• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai program corporate social responsibility (CSR) yang ada di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Program tersebut dibagi menjadi dua yaitu program community development (CD) dan program sustainable development (SD). Setelah itu akan dijelaskan lebih lanjut mengenai program penanaman jarak pagar, sebagai salah satu program

sustainable development yang ada di Desa Lulut.

Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarta, Tbk

Sebagai salah satu perusahaan tambang yang ada di Indonesia, PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP), Tbk menjadi perusahaan yang turut serta dalam usaha mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Dalam setiap kegiatan operasional perusahaan, PT ITP berupaya menyinergikan pengurangan efek gas rumah kaca mulai dari proses input hingga output secara terintegrasi. Filosofi CSR PT ITP sendiri adalah sebagai sebuah perusahaan yang berorientasi lingkungan, Indocement mempunyai tanggung jawab moral dan sosial (CSR) sesuai kemampuan perusahaan dalam mendukung kualitas kesejahteraan masyarakat sehingga masyarakat merasakan manfaatnya dari kehadiran perusahaan di lingkungannya. Misinya adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan. Misi tersebut dicapai dengan visi menjalin hubungan saling mendukung antara perusahaan dan masyarakat, khususnya masyarakat dimana unit operasional perusahaan berdiri melalui keterlibatan yang intens dalam peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dan secara khusus masyarakat lokal, menjadi masyarakat yang mandiri sehingga dapat tercipta hubungan yang harmonis.

Konsep pembangunan berkelanjutan menjadi landasan program corporate social responsibility (CSR) dijalankan ITP dengan bertumpu pada tiga pencapaian yang bermanfaat secara ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom lines). ITP juga mendasarkan program ini pada kerangka lima pilar pembangunan berkelanjutan dan tujuan pembangunan milenium PBB (Millenium Development Goals). Landasan inilah yang menjadi model tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan yang diimplementasikan dengan mengacu pada kondisi sosial ekonomi dan kebutuhan masyarakat (survei sosio-demografi & potensi desa) dipadukan dengan sasaran program CSR dan misi ITP yang akan dicapai serta ulasan dari masyarakat yang dimusyawarahkan melalui forum Bina Lingkungan Komunikasi (Bilikom). Melalui Bilikom ini, dapat diketahui keberhasilan dari program CSR serta permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

Program CSR – Community Development (Lima Pilar)

Program CSR PT ITP diberikan kepada 12 desa binaan CSR yaitu Desa Nambo, Lulut, Gunung Putri, Citeureup, Puspanegara, Hambalang, Tajur, Pasirmukti, Tarikolot, Leuwi Karet, Gunung Sari dan Bantarjati. Desa tersebut terpilih karena berada di sekitar pabrik, terkena dampak dari pabrik serta berada pada lahan tambang pabrik. Program ini terdiri dari program pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial-budaya-agama-olahraga-infrastruktur, serta keamanan. Penjelasan singkat mengenai program-program tersebut adalah sebagai berikut.

1. Program pendidikan

Mendukung program pemerintah dalam mewujudkan upaya turut mencerdaskan bangsa dengan menyukseskan wajib belajar 9 tahun dan memberikan pendidikan latihan pemberdayaan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat desa binaan. Contohnya ialah dengan memberikan program beasiswa dan anak asuh, pembuatan perpustakaan keliling serta pemberian pendidikan keterampilan praktis.

2. Program kesehatan

Mendukung program pemerintah dalam mewujudkan upaya turut mencerdaskan bangsa dengan menyukseskan wajib belajar 9 tahun dan memberikan pendidikan latihan pemberdayaan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat desa binaan.

3. Program ekonomi

Mengupayakan pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah/UMKM khususnya dalam peningkatan ekonomi masyarakat sekaligus menciptakan lapangan usaha dan lapangan kerja bagi komunitas sekitar, program bantuan yang telah dilaksanakan antara lain: bantuan modal bergulir, penyerapan tenaga kerja dan penyerapan potensi desa untuk memenuhi kebutuhan ITP.

4. Program sosial-budaya-agama-olahraga-infrastruktur

Membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa binaan dengan melakukan pembangunan sarana umum terkait bidang sosial dan budaya, pembangunan sarana ibadah, olahraga, serta infrastruktur seperti jembatan dan pengecoran jalan.

