• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di Desa Lulut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di Desa Lulut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

BONITA DWI ANGGRAINI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

ANALISIS PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR)

DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI DESA LULUT

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Program

Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di Desa Lulut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Insititut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

Bonita Dwi Anggraini

(3)

ABSTRAK

BONITA DWI ANGGRAINI. Analisis Program Corporate Social Responsibility

(CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di Desa Lulut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh FREDIAN TONNY NASDIAN.

Sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada masyarakat, PT Indocement memiliki program tanggung jawab sosial perusahaan yang juga mendukung usaha pembangunan berkelanjutan yaitu program penanaman jarak pagar. Program ini seharusnya bisa mengurangi dampak sosial dan lingkungan yang diberikan oleh perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis program CSR PT ITP dan kesesuaiannya dengan tiga pilar CSR; (2) menganalisis sejauh mana implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program CSR PT ITP; (3) menganalisis sejauh mana implementasi program pembangunan berkelanjutan mampu menanggulangi dampak lingkungan dan sosial dari kegiatan PT ITP. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif menggunakan kuesioner serta panduan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program penanaman jarak pagar ini belum dapat memberikan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan namun sudah dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat. Program ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dalam pengimplementasian pembangunan berkelanjutan, yang sudah dapat menganggulangi dampak sosial namun belum untuk dampak lingkungan.

Kata kunci: corporate social responsibility, pembangunan berkelanjutan, dampak lingkungan, dampak sosial

ABSTRACT

BONITA DWI ANGGRAINI. Corporate Social Responsibility Program Analyzes on Sustainable Development in Lulut, Bogor Regency, West Java. Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN.

As responsibilities to local communities, PT Indocement has a corporate social responsibililty program that also supports the sustainable development called

jathropa plantation. The program should be able to reduce social and environmental impacts provided by the company. The purpose of this study was: (1) analyze PT ITP’s CSR program and its compliance with the three pillars of CSR; (2) analyze the implementation of sustainable development in the CSR program of PT ITP; (3) analyze how the implementation of sustainable development programs tackle the environmental and social impact from PT ITP. The research was carried out by quantitative and qualitative methods using questionnaries and in-depth interview. The result indicates that the program is not able yet to provide a significant advantage for the company but has been able to improve the quality of the environment and people’s lives. The program also has a high rate of success in the implementation of sustainable development, which able to cope with the social impact but not with the environmental impact.

(4)

BONITA DWI ANGGRAINI

Skripsi

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

ANALISIS PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(CSR)

DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI DESA LULUT

(5)

Disetujui oleh

Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

Tanggal Pengesahan : ___________________________

Judul Skripsi : Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di Desa

Lulut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Nama : Bonita Dwi Anggraini

(6)

segala berkat dan penyertaanNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 hingga November 2012 ini ialah tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR), dengan judul Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di Desa Lulut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan banyak memberikan saran, masukan serta arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih juga diucapakan kepada Bapak Ali Irawan sebagai kepala pekerja kebun jarak pagar yang selalu menemani dan membantu penulis dalam mencari data. Selain itu, penulis juga sangat berterima kasih kepada Bapak Fajar Fathoni dan Bapak Usman dari PT ITP yang juga membantu dalam proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, Bobby Wenas, ibu, Budiarti Rahyanto, dan kakak, Bertha Mahestarini atas doa, kasih sayang dan dukungannya. Tak lupa kepada Tiara Anja Kusuma, teman satu bimbingan dan seperjuangan, Mona, Yanti, Rosita, Ayu, Agustin, Jajang, Novia, teman-teman seperjuangan akselerasi, Andreas, Ira, Gracia, Melisa, Vici, Enca, Sondang, Lenny, Stefan, Richard, Faithy, Romi, Jabbar, Muriani, dan juga teman-teman SKPM 46 lainnya serta pihak-pihak yang mendukung, memotivasi serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2013

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka

Corporate Social Responsibility 7

Pembangunan Berkelanjutan 11 Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan 14

Kerangka Pemikiran 15

Hipotesis Penelitian 16

Definisi Operasional 16

PENDEKATAN LAPANG 19

Lokasi dan Waktu 19

Teknik Sampling 19

Pengumpulan Data 20

Pengolahan dan Analisis Data 20

PROFIL DESA 21

Kondisi Geografis 21

Kondisi Ekonomi 23

Kondisi Pendidikan 23

Karakteristik Penduduk 25

Mobilitas Penduduk 26

Struktur Sosial Masyarakat 27 Pola Kebudayaan Masyarakat 28 Pola-Pola Adaptasi Ekologi Masyarakat 29

Ikhtisar 29

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 31 Program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 31 Program CSR – Community Development (Lima Pilar) 32 Program CSR – Sustainable Development 32 Program Penanamaan Jarak Pagar (Jatropha curcas) 33 Awal Pelaksanaaan Program 34

Implementasi Program 35

Hasil Program 36

Analisis Program 37

(8)

IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 41

Tujuan Ekonomi 41

Peluang Usaha 41

Peluang Kerja 43

Tujuan Ekologi 45

Tujuan Sosial 47

Keberhasilan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan 49

Ikhtisar 50

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN

HUBUNGANNYA DENGAN DAMPAK PERUSAHAAN 53

Dampak Perusahaan 53

Dampak Lingkungan 53

Dampak Sosial 54

Hubungan Pembangunan Berkelanjutan dengan Dampak Lingkungan 56 Hubungan Pembangunan Berkelanjutan dengan Dampak Sosial 57

Ikhtisar 58

SIMPULAN DAN SARAN 61

Simpulan 61

Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 63

LAMPIRAN 65

(9)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial 9 2 Rencana jadwal penelitian 19 3 Luas wilayah Desa Lulut menurut penggunaan 22 4 Karakter ekologi Desa Lulut berdasarkan kampung 22 5 Jumlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan jenis

pekerjaan dan jenis kelamin 24 6 Jumlah penduduk Desa Lulut menurut tingkat pendidikan dan

jenis kelamin Tahun 2010 24 7 Jumlah, kepadatan dan reit pertumbuhan penduduk Desa

Lulut Tahun 2000-2010 25

8 Reit migrasi masuk, reit migrasi keluar dan reit migrasi

kasar Desa Lulut Tahun 2008 dan 2010 27 9 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan peluang usaha

yang muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten

Bogor Tahun 2012 42

10 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan peluang kerja yang muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten

Bogor Tahun 2012 44

11 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan kepedulian program terhadap lingkungan di Desa Lulut, Kecamatan

Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 46 12 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan partisipasi

terhadap program Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten

Bogor Tahun 2012 48

13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat

keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan program CSR di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor

Tahun 2012 49

14 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan persepsi mengenai lingkungan Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,

Kabupaten Bogor Tahun 2012 54 15 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan keresahan sosial

di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten

Bogor Tahun 2012 55

16 Persentase keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan terhadap persepsi terhadap lingkungan di Desa Lulut,

Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 56 17 Persentase keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan

terhadap tingkat keresahan sosial di Desa Lulut, Kecamatan

(10)

2 Hubungan antara tiga tujuan pembangunan berkelanjutan 12 3 Piramida keberlanjutan 13 4 Standard kerja sistem manajemen yang diterbitkan oleh Bank Dunia 14 5 Kerangka analisis dari analisis program corporate social

responsibility (CSR) dalam pembangunan berkelanjutan 16 6 Piramida penduduk DesaLulut 26 7 Persentase peserta program berdasarkan peluang usaha yang

muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten

Bogor Tahun 2012 42

8 Persentase peserta program berdasarkan peluang kerja yang muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten

Bogor Tahun 2012 44

9 Persentase peserta program berdasarkan kepedulian program terhadap lingkungan Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,

Kabupaten Bogor Tahun 2012 47 10 Persentase peserta program berdasarkan partisispasi terhadap

program di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,

Kabupaten Bogor Tahun 2012 48 11 Persentase responden berdasarkan tingkat keberhasilan

implementasi pembangunan berkelanjutan program CSR di

Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 50 12 Persentase peserta program berdasarkan persepsi mengenai

lingkungan di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,

Kabupaten Bogor Tahun 2012 54 13 Persentase peserta program berdasarkan keresahan sosial di

Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta lokasi 65

2 Daftar peserta program 66

3 Kuesioner 67

4 Pedoman wawancara mendalam 71

5 Dokumentasi 73

(12)

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam melimpah. Sumber daya alam tersebut dikelola agar pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Pengelolaan sumber daya alam di Indonesia dilakukan baik oleh pemerintah maupun perusahaan. Sayangnya pengelolaan sumber daya ini rentan dengan isu kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat yang terjadi akibat eksploitasi sumber daya alam tersebut. Jumlah perusahaan yang ada di Indonesia pun cederung bertambah. Menurut data BPS (2007), berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2006, seluruh perusahaan di Indonesia tercatat sebanyak 22.7 juta (43.03%); terdiri dari 9.8 juta (56.97%) perusahaan tidak permanen dan 12.9 juta perusahaan permanen. Bila dibandingkan dengan Sensus Ekonomi tahun 1996, data ini meningkat sebanyak 6.2 juta (3.32%) per tahunnya. Menurut data Jumlah Perusahaan menurut Subsektor yang dikeluarkan oleh BPS (2009), bila kita membandingkan data pada tahun 2001 dan 2009, jelas terlihat adanya peningkatan jumlah perusahaan di Indonesia. Peningkatan jumlah ini tentunya membuat isu kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat semakin menguat.

