• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bimbingan adalah pemberian bantuan oleh seseorang kepada orang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian, dan pemecahan masalah. Bimbingan bertujuan untuk membantu seseorang agar bertambah kemampuan bertanggung jawab atas dirinya (Sukardi, 1983 : 23).

Menurut Prayitno (1999) bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu, baik perseorangan maupun kelompok oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Bimbingan tersebut bertujuan untuk memecahkan masalah yang dilakukan oleh klien atas kemampuan dan kemauan klien sendiri, dengan menggunakan berbagai bahan, interaksi, nasehat, ataupun gagasan serta alat-alat tertentu sesuai dengan norma-norma yang berlaku, tanpa memaksakan keinginannya kepada klien.

Bimbingan yang diberikan kepada anak bertujuan supaya anak tersebut mampu untuk memahami diri dan lingkungannya, mampu mengatur kehidupannya sendiri secara bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan tugas perkembangannya secara optimal.

Bimbingan klasikal merupakan bimbingan yang dilakukan dalam setiap kelas. Perencanaan program bimbingan klasikal/kelompok dalam bidang-bidang bimbingan, baik perencanaan program harian, mingguan, semesteran dan juga program tahunan disesuaikan dengan kebutuhan anak. Menurut Prayitno (2004: 65-68), ada 4 macam bidang bimbingan yaitu :

a. Bidang Bimbingan Pribadi.

Bidang bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan pribadi yang tangguh dan beriman serta bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri, serta sehat jasmani dan rohani.

b. Bidang Bimbingan Sosial.

Bidang bimbingan sosial bertujuan untuk membantu anak mengenal dan mampu berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti yang luhur.

c. Bidang Bimbingan Belajar.

Bidang bimbingan belajar bertujuan untuk membantu anak mengembangkan diri, sikap kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkan melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.

d. Bidang Bimbingan Karier.

Bidang bimbingan karier bertujuan untuk membantu anak merencanakan dan mengembangkan cita-cita untuk masa depan kariernya.

2. Pengertian Program Bimbingan

Winkel (1997 : 119) mengartikan program bimbingan sebagai suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun ajaran. Sedangkan Nawawi (1986 : 32) menjelaskan bahwa program bimbingan di sekolah merupakan bagian dari kegiatan kependidikan. Kegiatan itu sebagai kegiatan yang disengaja, harus

direncanakan, dan dilaksanakan secara terarah dan sistematik agar berdaya dan berhasil guna dalam pencapaian tujuan.

E. Pengertian dan Kurikulum Pendidikan Taman Kanak-Kanak 1. Pengertian Taman Kanak-Kanak

PP RI No. 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah, Bab I Pasal I Ayat ( 2 ) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Taman Kanak-Kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar (Patmonodewo,2003 : 43-44). Satuan pendidikan prasekolah meliputi Penitipan Anak, Kelompok Bermain, dan Taman Kanak-Kanak.

Masih menurut Patmonodewo dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/U/19992 Bab I Pasal 2 Ayat (1) telah dinyatakan bahwa Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani anak didik sesuai dengan sifat-sifat alami anak. Biehler dan Snowman (1993) menggunakan pengertian anak prasekolah untuk anak-anak yang berusia 3 sampai 6 tahun.

Taman Kanak-kanak termasuk dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).. PAUD diselenggarakan dalam upaya membantu meletakkan dasar perkembangan anak sebelum memasuki pendidikan dasar. Usia dini merupakan masa peka untuk menerima stimulasi dan sangat menentukan bagi perkembangan selanjutnya. Bagi anak yang memperoleh pendidikan, stimulasi diberikan juga agar anak dapat mempersiapkan diri memasuki pendidikan dasar

dengan lebih baik. Pendidikan Anak Usia Dini dalam lembaga formal di Indonesia disebut pendidikan Taman Kanak-Kanak.