5. Program keamanan

Diprioritaskan turut menciptakan kondisi aman di tengah masyarakat melalui pemberdayaan pengamanan lingkungan dan pelatihan Linmas serta bantuan sarana prasarana pengamanan lingkungan, yang pada akhirnya menciptakan lingkungan perusahaan yang aman.

Program CSR - Sustainable Development

Dalam rangka upaya pencegahan pemanasan global, PT ITP membentuk program sustainable development yang dilakukan secara berkesinambungan menitikberatkan dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial sesuai dengan konsep triple bottom lines. Program ini juga bersinergi dengan program lima pilar serta dengan program sustainable development

lainnya. Program ini dijabarkan melalui enam program yaitu P3M, biogas, flora energy crops, UPK produktif, bengkel motor terpadu (BMT) serta rumah seni dan budaya (RSB). Penjelasan mengenai program-program tersebut adalah sebagai berikut.

33

1. P3M

Tujuannya adalah untuk mengembangkan masyarakat guna memberdayakan dirinya dalam bidang pertanian, perikanan dan peternakan. Kegiatannya ialah dengan memberikan pelatihan di bidang pertanian, perikanan serta peternakan. P3M ini dibangun diatas lahan eks- tambang dan lahan lainnya yang berada di area perusahaan. P3M dijalankan dengan pola kerjasama perusahaan dengan institusi pendidikan dan dinas pemerintahan terkait.

2. Biogas

Program pemanfaatan kotoran sapi menjadi energi biogas memberikan alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari hari ditengah melonjaknya harga minyak tanah. Pengembangan program biogas adalah menciptakan linkages biogas dengan usaha UKM dan biogas untuk penerangan

3. Flora energy crops

Indocement memiliki lahan marjinal bekas tambang yang sudah tidak digunakan lagi yang ada di tiga lokasi pabrik. Program tanaman penghasil energi alternatif merupakan langkah untuk meningkatkan kesuburan tanah, memperluas area resapan air, menyerap CO2 dan buah - bagian tanamannya dapat dijadikan alternative fuels dalam produksi semen karena nilai kalorinya cukup memadai. Tanaman yang ditanam seperti jarak pagar, nyamplung, trembesi, jati, kemiri sunan, besi pantai serta king grass.

4. UPK produktif

UPK produktif merupakan program pengelolaan sampah secara mandiri sehingga nilai ekonomisnya dapat dimanfaatkan. Produk yang dihasilkan adalah pupuk cair, kompos serta RDF.

5. Bengkel motor terpadu

Bengkel terpadu adalah program pelatihan yang bersifat on the job training bagi masyarakat untuk menciptakan tenaga handal dalam bidang perbengkelan sehingga dapat diserap oleh usaha bengkel yang ada atau mendirikan usaha perbengkelan sendiri

6. Rumah seni dan budaya

Indocement berkomitmen untuk ikut melestarikan budaya setempat. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin pesat, pelestarian budaya tradisional Indonesia menjadi penting. Dengan adanya Rumah Seni Budaya (RSB) ini, masyarakat sangat terdukung untuk melestarikan budaya tradisional setempat dan melakukan berbagai aktivitas sosial lainnya. Beberapa program yang dilakukan dalam rumah seni dan budaya adalah program minat baca masyarakat, program senam kesehatan, program budaya lokal serta program budaya pop, drama dan dangdut.

Program Penanaman Jarak Pagar (Jathropa curcas)

Program corporate social responsibility (CSR) PT ITP yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah program penanaman jarak pagar (Jathropa curcas) pada lahan bekas tambang. Program tersebut merupakan salah satu

program sustainable development CSR PT ITP. Pembahasan selanjutnya adalah pemaparan mengenai pelaksanaan program mulai dari awal program, implementasi serta hasil dari program tersebut. Berdasarkan tiga pilar CSR, program ini baru saja memenuhi dua kriteria yaitu pilar people dan juga planet, sedangkan untuk pilar profit masih belum terasa manfaatnya. Hal ini dilihat dari bagaimana program: (1) memberikan keuntungan bagi perusahaan; (2) menyejahterakan masyarakat di sekitar; dan juga (3) memperhatikan lingkungan sekitar.