Menanggapi kondisi tersebut, pemerintah di Indonesia juga mengeluarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Dalam undang-undang tersebut, tiap perusahaan diwajibkan untuk melakukan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagai komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya1. Perusahaan sadar bahwa keberhasilan dan berjalannya perusahaan dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh pihak-pihak internal namun juga oleh komunitas yang ada di sekelilingnya (Rahman 2009). Hal ini membuat bisnis kini tidak hanya mengembangkan tujuan untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya, namun juga mulai memikirkan bagaimana tanggung jawab perusahaan terhadap keadaan sosial di tempat perusahaan ini berada. Akibat adanya kedua hal tersebut, berkembanglah konsep tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) yang dilakukan oleh perusahaan.

Definisi mengenai corporate social responsibility (CSR) sendiri beragam; tergantung pada visi dan misi perusahaan yang disesuaikan dengan needs, desire,

wants dan interest dari komunitas (Rahman 2009). Corporate social responsibility

sendiri diartikan oleh Holme dan Watts dalam Sitepu (2008) sebagai komitmen yang dilakukan perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi, meningkatkan kualitas hidup pekerja serta keluarganya disamping komunitas sekitar dan masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan The

World Business Council of Sustainable Development (WBCSD) (1999) dalam Rahman (2009) mengartikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat (local) dan

(13)

2

masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. Konsep CSR ini dilandasi dengan konsep the triple bottom line yang dikemukaan oleh Elkington, dimana ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu profit, people

dan planet. Konsep planet dalam hal ini menunjukkan bahwa perusahaan turut mengambil bagian dalam usahanya menjaga dan mengingkatkan kualitas lingkungan hidup. Melalui konsep ini berarti perusahaan harus memperhatikan aspek lingkungan ketika melakukan kegiatan bisnisnya.

Konsep CSR terus berkembang dimana masyarakat bukan hanya menginginkan kontribusi perusahaan dalam tiga aspek, namun masyarakat juga menginginkan adanya keberlanjutan dari aspek-aspek tersebut. Keberlanjutan ini akan menjamin masyarakat di generasi selanjutnya untuk dapat memanfaatkan sumber daya yang ada, yang juga telah digunakan oleh perusahaan. Selain itu, masyarakat juga menginginkan adanya keberlanjutan dalam pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan. Akibatnya muncul konsep sustainable development.

Sustainable development muncul pada tahun 1987 dalam UNCTAD Report atau dikenal dengan The Brundtland Report. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kemiskinan merupakan penyebab utama adanya kerusakan lingkungan. Di dalamnya dijelaskan pula bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memperhatikan kebutuhan di masa yang akan datang tanpa mengganggu kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Ada tiga hal yang terkait dengan konsep keberlanjutan yaitu

people, planet dan profit, atau yang dikenal dengan tiga pilar dari sustainability

(Ghiga dan Ghiga 2006).

Pada kenyataannya implementasi CSR tidaklah semudah itu. Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) konsep CSR di Indonesia diterjemahkan dengan salah. CSR pada praktiknya hanya sebagai promosi terselubung2. Selain itu pelaksanaan CSR yang seharusnya sukarela, banyak yang berubah menjadi wajib. Banyak pula CSR di Indonesia yang dilakukan berpindah-pindah3. Akibatnya pelaksanaan program CSR tidak berkelanjutan. Padahal di satu sisi CSR merupakan sebuah konsep pembangunan yang berkelanjutan4.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. atau PT ITP adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang didirikan sejak tahun 1985 dan merupakan salah satu perusahaan yang telah mengimplementasi tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) dalam menjalankan usahanya. Indocement merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu. Indocement kini telah mengoperasikan 12 pabrik, sembilan diantaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility

(CSR) terus menjadi elemen kunci dari operasional Indocement dimana dapat membantu memperbaiki lingkungan sosial di tempat Indocement beroperasi dan memberikan nilai tambah. Program CSR yang dijalankan oleh Indocement dibangun berdasarkan lima pilar utama, yaitu: pendidikan, kesehatan, ekonomi,

2

Republika www.republika.co.id/berita/csr/padamu-guru/11/10/03/lshedt-indonesia-salah-kaprah-terjemahkan-csr [diunduh tanggal 9 Mei 2012]

3

Protespublik.com/penerapan-csr-di-indonesia-masih-kacau-balau [diunduh tanggal 9 Mei 2012]

4

(14)

sosial-budaya-agama-olahraga dan keamanan. Dalam kerangka Tujuan Pembangunan Milenium / Millenium Development Goals (MDG), program CSR Indocement terutama fokus pada tujuan: penanggulangan kemiskinan, pendidikan, danlingkungan. Program terbaru dari CSR PT ITP adalah program sustainable development. Program tersebut merupakan upaya pencegahan pemanasan global secara konkrit yang dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, dengan menitikberatkan dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial sesuai dengan konsep the triple bottom lines. Terdapat enam program utama sustainable development, yaitu :

1. Budidaya jarak pagar (Jatropha curcas) di lahan bekas tambang; 2. Pengolahan sampah rumah tangga menjadi energi;

3. Pengembangan energi alternatif (biogas);

4. Peternakan dan inkubator peternak domba Garut; 5. Bengkel sepeda motor terpadu; dan

6. Rumah seni dan budaya

Program-program di Indocement dirancang untuk memenuhi kebutuhan strata sosial yang berbeda dalam masyarakat. Banyak kegiatan berupaya melibatkan dan memberikan manfaat bagi sebagian besar anggota masyarakat yang kurang mendapatkan kesempatan, sementara yang lain bertujuan untuk menciptakan kesempatan yang lebih besar bagi individu dan tokoh masyarakat yang berpotensi. Beberapa dari keenam program sustainable development dilaksanakan di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Desa Lulut merupakan desa jantung dari PT Indocement Tunggal Prakarsa. Secara geografis letaknya dekat dengan Kantor Pusat PT Indocement Tunggal Prakarsa dan juga pusat eksplorasi tambang semen PT ITP. Beberapa aset strategis milik ITP juga berada di desa ini. Oleh karenanya, Desa Lulut dijadikan sebagai salah satu desa binaan

corporate social responsibility (CSR) PT ITP. Tiga kegiatan program sustainable development yang ada di Desa Lulut yaitu penanaman dan pemeliharaan jarak pagar, perawatan jalan putih, dan bengkel terpadu. Tanaman jarak dipilih karena buah dari tanaman tersebut dapat diproses untuk menjadi bio-fuel, yang merupakan salah satu sumber bahan bakar alternatif bagi PT ITP. Namun untuk sekarang ini, produksi jarak masih kurang sehingga diusahakan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi PT ITP sendiri. Kegiatan penanaman jarak pagar merupakan fokus dari penelitian ini. Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan utama penelitian yakni bagaimana implementasi program CSR PT ITP dalam pembangunan berkelanjutan.

Masalah Penelitian

PT ITP telah melaksanakan berbagai macam program CSR, salah satunya program sustainable development. Pertama, kita perlu melihat seperti apa program CSR yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini. Program CSR yang dimaksud adalah program CSR yang terkait dengan isu lingkungan dan masalah pembangunan berkelanjutan. Dalam pelaksanaan program CSR, terdapat tiga pilar utama dalam implementasinya yaitu the triple bottom line. The triple bottom line

(15)

4

perusahaan menunjukkan tanggung jawab sosialnya dengan memberikan perhatian dalam peningkatan kualitas perusahaan (profit), masyarakat khususnya komunitas sekitar (people) serta lingkungan hidup (planet). Melalui konsep ini diharapkan perusahaan selain dapat memperoleh keuntungan yang sesuai, perusahaan juga perlu memberikan multiplier effect yang diharapkan masyarakat dengan memperhatikan masyarakat serta lingkungan. Oleh karenanya pertanyaan penelitian yang ingin dijawab secara kualitatif adalah bagaimana program CSR PT ITP dan kesesuaiannya dengan tiga pilar CSR.

