mendesak ternyata hasilnya masyarakat butuh air bersih.” (YD, 52 tahun, Ketua UPL (Unit Pengelolaan Lingkungan) Desa Tugu Jaya)

Program LPBK sendiri tidak langsung diputuskan oleh pihak BKM Tugu Jaya Mandiri namun diadakan rembug desa yang dihadiri oleh setiap perwakilan RW/RT dan tokoh-tokoh masyarakat di balai desa. “Awalnya gak langsung dikasih mas, jadi ditanya ‘siap gak nih Desa Tugu Jaya buat program PLPBK ini?’” (SN, 47 tahun, Koordinator BKM Tugu Jaya Mandiri). Desa Tugu Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor menjadi desa yang pertama kali mendapatkan bantuan program PLPBK di Kabupaten Bogor.5

“Desa Tugu Jaya, desa percobaan mas. Desa lain mah gak rumit, kita doang (yang rumit). Tapi itu jadi panutan buat desa lain.” (NND, 56 tahun, Ketua BPAB (Badan Pengelolaan Air Bersih) Desa Tugu Jaya)

Setelah perwakilan masyarakat menyatakan siap, tidak serta merta bantuan berbentuk dana satu miliar dari pemerintah langsung datang. Awal berjalannya PLPBK, pihak BKM mengikuti prosedur yang sudah dibuat dari pemerintah pusat dengan membentuk beberapa kelompok kerja seperti TIPP (Tim Inti Perencanaan Partisipatif), perekrutan TAP (Tenaga Ahli Perencanaan), dan pembentukan Pokja (Kelompok Kerja) yang terdiri dari Pokja Lingkungan Hidup, Pokja Pendidikan dan Kesehatan, Pokja Sarana dan Prasarana, dan Pokja Pelayanan Publik. BKM bersama kelima Pokja melakukan transek sosial dan musyawarah di tingkat RT maupun RW. Transek sosial dilakukan untuk melihat potensi dan masalah yang ada di masyarakat. Hasil dari transek sosial menunjukkan bahwa air bersih menjadi kebutuhan utama masyarakat. Saat itu, masyarakat merasa sulit untuk memperoleh air bersih khususnya pada RW 02, RW 03, dan RW 04. Memang tidak semua RW (rukun warga) atau kampung yang mengusulkan air bersih disebabkan beberapa RW atau kampung sudah memiliki sumber air bersihnya sendiri seperti dari sumur namun atas kesepakatan bersama, akhirnya masyarakat Desa Tugu Jaya memutuskan air bersih sebagai prioritas utama mereka dalam program PLPBK.

RW-RW yang mendapatkan bantuan air bersih dalam program PLPBK yaitu RW 2, RW 3, RW 4, RW 6, RW 10, dan RW 11. Pada RW 10 dan RW 11, masyarakat sudah memiliki sumber air tetapi kualitas airnya tidak memenuhi standar baik atau kualitas air tanahnya sangat buruk.

“Dari warga airnya banyak zat besi, kuning gitu mas kalau diangkat abis dicuci nguning gitu, makanya air bersih dipasang. Ngobrol sama bapak-bapak di kampung ini bair langsung pasang.” (SPT, 42 tahun, responden)

Terpilihnya air bersih sebagai kebutuhan pada program PLPBK merupakan hasil kesepakatan bersama masyarakat Desa Tugu Jaya. Masyarakat melihat masih banyak yang sangat kesulitan untuk menjangkau air bersih. Program PLPBK di Desa Tugu Jaya telah memberi kemudahan bagi masyarakat untuk menikmati air bersih dari potensi lingkungan atau komunitasnya sendiri secara lebih luas. “Disini 20 meter digali juga gak keluar airnya. Susah air mas.” (ARS, 46 tahun, responden) Tidak adanya sungai di Desa Tugu Jaya juga menjadi salah satu kendala. Maka kegiatan pemberdayaan pun difokuskan pada pembangunan jalur air bersih dari Gunung Salak langsung dan membangun swadaya masyarakat untuk mau menyumbangkan dana ataupun tenaga. Dana yang datang secara berskala dan tidak secara penuh membuat masyarakat berswadaya agar program air bersih PLPBK ini tetap dapat berjalan. Pemasangan paralon sendiri di rumah-rumah warga memakan biaya sebesar seratus ribu rupiah.

“Warga pinginnya air bersih. Jadinya diajuin ke balai desa, seratus ribu buat masangnya dulu di rumah-rumah warga.”(EKM, 52 tahun, responden)

Selanjutnya, TPP (Tim Pelaksana Pembangunan) melakukan tugasnya dalam pelaksanaan langsung di lapangan seperti pemasangan pipa langsung dari Gunung Salak dan melakukan berbagai pendekatan dengan masyarakat seperti masalah perizinan tanah yang bisa digunakan.

“Cari sumber air lain, dulu SGT sama saya yang turun langsung ke lapangan, minta konfirmasi dulu yang punya disitu. Di kampung ini (Kampung Batu Karut) gak bisa sembarangan karena harus minta izin sama masyarakat yang udah biasa ngambil air disitu maka diaturlah baiknya gimana.” (DD, 47 tahun, relawan desa)

Pada pelaksanaannya, tidak hanya TPP yang terjun ke lapangan tetapi dibantu juga oleh TP dan kelima Pokja. TP (Tim Pemasaran) sendiri memiliki tugas utama yakni mencari stakeholder lainnya untuk menbantu dari segi bentuk pendanaan dalam program air bersih PLPBK. BKM Tugu Jaya Mandiri pun membentuk kepengurusan BPAB (Badan Pengelola Air Bersih) agar output dari program air bersih PLPBK

dapat terus dimanfaatkan masyarakat. Berikut adalah bagan kepanitian program air bersih PLPBK Desa Tugu Jaya. (Gambar 2)

Sumber: Hasil wawancara dengan Kordinator BKM Tugu Jaya Mandiri

Kemudian agar program ini dapat terus berjalan, setiap bulan masyarakat atau masyarakat atau warga komunitas perlu menyisihkan uang mereka sebesar tiga ribu rupiah dan membayar tujuh ratus rupiah per kubiknya. Besarnya biaya tersebut merupakan hasil musyawarah warga komunitas. Dana yang sudah terkumpul dipergunakan oleh BPAB (Badan Pengelolaan Air Bersih) untuk biaya operasi mesin dan perbaikan paralon bila terdapat kerusakan dan lainnya. Keberhasilan program PLPBK hanya dapat diperoleh dengan adanya komitmen penuh dari semua pihak.

Gambar 2. Bagan kepanitiaan program air bersih PLPBK Desa Tugu Jaya

(Sumber: Hasil wawancara dengan Koordinator BKM Tugu Jaya Mandiri) TPP (TIM

PELAKSANA PEMBANGUNAN) Ketua : Sugandi Sigit Anggota-anggota: - Nanda (Ketua BPAB) - Yudi (Ketua UPL, Unit Pengelolaan Lingkungan)

- Daud (tokoh pemuda) - Nanang - masyarakat lainnya.. Sekretaris Umum : Dini Mardianti Bendahara Umum : Siti Holisoh [Koordinator BKM] Hj. Samani TP (TIM PEMASARAN) Ketua : Hj. Samani Anggota-anggota:

- Mumu Apek (sekretaris) - Syarif Najamuddin - Deni Saputra - Imang Irawan - Siti Juariah

Dokumen terkait