Awal Pelaksanaan Program

Isu pemanasan global merupakan isu yang sedang hangat saat ini. Sebagai salah satu bentuk ambil andil dalam pencegahannya, PT ITP membentuk sebuah program sustainable development dalam program CSR. Secara garis besar, program ini merupakan bentuk konkret perusahaan untuk mencegah pemanasan global, yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan secara konkrit, dengan menitikberatkan dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial sesuai dengan konsep the triple bottom lines. Tujuan dari program ini adalah sebagai program penghijauan di lahan bekas tambang serta sebagai bentuk keikutsertaan dalam program pemerintah yaitu penanaman jarak sebagai anjuran untuk swadaya BBM. Hal ini dipertegas lagi oleh Bapak USW, koordinator Desa Lulut :

Programnya jarak karena anjuran dari pemerintah untuk swadaya BBM, jadi untuk mendukung program ya. Selain itu jarak juga cepet menghasilkan BBM, cepet juga memperbaiki unsur hara di tanah, terus dia juga bisa tumbuh di tempat yang unsur haranya ekstrim,” – Bapak USW

Penanaman jarak ini dilakukan di beberapa tempat, salah satunya di Desa Lulut. Dibandingkan dengan desa lainnya, Lulut memiliki lahan yang lebih luas serta kualitas tanah yang lebih baik sehingga penanaman jarak cukup terkonsentrasi di Lulut. Lahan-lahan tersebut awalnya merupakan sisa bekas tambang yang ditanami oleh penduduk setempat secara tumpang sari.Awalnya PT ITP melakukan survei terlebih dahulu terhadap lahan-lahan perusahaan yang dimanfaatkan warga. Setelah itu, PT ITP mencari pihak yang dapat membantu untuk memberikan pengarahan kepada penduduk setempat yang memanfaatkan lahan perusahaan.

Pemberitahuan awal dilakukan oleh pihak perantara tersebut yang merupakan penduduk setempat juga. Setelah itu dilakukan pengarahan kepada warga bersama dengan PT ITP. Dalam pengarahan ini warga diberikan informasi terkait penggunaan lahan perusahaan. Warga tidak diperkenankan untuk menanam dan akan diberikan kebijaksanaan atau kompensasi berupa sejumlah dana. Setelah warga sepakat dengan keputusan tersebut, maka dilakukan pencabutan tanaman tumpang sari warga. Penanaman jarak pun dimulai dengan pencarian pekerja.

Perekrutan petani dilakukan kepada petani yang sebelumnya mengerjakan lahan perusahaan, sehingga petani-petani tersebut tidak serta merta kehilangan mata pencaharian. Hal ini dipertegas oleh Bapak AI, kepala pekerja lapang tanaman jarak :

35

“Petaninya ya dari petani yang dulu nanem di sini. Kalo orangnya masih kuat, belum ada kerjaan, ya diajakin. Supaya ada pekerjaannya gitu. Cuman kalo udah ada kerjaan lain, ya dicari yang lain, yang mau. Sebenernya jadi mengurangi penggangguran juga. Penanaman jarak kan bisa sampai 25 tahun jadi untuk kerjaan jadi panjang,” – Bapak AI

Informasi juga diberitahukan melalui ketua LPM serta lewat mulut ke mulut diantara masyarakat sendiri. Para petani inilah yang merupakan peserta dari program penanaman jarak pagar. Para peserta ini kemudian dibedakan tanggung jawabnya masing-masing oleh pihak PT ITP. Peserta dibagi ke dalam tiga bagian yaitu mandor, pekerja gudang dan pekerja di lapangan. Mandor bertanggung jawab dalam hubungannya dengan pihak PT ITP serta mengepalai para pekerja di lapangan dan pekerja gudang. Pekerja gudang bekerja di bagian pengepresan dan pengeringan untuk produksi minyak jarak, sedangkan pekerja di lapangan bekerja dibagian pembibitan hingga pemanenan jarak pagar.