PT ITP mengemukakan bahwa program CSR yang dilakukan perusahaannya merupakan program CSR yang berbasis pada pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan menurut World Commission on Environment Development (1987) dalam Jalal (2010) adalah pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan bersifat jangka panjang, dimana satu generasi tidak boleh menghabiskan sumber daya alam yang ada serta perlu melestarikan daya dukung ekosistem. Ada dua ide utama dalam konsep sustainability development: (1) pembangunan ekonomi dibutuhkan untuk melindungi lingkungan; dan (2) pembangunan ekonomi harus memperhatikan ketersediaan sumber daya alam untuk kehidupan di masa depan. Pembangunan berkelanjutan itu sendiri memiliki tiga tujuan utama yaitu tujuan ekonomi, tujuan ekologi dan tujuan sosial. Oleh karenanya akan dibahas selanjutnya mengenai

sejauh mana implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program CSR PT ITP.

Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, diperlukan adanya sinergi antara usaha penyelesaian dampak lingkungan dan juga dampak sosial. Menurut International Finance Corporation (IFC) (2006) dalam Nasdian (2012), standar kinerja sistem manajemen yang diterbitkan oleh Bank Dunia, perlu adanya integrasi antara resiko dan dampak lingkungan hidup serta sosial dalam keberlanjutan lingkungan dan sosial. Oleh karena itu akan dibahas mengenai

sejauh mana implementasi pembangunan berkelanjutan mampu menanggulangi dampak lingkungan dan sosial dari kegiatan PT ITP.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Menganalisis program CSR PT ITP dan kesesuaiannya dengan tiga pilar CSR

2. Menganalisis sejauh mana implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program CSR PT ITP

(16)

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya mengenai Analisis Implementasi Program CSR dalam Kaitannya dengan Pembangunan Berkelanjutan. 2. Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana peran

PT Indocement dalam aktivitas CSR sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat sekitar.

3. Bagi perusahaan, sebagai sarana evaluasi mengenai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

(17)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Corporate Social Responsibility

Konsep awal tanggung jawab sosial (social responsibility) muncul sejak 50 tahun yang lalu oleh H.R. Bowen yang mengatakan bahwa para pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan tindakan yang sesuai dengan tujuan masyarakat (Wartick dan Cochran, 1985 dalam Solihin, 2009). Dua premis utama yang dikemukakan Bowen adalah: (1) perusahaan bisa mewujud dalam masyarakat karena adanya dukungan dari masyarakat, dalam hal ini perusahaan memiliki kontrak sosial (social contract) yang berisi sejumlah hak dan kewajiban yang akan mengalami perubahan sejalan dengan perubahan masyarakat; dan (2) pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral dalam masyarakat. Perusahaan harus berperilaku sesuai dengan nilai-nilai masyarakat (Solihin 2009).

Awal mula terbentuknya CSR (Sukada 2007) ialah akibat adanya realitas tatanan ekonomi-politik dunia dimana perusahaan multinasional masih menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi diperlakukan lebih istimewa dibandingkan dengan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan. Terjadi pula kehancuran sosial-budaya masyarakat di negara berkembang serta degradasi kualitas ekosistem global yang diakibatkan oleh perusahaan multinasional. Bowen

dalam Eliyanora dan Zahara (2011) mendefinisikan CSR sebagai kewajiban seorang pebisnis untuk mengusahakan dan melaksanakan tindakan-tindakan dalam kerangka tujuan dan nilai-nilai dalam masyarakat. Definisi yang paling utuh digagas oleh Carol dalam Eliyanora dan Zahara (2011) dimana idealnya sebuah perusahaan memiliki empat tanggung jawab sosial yaitu ekonomi, hukum, etika dan diskretionari. The Brundtland Roundtable dalam Solihin (2009) menjelaskan bahwa tanggung jawab perusahaan ditujukan kepada masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan perusahaan yang mana turut juga dalam membantu kelancaran berdirinya perusahaan. Menurut Iqbal dan Sudaryanto (2008) pelaksanaan CSR perlu sejalan dengan peraturan hukum, mendatangkan manfaat, bersifat etis, menghormati nilai-nilai sosial dan memenuhi aspek akuntabilitas. Dengan kata lain, CSR merupakan tanggung jawab suatu organiasasi perusahaan atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan yang sifatnya etis, transparan, konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan harapan para pemangku kepentingan, sesuai dengan hukum yang berlaku, sejalan dengan norma-norma perilaku internasional dan terintegrasi dalam ketatalaksanaan organisasi perusahaan. Minimal ada tujuh tanggung jawab sosial perusahaan yaitu lingkungan, HAM, perburuhan, pemberdayaan, masyarakat, tata kelola organisasi, isu konsumen dan praktik bisnis yang sehat. CSR juga dapat dinyatakan sebagai manajemen dampak, yang dilakukan beyond regulation dan bersifat voluntary.

(18)

komunitas sekitar (people) serta lingkungan hidup (planet). Konsep ini dikenal sebagai ‘The Triple Bottom Line’. Selain dapat memperoleh keuntungan (profit) yang sesuai, perusahaan juga perlu memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada masyarakat. Dengan memperhatikan masyarakat (people), perusahaan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Perhatian terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas serta pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup dan kompetensi masyarakat diberbagai bidang. Dengan memperhatikan lingkungan (planet), perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup umat manusia dalam jangka panjang. Keterlibatan perusahaan dalam pemeliharaan dan pelestarian lingkungan berarti perusahaan berpartisipasi dalam usaha mencegah terjadinya bencana serta meminimalkan dampak bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan. Dengan CSR, maka perusahaan tidak hanya memperoleh keuntungan ekonomi semata, namun juga keuntungan sosial. Kini CSR sudah menjadi etika bisnis global. Hal tersebut dapat dilihat dari Gambar 1.

Sumber: Elkington (1998) dalam Nasdian(2012)

Gambar 1 The triple bottom line (3PS)

Konsep tanggung jawab sosial sendiri mengalami perubahan dari awal terbentuknya hingga saat ini. Pergerakan tersebut mulai dari usaha tanggung jawab sosial sebagai program kedermawanan (charity) hingga menjadi good corporate citizenship (GCC). Tabel 1 menggambarkan pergerakan tersebut. Melalui tabel tersebut dapat terlihat bahwa konsep tanggung jawab sosial sebagai

charity hanya merupakan kewajiban sedangkan tanggung jawab sebagai

philantrophy menekankan adanya kepentingan bersama, dimana penerima manfaat bukan hanya sekedar orang miskin seperti dalam charity namun juga masyarakat luas dan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial juga lebih tepat bila dianggap sebagai community development (comdev) dan comdev merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR.

(19)

9

1. Akuntabilitas; terkait tanggung jawab perusahaan terhadap efek yang ditimbulkan pada lingkungan dan masyarakat serta menjadi akuntabel terhadap efek tersebut. Akuntabilitas juga mencakup tanggung jawab terhadap kegiatan yang salah serta mengambil langkah untuk mencegah terjadinya hal tersebut.

2. Transparansi; terkait organisasi harus transparan dalam penggambilan keputusan serta aktivitas terkait masyarakat dan lingkungan. Organisasi harus mengkomunikasikan peraturan, keputusan serta aktivitasnya.

3. Perilaku etis; terkait empat sikap yang harus dimiliki dalam aktivitas perusahaan yaitu kejujuran, kesamaan dan integritas.

4. Respek terhadap kebutuhan stakeholder; terkait bagaimana organisasi menghargai, mempertimbangkan dan merespon kepentingan setiap

stakeholder yang ada.

Tabel 1 Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial

No. Paradigma Charity Philantrophy

Good Corporate

Kepanitiaan Yayasan / dana abadi /

Orang miskin Masyarakat luas

Masyarakat luas dan perusahaan

6. Kontribusi

Hibah sosial Hibah

pembangunan

7. Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama

(20)

5. Respek terhadap peraturan hukum; terkait bahwa setiap perusahaan harus mengikuti hukum yang berlaku sebagai dasar dari kegiatan bisnis dalam alur tanggung jawab sosial.