PAUD mempunyai misi sebagai berikut:

a. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak bangsa untuk mengikuti PAUD sesuai dengan potensi dan kemampuan dasar yang dimilikinya.

b. Memperbaiki mutu dan relevansi PAUD sehingga mampu memasuki persaingan bebas di tingkat nasional, regional, dan global.

c. Memperbaiki kemampuan manajemen dan kapasitas institusional pengelola PAUD sehingga mampu memberikan pelayanan yang prima dan professional terhadap masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan. d. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara

utuh sejak usia dini.

e. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan PAUD berdasarkan prinsip otonomi daerah dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan misi tersebut maka PAUD bertujuan untuk berkembangnya seluruh potensi anak usia dini secara optimal agar terbentuk pembiasaan perilaku dan kemampuan dasar sesuai tingkat perkembangannya. Pembaharuan sistem pendidikan memerlukan strategi tertentu. Strategi pembangunan PAUD dalam peraturan pemerintah ini meliputi:

a. Usaha pemerataan PAUD melalui jalur informal, nonformal, dan formal. b. Pelaksanaan PAUD jalur formal yang berbentuk taman kanak-kanak,

raudhatul athfal, dan bentuk lain yang sederajat.

c. Pelaksanaan PAUD jalur nonformal yang berbentuk tempat penitipan anak, kelompok bermain, dan bentuk lain yang sederajat.

d. Usaha peningkatan mutu PAUD melalui jalur formal dengan penerapan standar nasional pendidikan.

e. Peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan melalui pelatihan yang berkala.

f. Penerapan prinsip belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. g. Integrasi antara kesehatan, gizi, dan psikososial.

h. Sarana dan prasarana pendidikan yang memenuhi persyaratan tumbuh kembang anak.

i. Pendanaan PAUD yang menitikberatkan pada pendanaan dari partisipasi masyarakat.

j. Usaha peningkatan mutu PAUD melalui peningkatan evaluasi, akreditasi, dan pengawasan.

2. Kurikulum Taman Kanak-Kanak

Untuk dapat memberikan pendidikan yang dapat dipertanggung jawabkan, maka diperlukan sebuah rencana pendidikan yang sistematis, yang disebut kurikulum. Dalam kurikulum ini tercantum segala sesuatu yang akan dilakukan untuk mendidik anak dan yang berhubungan erat dengan pendidikan tersebut, misalnya, tujuan pendidikan, mata pelajaran atau kegiatan di sekolah, bahan pelajaran dan perinciannya dan cara pelaksanaannya.

Kurikulum adalah seluruh usaha atau kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Anak tidak terbatas belajar dari apa yang diberikan di sekolah saja. Seluruh pengembangan aspek seseorang dijangkau dalam kurikulum ini, baik aspek fisik, intelektual, sosial maupun emosional ( Patmonodewo, 2003 : 56 ). Kurikulum ini meliputi sarana dan prasarana.

Menurut Patmonodewo ( 2003 : 56 ) ada berbagai bentuk kurikulum yang dikembangkan oleh para ahli dalam bidang pendidikan yaitu:

a. Kurikulum yang sifatnya terpisah-pisah. Artinya setiap mata pelajaran mempunyai kurikulum tersendiri.

b. Kurikulum yang saling berkaitan. Antara masing-masing mata pelajaran ada keterkaitannya, antara dua mata pelajaran masih ada kaitannya. Dengan demikian anak dapat kesempatan untuk melihat keterkaitan antar mata pelajaran.

c. Kurikulum yang terintegrasikan. Dalam kurikulum ini anak mendapat pengalaman yang luas karena antara satu mata pelajaran dengan mata

pelajaran yang lain saling berkaitan. Dengan demikian seluruh mata pelajaran merupakan satu kesatuan yang utuh atau bulat.