Setelah mendapatkan pekerja awal, barulah dilakukan rapat dalam kelompok pekerja ini bersamaan dengan pihak CSR PT ITP serta ahli agronomi dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Dalam rapat ini dibahas bagaimana cara penanaman jarak yang baik dan benar, dan kemudian dimulailah program penanaman jarak pagar (Jathropa curcas) pada tahun 2007.

Implementasi Program

Implementasi program penanaman jarak ini dilakukan secara mandiri oleh para petani. Ada 29 pekerja dalam program ini, yang dibawahi oleh 5 mandor pekerja. Pekerjaan awal ialah melakukan pengurukan tanah. Pengurukan tanah ini dilakukan karena tanah yang ada di Desa Lulut merupakan tanah berpasir. Setelah pengurukan tanah selesai, maka dilakukan pengukuran tanah untuk penanaman jarak. Ukuran lubang yang disarankan oleh IPB ialah sebesar 40cm x 30cm dengan kedalaman 30 cm. Namun implementasinya tidak seperti itu. Berikut ungkapan dari Bapak AI, kepala pekerja lapang :

“Kalo yang diajarinnya 40 x 30, tapi baru 15 aja udah kena batu. Jadinya ukurannya ga sesuai, 20 x 15 aja. Itu juga udah kena batu. Belom lagi tanahnya gak tanah semua. Tanah di sini kan campuran juga sama pasir,” – Bapak AI

Walaupun demikian, penanaman jarak pagar tetap dilaksanakan. Pemilihan bibit jarak dilakukan oleh koordinator program yaitu Bapak FJ, dengan membelinya langsung dari IPB. Bibit yang dicari merupakan bibit-bibit unggul yang didatangkan langsung dari NTT. Selain ditanam, bibit tersebut juga disemai agar tidak menerima cahaya matahari yang berlebihan.

Penanaman jarak kemudian dilakukan pada lubang-lubang yang telah dibuat. Pada usia 0-1 tahun, tanaman jarak rutin disiram air serta disiangi. Setelah 1 tahun, tanaman jarak tidak terlalu rutin disiram. Bila cuaca panas dan kemarau panjang, barulah tanaman-tanaman disiram air. Setelah itu, setiap sembilan bulan sekali maka akan dilakukan pemanenan buah jarak.

Untuk masalah saprotan, semua kebutuhan petani dipenuhi oleh PT ITP. Petani hanya cukup mengerjakan kebun dan juga menginformasikan treatment apa

yang perlu diberikan kepada tanaman jarak. Hal ini diperkuat juga oleh Bapak YD selaku bagian pembangunan dari Kantor Desa Lulut.

“Semuanya dikasih dari ITPnya. Jadi petani ini cuman bekerja aja, terus nanti diupah ...,” – Bapak YD

Bapak AI pun juga mengemukakan hal yang sama terkait dengan penyediaan saprotan penanaman jarak.

“Mulai dari pupuk, obat, alat-alat semua dikasih. Tapi kita buat proposal dulu, kira-kira butuhnya apa. Dari jauh-jauh hari udah dibuat. Terus mintanya juga bertahap. Liat, mana dulu yang lebih butuh. Misalnya, oh yang ini butuh pupuk. Yang itu juga butuh obat. Nah lebih penting yang butuh pupuk, jadi proposalnya buat minta pupuk. Nanti setelah itu baru minta obat,” – Bapak AI

Setelah panen, nantinya buah jarak akan diproses lebih lanjut menjadi minyak jarak sebagai biofuel bagi PT ITP. Buah jarak tersebut akan dijemur terlebih dahulu, setelah dijemur lalu dikupas. Hasilnya merupakan biji jarak yang siap diproses menggunakan mesin. Dalam mesin tersebut, biji jarak akan dimasak dan dipres sehingga menghasilkan minyak. Minyak tersebut kemudian disetorkan ke PT ITP dan dijadikan biofuel atau bahan bakar ramah lingkungan. Selama bekerja, para pekerja diupah sebesar Rp 140000.00 per minggunya dan untuk mandor sebesar Rp 200000.00 per minggunya.