6. Respek terhadap norma perilaku internasional; terkait kegiatan yang dilakukan tidak boleh melewati norma yang ada di dunia internasional. 7. Respek terhadap HAM; terkait organisasi harus menghargai HAM serta

mengakui dan menyadari pentingnya HAM.

Salah satu subyek dan isu dari tanggung jawab sosial sendiri adalah mengenai lingkungan. Krisis yang terjadi belakangan ini dipercayai merupakan hasil dari tindakan manusia (Moratis dan Cochius 2011). Perusahaan juga mengambil andil dalam masalah ini serta memiliki peran untuk menyelesaikan masalah dengan cara mengurangi kerusakan ekologi. Menurut Ismelina (2009) perlu adanya pengintegrasian dalam hal ekonomi (perusahaan) dengan lingkungan karena keduanya memiliki pandangan yang saling bertolak belakang. Para ekonom menganggap sumberdaya alam sebagai potensi ekonomi yang perlu dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Sebaliknya, pada environmentalist sangat memperhatikan keterbatasan daya dukung lingkungan dalam melakukan aktivitas. Akibatnya muncul empat subyek isu dari lingkungan dalam masalah tanggung jawab sosial, menurut ISO 26000 (Moratis dan Cochius 2011) yaitu :

1. Mencegah polusi;

2. Penggunaan sumberdaya alam berkelanjutan;

3. Adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim; dan

4. Perlindungan terhadap lingkungan dan degradasi habitat alam

Pada akhirnya dalam kaitannya dengan lingkungan, ISO 26000 mendefinisikan CSR sebagai :

“Responsibility of an organization for the impacts of its decisions and activities on society and the environment, through transparent and ethical behaviour that contributes to sustainable development, health and the welfare of society; takes into account the expectations of stakeholders; is in compliance with applicable law and consistent with international norms of behaviour; and is integrated throughout the organization and practiced in its relationships. ”

Secara singkatnya CSR juga didefinisikan sebagai upaya manajemen yang dijalankan oleh entitas bisnis berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan, dengan meminimumkan dan mengkompensasi dampak negatif sertamemaksimumkan dampak positif di setiap pilar (Jalal 2010). Tujuan dari CSR pada kedua definisi ini ialah pembangunan berkelanjutan. Kondisi utama yang harus ada dalam melaksanakan CSR berkelanjutan adalah :

1. Perusahaan haruslah sehat dan tumbuh (Permana 2008 dalam Samosir 2011). Artinya perusahaan harus dapat memliki profit yang cukup untuk melakukan CSR.

(21)

11

para stakeholders untuk memahami kebutuhan dan keinginannya (Bronchain 2008 dalam Samosir 2011).

3. Outcome/result CSR yang terukur/measurable (The Chartered Quality Institute 2008 dalam Samosir 2011).

4. Harus memiliki sistem management yang dapat mampu mencakup (mengcover), sehingga CSR dapat mencapai tujuan yang diinginkan (The Chartered Quality Institute 2008 dalam Samosir 2011)

5. Menerapkan prinsip triple bottom line (profit, people dan planet), sehingga program CSR ada kaitannya dengan operasional dan tujuan perusahaan, sehingga semuanya berjalan sustainable (Permana 2008 dalam Samosir 2011). Perusahaan harus berorientasi untuk mencari keuntungan yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang (profit), perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia (people) dan perusahaan harus peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. (Suharto 2010 dalam Samosir 2011). Dalam pandangan Asia, CSR adalah komitmen perusahaan untuk beroperasi dengan mencapai keberlanjutan dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dan mencapai keseimbangan kepentingan pemangku kepentingan (Fukukawa 2010 dalam Samosir 2011)

6. Memasukkan CSR dalam bisnis inti dan proses organisasi (Pratomo 2008

dalam Samosir 2011). Dalam hal ini mengetahui indeks keberkelanjutan dalam aktivitas CSR perlu melakukan penilaian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Munasinghe 1993 dalam Samosir 2011), serta diidentifikasi atribut-atribut dari masing-masing aspek atau dimensi.

Pembangunan Berkelanjutan

(22)

WCED (1987) dalam Jalal (2010) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan bersifat jangka panjang, dimana satu generasi tidak boleh menghabiskan sumber daya alam yang ada serta perlu melestarikan daya dukung ekosistem. Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga tujuan, menurut Sanim (2006) dalam Saptana dan Ashari (2007), yaitu tujuan ekonomi, tujuan sosial serta tujuan ekologi. Tujuan ekonomi berkaitan dengan masalah efisiensi serta pertumbuhan. Tujuan sosial terkait masalah kepemilikan serta tujuan ekologi terkait masalah kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Tiga tujuan tersebut saling terkait seperti disajikan pada Gambar 2.

Tiga pilar utama dari pembangunan berkelanjutan sendiri merupakan the tripple bottom line yaitu profit, people, dan planet. Konsep tersebut kemudian diadopsi oleh perusahaan-perusahaan dengan membuat laporan tentang dampak perusahaan terhadap sosial, ekonomi dan lingkungan secara sukarela, dan dikenal dengan sustainability report. Bagaimana bentuk keberlanjutan dapat dilihat dari piramida keberlanjutan menurut Herman Daly (Jalal 2010).

- Distibusi pendapatan - Penilaian terhadap

Sumber : Sanim (2006) dalam Saptana dan Ashari (2007)

Gambar 2 Hubungan antara tiga tujuan pembangunan berkelanjutan

Menurut Daly (1983) dalam Jalal (2010), dasar dari keberlanjutan ialah adanya keberlanjutan lingkungan. Bila tidak ada keberlanjutan lingkungan, maka tidak akan ada segalanya, baik ekonomi, masyarakat dan kehidupan masyarakat akan terganggu. Bila tidak ada keberlanjutan ekonomi, maka masyarakat tidak dapat menjadi maju. Bisa tidak ada keberlanjutan pada masyarakat, maka kehidupan bermasyarakat tidak dapat berkembang.

(23)

13

Sumber : Jalal (2010)

Gambar 3. Piramida keberlanjutan

Terdapat tiga isu yang saling berkaitan dalam pembangunan berkelanjutan (Welford 1993 dalam Okafor 2008), yaitu :

1. Lingkungan; sumber daya yang ada di sekitar kita harus dilindungi. Hal ini terkait dengan penggunaan seminimal mungkin sumberdaya yang tidak dapat dilindungi serta meminimalisir gas emisi yang dihasilkan

2. Kesetaraan; kesetaraan dalam hal gender sangatlah penting dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan

3. Masa depan; peraturan terkait perusahaan harus proaktif dan menjaga keberlanjutan dari lingkungan

Menurut The Brundtland Report, ketiga kondisi tersebut mengurangi kecepatan habisnya sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Hakikatnya, pembangunan perkelanjutan memiliki tiga pertimbangan proporsional yaitu pertimbangan ekonomi, sosial dan ekologi. Selain itu perlu dipertimbangkan juga pengoptimalan manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber daya alam yang menopangnya. Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, diperlukan tiga syarat yaitu (Ismelina 2009) : keberlanjutan secara ekonomi, ekologi dan sosial. Keberlanjutan ekonomi berarti tidak ada eksploitasi ekonomi dari pelaku kuat ke pelaku yang lemah. Keberlanjutan sosial berarti pembangunan yang ada tidak melawan, merusak atau menggantikan sistem dan nilai sosial yang positif yang telah teruji sekian lama dan telah dipraktikkan oleh masyarakat. Keberlanjutan ekologi berarti adanya toleransi manusia terhadap kehadiran makhluk lain selain manusia itu sendiri.

Dari semuanya dapat disimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan setidaknya membahas berbagai hal antara lain yang berkaitan dengan :

1. upaya memenuhi kebutuhan manusia yang ditopang dengan kemampuan daya dukung ekosistem

2. upaya peningkatan mutu kehidupan manusia dengan cara melindungi dan memberlanjutkannya

3. meningkatkan sumberdaya manusia dan alam yang akan dibutuhkan pada masa mendatang

4. mempertemukan kebutuhan-kebutuhan manusia secara antar generasi.

Well-being

Society

Economic

(24)

Agar pembangunan berkelanjutan perlu adanya peran dari perusahaan.