Masih menurut Patmonodewo, kurikulum Taman Kanak-Kanak banyak mengalami perkembangan, antara lain :

a. Kurikulum TK 1976

Kurikulum TK 1976 ini memiliki prinsip-prinsip :

1) Prinsip fleksibilitas. Agar program pengembangan kepribadian anak didik sesuai dengan kebutuhan rohani dan jasmani, diperlukan penetapan berbagai bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang berisikan berbagai bidang pengembangan kepribadian tersebut harus fleksibel sehingga dapat dimengerti oleh pribadi anak didik. Prinsip fleksibilitas di dalam program kegiatan TK harus menyesuaikan lingkungan di sekitar anak, misalnya latar belakang ekonomi dan kebudayaan anak didik.

2) Prinsip efisiensi. Efisiensi tidak hanya menyangkut penggunaan waktu secara tepat akan tetapi juga menyangkut masalah pendayagunaan tenaga, fasilitas dan pembiayaan secara maksimal. Kehidupan anak didik TK merupakan bagian kecil dari keseluruhan kehidupan anak didik selama 24 jam. Dari 24 jam tersebut hanya tiga jam saja anak didik tersebut berada di TK. Oleh karena itu kalau waktu yang terbatas ini tidak dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk perkembangan kepribadiannya maka akan terjadi pemborosan. Hal ini merupakan gejala ketidak efisienan.

b. Kurikulum TK 1984

Dalam ketetapan MPR No II / 1983 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945 dinyatakan bahwa sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat sekaligus meningkatkan kreativitas, mutu, dan efisiensi. Penyesuaian ini dilaksanakan antara lain melalui perhatian kurikulum sebagai salah satu upaya perbaikan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Pembenahan kurikulum ini diharapkan dapat memberikan peluang yang lebih besar kepada siswa untuk memperoleh pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat, kebutuhan, dan kemampuannya. Pengembangan kurikulum diadakan secara bertahap dalam arti bahwa upaya pemantapan tetap diadakan secara terus menerus. Ini penting mengingat kurikulum harus selalu disesuaikan dengan tahap pembangunan nasional melalui

penyempurnaan isi, bentuk, dan cara penyajiannya.

Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia prasekolah merupakan masa yang menentukan bagi perkembangan anak pada tahapan perkembangan selanjutnya. Dalam masa ini anak berada pada situasi peka untuk menerima rangsangan dari luar. Bila pada masa ini anak memperoleh rangsangan yang sesuai tahap perkembangan anak, maka kemampuan anak akan berkembang dengan optimal.

Tujuan pendidikan TK mengacu pada tujuan pendidikan nasional yang digariskan dalam GBHN 1983. Tujuannya adalah (1) meletakkan

dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan daya cipta, yang diperlukan untuk hidup di lingkungan masyarakat; (2) memberikan bekal kemampuan dasar untuk memasuki jenjang sekolah dasar; (3) memberikan bekal untuk mengembangkan diri sesuai asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup. Guna menunjang tujuan di atas maka program kurikulum 1984 mencakup bidang-bidang pengembangan sebagai berikut : (1) Pendidikan Moral Pancasila; (2) Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa; (3) Kemampuan Berbahasa; (4) Perasaan, Kemasyarakatan, dan Kesadaran Lingkungan; (5) Daya Cipta; (6) Pengetahuan; (7) Jasmani dan Kesehatan.

c. Kurikulum TK 1994

Program kegiatan belajar TK merupakan sistem catur wulan, yaitu pembagian satu tahun ajaran menjadi tiga penggalan waktu catur wulan satu dan catur wulan dua, masing-masing berlangsung 12 minggu efektif, sedangkan catur wulan tiga berlangsung tiga bulan, Senin sampai dengan Sabtu, minimum 2 jam 30 menit (150 menit) setiap hari atau lima jam pertemuan. Satu jam pertemuan sekitar 30 menit.

Dalam pelaksanaan pendidikan TK dinyatakan bahwa : (1) TK adalah salah satu bentuk pendidikan sekolah yang bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan keluarganya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya; (2) pendidikan TK tidak merupakan persyaratan untuk memasuki sekolah dasar; (3) program pendidikan

kelompok A dan kelompok B bukan merupakan jenjang yang harus diikuti oleh setiap anak didik; (4) pelaksanaan pendidikan di TK menganut prinsip bermain sambil belajar karena dunia anak adalah dunia bermain.