Pengawasan program dilakukan oleh petugas lapang dari PT ITP, yaitu Bapak FJ. Selain itu pengawasan dilakukan juga oleh kepala pengerja lapang penanaman jarak, Bapak AI. Pengawasan dilakukan dengan memantau bagian mana yang dipanen dan berapa jumlah yang dipanen. Selain itu pemantauan juga dilihat mengenai keadaan tanaman, apakah membutuhkan pupuk, obat ataupun perlakukan lainnya.

Evaluasi dilakukan setiap satu bulan sekali di gazebo yang ada di kebun jarak. Dalam evaluasi tersebut, dilakukan tukar pikiran mengenai proses pengerjaan kebun jarak. Evaluasi biasanya dihadiri oleh para mandor dan pekerja, supervisor lapangan dari PT ITP serta penanggung jawab program penanaman jarak pagar dari PT ITP. Hasil dari evaluasi ini nantinya yang akan dijadikan bahan untuk menentukan kegiatan selanjutnya. Ada juga evaluasi mingguan setiap hari kamis, untuk melihat perkembangan pekerjaan selama seminggu.

Hasil Program

Walaupun membantu mengurangi pengangguran yang ada, nampaknya program penanaman jarak ini nampaknya kurang mencukupi kebutuhan hidup para petani. Hal itu dikeluhkan oleh Bapak AI :

“Kalo upahnya sih, masih kecil segitu mah. Kalo bisa ya, disesuaikan sama standar UMR. Tapi katanya mau diborongin kerjanya, ya kalo itu mah lumayan lah, lebih untung jadinya. Kan terserah mau kerjanya gimana, yang penting uda dibayar per pohonnya berapa,” - Bapak AI.

37

Walaupun demikian Bapak AI masih sering mengusahakan hasil upahnya untuk dibelikan ternak agar lebih bermanfaat bagi kedepannya. Namun tidak semua rekan petaninya melakukan hal yang sama. Lain halnya dengan Bapak YD yang merasa bahwa program ini tidak bermanfaat bagi masyarakat.

“Kalo menurut saya, programnya tidak bermanfaat bagi masyarakat. Soalnya, gak semuanya kedapetan program. Cuman yang dulu petani ajah yang bekerja, yang sisanya banyak yang kerja serabutan aja,” – Bapak YD

Selain itu target penanaman jarak yang berkesinambungan selama 25 tahun juga masih belum tercapai. Buktinya pada tahun keenam ini, tanaman jarak yang sudah ditanam sudah tidak efektif lagi. Puncak berbuah pohon jarak hanya terjadi pada lima tahun pertama. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena tanaman jarak yang tidak tahan dengan cuaca panas sehingga banyak yang mati. Padahal untuk mencapai target dari program ini, masih perlu lahan-lahan untuk ditanami sehingga kebun ini akan bertambah tiap tahunnya.

Analisis Program

Setiap perusahaan tentunya memiliki pertimbangan tertentu dalam melaksanakan program CSR. Elkington (1997) dalam Susiloadi (2008) mengemukakan bahwa sebuah perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit), masyarakat khususnya komunitas sekitar (people) serta lingkungan hidup (planet). Konsep ini dikenal sebagai ‘The Triple Bottom Line’. Konsep inilah yang seharusnya dianut oleh setiap perusahaan, termasuk juga oleh PT ITP.Program penanaman jarak pagar, yang merupakan program CSR dari PT ITP yang seharusnya juga beracuan pada konsep the triple bottom line.

Bila dilihat dari segi peningkatan kualitas perusahaan (profit), program penanaman jarak ini belum dapat memberikan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan. Walaupun sebenarnya buah jarak dapat diolah menjadi bio-fuel dan menggantikan bahan bakar operasional perusahaan, namun ternyata produksi buah jarak yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Produksi buah jarak yang cenderung menurun kini tidak lagi efektif sebagai bahan untuk dijadikan bio- fuel. Hanya pada dua tahun pertama hasil panen dapat memenuhi kebutuhan operasional dari perusahaan. Setelahnya hasil panen terus berkurang sehingga bio- fuel hanya dijadikan sebagai bahan campuran dengan bahan organik lainnya untuk dijadikan bahan bakar dalam proses operasional PT ITP. Hal ini diperkuat oleh pendapat Bapak FF dan Bapak AI.