“…If sustainable development is to achieve its potential, it must be integrated into the planning and measurement systems of business enterprises.” (Robert Steele, AtKisson Group International [tanpa tahun] dalam Jalal 2010)

Artinya, jika pembangunan berkelanjutan ingin dicapai secara maksimal, maka hal tersebut harus diintegrasikan ke dalam perencanaan dan pengukuran sistem dari perusahaan (Robert Steele, At Kisson Group Internasional [tanpa tahun]

dalam Jalal 2010). Pencapaian keberlanjutan lingkungan dan sosial dalam standar kinerja perusahaan harus memiliki integrasi antara resiko dan dampak lingkungan hidup dengan resiko dan dampak sosial (Gambar 4).

Sumber: International Finance Corporation (2006) dalam Nasdian (2012)

Gambar 4 Standard kerja sistem manajemen yang diterbitkan oleh Bank Dunia

Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan

Ukuran keberhasilan pembangunan berkelanjutan idealnya harus ditentukan berdasarkan dimensi pembangunan berkelanjutan sendiri, yakni tergantung kepada fokus dan orientasi pembangunan yang dilaksanakan dan dimensi mana yang lebih menjadi perhatian bersama bagi (Tohir 2009):

1. Pengambil keputusan (decision maker)

2. Perencana (planner) sebagai perencana dan perancang (berbagai aktifitas pembangunan, tujuan dan targetnya serta pelaksanaannya),

3. Pelaksana pembangunan itu sendiri sebagai pihak yang menjalankan atau sering disebut juga sebagai agen pembangunan,

4. Masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan.

(25)

15

kenyataannya berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan di berbagai tingkatan menerapkan ukuran dan indikator yang berbeda-beda untuk menunjukkan tingkat keberhasilan pelaksanaan pembangunan.

Pengukuran keberhasilan pembangunan harus melewati dua tahap, yaitu: 1. Tahapan identifikasi target pembangunan, yaitu tahapan yang diperlukan

agar dapat menentukan secara jelas siapa yang akan menikmati hasil pelaksanaan pembangunan dan bagaimana upaya-upaya yang dapat dilakukan agar hasil pembangunan tersebut benar-benar dinikmati oleh mereka yang berhak

2. Tahapan aggregasi karakteristik pembangunan, yaitu karakteristik pembangunan diperlukan untuk menjaga agar ketika skala kegiatan pembangunan diperluas, target yang dituju tetap memenuhi karakteristik dan kriteria yang telah ditetapkan pada tahap identifikasi.

Untuk indikator pembangunan berkelanjutan dengan wawasan lingkungan, maka diusulkan serangkaian parameter yang mengacu pada masalah yang mungkin timbul dalam kehidupan masyarakat serta disesuaikan dengan perundangan yang berlaku. Indikator tersebut ialah sebagai berikut (Pitono [tanpa tahun]).

1. Pengertian masyarakat mengenai pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan;

2. Pengertian masyarakat mengenai hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan;

3. Pengertian masyarakat mengenai wewenang pengelolaan lingkungan hidup;

4. Pelestarian fungsi lingkungan hidup;

5. Kriteria mengenai baku kerusakan lingkungan hidup, pencegahan dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan daya dukungnya;

6. Persyaratan penataan lingkungan hidup; 7. Pemasyarakatan hasil AMDAL;

8. Pegawasan lingkungan hidup; 9. Audit lingkungan hidup; 10.Ganti rugi;

11.Kelembagaan; serta

12.Keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup

Kerangka Pemikiran

(26)

penilaian terhadap lingkungan serta kepedulian terhadap lingkungan. Tujuan sosial dari pmebangunan berkelanjutan dapat dilihat melalui partisipasi masyarakat.

Gambar 5 Kerangka analisis dari analisis program corporate social responsibility

(CSR) dalam pembangunan berkelanjutan

Dukungan terhadap terpenuhinya tujuan pembangunan berkelanjutan dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan sendiri. Dampak tersebut meliputi dampak lingkungan dan dampak sosial. Dampak lingkungan dapat dilihat persepsi peserta program terhadap lingkungan terutama di daerah penanaman jarak pagar. Dampak sosial, salah satunya, dapat dilihat melalui adanya keresahan sosial. Adapun bagan kerangka analisis dapat dilihat pada Gambar 5.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dapat ditarik dari penelitian ini diantaranya:

1. Semakin tinggi tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program CSR maka semakin tinggi tingkat keberhasilan menanggulangi dampak lingkungan

2. Semakin tinggi tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program CSR maka semakin tinggi tingkat keberhasilan menanggulangi dampak sosial

Definisi Operasional

1. Tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan yaitu seberapa tinggi pencapaian dari dimensi pembangunan berkelanjutan itu

Implementasi CSR

(27)

17

sendiri. Diukur menggunakan kuesioner dari tiga dimensi dengan empat variabel yaitu tingkat peluang kerja, tingkat peluang usaha, kepedulian terhadap lingkungan serta partisipasi dengan menggunakan skala ordinal “Ya” atau “Tidak”. Skor untuk masing-masing variabel jika dikategorikan tinggi adalah “3”, jika dikategorikan sedang adalah “2” dan jika dikategorikan rendah adalah “1”. Maka pengkategorian keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan, tinggi, sedang, rendah adalah sebagai berikut:

a. Tinggi : jika skor total keempat variabel berjumlah 10-12 b. Sedang : jika skor total keempat variabel berjumlah 7-9 c. Rendah : jika skor total keempat variabel berjumlah 4-6 Untuk masing-masing variabel, pengkategorian untuk masing-masing ialah sebagai berikut:

a. Tingkat peluang kerja yaitu seberapa besar peluang kerja yang timbul akibat adanya kegiatan dari CSR. Diukur dengan menggunakan delapan pernyataan pada kuesioner dengan skala ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah dengan indeks sebagai berikut:

1. Tinggi : jika menjawab ya sebanyak >5-8 pernyataan 2. Sedang : jika menjawab ya sebanyak > 2-5 pernyataan 3. Rendah : jika menjawab ya sebanyak <2 pernyataan

b. Tingkat peluang usaha; adalah seberapa besar peluang berusaha yang timbul dari adanya kegiatan CSR. Diukur dengan menggunakan lima pernyataan pada kuesioner dengan skala ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah dengan indeks sebagai berikut:

1. Tinggi : jika menjawab ya sebanyak > 4 pernyataan 2. Sedang : jika menjawab ya sebanyak > 2-3 pernyataan 3. Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pernyataan

c. Tingkat kepedulian terhadap lingkungan; adalah seberapa besar tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan setelah adanya kegiatan CSR. Diukur dengan menggunakan tujuh pernyataan pada kuesioner dengan skala ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah dengan indeks sebagai berikut: 1. Tinggi : jika menjawab ya sebanyak >5 penyataan

2. Sedang : jika menjawab ya sebanyak > 3-5 pernyataan 3. Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 3 pernyataan

d. Tingkat partisipasi masyarakat; adalah tingkatan partisipasi yang dicapai masyarakat dalam tangga partisipasi Arnstein (1969) dalam program CSR, baik dalam perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Partisipasi ini dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah untuk ketiga aspek program CSR apabila berada pada kriteria sebagai berikut:

1. Rendah : manipulasi dan terapi

2. Sedang : informasi, konsultasi dan placation

(28)

Diukur dengan menggunakan 23 pertanyaan pada kuesioner dengan skala ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah dengan indeks sebagai berikut:

1. Tinggi : jika menjawab ya sebanyak > 17 pernyataan 2. Sedang : jika menjawab ya sebanyak >11 – 17 pernyataan 3. Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 11 pernyataan

2. Tingkat keberhasilan menanggulangi dampak lingkungan dilihat hubungan antara keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan dengan persepsi terhadap lingkungan, dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah sebagai berikut:

a. Tinggi : jika keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan tinggi dan persepsi terhadap lingkungan positif

b. Sedang : jika keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan sedang dan persepsi terhadap lingkungan netral

c. Rendah : jika keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan rendah dan persepsi terhadap lingkungan negatif Persepsi terhadap lingkungan, yang dilihat dari pencemaran udara, diartikan sebagai pengetahuan masyarakat tentang pencemaran udara yang ada di lingkungan masyarakat setelah adanya kegiatan CSR. Diukur dengan menggunakan tiga pertanyaan pada kuesioner dengan skala ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah dengan akumulasi skor sebagai berikut:

a. Tinggi : jika menjawab ya sebanyak >2 pernyataan b. Sedang : jika menjawab ya sebanyak >1-2 pernyataan c. Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 1 pernyataan

3. Tingkat keberhasilan menanggulangi dampak sosial dilihat hubungan antara keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan dengan tingkat keresahan sosial, dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah sebagai berikut:

a. Tinggi : jika keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan tinggi dan tingkat keresahan sosial rendah

b. Sedang : jika keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan sedang dan tingkat keresahan sosial sedang

c. Rendah : jika keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan rendah dan tingkat keresahan sosial tinggi

Tingkat keresahan sosial; adalah seberapa sering bentuk protes yang dilakukan warga terhadap keberadaan perusahaan baik yang terpendam atau terbuka akibat dari ketidaksesuaian harapan dan kenyataan. Diukur dengan menggunakan empat pertanyaan pada kuesioner dengan skala ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah dengan indeks sebagai berikut:

(29)

PENDEKATAN LAPANG

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada responden. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang lengkap (Singarimbun dan Effendi [ed] 1989). Sementara pendekatan kualitatif dilakukan melalui metode studi kasus. Pendekatan kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam kepada informan dan observasi.