Pendidikan prasekolah harus memperhatikan beberapa prinsip pendidikan, antara lain: (1) TK merupakan salah satu bentuk awal pendidikan sekolah, untuk itu TK perlu menciptakan situasi pendidikan yang dapat memberikan rasa aman dan menyenangkan; (2) masing-masing anak perlu mendapatkan perhatian yang bersifat individual, sesuai dengan kebutuhan anak usia prasekolah; (3) perkembangan adalah hasil proses kematangan dan proses belajar; (4) kegiatan belajar mereka adalah pembentukan perilaku melalui pembiasaan yang terwujud dalam kegiatan sehari-hari; (5) sifat kegiatan belajar di TK merupakan pengembangan kemampuan yang telah diperoleh di rumah; (6) bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik.

d. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum Berbasis Kompetensi membagi fokus kurikulum menjadi dua ( Kurikulum Hasil Belajar, 2002 )

1) Fokus Kurikulum Anak Usia 1-3 tahun

Ditekankan pada pengembangan berbagai potensi anak yang meliputi perkembangan fisik, bahasa dan komunikasi, pengembangan intelektual, aspek perilaku yang meliputi sosial emosional, disiplin, dan konsep diri, dan aspek pengembangan moral, agama dan seni.

Sejalan dengan pertambahan usia anak, bertambah pula kemampuan anak pada setiap aspek perkembangannya.

Berbagai kemampuan dan keterampilan dasar mulai dikuasainya, pertumbuhan otot semakin berkembang dan pada usia ini anak semakin aktif dan senang melakukan penjelajahan di lingkungannya sehingga dia akan memperoleh pengetahuan atau konsep-konsep sederhana. Ia juga mulai senang berbicara sehingga kosa katanya meningkat. Untuk memenuhi keaktifan dan kesenangan bermainnya maka pembelajaran yang dilakukan harus memenuhi ciri khas anak yaitu dilakukan dengan bermain

2) Fokus Kurikulum Anak Usia 4-6 tahun

Kurikulum anak usia 4-6 tahun juga difokuskan pada

pengembangan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya, mengenalkan anak dengan dunia sekitar, mengembangkan sosialisasi, mengenalkan pada peraturan dan menanamkan disiplin pada anak. Hal-hal tersebut dikembangkan dalam aspek-aspek yang mencakup perkembangan fisik, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan bahasa dan komunikasi, seni dan daya pikir.

Anak pada usia ini mempunyai rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap sesuatu hal. Ia memiliki sikap berpetualang dan keingintahuan yang kuat. Ia senang memperhatikan dan banyak bertanya. Sesuai dengan ciri anak usia ini yang mengembangkan dirinya dan membangun pengetahuannya dan keaktifannya saat ia

menjelajahi lingkungan sekitarnya, maka pembelajaran dibuat secara natural, hangat dan menyenangkan melalui kegiatan bermain. Anak lebih banyak belajar dengan cara berbuat dan mencoba langsung dari pada dengan cara mendengarkan orang dewasa yang menjelaskan kepadanya.

e. Developmentally Appropriate Practice (DAP)

Kurikulum pendidikan anak TK dikembangkan berdasarkan DAP. Developmentally Appropiate Practice (DAP) diartikan sebagai pendidikan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Konsep DAP muncul karena banyaknya kurikulum yang dikembangkan di sekolah-sekolah Amerika pada kurun waktu tahun 1960-an sampai akhir 1970-an tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Penerapan konsep DAP dalam pendidikan anak memungkinkan para pendidik untuk memperlakukan anak sebagai individu yang utuh dengan melibatkan 4 komponen dasar yang ada pada diri anak yaitu pengetahuan, keterampilan, sifat alamiah dan perasaan ( Megawangi, 2004 : 3 ). Pikiran, imajinasi, keterampilan, sifat alamiah, dan emosi anak bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Apabila sistem pembelajaran di sekolah dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan, maka perkembangan intelektual, sosial, dan karakter anak dapat terbentuk secara simultan. Oleh karena itu sistem pendidikan yang sesuai dengan konsep DAP dianggap dapat mempertahankan bahkan meningkatkan gairah dan semangat anak-anak untuk belajar.