“Selama ini minyak jaraknya dijadikan sebagai bahan bakar untuk di pabrik. Cuma belakangan minyak jaraknya hanya dijadikan sebagai bahan campuran dulu karna hasilnya gak sebanyak dulu ....” – Bapak FF

“Kalo dulu mah panennya banyak, bisa ampe berkarung-karung. Sekarang mah dikit, satu karung aja udah lumayan .... dari bijinya dijadiin minyak itu buat bensin, di press dibawah. Tapi sekarang

lagi enggak dulu, habis panennya cuma sedikit, jadi minyaknya juga cuma sedikit ....,” – Bapak AI

Selain itu, pembuatan bio-fuel ternyata juga memerlukan diesel sebagai bahan bakar pengolahannya, dimana diesel sendiri memiliki harga yang mahal di pasaran. Akibat produktivitas yang kecil, maka pembuatan bio-fuel dalam skala kecil tentu akan merugikan pihak PT ITP sendiri.

Berdasarkan hasil analisa tersebut, sebaiknya PT ITP mengkaji lebih lanjut lagi mengenai produktivitas dari pohon jarak terutama pada penanaman di daerah berbatu dan miring. Walaupun menurut praktisi dari IPB produktivitas cenderung menguntungkan untuk 25 tahun, namun ternyata produktivitas tanaman tersebut cenderung menurun. Kajian tersebut tentunya akan memberikan informasi yang penting bagi PT ITP sehingga dapat diketahui apakah penanaman jarak pagar masih menguntungkan bagi PT ITP sendiri.

Bila dilihat dari segi perhatian kepada masyarakat sekitar (people), maka program ini sudah melakukan usaha peningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan menyediakan pekerjaan bagi petani yang dulunya pernah bertani di lahan penanaman jarak pagar ini. Program ini juga memberikan kesempatan petani di luar desa untuk bekerja di kebun namun yang diutamakan adalah pekerja dari desa dimana kebun jarak tersebut berada. Walaupun dengan penghasilan yang sedikit, para petani masih tetap bersyukur karena ada pemasukan bagi keluarganya. Kesempatan pekerjaan ini diberikan umumnya untuk kalangan lansia yang dulunya merupakan petani di daerah kebun jarak. Namun tidak menutup kemungkinan juga untuk anak muda bekerja di sini. Hal ini dikemukakan oleh Bapak AHR dan Bapak NDN.

“Yaa kalau upahnya mah ga seberapa, tapi lumayan buat makan sehari-hari. Daripada bengong di rumah yaa mending kerja, kalo masih kuat mah gak papa. Tinggal naik motor ke sini kan gampang,” – Bapak AHR

“Kerja di sini kalo masih kuat ya gak apa-apa. Kan dulunya mah juga nani (bertani) di sini. Sekarang gak bisa lagi tapi diganti jadi kerja di jarak ini. Sama aja cuman tanemannya yang beda,” – Bapak NDN

Bila dilihat dari segi perhatiannya terhadap lingkungan, program ini sudah memberikan kontribusinya terhadap lingkungan. Program penanaman jarak ini sekaligus merupakan program penghijauan yang dilakukan oleh PT ITP pada lahan bekas tambang. Selain itu program ini juga turut menyukseskan usaha pemerintah untuk swasembada bahan bakar yang ramah lingkungan. Swasembada bahan bakar ini bertujuan untuk dapat membantu mengurangi emisi gas karbon di udara. Walaupun belum bisa digunakan dengan maksimal, namun minyak hasil dari buah jarak sudah digunakan sebagai campuran bahan bakar dalam kegiatan operasional PT ITP. Sudah ada juga sebuah mobil yang berbahan bakar bio-fuel, hasil dari pengolahan minyak jarak. Sayangnya akibat produksi buah jarak yang tidak efektif lagi maka minyak jarak yang dihasilkan juga hanya sedikit.

39

Ikhtisar

Program corporate social responsibility (CSR) yang dilakukan oleh PT ITP dilandasi oleh konsep the triple bottom line serta tujuang pembangunan milenium (Millennium Development Goals). Program CSR ini dibagi menjadi dua

Dokumen terkait