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan pada salah satu desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarta, Tbk yaitu di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Lulut merupakan salah satu desa binaan PT ITP yang menerima program pembangunan berkelanjutan dan mendapatkan dampak dari kegiatan PT ITP. Waktu penelitian berlangsung seperti Tabel 2.

Tabel 2 Alur waktu penelitian

Teknik Sampling

(30)

Dalam pendekatan kuantitatif, responden peneliti adalah seluruh petani jarak pagar yang merupakan partisipan program CSR PT ITP. Umumnya responden tinggal di Kampung Sigedong, dan beberapa di Kampung Rawa Siluman serta Desa Leuwi Karet. Peneliti menggunakan metode sensus karena jumlah populasi yang tidak terlalu banyak sehingga akan lebih baik apabila teknik sensus yang dilakukan. Sensus ini dilakukan kepada 29 orang petani jarak pagar. Sayangnya program ini tidak berjalan dengan lancar sehingga kini jumlah petani yang di lapangan tidak sebanyak jumlah peserta awal. Untuk mendapatkan data kedua puluh sembilan petani, peneliti harus menghamipiri masing-masing petani ke rumah. Namun tiga orang petani tidak dapat ditemui di rumah mereka karena kondisi infrastruktur yang sulit untuk ditembus. Akibatnya responden penelitian ini menjadi 26 orang (Lampiran 2).

Pendekatan kualitatif diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara mendalam kepada informan. Informan dipilih secara purposive atau sengaja. Informan adalah orang dari pihak perusahaan yang andil dalam program CSR dan juga peserta program yang memiliki peran besar dalam program CSR PT ITP.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dengan kuesioner (Lampiran 3) kepada responden yang merupakan seluruh petani jarak pagar, partisipan program CSR PT ITP. Sementara untuk pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui observasi serta wawancara mendalam dengan informan yang dipilih. Wawancara diarahkan dengan panduan pertanyaan wawancara mendalam (Lampiran 4).

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari kuesioner, wawancara, serta observasi langsung. Data sekunder sebagai data pendukung diperoleh melalui studi literatur berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan program dan kegiatan CSR serta data demografi penduduk.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan tabel frekuensi serta tabulasi silang untuk melihat hubungan antara tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program CSR dengan keberhasilan menanggulangi dampak lingkungan dan sosial.

Pengolahan data menggunakan program computer Microsoft Excel 2007

(31)

PROFIL DESA

Pada bab ini diuraikan mengenai profil lokasi penelitian yang terbagi ke dalam beberapa sub bab. Sub bab yang pertama adalah mengenai kondisi geografis Desa Lulut. Sub bab kedua membahas mengenai struktur sosial di Desa Lulut, yang terbagi dalam uraian mengenai pendidikan, ekonomi, kependudukan dan mobilitas penduduk. Pada sub bab ketiga diuraikan mengenai pola-pola kebudayaan. Terakhir, dibahas mengenai pola adaptasi ekologi di Desa Lulut.

Kondisi Geografis

Desa Lulut merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Lulut ini juga merupakan salah satu desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (selanjutnya disingkat ITP). Secara administratif batas desa ini ialah sebagai berikut :

1. Sebelah utara : Desa Bantarjati/Nambo 2. Sebelah selatan : Desa Leuwi Karet 3. Sebelah timur : Desa Hegar Mukti 4. Sebelah barat : Kali Cileungsi

Desa ini terletak delapan km dari kantor Kecamatan Klapanunggal, 15 km dari ibu kota Kabupaten Bogor, 180 km dari ibu kota Provinsi Jawa Barat, serta sekitar 90 km dari ibu kota Negara RI Jakarta. Desa Lulut dapat ditempuh dengan segala jenis kendaraan transportasi, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Kondisi jalan belum diaspal atau biasa disebut jalan putih.

Desa Lulut memiliki empat dusun, 41 rukun tetangga (RT) serta delapan rukun warga (RW). Desa Lulut oleh sebagian besar warganya dikatakan sebagai “desa jantung ITP”. Hal ini disebabkan oleh letak desa ini yang relatif dekat dengan Kantor Pusat PT ITP dan pusat eksplorasi tambang semen ITP. Selain itu, beberapa aset strategis milik ITP juga berada di desa ini. Oleh karenanya, Desa Lulut dijadikan sebagai salah satu desa binaan corporate social responsibility

(CSR) ITP.

(32)

Tabel 3 Luas wilayah Desa Lulut menurut penggunaan

Total Luas 1806.83

Sumber : Data Monografi Desa Lulut (2009)

Desa Lulut sendiri dapat dibagi ke dalam 13 kampung, yakni: Lulut, Pojok Muara, Sawah, Sigedong, Citoke, Cinyengcle, Bojong Koneng, Tegal Tengah, Sarongge, Cikulawing, Curug Dengdeng, Cikukulu, dan Tegal Peuntas. Ketiga belas desa tersebut dapat dibagi menjadi empak karakter ekologi, yaitu sawah, perikanan, lahan kering, dan pemukiman.

Tabel 4 Karakter ekologi Desa Lulut berdasarkan kampung

No Karakter

Ekologi Kampung Keterangan

1 Sawah Sarongge, Tegal Tengah, Sawah

Luas areal sawah rata-rata di atas 10 ha

2 Perikanan

Curug Dengdeng, Cikulawing, dan Cikukulu

1. Ketersediaan air cukup besar

2. Hulu sungai dengan debit air cukup baik

Dominan lahan kering untuk komoditas buah-buahan

4 Pemukiman Lulut dan Pojok Muara

1. Hampir tidak ada lahan kosong untuk pertanian 2. Aktivitas ekonomi: toko

sembako, bengkel, rumah makan, kontrakan, dan pangkalan ojek.

Sumber : Potensi Desa (2008)

(33)

23

Celcius. Curah hujan rata-rata di Desa Lulut ialah sebesar 107 mm di tahun 2010. Padahal pada tahun 2000, curah hujan rata-rata mencapai 305 mm. Warna tanah cenderung berwarna merah dan abu-abu dengan teksur tanah lampungan. Kepadatan agraris di desa ini ialah 1.09 jiwa/ha. Hal ini disebabkan berkurangnya tanah yang dijadikan lahan untuk petani, akibat ambil alih dari PT ITP. Kondisi air di desa ini juga termasuk bersih dengan ragam sumber seperti mata air, sumur gali serta sumur pompa. Masyarakat umumnya menggunakan sumur gali.

Secara umum, kondisi dan kualitas lingkungan Desa Lulut tergolong rawan dengan pencemaran. Terbukti dengan adanya pabrik swasta yang menjadi salah satu sumber pencemar udara dan dapat menyebabkan ISPA. Selain itu, pencermaran suara juga rawan terjadi di desa ini akibat adanya kompayer pabrik serta kendaraan pabrik yang sering lalu lalang di jalan putih Desa Lulut.

Kondisi Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu pilar penting dalam menopang kehidupan di desa. Ketika aktivitas ekonomi desa meningkat, harapannya pendapatan masyarakat pun dapat meningkat. Ekonomi juga berkaitan dengan bidang-bidang lain seperti pendidikan, infrastruktur serta keamanan. Keberhasilan di bidang ekonomi tentunya akan mendukung keberhasilan di bidang-bidang lainnya.