2. Bimbingan Konseling di Taman Anak-anak

Orientasi guru TK mengikuti sudut pandang bidang Bimbingan Konseling. Fokus perhatian guru pembimbing adalah membantu binimbing agar masing-masing aspek seperti aspek fisik-seksual, psiko-sosial, moral-spiritual, afektif, dan kognitif semakin berkembang seutuhnya sebagai pribadi. Orientasi guru pembimbing mengacu pada 3 sudut pandang, yaitu :

a. Orientasi Individual/Perseorangan

Guru pembimbing memfokuskan perhatiannya pada keunikan individual, tanpa mengabaikan kepentingan siswa secara keseluruhan. Arah perhatiannya adalah agar masing-masing binimbing memperoleh sebanyak mungkin manfaat dari pengalamannya di sekolah.

b. Orientasi Perkembangan

Tujuan dari segenap layanan bimbingan adalah agar masing-masing binimbing semakin berkembang seutuhnya dan seoptimal mungkin sebagai pribadi. Pelayanan bimbingan dilakukan untuk membantu binimbing menjalankan tugas-tugas perkembangannya, agar potensinya semakin teraktualisasikan, dan terbantu dalam mewujudkan kematangan kepribadiannya.

c. Orientasi Masalah/Kebutuhan

Dalam rangka membantu masing-masing binimbing agar semakin berkembang, guru harus mengarahkan perhatiannya pada timbulnya masalah (pendekatan preventif), membantu mengatasi masalah yang sedang dihadapi (pendekatan remedial) dan membantu untuk memenuhi serta menjalankan

tugas perkembangannya (pendekatan preventif developmental) baik secara individual maupun kelompok atau klasikal.

Dalam praktek, setiap guru TK seharusnya mengikuti atau mempraktekkan ketiga orientasi tersebut. Artinya guru TK juga dapat berperan sebagai guru pembimbing, sekalipun tidak secara eksplisit disebut sebagai guru pembimbing dan kegiatannya sebagai pelayanan bimbingan. Pelayanan bimbingan di TK menyatu dalam semua kegiatan pendidikan di TK. Kegiatan pendidikan di TK adalah kegiatan pembimbingan dan guru berperan sebagai pembimbing

Materi Bimbingan TK beorientasi pada kegiatan belajar sambil bermain yang ditekankan pada pengembangan potensi di bidang fisik ( koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi ( daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap, perilaku, serta agama ). Bahasa dan komunikasi menjadi kemampuan yang utama dimiliki oleh anak.

Proses Bimbingan TK dilakukan secara terpadu dan berulang-ulang. Menurut kurikulum berbasis kompetensi (KBK), proses bimbingan TK harus mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak

Kegiatan bimbingan pada TK harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak TK adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan fisik maupun psikis. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembimbingan dilakukan dengan memahami kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan masing-masing anak.

b. Belajar Sambil Bermain

Upaya-upaya pembimbingan yang diberikan pembimbing hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan obyek-obyek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

c. Kreatif dan Inovatif

Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan pembimbing melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.

d. Lingkungan Kondusif

Lingkungan harus diciptakan secara menarik dan memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang harus disesuaikan dengan ruang gerak anak sehingga tidak menghalangi interaksi antara anak dengan pendidik maupun anak dengan temannya.

e. Tema

Pemilihan tema dalam kegiatan hendaknya dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana dan menarik minat anak.

Rachman (2005 : 73) menuturkan secara teknis beberapa metode yang dapat diterapkan di TK antara lain bermain, bercerita, menyanyi, dialog (tanya jawab atau bercakap-cakap), penugasan, sosiodrama, karya wisata, dan praktek langsung. Kegiatan pembimbingan juga dapat diberikan mengacu pada metode-metode tersebut. Secara rinci metode tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Bermain

Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai dan sikap hidup. Melalui kegiatan bermain anak dapat melakukan koordinasi otot kasar. Bermacam cara dan teknik dapat dipergunakan dalam kegiatan ini, seperti merayap, merangkak, berjalan, berlari, meloncat, menendang dan melempar. Anak juga dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah seperti kegiatan mengukur isi, mengukur berat, membandingkan dan mencari jawaban yang berbeda. Dengan bermain anak juga dapat mengembangkan kemampuan sosialnya seperti membina hubungan dengan anak lain, menyesuaikan diri dengan teman sebaya, dan paham bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan bermain anak akan memperoleh kesempatan memilih kegiatan yang disukainya, bereksperimen dengan berbagai macam bahan dan alat, berimajinasi, memecahkan masalah, bercakap-cakap secara bebas, berperan dalam kelompok, bekerja sama dalam kelompok, dan memperoleh pengalaman yang menyenangkan (Moeslichatoen, 1999: 33).

Menurut Hartley, Frank dan Goldenson ( Moeslichatoen, 1999: 33 ) ada delapan fungsi bermain bagi anak :

a) Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contohnya meniru ibu memasak di dapur.

b) Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti guru mengajar di kelasnya, petani menggarap sawah dan sebagainya

c) Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata. Contohnya ibu memandikan adik, kakak mengerjakan tugas sekolah dan sebagainya

d) Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul kaleng. e) Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima

seperti berperan menjadi anak nakal, pelanggar lalu-lintas dan lain-lain.

f) Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan seperti sarapan pagi dan gosok gigi.

g) Mencerminkan pertumbuhan misalnya semakin bertambah tinggi tubuhnya, semakin gemuk badanya dan semakin dapat berlari cepat. h) Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian

masalah seperti menghias ruangan.

Kegiatan bermain anak biasanya dilakukan berdasarkan pada kegemaran anak misalnya bermain bebas, bermain pura-pura, bermain dengan cara membangun atau menyusun, bertanding atau berolah raga.

2. Karya wisata.

Karya wisata merupakan salah satu metode melaksanakan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung yang meliputi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lainnya. Dengan mengamati secara langsung anak memperoleh kesan yang sesuai dengan pengamatannya. Dan pengamatan ini diperolah melalui panca inderanya.

Karya wisata bagi anak TK dapat dipergunakan untuk merangsang minat mereka terhadap sesuatu, memperluas informasi yang telah diperoleh di dalam kelas, memberikan pengalaman mengenai kenyataan yang ada, dan dapat menambah wawasan (Hildebrand, 1986: 423).

Melalui karya wisata anak TK mendapat kesempatan untuk menumbuhkan minat tentang sesuatu hal misalnya minat tentang dunia hewan, dengan membawa anak ke kebun binatang. Minat tersebut menimbulkan dorongan untuk memperoleh informasi lebih lanjut seperti informasi tentang kehidupannya, makanannya, cara berkembang biaknya, dan tempat tinggalnya.

3. Dialog dan Tanya Jawab atau Bercakap-cakap

Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi. Berkomunikasi merupakan proses dua arah. Untuk terjadinya komunikasi dalam percakapan diperlukan keterampilan berbicara. Bercakap-cakap dapat berarti komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog. Kegiatan monolog dilakukan anak dengan cara mengungkapkan segala sesuatu yang diketahui, dialami, atau yang dirasakan mengenai sesuatu hal.

Bercakap-cakap mengandung arti belajar mewujudkan kemampuan berbahasa reseptif dan ekspresif. Sebagai bukti penguasaan bahasa reseptif ialah semakin banyaknya kata-kata baru yang dikuasai oleh anak yang

Dokumen terkait