Pada awalnya, mata pencaharian warga Desa Lulut berasal dari sektor pertanian dan perkebunan. Masyarakat umumnya menanam padi, kacang-kacangan, serta buah-buahan. Namun setelah adanya PT ITP mata pencaharian warga berubah. Lulut menjadi salah satu desa yang sumber penghasilan warganya berasal dari non sektor pertanian. Data Podes 2008 yang dikeluarkan BPS melangsir bahwa sumber pengahasilan warga Lulut umumnya berasal dari industri pengolahan. Mayoritas warganya bekerja sebagai karyawan swasta, pedagang dan juga buruh pabrik. Walaupun demikian, jumlah warga yang bekerja di sektor pertanian juga cukup banyak. Tabel 5 merupakan tabel mata pencaharian pokok warga Desa Lulut. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa 43.98 persen dari masyarakat Desa Lulut bermata pencaharian sebagai penyedia jasa. Mata pencaharian selanjutnya yang menjadi pilihan warga ialah di bidang pertanian dengan persentase sebesar 22.29 persen bekerja dan disusul dengan 17.08 persen warga bekerja di bidang swasta.

Kondisi Pendidikan

(34)

Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan jenis pekerjaan dan jenis kelamin

No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Total %

1

Aparatur Negara /

PNS 21 13 34 0.93

2 Swasta 600 26 626 17.08

3 Pertanian 425 392 817 22.29

4 Perdagangan 538 32 570 15.55

5 Penyedia Jasa 407 1205 1612 43.98

6 Buruh Migran 2 4 6 0.16

Total 1993 1672 3665 100.00

Sumber : Data Monografi Desa Lulut 2009 (diolah)

Dengan kurangnya fasilitas sekolah di Desa Lulut, banyak warga yang hanya merupakan tamatan SD (3471 jiwa). Selain tamatan SD, sebagian warga juga merupakan tamatan SMP (421 jiwa). Walaupun demikian, ada juga sebagian kecil warga yang dapat mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah. Sebanyak 19 jiwa warga Desa Lulut merupakan sarjana. Padahal Desa Lulut sendiri tidak memiliki bangunan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Akibat kecilnya jumlah lulusan setaraf SMA/sederajat maka kesempatan untuk terlibat pada bidang pekerjaan formal juga berkurang. Fakta menunjukkan bahwa kurang lebih 60 persen penduduk di desa ini tidak terserap dalam bidang pekerjaan baik formal maupun informal.

Tabel 6 Jumlah penduduk Desa Lulut menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin Tahun 2010

No Tingkat

pendidikan

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

1 Tidak Sekolah 159 173 332 6.11

2 Tidak Tamat SD 267 262 529 9.73

3 Tamat

SD/Sederajat 1736 1735 3471 63.83

4 Tamat

SMP/Sederajat 421 418 839 15.43

5 Tamat

SMA/Sederajat 130 118 248 4.56

6 Tamat Sarjana 14 5 19 0.35

Total 2727 2711 5438 100.00

(35)

25

Karakteristik Penduduk

Desa Lulut terdiri dari delapan RW dan 41 RT dengan jumlah keluarga sebanyak 3258 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 13036 jiwa pada Tahun 2010. Menurut jenis kelamin, jumlah laki-laki masih lebih banyak dibandingkan perempuan, namun perbedaannya tidak begitu signifikan yaitu hanya sebesar dua persen.

Jumlah penduduk laki-laki seluruhnya adalah 6668 jiwa, sementara jumlah penduduk perempuan adalah 6368 jiwa. Rasio penduduk dengan jumlah kepala keluarga ialah 4:1, dimana setiap kepala keluarga rata-rata menanggung beban keluarga sebanyak empat jiwa. Kepadatan penduduk di Desa Lulut pada Tahun 2010 ialah sebesar 574 jiwa/km2. Pada Tahun 2003-2008, pertumbuhan penduduk di Desa Lulut meningkat tinggi, dari 0.51 persen menjadi 4.53 persen. Namun pada Tahun 2008-2010, pertumbuhan penduduk kembali menurun hingga mencapai angka 0.64 persen. Mayoritas warga merupakan warga asli Sunda dan beberapa merupakan warga dengan etnis lain seperti suku Jawa, Batak dan Padang. Hampir semua warga merupakan penganut agama Islam. Data jumlah, kepadatan serta reit pertumbuhan penduduk dapat di lihat melalui tabel di bawah ini.

Tabel 7 Jumlah, kepadatan dan reit pertumbuhan penduduk Desa Lulut Tahun 2000-2010

No Kategori

Tahun

2000 2003 2008 2010

1 Laki-laki (jiwa) 5126 5243 6612 6668

2 Perempuan (jiwa) 4737 4875 6013 6368

3 Total Penduduk (jiwa) 9863 10118 12625 13036

4 Kepadatan Penduduk

(jiwa/km2) 434 - - 574

5 Reit Pertumbuhan

Penduduk Laki-Laki (%) - 0.45 4.75 0.17

6 Reit Pertumbuhan

Penduduk Perempuan(%) - 0.57 4.28 1.15

7 Reit Pertumbuhan

Penduduk (%) - 0.51 4.53 0.64

8 Kepadatan Agraris

(jiwa/ha) 0.00008 - - -

Sumber: Kecamatan dalam Angka 2000 dan 2010 serta Podes 2003-2008 (diolah)

(36)

ternyata lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Hal tersebut juga terjadi tidak hanya pada jumlah laki-laki dan perempuan secara keseluruhan, namun juga terjadi pada jumlah laki-laki dan perempuan per golongan umur. Selain itu pada Tabel 7, terlihat bahwa reit pertumbuhan penduduk laki-laki juga lebih besar dibandingkan reit pertumbuhan penduduk perempuan

Sumber : Data Potensi Desa 2009 (diolah)

Gambar 6 Piramida penduduk Desa Lulut

Mobilitas Peduduk

Mobilitas penduduk dapat dilihat dari reit migrasi kasar, reit migrasi masuk serta reit migrasi keluar. Angka-angka ini akan menunjukkan desa-desa mana saja yang memiliki angka migrasi tertinggi. Angka ini biasanya menunjukkan tingkat ketersediaan sumberdaya alam sebagai faktor pendorong warga melakukan migrasi. Berdasarkan data Potensi Desa, bahwa Kecamatan Kelapa Nunggal sepanjang lima tahun terakhir mengalami reit migrasi kasar sebesar 3.87 persen.

(37)

27

berkurang, sehingga banyak warga yang bekerja serabutan. Kondisi tersebut dapat saja menyebabkan perpindahan penduduk keluar desa.

Tabel 8 Reit migrasi masuk, reit migrasi keluar dan reit migrasi kasar Desa Lulut Tahun 2008 dan 2010

No Kategori

Tahun

2008 2010

1 Jumlah Penduduk 12625.00 13036.00

2 Penduduk Masuk 2.00 10.00

3 Penduduk Keluar 12.00 17.00

4 Total Migrasi 14.00 27.00

5 Reit Migrasi Masuk (%) 0.16 0.76

6 Reit Migrasi Keluar (%) 0.95 1.30

7 Reit Migrasi Kasar (%) 1.11 2.07

Sumber : Kecamatan dalam Angka, 2010 (diolah) dan Potensi Desa 2008

Struktur Sosial Masyarakat

Di Desa Lulut, Islam adalah agama mayoritas yang menjadi kepercayaan warga dan Sunda merupakan etnik dominan. Oleh karena itu, masyarakat di desa ini dapat disebut masyarakat mono-religi dan mono-etnik. Tokoh agama menjadi salah satu pemimpin informal yang disegani dan sebagai ujung tombak penyelesaian persoalan-persoalan yang dihadapi oleh warga Lulut. Tokoh agama yang ada di Desa Lulut merupakan pimpinan dari pesantren yang ada di desa tersebut.

Pelapisan sosial dalam masyarakat Desa Lulut digolongkan menjadi masyarakat golongan atas, menengah dan juga bawah. Standar dari penggolongan ini ialah kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Kekayaan ini dapat dilihat dari kepemilikan tanah yang ada, kepemilikan kendaraan dan juga jenis pekerjaan. Namun, hal yang paling mendasar dalam pembedaan golongan tersebut adalah kepemilikan tanah. Orang-orang yang memiliki tanah sendiri akan mempekerjakan orang lain untuk mengurus tanahnya dan mendapatkan bagian dari hasil panen orang tersebut. Di saat yang bersamaan, orang tersebut mencari pekerjaan lain lagi untuk juga memenuhi kebutuhan hidupnya. Golongan atas biasanya juga merupakan orang-orang yang memiliki pendidikan cukup, para pemuka agama maupun pamong desa. Golongan menengah biasanya adalah mereka yang bekerja berdagang, bekerja sebagai buruh tetap di pabrik-pabrik, dengan pendidikan yang terbatas. Golongan bawah adalah mereka yang bekerja serabutan ataupun mengerjakan tanah orang lain serta kurang memiliki pendidikan.

(38)

masyarakat untuk menanam padi sawah. Selain itu komoditas utama yang dihasilkan adalah uji kayu, mentimun serta ubi jalan. Durian dan buah-buahan lainnya juga pernah menjadi komoditas utama Desa Lulut. Sayangnya buah-buahan itu berkurang jumlah dan keberadaannya seiring dengan masuknya perusahaan. Desa Lulut juga memiliki tanaman jarak yang merupakan salah satu program CSR dari PT ITP. Hasil tanaman ini dijadikan sebagai biofuel untuk konsumsi pribadi PT ITP.

Untuk masalah pendidikan, kebanyakan warga Desa Lulut masih belum memiliki pendidikan yang mencukupi. Kebanyakan warga merupakan lulusan SD. Keadaan serupa juga terjadi pada anak-anak di Desa Lulut. Banyak dari mereka yang malas sekolah sehingga tidak mengenyam pendidikan. Padahal sarana pendidikan hingga SLTP sudah ada di Desa Lulut. Akibatnya, warga sering mengganggap dirinya orang kecil dan bodoh karena kurangnya pendidikan (merasa inferior).

Akses masuk ke Desa Lulut cenderung sudah baik, walaupun cukup jauh dari kota. Terdapat sebuah trayek yang mencapai Desa Lulut, yang baru beroperasi dua sampai tiga bulan yang lalu. Trayek ini mengantarkan warga hingga ke Pasar Citeureup sehingga warga tidak kesulitan untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu ada juga ojek yang menyediakan jasa untuk mengantar warga mencapai daerah-daerah Desa Lulut yang tidak dilewati trayek angkutan. Walaupun akses masuk sudah cukup baik, namun kondisi jalan putih cukup memprihatinkan. Jalan menuju ke Desa Lulut merupakan jalan putih yang juga berbatu. Menurut warga, jalan ini adalah jalan kabupaten sehingga seharusnya pemerintah kabupaten perlu mengaspal jalan ini. Namun menurut perusahaan, jalan ini merupakan jalan tambang (hauling) milik perusahaan, sehingga jika diaspal akan membuat jalan mudah rusak akibat lalu lalang kendaraan perusahaan.

Pola Kebudayaan Masyarakat

Walaupun mayoritas masyarakat Desa Lulut merupakan suku Sunda, namun masyarakat sudah mengenal kehidupan modern sehingga kebudayaan ini tidak begitu kental terlihat. Upacara-upacara adat dalam dunia pertanian juga sudah tidak dilakukan dalam masyarakat. Gaya bahasa dan pergaulan masyarakat masih menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Namun ada juga beberapa orang tua yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Ciri khas dari masyarakat Lulut sendiri ialah cara mereka berbicara dengan bahasa Sunda. Mereka memiliki logat khusus yang bisa membedakan masyarakat Lulut dengan masyarakat lain di Kecamatan Klapanunggal ini. Masyarakat umumnya juga sudah mengenal berbagai media massa seperti televisi, handphone dan juga internet.

(39)

29

sudah jarang terlihat karena kebanyakan warga sibuk dengan urusannya masing-masing. Hanya dalam kondisi tertentu saja, warga mau melakukan kegiatan gotong royong. Padahal sebelumnya masyarakat merupakan masyarakat yang sangat tinggi menjunjung gotong royong.

Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sudah dapat terlihat dengan adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang dibangun di Desa Lulut. Adanya TPA ini membuat masyarakat lebih mudah mengumpulkan sampah. Masyarakat juga memanfaatkan kotoran sapi sebagai biomassa sehingga lebih ramah lingkungan. Namun kegiatan biomassa ini tidak dilakukan oleh seluruh warga sehingga masih ada juga warga yang kurang peduli terhadap lingkungan.

Pola-Pola Adaptasi Ekologi Masyarakat

Keberadaan PT ITP yang dekat dengan Desa Lulut tentunya memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat.Pada awalnya masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Namun banyak lahan petani yang ternyata merupakan milik PT ITP sehingga harus dikembalikan ketika PT ITP beroperasi di Desa Lulut. Akibatnya para petani tersebut kehilangan pekerjaan dan menjadi pekerja serabutan. Beberapa dari mereka ada yang bekerja sebagai buruh kasar di PT ITP. Untuk kaum perempuan, umumnya bekerja sebagai buruh tekstil di daerah lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hanya sebagian yang memiliki tanah pribadi yang masih bekerja sebagai petani.

Awalnya kebutuhan hidup masyarakat dipenuhi secara subsisten dari hasil pertanian dan perkebunan mereka. Namun seiring berkurangnya jumlah lahan pertanian yang ada, masyarakat memenuhi kebutuhan mereka melalui pasar yang ada di daerah Citeureup. Selain itu masyarakat juga dapat membeli melalui warung-warung kecil yang ada di Desa Lulut sendiri.

Aktivitas pertambangan yang dilakukan PT ITP juga memberikan dampak pada lingkungan hidup di masyarakat Desa Lulut. Keberadaan kompayer PT ITP dapat menjadi salah satu sumber pencemaran suara yang dapat menimbulkan ketulian. Selain kompayer, lalu lalang kendaraan tambang juga menimbulkan kebisingan bagi warga. Kendaraan ini beroperasi setiap harinya dari mulai pukul enam pagi hingga enam sore. Selanjutnya, dekatnya pabrik dengan desa juga menjadi salah satu sumber polusi udara. Debu yang berasal dari jalan putih mengganggu masyarakat ketika melintas di jalan ataupun di pinggir jalan. Asap juga muncu dari pabrik melalui cerobong-cerobong pabrik. Masyarakat juga terganggu akibat getaran dirasakan masyarakat akibat blasting batu kapur yang tak jauh dari desa. Kondisi ini sangat mengganggu kehidupan warga, mengingat bahwa Desa Lulut merupakan desa ring satu yang terkena dampak langsung dari aktivitas PT ITP.

Ikhtisar

Gambar

Gambar 4 Standard kerja sistem manajemen yang diterbitkan oleh Bank Dunia
Gambar 5 Kerangka analisis dari analisis program corporate social responsibility  (CSR) dalam pembangunan berkelanjutan
Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan jenis pekerjaan  dan jenis kelamin
Tabel 7  Jumlah,  kepadatan dan reit pertumbuhan penduduk Desa Lulut Tahun  2000-2010  No  Kategori  Tahun  2000  2003  2008  2010  1  Laki-laki (jiwa)  5126  5243  6612  6668  2  Perempuan (jiwa)  4737  4875  6013  6368  3  Total Penduduk (jiwa)  9863  10
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh

Dengan InStyler, anda tidak membutuhkan panas yang itnggi untuk meluruskan dan menata rambut anda!Desain InStyler yang unik membuat anda dapat menggunakan panas yang lebih

Kuadran 4 menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas layanan jasa Transjakarta, termasuk kategori layanan yang dianggap tidak atau kurang penting bagi pengguna layanan

Dari total 25 sampel diantaranya 21 sampel feses kelelawar, 3 sampel feses sapi, dan 1 sampel buah yang tergigit kelelawar menunjukkan hasil yang negatif hasil deteksi

Sikap Wanita Mengenai Resiko profesi yang mereka jalani memiliki tingkat resiko yang tinggi, dengan beragam cedera yang mungkin ditimbulkan, bahkan resiko

Bagi suami isteri yang telah bercerai lalu kawin lagi satu dengan yang lain kemudian bercerai lagi untuk kedua kalinya, maka diantara mereka tidak boleh melangsungkan

SIKLUS PERKAWINAN ANAK DAN PEMISKINAN PEREMPUAN PERKAWINAN ANAK Pendidikan perempuan lebih rendah Kalah dalam persaingan pasar tenaga kerja layak Bekerja di sector

1. Drs.Soeprijadi,Mh um 10. Dr.Ir.Ika Sartika,MT APBN, Alokasi Anggaran LPM IPDN.. Pengabdian Masyarakat Perdesaan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pengabdian Masyarakat